Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU

NAMA : AFRIADI
NIM : I0119364
KELAS : HUKUM C 2019
MATA KULIAH : HUKUM KEUANGAN NEGARA
DOSEN : EKA DEWI KARTIKA, S.H ., M.H

o Contoh Konkret jenis-jenis kebijakan moneter yang pernah terjadi di


Indonesia

1. Kebijakan Moneter Ekspansif


Kebijakan Moneter Ekspansif sering disebut kebijakan uang Longgar (easy money
policy) ialah kebijakan yang mengatur jumlah uang yang dipasok dalam perekonomian.
Caranya dengan menurunkan suku bunga, membeli sekuritas pemerintah oleh bank sentral,
dan menurunkan persyaratan cadangan untuk bank. Kebijakan ekspansif juga akan
menurunkan tingkat pengangguran dan merangsang aktivitas bisnis atau kegiatan belanja
konsumen.
Secara keseluruhan di seluruh negara, tujuan kebijakan moneter ekspansif adalah
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan risiko inflasi akan semakin tinggi. Kebijakan
moneter ekspansif (monetary expansive policy) utamanya melakukan penambahan uang yang
beredar dalam masyarakat agar roda perekonomian semakin berjalan cepat. Kebijakan ini
mampu meningkatkan daya beli (permintaan) masyarakat dan mengurangi jumlah
pengangguran pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan moneter
ekspansif juga mempengaruhi tingkat pengangguran di suatu negara.
Contohnya, kebijakan ekspansif biasa diterapkan untuk mengurangi angka pengangguran
karena ketersediaan uang dalam jumlah banyak akan merangsang kegiatan bisnis sehingga
pasar tenaga kerja semakin besar. Dengan otoritas fiskal, bank sentral mengontrol nilai tukar
mata uang dalam negeri (Rupiah) terhadap mata uang asing. Contoh konkretnya, yaitu :

• bank Indonesia menambah jumlah uang beredar dengan mengeluarkan lebih banyak uang
cetak. Mata uang Rupiah menjadi lebih murah daripada mata uang negara lain.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif
Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi
jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami
inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Kebijakan moneter
kontraktif (monetary contractive policy) yang disebut kebijakan uang ketat (tight money
policy) ialah kebijakan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Tujuan utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat inflasi. Tujuan kebijakan
moneter kontraktif adalah mengurangi jumlah uang beredar dalam perekonomian. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan suku bunga, menjual obligasi pemerintah, dan
menaikkan persyaratan cadangan untuk bank.
Contoh konkret Kebijakan Moneter di Indonesia yaitu:

• Bank Indonesia (BI ) melakukan lelang sertifikatnya, atau bisa juga melalui pembelian
surat berharga di pasar modal. UBI dapat menurunkan suku bunga jika kondisi ekonomi
sesuai dengan ekspektasi. Sebaliknya, BI bisa menaikkan suku bunga bila ingin
membatasi aktivitas ekonomi sehingga aliran uang berkurang.Ketika perekonomian
mengalami resesi maka peredaran uang akan meningkat sehingga aktivitas
perekonomian meningkat. Contohnya adalah membeli sekuritas (surat-surat berharga)
Saat terjadi inflasi, BI akan mengurangi aliran uang ke masyarakat dengan menjual surat
berharga untuk mengurangi aktivitas ekonomi yang berlebihan.

o Contoh lain kebijakan Moneter yang pernah terjadi di Indonesia


Kebijakan Moneter pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Kurun waktu 1950-1957, disebut masa liberal karena dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar
sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Meskipun saat
itu, pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi,
terutama pengusaha Cina. Akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian
Indonesia yang baru merdeka.
Berbagai usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain:
1. Gunting Syarifuddin
yaitu pemotongan nilai uang (sanering) pada 20 Maret 1950, untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar agar tingkat harga turun.
2. Program Benteng (Kabinet Natsir)
yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional
agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu
dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan kredit pada
perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan
ekonomi nasional. Program ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung
konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 melalui
UU No.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.

4. Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak


Cokrohadisuryo
yaitu penggalangan kerja sama antara pengusaha Cina dan pengusaha pribumi.
Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha pribumi,
dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program
ini tidak berjalan dengan baik karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman sehingga
hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
5. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya
sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-
perusahaan tersebut.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai