Anda di halaman 1dari 12

Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam

Perekonomian Indonesia
jika kita berbicara tentang perekonomian Indonesia, yang akan terpikir di benak kita adalah tentang kondisi
dan keadaan ekonomi di Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia dapat diukur dengan menggunakan
beberapa indikator, misalnya pendapatan nasional dan Produk Domestik Bruto (PDB). pendapatan
nasional dan PDB yang tinggi menandakan kondisi perekonomian suatu negara sedang bergairah.
pemerintah mempunyai berbagai kebijakan untuk menjaga atau memperbaiki kualitas perekonomian
Indonesia.
yang pertama adalah kebijakan fiskal. kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang berkaitan dengan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
kebijakan fiskal mempunyai berbagai bentuk. salah satu bentuk kebijakan fiskal yang sedang marak adalah
BLT. banyak orang melihat BLT hanya bantuan kepada orang yang kurang mampu. sebenarnya di balik itu
ada tujuan khusus dari pemerintah. BLT diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, daya beli masyarakat juga meningkat. dengan demikian
permintaan dari masyarakat juga meningkat. meningkatnya permintaan dari masyarakat akan mendorong
produksi yang pada akhirnya akan memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia.
contoh lain dari kebijakan fiskal adalah proyek-proyek yang diadakan oleh pemerintah. katakanlah
pemerintah mengadakan proyek membangun jalan raya. dalam proyek ini pemerintah membutuhkan buruh
dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini menyerap SDM sebagai tenaga
kerja. hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ bertambah. dengan bertambahnya
pendapatan mereka akan terjadi efek yang sama dengan BLT tadi.
kebijakan fiskal juga dapat berupa kostumisasi APBN oleh pemerintah. misalnya dengan deficit financing.
defcit financing adalah anggaran dengan menetapkan pengeluaran > penerimaan. deficit financing dapat
dilakukan dengan berbagai cara. dahulu pemerintahan Bung Karno pernah menerapkannya dengan cara
memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia. yang terjadi kemudian adalah inflasi besar-
besaran (hyper inflation) karena uang yang beredar di masyarakat sangat banyak. untuk menutup
anggaran yang defisit dipinjamlah uang dari rakyat. sayangnya, rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk
memberi pinjaman pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam uang dari luar negeri.
tidak hanya Indonesia, tetapi Amerika Serikat juga pernah menerapkan deficit financing dengan
mengadakan suatu proyek. proyek tersebut adalah normalisasi sungan Mississipi dengan nama Tenesse
Valley Project. proyek ini dimaksudkan agar tidak terjadi banjir. proyek ini adalah contoh proyek yang
menerapkan prinsip padat karya. dengan adanya proyek ini pengeluaran pemerintah memang bertambah,
tetapi pendapatan masyarakat juga naik. pada akhirnya hal ini akan mendorong kegiatan ekonomi agar
menjadi bergairah.
mari kita mengingat sedikit kejadian pada akhir tahun 1997 saat terjadi krisis moneter di Indonesia. pada
saat itu nasabah berduyun-duyun mengambil uang di bank (fenomena bank rush) karena takut bank tidak
mempunyai dana yang cukup untuk mengembalikan tabungan mereka. untuk mengatasi masalah ini bank-
bank umum diberi pinjaman dari Bank Indonesia yang disebut Bantuan Langsung Bank Indonesia (BLBI).
pada saat itu memang seluruh tabungan dijamin oleh pemerintah, maka dari itu pemerintah juga harus
mengambil tindakan saat terjadi fenomena tadi.
seharusnya saat suatu perusahaan (termasuk bank umum) kekurangan modal pemilik harus menambah
modalnya pada perusahaan tersebut. ini berlaku pada umum dan pemerintah. jika pemerintah kekurangan
dana, pemerintah bisa menambah dana dengan menjual saham yang dimiliki pemerintah. perlu diingat,
ada beberapa perusahaan yang sahamnya dimiliki pemerintah.
kebijakan yang kedua adalah kebijakan moneter. kebijakan moneter adalah kebijakan dengan sasaran
mempengaruhi jumlah uang yang beredar. jumlah uang yang beredar dapat dipengaruhi oleh Bank
Indonesia. selain dengan langsung menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar, mengatur
jumlah uang yang beredar juga bisa menggunakan BI Rate. BI rate adalah instrumen dari pemerintah
untuk acuan seberapa besar bunga simpanan jangka pendek, misalnya Surat Berharga Indonesia.
biasanya bank-bank umum akan menaikkan atau menurunkan suku bunganya seiring dengan naik atau
turunnya BI Rate. maka dari itu, saat BI Rate diturunkan, suku bunga kredit juga turun, sehingga biaya
investasi ikut turun. dari sini, diharapkan investasi meningkat.
(kapitalis banget…)
kebijakan moneter juga mengatur tentang giro wajib minimum, yaitu jumlah simpanan bank umum di Bank
Indonesia yang merupakan sebagian dari titipan pihak ketiga. saat ini giro wajib minimum sebesar 8 % dari
titipan pihak ketiga.
kebijakan moneter juga berpengaruh dalam perdagangan internasional dengan mengendalikan tarif ekspor
impor. jika tarif impor naik, dorongan untuk impor berkurang. jika tarif impor turun, dorongan untuk ipmpor
bertambah dan harga barang-barang impor menjadi lebih murah.
sedikit tambahan, sekitar 95 % kapas yang digunakan sebagai produksi di Indonesia adalah hasil impor.
dalam kasus ini industri katun sebagai hasil olahan kapas dalam negeri akan turun jika tarif impor naik.
satu lagi kebijakan yang dimiliki pemerintah Indonesia adalah kebijakan sektoral. kebijakan ini
menitikberatkan pada satu dari sembilan sektor perekonomian di Indonesia. misalnya, di sektor pertanian
pemerintah memberikan subsidi pupuk. subsidi ini diberikan agar harga pupuk murah. dengan demikian
pupuk akan terdorong untuk dipakai. contoh lainnya adalah kebijakan di sektor industri. di sektor ini
pemerintah membuat kebijakan kawasan ekonomi khusus. kawasan ekonomi khusus adalah kawasan
yang khusus digunakan untuk pendirian industri. misalnya, kawasan industri Cilacap. kawasan ini
mempunyai hak khusus, misalnya di Batam impor bahan mentah tidak terkena pajak, sehingga hal ini akan
mendorong produksi di sana.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita menjumpai istilah-istilah yang berhubungan dengan
keuangan, baik melalui berita, komunikasi sehari-hari ataupun melalui farum-forum diskusi.
Istilah-istilah tersebut seperti deflasi, defresiasi, apresiasi, inflasi terbuka, sanering, revaluasi,
inflasi dan masih banyak lagi.

Nilai tukar: Direspons secara cermat

Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebenarnya bisa lebih kuat dari nilai yang
berlaku saat ini. Tapi kelihatannya Bank Indonesia menghindari hal itu. Bank Indonesia tetap
melakukan intervensi terhadap nilai mata uang rupiah dengan melakukan pembelian dollar di
pasar. Dengan demikian nilai tukar rupiah tidak mencapai nilai terkuatnya.

Namun apakah Bank Indonesia mampu terus melakukan kebijakan seperti ini jika mata uang
dollar terus jatuh dalam jangka panjang. Kecenderungan itu ada karena nilai tukar dollar jatuh
terhadap semua mata uang dunia bukan hanya pada rupiah saja. Kekuatan Bank Sentral ini
juga perlu dipertanyakan dalam melakukan pembelian atas dollar secara terus menerus.
Demikian juga jika pembelian dollar terus dilakukan saat ini sementara prediksi mata uang
dollar akan terus tertekan apakah Bank Indonesia tidak melakukan pembelian dollar lebih
mahal jika dibandingkan dengan masa nantinya.

Memang pelik mengurus masalah moneter apalagi dikaitkan dengan faktor eksternal seperti
saat ini. Sepertinya serba salah, lakukan pembelian salah tidak juga demikian. Di sinilah
kepiawaian para pelaku bank sentral dituntut untuk dapat melihat ke depan. Memprediksi
masa depan berdasarkan kecenderungan yang terjadi merupakan suatu tuntutan sebelum
diambil suatu kebijakan. Para ekonom yang duduk di bank sentral harus berpikir ekstra keras
agar nilai tukar rupiah dapat terjaga dan mempunyai daya saing. Tentu ini tidak mudah dan
berspekulasi juga tidak boleh. 

Namun semuanya akan dapat terjaga jika tidak ada gangguan pemerintah dan adanya
konsistensi kebijakan ekonomi pemerintah yang teruji. Kampanye Kementerian Perdagangan
untuk mempergunakan produksi dalam negeri hendaknya tidak saja merupakan konsumsi
masyarakat banyak tapi juga dilaksanakan oleh pihak pemerintah. Studi banding dan
perjalanan ke luar negeri yang kurang penting bisa ditangguhkan. Disamping penghematan
lainnya yang bisa dilakukan oleh lembaga legislatif maupun eksekutif serta merealisasi
komitmen membangun infrastruktur secara nasional.

Setidaknya infrastruktur dibangun di daerah dimana pusat produksi berada bagi mendorong
tumbuhnya sektor riil. Ini menjadi penting karena kemampuan Bank Indonesia menjaga
stabilitas moneter juga ada batasnya. Tanpa tumbuhnya sektor riil tidak akan bisa sektor
moneter berjalan kokoh. Bank Indonesia dan pemerintah memang dua badan yang berdiri
sendiri. Tapi dalam kebijakan yang berjalan sangat diperlukan sinkronisai kebijakan.
Sinkronisasi dimaksudkan sebagai kebijakan yang saling mendukung bagi pencapaian tujuan
kedua lembaga.

Namun dapat diduga kebijakan devaluasi terselubung yang dijalankan Bank Indonesia sudah
dalam acara sinkronisasi itu. Memperlambat penguatan nilai tukar mata uang rupiah
(mempertahankan nilai tukar rupiah melemah) dilakukan agar pendapatan eksportir dalam
negeri tidak terpukul secara drastis. Indonesia saat ini masih negara eksportir khusus untuk
barang sumberdaya alam dan hasil hasilnya. Ekspor barang sumberdaya alam merupakan
pendapatan utama bagi cadangan devisa Indonesia. Indonesia masih jauh tertinggal dari
pendapatan ekspor jasa dan barang hasil industri manufaktur. Jadi inipun perlu dijaga tidak
karena masalah devisa saja tapi juga karena menyangkut pada peluang kerja dalam negeri.
Kegiatan ekspor adalah kegiatan yang mampu menciptakan peluang kerja sekaligus devisa.

Demikian pula halnya dengan impor. Nilai mata uang rupiah yang cepat menguat akan
mengundang laju pertumbuhan impor cepat naik. Jika kebetulan yang diimpor adalah barang
modal atau bahan baku mungkin itu hal positif bagi petumbuhan ekonomi ke depan. Itu pun
dilihat juga apakah barang modal dan bahan baku yang diimpor dapat memperbanyak pasokan
barang dalam negeri yang menyangkut pada kebutuhan rakyat banyak atau tidak. Jika yang
diimpor itu adalah barang modal dan bahan baku bagi memenuhi kebutuhan segelintir
masyarakat yang berpendapatan tinggi (bahan baku perumahan mewah dan gedung mewah,
peralatan produksi untuk menghasilkan barang mewah) maka persoalannya menjadi lain.
Yang terjadi justru demonstration effect. Di sini diperlukan kebijakan pemerintah untuk
mengawal penggunaan devisa secara efektif.

Biasanya jika suatu mata uang nilainya menguat yang pertama dipengaruhinya adalah
kebutuhan masyarakat yang berpendapatan tinggi. Masyarakat inilah yang pertama
mendapatkan manfaat dari nilai mata uang yang menguat itu karena merekalah yang
mempuyai daya beli. Jadi pengkaitan nilai tukar mata uang yang menguat dengan impor
barang mewah bagi kebutuhan masyarakat yang berpendapatan tinggi tidak dapat dibantah.
Ini harus menjadi perhatian pemerintah. Jika tidak maka kesenjangan konsumsi dalam
masyarakat akan terjadi. Ini harus dihindari walau sudah terjadi di Indonesia. Harga selembar
tiket satu juta rupiah (perorang) untuk menyaksikan hiburan artis asing di Indonesia menjadi
rebutan bagi sebagian orang. Pesta di hotel yang berbiaya lima ratus ribu sampai satu juta
rupiah perkepala (undangan) merupakan hal yang biasa bagi segelintir masyarakat. Pelajar SD
dan SMP yang berdarmawisata keluar negeri semasa liburan juga hal yang terjadi di
Indonesia. Dan sebagainya.

Di pihak lain banyak murid yang putus sekolah karena ketiadaan biaya. Banyak masyarakat
yang tidak ke rumah sakit karena ketiadaan ongkos (perjalanan dan pengobatan). Sementara
itu pemerintah sendiri masih sibuk dengan urusan masyarakat miskin. Belum lagi kita
membicarakan perumahan dan lingkungan kumuh yang merupakan tumpuan hidup
masyarakat miskin. Terjadi kesenjangan konsumsi ditengah masyarakat yang sangat dalam.
Oleh sebab itu penguatan nilai tukar mata uang rupiah harus di respons secara hati hati seperti
yang dikatakan pada awal tulisan ini. Menguat salah melemah juga begitu. Namun semuanya
harus disesuaikan dengan kebutuhan yang berjalan. 

Demikian juga jika dikaitkan dengan pertumbuhan industri dalam negeri tanpa melihat skala
industri dimaksud. Pada dasarnya perusahaan industri di dalam negeri berjalan kurang effisien
dan belum optimal. Ini bisa terjadi karena faktor keterampilan kerja/disiplin SDM nya masih
rendah atau menyangkut pada kualitas teknologi yang dipergunakan ataupun infrastruktur
yang tidak baik ataupun biaya sosial yang tinggi (premanisme di tengah perjalanan, layanan
birokrasi yang lambat, tingkat kepastian waktu). Dengan hal seperti ini pasti perusahaan
industri dalam negeri memiliki daya saing yang lemah jika dibandingkan dengan perusahaan
industri luar negeri terutama dalam harga.

Penguatan nilai tukar mata uang rupiah justru akan memperkuat daya saing barang impor
karena harganya semakin murah. Dan hal ini akan memukul kelanjutan usaha industri dalam
negeri. Jika begitu halnya bagaimana pula dengan nasib para pekerja pada perusahaan industri
dalam negeri itu. Memang tidak semudah seperti yang dipikirkan banyak orang. Bank
Indonesia (selaku bank sentral) dan pemerintah harus dapat melihat kecenderungan masa
depan didalam memutus kebijakan yang dijalankan. Tentunya kebijakan itu disesuaikan pula
dengan kebutuhan saat ini. Kebutuhan saat ini dan kecenderungan perkembangan masa depan
merupakan dua hal yang harus dipikirkan dalam penetapan kebijakan.

KEBIJAKAN PEMERINTAH SUKU BUNGA TINJAUAN TEORITIS DAN BUKTI


EMPIRIS

Di banyak negara yang sedang berkembang dahulu pemerintahnya melakukan kebijakan suku
bunga dengan cara membatasi suku bunga berlaku di pasar uang baik untuk suku bunga
kredit maupun suku bunga deposito. demikian halnya dengan pemerintah Indonesia sebelum
1 Juni 1983 juga melakukan Kebijakan suku bunga dengan membatasi suku bunga yang
berlaku di Indonesia. Pembatasan suku bunga ini jika dihadapkan pada laju inflasi terjadi di
negara yang sedang berkembang ring menghasilkan suku bunga riil yang igatip. Hal ini
disebabkan karena suku bunga nominal yang ditetapkan oleh pemerintah lebih daripada laju
inflasi, sehingga suku bunga yang merupakan selisih antara suku bunga mininal dengan laju
inflasi akan negatip. Di samping itu, pembatasan suku bunga juga cenderung menghasilkan
distorsi dalam alokasi sumber-sumber produktip, baik melalui kurangnya akumulasi kapital
serta kesalahan kasi kapital tersebut pada tingkat tabungan berapapun.    Banyak    pakar   
ekonomi, sebagaimana Shaw (1973) dan McKinnon (1973), yang telah mengemukakan
pendapatnya bahwa distorsi yang disebabkan oleh "represi keuangan" negara yang sedang
berkembang bahkan lebih penting daripada distorsi yang disebabkan oleh kebijakan lainnya
seperti misalnya pembatasan perdagangan.
Kedua pakar di atas juga mengatakan bahwa elemen yang penting di dalam pembangunan
ekonomi adalah liberalisasi pasar keuangan. Sebab dengan adanya liberalisasi di bidang
keuangan ini akan menghilangkan distorsi yang terjadi di pasar uang, sebagaimana yang
dijalankan pemerintah Indonesia pada 1 Juni 1983 dengan deregulasi di bidang perbankan
khususnya.yaitu dengan cara menghi-langkan pagu kredit dan memberi kebebasan pada
bank-bank umum untuk menentukan suku bunganya sendiri tanpa campur tangan pemerintah.
Kebijakan deregulasi ini dimaksudkan sebagai tindakan pemerintah dengan cara mengurangi
dan atau melonggarkan aturan - aturan yang dianggap menyebabkan terjadinya distorsi. Kata
deregulasi tersebut digunakan untuk menggantikan kata liberalisasi.Tin'dakan pemerintah
tersebut bertujuan untuk meningkatkan suku bunga dan atau mengurangi laju inflasi.
Meskipun banyak ahli/ekonom yang setuju atas program reformasi keuangan tersebut akan
menguntungkan bagi negara-negara yang sedang berkembang, di mana elemen kuncinya
adalah suku bunga, akan tetapi banyak juga ekonom yang menyangsikan keberhasilan
tersebut Vogel (1979), Galbis (1981), McKinnon (1981&82), dan ekonom lainnya telah
melakukan pengujian terhadap masalah yang akan muncul seandainya program tersebut
dilakukan bagi suatu negara yang sedang berkembang. Karena masing-masing negara
berkembang mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, sehingga program tersebut tidak dapat
disamaratakan antara negara yang satu dengan negara lainnya. Menurut Galbis (1981),
keberhasilan program reformasi keuangan tersebut, apapun namanya baik deregulasi maupun
liberalisasi, akan tergantung pada berbagai persyaratan sebagai berikut:
1. pemerintah harus menganut prinsip dasar perekonomian pasar artinya campur tangan
pemerintah dihilangkan.
2. struktur dan ukuran pasar keuangan tersebut cukup/memadai untuk terjadinya persaingan
yang efektip,artinya agen/ pemain yang ada dipasar keuangan tersebut cukup besar/banyak,
dan
3. kebebasan untuk keluar masuk pasar dimungkinkan terjadi, ini berarti bahwa hambatan untuk
memasuki dunia usaha tersebut tidak dimungkinkan terjadi.
Dengan demikian jika ketiga kondisi di atas, salah satu atau semuanya, tidak terpenuhi maka
pembebasan suku bunga akan berpotensi menyebabkan terjadinya ketidakstabilan pasar uang
tersebut. meningkatnya kekuatan oligopoli dipasar uang tersebut, dan merangsang adanya
situasi pasar yang cenderung mendukung adanya suku bunga deposito yang lebih rendah.
Dalam hal ini suku bunga merupakan pokok bahasan (variabel kunci) karena sebagaimana
yang dikemukakan oleh Gonzales-Vega (1982), dimana suku bunga merupakan harga relatip
terpenting yang ada diperekonomian pasar; suku bunga merupakan penentu dan pengawas
terjadi harga barang-barang lainnya dipasar; dan suku bunga telah dikenal secara umum
sebagai penyebab terjadinya distorsi pasar secara umum.
Untuk itu penelitian ini dimaksudkan untuk melihat masalah yang mungkin terjadi dengan
adanya deregulasi perbankan di Indonesia ditahun 1983. Dan masalah tersebut mungkin lebih
berat jika dibandingkan dengan tidak adanya reformasi keuangan, dalam artian bahwa
pembatasan suku bunga yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia masih lebih baik. Hal ini
diperkirakan karena persyaratan untuk keberhasilan reformasi keuangan tersebut diragukan
adanya. Dan bahkan ada yang menyarankan adanya urutan dalam reformasi tersebut,
manakah yang lebih didahulukan apakah di bidang keuangan, pasar modal, maupun di bidang
lainnya.
Menurut Iwan Jaya Azis (1996) urutan tahapan yang dipilih oleh pemerintah Indonesia
memang bukan urutan yang terbaik, bahkan bertentangan dengan hipotesis yang umumnya
muncul dalam buku teks yaitu bahwa stabilisaaj harus mendahului program penyesuaianl
struktural, reformasi perdagangan harua mendahului reformasi keuangan dan baru setelah
semuanya diterapkan neraca modal dapat dibuka (sistem devisa bebas). Sedangka yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Sistem devisa bebas sudah dianut sejak tahun 1971, jadi bukan tahap akhir dari seluruh
episode, dan
2. Reformasi keuangan dilaksanakan mulai Juni 1983, jadi lebih dahulu jika dibandingkan
dengan
3. Liberalisasi  perdagangan yang baru dilakukan sekitar tahun 1986.
Akan tetapi hasil yang dicapai berdasarkan indikator makro menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan ekonomi dapat lebih tinggi dari pada yang sesungguhnya terjadi. Namun
dengan memperhitungkan faktor distribusi pendapatan antar- kelompok masyarakat dengan
tingkat pendapatan berbeda, hasil tahapan reformasi yang dilakukan Indonesia ternyata lebih
buruk. Artinya walaupun laju pertumbuhan ekonomi lebih lambat, namun tingkat pemerataan
relatif masih lebih baik. (Iwan Jaya Azis, 1996 dan Azis, 1996)
Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Ekonomi

         Reply
 Pengertian iLmu Ekonomi
Istilah ‘ekonomi’ berasal dari bahasa Yunani oikonomia, yaitu gabungan kata oikos-nomos. Oikos berarti
rumah tangga, sedangkan nomos berarti aturan. Oikonomia mengandung arti aturan yang berlaku untuk
memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga.
Secara istilah, ilmu ekonomi yaitu ilmu yang mempelajari berbagai tindakan manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
Berdasarkan ruang lingkupnya, ilmu ekonomi terbagi dalam kedua kajian yakni Ekonomi Mikro dan
Ekonomi Makro. Adapun pengertiannya yaitu sebagai berikut :
ü  Ekonomi Mikro
Ekonomi Mikro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisa bagian-bagian kecil dari keseluruhan
kegiatan perekonomian (dalam lingkup kecil) seperti harga, biaya produksi, perilaku produsen, perilaku
konsumen, permintaan, penawaran, teori produksi, elastisitas, dan lain-lain.
Ekonomi mikro mempelajari bagaimana rumah tangga individual atau perusahaan pengambil keputusan
dan melakukuan interaksi di pasar tertentu. Contohnya seperti bagaimana harga suatu barang terbentuk?
Bagaimana menentukan harga? Bagaimana memproduksi untuk mencapai tingkat paling efisien?
Bagaimana perusahaan memperoleh laba maksimum? Bagaimana konsumen memperoleh kepuasan
maksimum?
ü  Ekonomi Makro
Ekonomi Makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis kegiatan perekonomian secara
keseluruhan (dalam lingkup luas) seperti inflasi, pendapatan nasional, kesempatan kerja, pengangguran,
kebijakan fiskal, kebijakan moneter, neraca pembayaran, investasi, dan lain-lain.
Ekonomi Makro mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas. Contoh : inflasi,
pengangguran, pendapatan nasional, kesempatan kerja, pengangguran, kebijakan fiskal, kebijakan
moneter, neraca, pembayaran, investasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Kedua kajian tersebut pada dasarnya adalah menjelaskan mekanisme dari kegiatan ekonomi.
Adapun jenis-jenis analisis ilmu ekonomi yaitu sebagai berikut :
ü  Teori Ekonomi (Analysa Economic), yakni ilmu yang menerangkan hubungan peristiwa-peristiwa
ekonomi kemudian merumuskan hubungan-hubungan itu dalam suatu hokum ekonomi. Contoh : Hukum
Permintaan (Jika harga suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta akan berkurang. Jika harga
barang turun maka jumlah barang yang diminta akan bertambah), Hukum Penawaran (Jika harga barang
naik maka jumlah yang ditawarkan akan bertambah. Jika harga barang turun maka jumlah yang ditawarkan
akan berkurang), Teori Produksi, dan lain-lain.
ü  Ekonomi Deskriptif (Descriptive Economics), yakni ilmu yang menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dari wujud dalam perekonomian. Contohnya seperti keadaan petani di Jawa Tengah, inflasi
yang meningkat pada tahun 1998, dan lain-lain.
ü  Ekonomi terapan (Aplied Economics), yakni ilmu ekonomi yang mengkaji tentang kebijakan-kebijakan
yang perlu dilaksanakan dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi. Contoh : Ekonomi Moneter,
Ekonomi Koperasi, Ekonomi Perusahaan, dan lain-lain.
Pada intinya, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mengakui realitas kelangkaan lalu memikirkan cara
mengorganisasikan masyarakat dalam suatu acara yang menghasilkan pemanfaatan sumber daya
ekonomi yang paling efisien. Disinilah ilmu ekonomi memberikan kontribusinya (sumbangan) yang unik.
Pengkajian ilmu ekonomi dilakukan dalam dua tingkatan. Pertama, pengkajian berdasarkan keputusan
rumah tangga individual dan perusahaan. Dapat dikaji interaksi rumah tangga individual dan perusahaan di
pasar untuk barang dan jasa tertentu. Kedua, dapat dikaji operasi perekonomian secara menyeluruh yang
merupakan kumpulan dari semua pengambil keputusan di semua pasar.
 Perbedaan Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro
Adapun perbedaan antara Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro dapat dibedakan dari tiga aspek yaitu
sebagai berikut :
Aspek Ekonomi Mikro Ekonomi Makro
Harga Harga adalah nilai dari suatu Harga adalah nilai dari komoditas
komoditas (barang tertentu saja) secara agregat (keseluruhan)
Unit Analisis Pembahasan tentang kegiatan Pembahasan tentang kegiatan
ekonomi secara individual. Contoh : ekonomi secara keseluruhan.
permintaan dan penawaran, perilaku Contoh : pendapatan nasional,
produsen, perilaku konsumen, pasar, pertumbuhan ekonomi, inflasi,
penerimaan, biaya, laba atau rugi pengangguran, investasi, dan
perusahaan. kebijakan ekonomi.
Tujuan Analisis Lebih menitik beratkan pada analisa Lebih menitik beratkan pada analisa
tentang cara mengalokasikan tentang pengaruh kegiatan ekonomi
sumber daya supaya dapat dicapai terhadap perekonomian secara
kombinasi yang tepat. menyeluruh.
 Contoh Penerapan Konsep Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro
 Ekonomi Mikro
-    Interaksi antara produsen dan konsumen di pasar untuk mencapai kesepakatan harga.
-    Kenaikan harga minyak di pasar
-    Penurunan jumlah produksi padi.
-    Penentuan harga jual beras.
-    Penetapan harga keseimbangan
 Ekonomi Makro
-    Kenaikan defisit anggaran pemerintah.
-    Pengangguran yang terus meningkat.
-    Tingkat kemiskinan tinggi.
-    Ketidakmerataan pembangunan di setiap daerah.
-    Ketidakmerataan distribusi pendapatan masyarakat.
 Peran dan Fungsi Pemerintah di Bidang Ekonomi
Dalam upaya peningkatan kehidupan ekonomi, individu, dan anggota masyarakat tidak hanya tergantung
pada peranan pasar melalui sektor swasta. Peran pemerintah dan mekanisme pasar (interaksi permintaan
dan penawaran pasar) merupakan hal yang bersifat komplementer (bukan substitusi) dengan pelaku
ekonomi lainnya.
Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga pemerintah), memiliki fungsi penting dalam
perekonomian yaitu berfungsi sebagai stabilisasi, alokasi, dan distribusi. Adapun penjelasannya sebagai
berikut :
 § Fungsi Stabilisasi, yakni fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hokum,
pertahanan, dan keamanan.
 § Fungsi Alokasi, yakni fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa publik seperti pembangunan jalan raya,
gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan, dan telepon.
 § Fungsi Distribusi, yakni fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat.
Perlunya peran dan fungsi pemerintah dalam perekonomian, yaitu sebagai berikut:
ü  Pembangunan ekonomi dibanyak negara umumnya terjadi akibat intervensi pemerintah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Intervensi pemerintah diperlukan dalam perekonomian untuk
mengurangi dari kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga monopoli dan dampak negatif
kegiatan usaha swasta contohnya pencemaran lingkungan.
ü  Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan aturan yang dibuat pemerintah. Aturan ini
memberikan landasan bagi penerapan aturan main, termasuk pemberian sanksi bagi pelaku ekonomi yang
melanggarnya. Peranan pemerintah menjadi lebih penting karena mekanisme pasar saja tidak dapat
menyelesaikan semua persoalan ekonomi. Untuk menjamin efisiensi, pemerataan dan stabilitas ekonomi,
peran dan fungsi pemerintah mutlak diperlukan dalam perekonomian sebagai pengendali mekanisme
pasar.
Kegagalan pasar (market failure) adalah suatu istilah untuk menyebut kegagalan pasar dalam mencapai
alokasi atau pembagian sumber daya yang optimum. Hal ini khususnya dapat terjadi jika pasar didominasi
oleh para pemasok monopoli produksi atau konsumsi dan sebuah produk mengakibatkan dampak
sampingan (eksternalitas), seperti rusaknya ekosistem lingkungan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, negara atau pemerintah memiliki fungsi yang penting dalam
kehidupan ekonomi, terutama yang berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa. Barang dan jasa
tersebut sangat diperlukan masyarakat dan disebut sebagai kebutuhan publik. Kebutuhan publik meliputi
dua macam barang, yaitu barang dan jasa publik dan barang dan jasa privat. Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
 Barang dan jasa publik adalah barang dan jasa yang pemanfaatannya dapat dinikmati bersama. Contoh barang dan
jasa publik yaitu jalan raya, fasilitas kesehatan, pendidikan, transportasi, air minum, dan penerangan. Dengan
pertimbangan skala usaha dan efisiensi, negara melakukan kegiatan ekonomi secara langsung sehingga masyarakat
dapat lebih cepat dan lebih murah dalam memanfaatkan barang dan jasa tersebut.
 Barang dan jasa privat adalah barang dan jasa yang diproduksi dan penggunaannya dapat dipisahkan dari penggunaan
oleh orang lain. Contoh : pembelian pakaian akan menyebabkan hak kepemilikan dan penggunaan barang berpindah
kepada orang yang membelinya. Barang ini umumnya diupayakan sendiri oleh masing-masing orang.
Selain itu, peran penting pemerintah baik secara langsung dan tidak langsung didalam di dalam kehidupan
ekonomi adalah untuk menghindari timbulnya eksternalitas, khususnya dampak sampingan bagi
lingkungan alam dan sosial. Pada umumnya sektor pasar (sektor swasta) tidak mampu mengatasi dampak
eksternalitas yang merugikan seperti pencemaran lingkungan yang timbul karena persaingan antar
lembaga ekonomi. Misalnya, sebuah pabrik tekstil yang berada dalam pasar persaingan sempurna.
Menurut standar industri yang sehat, pabrik tersebut seharusnya membangun fasilitas pembuangan
limbah. Akan tetapi, mereka membuangnya kesungai. Jika pemerintah tidak mengambil tindakan tegas,
dengan memaksa pabrik tersebut membangun fasilitas pembuangan limbah pabrik akan semakin banyak
penduduk yang merasa dirugikan atas limbah atau polusi yang diakibatkan adanya kegiatan dalam pabrik
tersebut. Selain memberi peringatan kepada tersebut, pemerintah juga mengenakan pajak polusi untuk
mendanai kerugian-kerugian yang lain.
Pada intinya, pemerintah ikut serta dalam kegiatan perekonomian supaya menanggulangi kegagalan pasar
sehingga tidak adanya eksternalitas yang merugikan banyak pihak. Adapun bentuk dari peran pemerintah
yakni dengan melakukan intervensi baik secara langsung maupun tidak langsung. Dibawah ini merupakan
penjelasannya :
 Intervensi Pemerintah dalam Perekonomian
Untuk mengatasi kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga, monopoli, dan eksternalitas
yang merugikan maka peran pemerintah sangat diperlukan dalam perekonomian suatu negara. Peranan ini
dapat dilakukan dalam bentuk intervensi secara laungsung maupun tidak langsung. Berikut adalah
intervensi pemerintah secara langsung dan tidak langsung dalam penentuan harga pasar untuk melindungi
konsumen atau produsen melalui kebijakan penetapan harga minimum (floor price) dan kebijakan
penetapan harga maksimum (ceiling price).
13.              a. Intervensi Pemerintah secara Langsung
1. 1. Penetapan Harga Minimum (floor price)
Penetapan harga minimum atau harga dasar yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk melindungi
produsen, terutama untuk produk dasar pertanian. Misalnya harga gabah kering terhadap harga pasar
yang terlalu rendah. Hal ini dilakukan supaya tidak ada tengkulak (orang/pihak yang membeli dengan
harga murah dan dijual kembali dengan harga yang mahal) yang membeli produk tersebut diluar harga
yang telah ditetapkan pemerintah. Jika pada harga tersebut tidak ada yang membeli, pemerintah akan
membelinya melalui BULOG (Badan Usaha Logistik) kemudian didistribusikan ke pasar. Namun,
mekanisme penetapan harga seperti ini sering mendorong munculnya praktik pasar gela, yaitu pasar yang
pembentukan harganya di luar harga minimum. Untuk mengetahui proses terbentuknya harga minimum,
dapat dilihat pada Kurva 5.1 sebagai berikut :
14.              2. Penetapan Harga Maksimum (ceiling price)
Penetapan harga maksimum atau Harga Eceran Tertinggi  (HET) yang dilakukan pemerintah bertujuan
untuk melindungi konsumen. Kebijakan HET dilakukan oleh pemerintah jika harga pasar dianggap terlalu
tinggi diluar batas daya beli masyarakat (konsumen). Penjual tidak diperbolehkan menetapkan harga
diatas harga maksimum tersebut. Contoh penetapan harga maksimum di Indonesia antara lain harga obat-
obatan diapotek, harga BBM, dan tariff angkutan atau transportasi seperti tiket bus kota, tarif kereta api
dan tarif taksi per kilometer. Seperti halnya penetapan harga minimum, penetapan harga maksimum juga
mendorong terjadinya pasar gelap.
Adapun proses Penetapan Harga Maksimum (ceiling price) dapat di lihat dalam kurva 5.2 sebagai berikut :
15.              b. Intervensi Pemerintah secara Tidak Langsung
1. 1. Penetapan Pajak
Kebijakan penetapan pajak dilakukan oleh pemerintah dengan cara mengenakan pajak yang berbeda-
beda untuk berbagai komoditas. Misalnya untuk melindungi produsen dalam negeri, pemerintah dapat
meningkatkan tarif pajak yang tinggi untuk barang impor. Hal tersebut menyebabkan konsumen membeli
produk dalam dalam negeri yang harganya relatif lebih murah.
Adapun proses penetapan pajak dapat di lihat sebagai berikut :
16.              Pemberian Subsidi
Pemerintah dapat melakukan intervensi atau campur tangan dalam pembentukan harga pasar yaitu
melalui pemberian subsidi. Subsidi biasanya diberikan pemerintah kepada perusahaan-perusahaan
penghasil barang kebutuhan pokok. Subsidi juga diberikan kepada perusahaan yang baru berkembang
untuk menekan biaya produksi supaya mampu bersaing terhadap produk-produk impor. Kebijakan ini
ditempuh pemerintah dalam upaya pengendalian harga untuk melindungi produsen maupun konsumen
sekaligus untuk menekan laju inflasi.
Adapun proses dari pemberian subsidi dapat di lihat sebagai berikut :
 Masalah-Masalah yang Dihadapi Pemerintah di Bidang Ekonomi
Permasalahan ekonomi tidak hanya meliputi masalah-masalah mikro seperti kekakuan harga, monopoli,
dan eksternalitas yang memerlukan intervensi pemerintah. Permasalahan ekonomi juga terjadi dalam
lingkup ekonomi makro yang memerlukan kebijakan pemerintah. Dinegara-negara sedang berkembang,
pada umumnya terdapat tiga masalah besar pembangunan ekonomi. Ketiga masalah tersebut berkaitan
dengan kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan pengangguran yang terus meningkat. Permasalahan
ekonomi makro Indonesia dalam membangun negara sebenarnya tidak hanya sebatas itu. Inflasi yang
tidak terkendali, ketergantungan terhadap impor dan utang luar negeri merupakan masalah pemerintah
dalam bidang ekonomi makro.
Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut :
18. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu keadaan ketidakmampuan yang bersifat ekonomi (ekonomi lemah) jadi
dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok (kebutuhan primer) karena pendapatannya
rendah. Kemiskinan terjadi karena beberapa faktor. Karena rendahnya pendapatan yang menyebabkan
rendahnya daya beli. Selain itu karena rendahnya pendidikan masyarakat sehingga masyarakat tidak
mendapatkan hidup yang layak.
Untuk mengatasi kemiskinan yaitu dengan cara membatu masayarakat pemerintah melakukan program
‘Program Inpres Desa Tertinggal’ atau IDT, pemberian kredit untuk para petani dan pengasuh kecil berupa
‘Kredit Usaha Kecil’ atau KUK, Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Program Kawasan Terpadu (PKT),
Program Gerakan Orang Tua Asuh (GN-OTA), Raskin, Bantuan Langsung Tunai (BLT), serta program-
program lainnya.
Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi pemerintah. Memang sudah menjadi tanggung
jawab pemerintah untuk mengatasinya. Namun kita semua juga haruslah ikut serta dalam upaya
pengentasan kemiskinan karena kita merupakan mahluk sosial yang beragama. Dimulai dari upaya kecil
dan nantinya akan melakukan perubahan besar.
Solusi atas masalah kemiskinan yang dapat kita upayakan yaitu dengan dimulai dari diri sendiri, mulai detik
ini, dan hingga akhir nanti. Maksudnya kalian sebagai pelajar, belajarlah dengan tekun untuk masa depan
diri kalian sendiri serta nantinya akan berkembang potensi positif kalian untuk berguna bagi masyarakat.
Contohnya, jika kalian belajar dengan tekun maka kalian membentuk diri sebagai pribadi yang intelektual
serta berakhlak mulia. Potensi positif tersebut dapat digunakan untuk memperoleh pekerjaan yang layak
sehingga pendapatan yang kalian dapatkan akan membuat kalian jauh dari kemiskinan dan pendapatan
tersebut dapat kalian sisihkan untuk membantu sesama seperti membagikan sembako atau kebutuhan-
kebutuhan lainnya, berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, dan lain-lain.
2. Masalah Keterbelakangan
Keterbelakangan merupakan suatu keadaan yang kurang baik jika dibandingkan dengan keadaan
lingkungan lainnya. Keterbelakangan dalam hal ini maksudnya adalah ketertinggalan dengan negara lain di
lihat dari berbagai aspek serta berbagai bidang.
Dilihat dari penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Indonesia masih dikategorikan sebagai
negara sedang berkembang. Ciri lain dari negara sedang berkembang adalah rendahnya tingkat
pendapatan dan pemerataannya, rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan fasilitas umum/publik,
rendahnya tingkat disiplin masyarakat, rendahnya tingkat keterampilan penduduk, rendahnya tingkat
pendidikan formal, kurangnya modal, dan rendahnya produktivitas tenaga kerja, serta lemahnya tingkat
manajemen usaha.
Untuk mengatasi masalah keterbelakangan tersebut, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas SDM
dengan melakukan program pendidikan seperti wajib belajar 9 tahun dan  mengadakan pelatihan-pelatihan
seperti Balai Latihan Kerja (BLK). Selain itu, melakukan pertukaran tenaga ahli, melakukan transfer
teknologi dari negara-negara maju.
Masalah keterbelakangan merupakan masalah yang harus kita atasi bersama. Karena kita merupakan
subjek atau obejek dari permasalahan ini. Upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan memiliki
semangat ingin maju sehingga kita memiliki hasrat untuk belajar dan belajar terus. Negara kita belum
dikategorikan sebagai negara maju. Kita sebagai masyarakatnya haruslah membantu pemerintah untuk
mengejar ketertinggalan dari segala bidang dengan negara lain. Upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan meningkatkan IPTEK karena merupakan kunci untuk mengatasi masalah keterbelakangan. Apa
yang dapat kalian lakukan untuk mengatasi keterbelakangan ? Kalian harus belajar dengan tekun. Jika
kalian pintar maka kalian dapat melakukan sesuatu yang berguna seperti mengikuti olympiade mata
pelajaran atau kegiatan-kegiatan lainnya yang akan mengangkat nama negara dimata dunia. Selain itu,
kalian semestinya menjaga pembangunan seperti fasilitas publik yang telah dilakukan pemerintah. Jangan
sampai merusaknya karena jika rusak maka akan membutuhkan biaya untuk memperbaikinya. Selain itu,
pembangunan yang dilakukan pemerintah semestinya dipergunakan dengan baik jangan sampai diabaikan
karena pembangunan tersebut dibangun dengan menggunakan biaya yang tidak sedikit. Contohnya
seperti kebiasaan membuang sampah sembarangan, tindakan anarki seperti kerusuhan, korupsi, mutu
pendidikan rendah karena banyak peserta didik yang kurang memenuhi standar nilai, pelanggaran lalu
lintas, dan lain-lain sehingga akan banyak hal yang dirugikan dan membutuhkan biaya untuk
mengatasinya. Jadi kita sebagai warga negara yang baik semestinya membantu pemerintah supaya
menjadi negara maju dengan menjadi warga negara yang tidak menjadi beban atau merugikan negara
serta menjadi warga negara yang produktik sehingga dapat berguna bagi bangsa.
3. Masalah Pengangguran dan Keterbatasan Kesempatan Kerja
Pengangguran merupakan suatu kondisi kurang produktif atau pasif sehingga kurang mampu
menghasilkan sesuatu. Sedangkan keterbatasan kesempatan kerja merupakan suatu keadaan kekurangan
peluang untuk mendapatkan pekerjaan karena tidak dapat masuk dalam kuota atau pekerjaan yang
tersedia.
Masalah pengangguran dan keterbatasan kesempatan Kerja saling berhubungan satu sama lainnya.
Masalah pengangguran timbul karena adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja yang tersedia.
Hal ini terjadi karena Indonesia sedang mengalami masa transisi perubahan stuktur ekonomi dari negara
agraris menjadi negara industri.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka solusinya adalah dengan melaksanakan program pelatihan bagi
tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki keahlian yang sesuai dengan lapangan yang tersedia,
pembukaan investasi-investasi baru, melakukan program padat karya, serta memberikan penyuluhan dan
informasi yang cepat mengenai lapangan pekerjaan.
Supaya kita tidak menjadi pengangguran karena kurangnya kesempatan kerja maka kita dapat berupaya
secara aktif sehingga menjadi produktif yang pada akhirnya kita tidak ketergantungan pada pekerjaan yang
telah tersedia. Lebih baik kita menciptakan pekerjaan yakni berwirausaha dari pada kita ketergantungan
pada pekerjaan yang belum pasti kita akan dapatkan. Kalaupun kita tidak dapat menciptakan pekerjaan
maka kita harus bersiap untuk bersaing dengan para pencari pekerja baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Untuk itu, kalian semestinya memanfaatkan kegiatan belajar dengan baik untuk memupuk ilmu
pengetahuan serta kepribadian yang baik supya kita memiliki kompetensi atau kemampuan untuk bersaing
dalam mendapatkan pekerjaan. Dalam mendapatkan pekerjaan, yang perlu diperhatikan bukan nilai dari
pendidikan formal (sekolah,kuliah) dan non-formal (kursus ketrampilan,kepribadian, serta pengalaman)
saja yang dijadikan bahan pertimbangan utama namun penerapan atau aplikasi dari ilmu pengetahuan
yang dimiliki. Artinya percuma jika nilai tinggi di ijazah tetapi setelah diuji kembali tidak dapat
membuktikannya. Maka kalian disaat ujian janganlah membiasakan mencontek atau bekerja sama supaya
mendapatkan nilai yang tinggi.
4. Masalah Kekurangan Modal
Masalah kekurangan modal adalah salah satu ciri penting bagi setiap negara yang memulai proses
pembangunan. Kekurangan modal tidak hanya mengahambat kecepatan pembangunan ekonomi yang
dapat dilaksanakan tetapi dapat menyebabkan kesulitan negara tersebut untuk lepas dari kemiskinan.
Pemerintah banyak melakukan program-program bantuan modal salah satunya yakni PNPM MANDIRI.
Selain pemerintah, badan usaha juga membantu dalam masalah kekurangan modal seperti bank, koperasi,
BUMN seperti PLN dan lain-lain.
Untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan program-program yang  meningkatan kualitas
SDM atau peningkatan investasi menjadi lebih produktif. Kekurangan modal dapat diatasi secara bijak
dengan tidak meminjam kepada retenir. Lebih baik meminjam kepada koperasi karena koperasi jasa yang
dikenakan bersifat menurun dan kita akan mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU). Kalaupun dirasa tidak
akan mampu mengembalikan pinjaman maka semestinya kita berfikir kreatif dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada.
5. Masalah Pemerataan Pendapatan
Pemerataan pendapatan bukan berarti pendapatan masyarakat harus sama. Pemerataan pendapat
supaya keadaan masyarakat semakin membaik bukan semakinrendah. Pemerataan Pendapatan
merupkan upaya untuk membantu masyarakat yang ekonominya rendah supaya tidak jauh terpojok.
Artinya untuk menghindari dari adanya gap atau batas antara yang kaya dan yang miskin. Jadi supaya
yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin.
Ketidakmerataan pendapatan terjadi karena sebagian besar pembangunan Indonesia terkonsentrasi hanya
dikota-kota besar saja. Oleh sebabitulah supaya pendapatan masyarakat merata, perlu perhatian
pemerintah yang didukung oleh masyarakat untuk bersama meningkatkan pelayanan kualitas publik,
meningkatkan kualitas SDM dan SDA supaya dapat mengatasi ketidakmerataan pendapatan. Penerapan
pajak bagi masyarakat yang berpenghasilan tinggi lebih dicermati lagi untuk subsidi silang bagi masyarakat
yang ekonominya masih rendah.
Apa yang dapat kalian lakukan untuk membantu pemerintah dalam masalah ini ? kalian semestinya
memiliki sikap tenggang rasa jangan sombong. Maksudnya jika kalian memiliki rezeki lebih, berbagilah
dengan lainnya. Jangan kalian sombong dengan harta yang dimiliki karena akan mengakibatkan
kecemburuan sosial. Kita semestinya membantu sesama baik dengan uang, tenaga, dan pikiran supaya
dapat meningkatkan pendapatannya (taraf hidupnya)
19. Inflasi
Inflasi atau kenaikan harga umum secara terus-menerus dianggap berbahaya karena dapat menyebabkan
dampak negtif seperti menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi pendapatan, dan
mengganggu stabilitas ekonomi.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut :
a. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan
jasa
b.  Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
c.  Kenaikan harga barang impor
d.  Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
e. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. Akibatnya angka
inflasi mencapai 58,5%.
Untuk mengatasi masalah inflasi salah satu caranya yakni dengan operasi pasar untuk meninjau harga
supaya harga tidak terlalu tinggi dipasaran, memberikan subsidi untuk membantu masyarakat yang
ekonominya masih rendah, dan menurunkan pajak untuk meringankan beban produsen dan konsumen.
20. Ketergantungan terhadap Impor dan Utang Luar Negeri
Tingkat ketergantungan yang tinggi dari pemerintah dan sektor swasta terhadap impor dan utang luar
negeri merupakan masalah pembangunan. Impor yang tinggi jelas akan mengurangi cadangan devisa
negara. Jika cadangan devisa berkurang, stabilitas ekonomi nasional akan lemah. Utang luar negeri
merupakan suatu masalah serius pemerintah. Jika suatu negara memiliki utang luar negeri masalah yang
muncul adalah menyangkut beban utang.  Semestinya pemerintah berupaya meningkatkan pertumbuhan
ekspor supaya cadangan devisa (pendapatan negara) menjadi bertambah serta mengurangi kebiasaan
utang. Lebih baik memanfaatkan sumber daya yang ada secara kreatif tidak tergantung pada bantuan dari
pihak luar.
Untuk mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi, pemerintah menggunakan kebijakan-kebijakan
tertentu. Secara garis besar, terdapat tiga kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi makro. Kebijakan
tersebut adalah sebagai berikut :
 Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah sebagai pelaku sektor publik. Kebijakan
fiskal dalam penerimaan pemerintah dianggap sebagai suatu cara untuk mengatur mobilisasi dana
domestik, dengan instrumen utamanya perpajakan. Dinegara sedang berkembang seperti Indonesia,
kebijakan moneter dan kebijakan luar negeri belum berjalan seperti yang diharapkan. Dengan demikian,
peranan kebijakan fiskal dalam bidang perekonomian menjadi semakin penting.
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan atau
mengarahkan perekonomian pada saat kondisi yang lebih baik. Caranya yaitu mengatur penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.
Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pajak (T) dan pengeluaran pemerintah (G). Kebijakan fiskal
pemerintah dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan yang bersifat ekspansif dilakukan pada
saat perekonomian sedang menghadapi masalah pengangguran yang tinggi. Tindakan yang dilakukan
pemerintah adalah dengan memperbesar pengeluaran pemerintah (misalnya menambah subsidi kepada
rakyat kecil) atau mengurangi tingkat pajak. Adapun kebijakan fiskal kontraktif adalah bentuk kebijakan
fiskal yang dilakukan pada saat perekonomian mencapai kesempatan kerja penuh atau menghadapi inflasi.
Tindakan yang dilakukan adalah mengurangi pengeluaran pemerintah atau memperbesar tingkat pajak.
 Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter,
untuk mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada kondisi yang lebih baik atau diinginkan
dengan mengatur jumlah uang yang beredar (JUB) dan tingkat suku bunga. Kebijakan moneter tujuan
utamanya adalah mengendalikan jumlah uang yang beredar (JUB).
Kebijakan moneter mempunyai tujuan yang sama dengan kebijakan ekonomi pemerintah lainnya.
Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan fiskal pemerintah
mengendalikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah maka dalam kebijakan moneter Bank Sentral
(Bank Indonesia) mengendalikan jumlah uang yang bersedar (JUB).
Melalui kebijakan moneter, Bank Sentarl dapat mempertahankan, menambah, atau mengurangi JUB untuk
memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus mempertahankan kestabilan harga-harga. Berbeda dengan
kebijakan fiskal, kebijakan moneter memiliki selisih waktu (time lag) yang relatif lebih singkat dalam hal
pelaksanaannya. Hal ini terjadi karena Bank Sentral tidak memerlukan izin dari DPR dan kabinet untuk
melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi dalam perekonomian.
Kebijakan moneter memiliki tiga instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), kebijakan
tingkat suku bunga (discount rate policy) dan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio). Adapun
penjelasannya sebagai berikut :
1. Operasi pasar terbuka ( open market operation )
Yaitu kebijakan pemerintah mengendalikan jumlah uang yang bredar dengan cara menjual atau membeli
surat-surat berharga milik pemerintah. Di Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual atau
membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).
23. Fasilitas Diskonto ( Discount Rate )
Salah satu fasilitasnya yaitu adanya tingkat bunga diskonto yang maksudnya adalah tingkat bunga yang
ditetapkan pemerintah atas bank-bank umun yang meminjam ke bank sentral.
Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah melakukan suatu cara yaitu
menurunkan tingkat bunga penjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah,
maka keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah
uang yang beredar bertambah dan sebaliknya.
3. Rasio Cadangan Wajib ( Reserve Requirement Ratio )
Penetapan ratio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang yang beredar. Jka rasio cadangan
wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya.
Selain ketiga instrumen yang bersifat kuantitatif tersebut, pemerintah dapat melakukan himbauan moral
(moral suasion). Misalnya untuk mengendalikan jumlah uang beredar (JUB) di masyarakat, Bank Indonesia
melalui Gubernur Bank Indonesia memberi saran supaya perbankan mengurangi pemberian kredit ke
masyarakat atau ke sektor-sektor tersebut.
Kebijakan moneter dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif dilakukan
pemerintah jika ingin menambah jumlah uang beredar di masyarakat atau yang lebih dikenal kebijakan
uang longgar (easy money policy). Sebaliknya, jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang beredar di
masyarakat, kebijakan moneter yang ditempuh adalah kebijakan moneter kontraktif atau yang lebih dikenal
kebijakan uang ketat (tight money policy). Selain itu dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Sentral
dapat menggunakan tiga instrumen, yaitu operasi pasar terbuka (open market operation), kebijakan tingkat
suku bunga (discount rate policy) dan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio).
 Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
Kebijakan Perdagangan Luar Negeri merupakan salah satu bagian kebijakan ekonomi makro. Kebijakan
Perdagangan Luar Negeri adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang mempengaruhi struktur atau
komposisi dan arah transaksi perdagangan serta pembayaran internasional. Karena merupakan salah satu
bagian dari kebijakan ekonomi makro maka kebijakan perdagangan internasional bekerja sama dengan
baik dengan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Tujuan dari kebijakan perdagangan luar negeri yaitu sebagai berikut :
-       Melindungi kepentingan nasional dari pengaruh negatif yang berasal dari luar negeri seperti dampak
inflasi di luar negeri terhadap inflasi di dalam negeri melalui impor atau efek resesi ekonomi dunia (krisis
global) pertumbuhan ekspor Indonesia.
-       Melindungi industri nasional dari persaingan barang-barang impor.
-       Menjaga keseimbangan neraca pembayaran sekaligus menjamin persediaan valuta asing (valas)
yang cukup, terutama untuk kebutuhan impor dan pembayaran cicilan serta bunga utang luar negeri.
-       Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil.
-       Meningkatkan kesempatan kerja.
Kebijakan perdagangan luar negeri terbagi menjadi dua macam, yaitu :
-       Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor
Tujuan Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor adalah untuk mendukung dan  meningkatkan
pertumbuhan ekspor. Tujuan kebijakan ini dapat dicapai dengan berbagai kebijakan, antara lain kebijakan
perpajakan dalam berbagai bentuk, misalnya pembebasan atau keringanan pajak ekspor dan penyediaan
fasilitas khusus kredit perbankan bagi eksportir.
-          Kebijakan Proteksi atau Kebijakan Impor
Kebijakan Proteksi atau Kebijakan Impor bertujuan untuk melindungi industry di dalam negeri dari
persaingan barang-barang impor. Kebijakan proteksi dapat diterapkan dengan berbagai instrumen, baik
yang berbentuk tarif maupun non tarif. Proteksi-proteksi yang dilakukan dengan tidak menggunakan tarif
disebut non-tariff barriers. Hambatan yang termasuk ke dalam hambatan non-tarif, antara lain kuota,
subsidi, diskriminasi harga, larangan impor, premi, dan dumping.
Pada intinya, masalah-masalah dalam bidang ekonomi yang dihadapi pemerintah bukan hanya tanggung
jawab pemerintah saja, tetapi kita sebagai warga negara yang baik semestinya ikut membantu dalam
mengatasinya. Banyak cara yang dapat diupayakan dimulai dengan melakukan program-program serta
kebijakan-kebijakan. Hal tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa kerja sama masyarakatnya. Untuk
itu, masyarakat semsetinya sudah dapat memposisikan dirinya untuk membantu supaya pembangunan
yang dilakukan pemerintah tersebut berjalan dengan baik dengan cara tidak menjadi beban atau kendala
bagi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai