Anda di halaman 1dari 4

Nama : I Kadek Putra Sagita Kurniawan

Npm : 202132121502
Kls C8 Manajemen

1. Presiden Jokowi resmi melarang eskpor komoditas bauksit mulai Juni 2023. Alasannya,
presiden ingin meningkatkan nilai tambah bagi ekonomi dalam negeri, meningkatkan
penciptaan lapangan kerja baru, meningkatkan penerimaan devisa dan menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di Indonesia. Analisi menurut pendapat saudara
dampak jangka pendek maupun panjang peraturan tersebut terhadap perdagangan
Internasional Indonesia.
Pembahasan :
Seperti yang kita ketahui, Indonesia dikenal sebagai negara penghasil bauksit di dunia.
Bahkan, Indonesia sendiri berhasil memproduksi bauksit sebanyak 18 ton juta bauksit di
tahun 2021. Keberhasilan negara Indonesia dalam memproduksi bauksit ini
menyebabkan terjadinya peningkatan harga bauksit di pasar global. Pada kenyataannya,
peningkatan harga bauksit ini berada dalam rentang yang moderat. Maksudnya,
peningkatan harga bauksit hanya berada pada golongan tengah saja. Hal inilah yang
melatarbelakangi pemerintah untuk menciptakan kebijakan baru yaitu dengan melakukan
pelarangan eskpor komoditas bauksit mulai Juni 2023. Dengan adany pelarangan ini,
presiden Jokowi mengharapkan dengan adanya kebijakan ini akan menciptakan suatu
penambahan nilai tambah bagi ekonomi dalam negeri, meningkatkan penciptaan
lapangan kerja baru, meningkatkan penerimaan devisa dan menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang lebih merata di Indonesia. Lahirnya kebijakan ini pun dilatarbelakangi
dengan adanya meninjau kembali kebijakan yang telah ditetapkan sejak tahun 2020 yaitu
adanya kebijakan untuk melarang ekspor nikel. Dengan adanya pelarangan mengekspor
nikel ini berhasil memperoleh keuntungan bagi Indonesia dengan memperoleh
keuntungan sebesar Rp326 triliun. Sebelum adanya kebijakan pelarangan ekspor nikel,
Indonesia hanya berhasil memperoleh keuntungan sebesar Rp17 triliun. Berarti,
pelarangan ekspor nikel ini memberikan manfaat yang sangat baik baik devisi negara, di
mana kebijakan ini memberikan keuntungan 19 kali lipat bagi negara Indonesia. Dengan
menjadikan kebijakan ini sebagai sebuah pertimbangan, maka presiden telah meresmikan
adanya pelarangan ekspor komoditas ini. Kebijakan ini memang tidak memberikan
keuntungan secara langsung. Pada nyatanya, jika ditinjau dampak kebijakan ini dalam
jangka pendek akan berimbas terhadap terjadinya suatu penurunan pengiriman ekspor
komoditas bauksit. Sehingga, hal ini akan berdampak langsung terhadap hilangnya
ekspor bauksit bersih hasil pencucian sebesar US$ 500 sampak US$ 600 juta pertahun.
Tentu, nominal tersebut bukanlah suatu nominal yang kecil. Indonesia harus siap untuk
kehilangan keutungan sebanyak US$ 500 sampak US$ 600 juta pertahunnya jika ditinjau
dalam jangka pendek. Namun, penurunan ekspor ini hanya berlangsung selama tahapan
awal saja, di tahun-tahun selanjutnya khususnya pada tahun kedua, ketiga dan seterusnya
kebijakan ini akan memberikan keuntungan yang berkali-kali lipat dibandingkan dengan
penghasilan sebelumnya. Sehingga, kebijakan pelarangan ekspor bauksit ini akan
memberikan dampak jangka panjang yang positif bagi devisa negara seperti halnya
dengan kebijakan pelarangan ekspor nikel sebelumnya. Selain itu, dengan adanya
pelarangan ekspor bauksit ini akan memberikan dampak jangka panjang terhadap
penciptaan lapangan kerja baru. Dengan berhentinya atau dilarangnya aktivitas
mengekspor bauksit ini, maka mengakibatkan adanya perubahan pada sistem operasi.
Sehingga, perombakan ini akan membutuhkan sistem kinerja yang baru yang dapat
menghasilkan terciptanya lapangan pekerjaan. Dengan demikian, akan menciptakan
kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Selain itu, adanya peningkatan devisa ini akan
menjadikan negara Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang merata. Oleh karena
itu, dampak jangka yang diberikan dengan adanya pelarangan ekspor bauksit ialah
meningkatkanya nilai tambah bagi ekonomi dalam negeri, meningkatkan penciptaan
lapangan kerja baru, meningkatkan penerimaan devisa dan menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang lebih merata di Indonesia.

2. Meski Bali memiliki Pergub Bali No. 28 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Pariwisata Bali
yang didalamnya mencakup tata kelola pariwisata berkelanjutan secara holistic, namun
praktiknya hingga kini realitanya mayoritas daya tarik wisata di Bali diperuntukan untuk
mass tourism dan tingkat fenomena luar biasa dari kunjungan wisatawan yang kurang
bertanggung jawab semakin banyak jumlahnya. Implikasinya, Pergub tersebut seakan-
akan hanya menjadi aturan tertulis yang kurang diindahkan oleh stakeholder pariwisata
Bali. Analisis menurut pendapat saudara mengenai arah pengembangan serta eksistensi
parisiwata Bali dalam jangka panjang. Komparasikan dengan destinasi wisata sejenis di
skala Internasional.
Pembahasan :
Tidak dapat dipungkiri jika keberadaan sektor wisata ini tidak dapat dipisahkan dengan
pertumbuhan ekonomi. Sektor wisata dikenal sebagai salah satu faktor yang dapat
mendorong terjadinya peningkatan terhadap perekonomian di Indonesia. Dengan
perkembangan sektor wisata yang baik, maka hal ini akan berdampak langsung terhadap
meningkatnya sumber pendapatan negara. Oleh karena itu, pemerintah menjadikan
pariwisata sebagai sumber pendapatan utama yang mampu mendorong terjadinya
peningkatan terhadap devisa negara. Sehingga, segala upaya dilakukan agar sektor
pariwisata setiap tahunnya mengalami peningkatan salah satunya dengan adanya
kebijakan-kebijakan. Bali dikenal sebagai provinsi dengan kekayaan pariwisatanya.
Sehingga, pemerintah Bali melakukan segala upaya agar pariwisata Bali tetap
berkembang, salah satunya dengan adanya Pergub Bali No. 28 Tahun 2020. Pada Pergub
Bali No. 28 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Pariwisata Bali ini telah disusun oleh
pemerintah untuk mengatur ketentuan umum pariwisata, koordinasi antar pelaku usaha
pariwisata, pembinaan dan pengawasan, peran masyarakat, pendanaan, sanksi
admnistratif dan ketentuan penutup. Pada kenyataannya, mayoritas daya tarik wisata di
Bali diperuntukan untuk mass tourism dan tingkat fenomena luar biasa dari kunjungan
wisatawan yang kurang bertanggung jawab semakin banyak jumlahnya. Sehingga,
beberapa Pergub yang telah ditetapkan oleh pemerintah Bali ini seringkali tidak
dipedulikan dalam penerapannya oleh masyarakat sekitar. Tentu, hal ini akan berdampak
langsung bagi perkembangan pariwisata Bali ke depannya. Dengan demikian, untuk
mencegah hal tersebut saat ini pemerintah harus memperhatikan dan bersikap tegas
terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Salah satunya destinasi Internasional
yang terkenal di Bali yang selalu menjalakan dan menaati pergub yaitu Monkey Forest
yang berada di Ubud. Destinasi ini sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara. Dalam
pengelolaannya pun, pemerintah bersikap tegas agar tidak adanya pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Sejak dahulu, Monkey Forest sudah dikenal sebagai kawasan yang sakral dan hingga saat
ini keeksistensian dan kesakralan Monkey Forest tetap terjaga oleh masyarakat sekitar.
Hal ini tentunya terjadi akibat adanya ketegasan oleh para pengelolanya. Dengan
demikian, segala peraturan yang telah disepakati sudah seharusnya dilaksanakan oleh
seluruh masyarakat dan pemerintah atau pengelola destinasi wisata. Seperti contohnya
Monkey Forest yang berhasil menjadi tempat desitinasi Internasional dengan
mempertahankan keunikannya ini terjadi akibat ketaatan para pengelolanya terhadap
Pergub yang berlaku. Bahkan, hingga saat ini pihak dari Monkey Forest tetap
menjalankan Pergub No. 80 dan 97 Tahun 2018 tentang Pembatasam Timbulan Sampah
Plastik Sekali Pakai. Sehingga, hal inilah yang menyebabkan Monkey Forest menjadi
tempat pariwisata Internasional terfavorit nomor lima di Bali. Dengan demikian, arah
pengembangan pariwisata ke depannya tentunya akan menghadapi beragam tantangan.
Namun, jika pemerintah berserta para pengelolanya tepat mengedepankan kebijakan-
kebijakan yang tetal ditetapkan, maka akan memberikan dampak yang positif bagi
pariwisata Bali. Namun, jika pemerintah berserta dengan masyarakat hanya memandang
sebelah mata suatu kebijakan yang berlaku, maka tentunya akan merugikan sektor
pariwisata Bali khususnya sektor ekonomi karena pariwisata itu sendiri tidak lepas
dengan adanya faktor pendukung lainnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu
memperhatikan pengembangan sektor pariwisata dengan bersikap tegas terhadap
kebijakan yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai