Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

NAMA : AFRIADI

NIM : I0119364

KELAS : HUKUM C 2019

MATA KULIAH : HUKUM ACARA KONSTITUSI

Perbandingan antara sistem judicial review di Indonesia dengan negara lain

 Perbandingan sistem judicial review Indonesia dengan negara Hungaria

A. Perbandingan di Dalam Sistem Pengujian Undang-Undang yang Telah Berlaku ( A


Posteriori Review )

Di dalam konteks ini, kedua negara sama-sama melakukan pengujian terhadap Undang-
undang yang telah berlaku yang kemudian terindikasi bertentangan dengan Konstitusi. Di
Hungaria, aktivitas Mahkamah Konstitusi terpusat pada uji Konstitusionalitas undang-undang
dan dapat membatalkannya, jika hakim meyakini Bahwa undang-undang dimaksud
bertentangan dengan konstitusi, berbeda dengan Negara Indonesia yang Mahkamah
Konstitusinya tidak hanya terpusat kepada sistem Pengujian undang-undang saja akan tetapi
juga terpusat pada hal-hal lain seperti Penyelesaian sengketa hasil pemilihan umum, dll.

Kemudian di Negara Hungaria, permohonan untuk mengajukan suatu pengujian dapat


dimohonkan oleh perorangan secara individual, baik yang dirugikan maupun yang tidak
dirugikan secara langsung oleh lahirnya undang-undang tersebut. Sebagai contoh, melalui
permohonan dari pihak yang tidak dirugikan, pada 1990 Mahkamah Konstitusi telah
menghapus ketentuan yang mengatur tentang pidana mati, seperti tercantum dalam sistem
hukum pidana Hungaria.

Sesuai dengan peraturan yang relevan, maka semua pihak dapat mengajukan permohonan
uji konstitusionalitas undang-undang yang terangkum dalam sistem hukum Hungaria.
Semenjak akses kepada Mahkamah begitu mudah untuk dilakukan, maka semakin banyak
persoalan hukum dan politik yang diajukan kepada mahkamah untuk dipecahkan berdasarkan
ketentuan-ketentuan konstitusi. Dengan demikian, Mahkamah Konstitusi Hungaria dilengkapi
dengan aneka kewenangan yang begitu luas (broad jurisdiction).

Sedangkan di Indonesia dalam Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24/2003

Menyatakan bahwa :

“Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan Konstitusionalnya


dirugikan oleh berlakunya undang-undang.”

Selanjutnya dalam pasal itu diatur mengenai kedudukan hukum (legal standing) dari
Pemohon, yang antara lain adalah : a) perorangan warga negara; b) kesatuan Masyarakat
hukum adat sepanjang hidup sesuai dengan perkembangan masyarakat Dan prinsip negara
kesatuan Republik Indonesia; c) Badan hukum publik atau privat; Dan d) Lembaga negara.

Mahkamah Konstitusi Hungaria melakukan berbagai penafsiran dari aneka sudut Pandang
yang sangat bervariasi. Dalam amar putusan pada tahun 1993, Mahkamah Konstitusi
menyatakan sebagai akibat dari uji konstitusionalitas undang-undang, Mahkamah Konstitusi
dalam putusannya dapat menentukan persyaratan Konstitusional apa saja yang tidak
dipenuhi oleh undang-undang tersebut.

Pembatalan tidak secara langsung dapat memulihkan keluhan yang didalilkan oleh pemohon.
Artinya, mahkamah mungkin saja membatalkan undang-undang itu secara keseluruhan dan
bisa saja tidak. Meskipun hal demikian tidak dituntut oleh pemohon. Berkenaan dengan
putusan model ini, suatu ketentuan yang dinilai tidak Konstitusional dapat dibatalkan melalui
cara menentukan terlebih dahulu Constitutional content dari norma hukum tersebut.

Sedangkan pada Mahkamah Konstitusi Indonesia, akibat dari putusan yang Dikeluarkan oleh
Mahkamah Konstitusi tergantung atas dasar permohonan yang Diajukan. Apakah yang diuji
itu Pasal-pasal ataupun Undang-Undang secara Keseluruhan. Keputusan yang dikeluarkan
oleh Mahkamah Konstitusi Indonesia Bersifat final dan mengikat, dimana ketika permohonan
itu diterima, maka undang-undang yang bertentangan itu secara sendirinya dianggap
dibatalkan keabsahannya.

B. Perbandingan Dalam Sistem Pengujian Rancangan Undang-Undang

Di Hungaria Rancangan Undang-Undang sudah termasuk ke dalam bagian dari Draft of


Legislation sama seperti undang-undang dan tujuannya adalah untuk dapat Mencegah
diberlakukannya produk hukum yang diprediksi tidak konstitusional. Secara karakteristik uji
preventif memungkinkan terselenggaranya suatu pengujian Rancangan undang-undang
dalam pengertian abstrak, tanpa mengacu kepada perkara Konkret tertentu.

Permohonan dalam konstruksi preventive review, secara konstitusional dapat dimohonkan


oleh presiden dan organ pemerintahan lainnya. Ketentuan akan hal itu telah diatur langsung
dalam Konstitusi Hungaria. Hak Presiden untuk dapat mengajukan permohonan preventive
review disebut constitutional veto. Secara akademis, hak veto oleh presiden dapat mencegah
disahkannya suatu rancangan undang-undang. Kendati demikian, Mahkamah Konstitusi
memutus bahwa rancangan undang-undang tersebut tidak konstitusional, maka embrio
undang-undang bermasalah itu harus diserahkan kembali kepada parlemen. Hal ini karena
parlemen memiliki kewajiban untuk mengeliminasi ketidakkonstitusionalan seperti apa yang
telah dinyatakan dalam putusan mahkamah.

Di negara Indonesia, Mahkamah Konstitusi tidak memiliki kewenangan untuk


melakukan pengujian rancangan undang-undang atau preventive review. Akan tetapi,
terdapat beberapa langkah sebelum suatu Undang-Undang itu diberlakukan. Hal ini dapat di
lihat dengan dilakukannya beberapa pembahasan-pembahasan oleh para ahli hukum yang
nantinya di tuliskan ke dalam bentuk Naskah Akademik, dan juga pembahasan-pembahasan
oleh lembaga negara yang berwenang. Meskipun demikian, tidak ada aturan yang mengatur
Mahkamah Konstitusi Indonesia untuk berhak melakukan suatu pengujian rancangan
undang-undang, sehingga sampai sekarang tidak pernah dilakukan di negara Indonesia. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa di Negara Indonesia Mahkamah Konstitusi tidak berhak
menguji rancangan undang-undang.

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Sistem Judicial Review di Negara Republik Indonesia


dan Hungaria

a. Penyebab Terjadinya Pengujian Undang-Undang Oleh Mahkamah Konstitusi Indonesia

Faktor penyebab diadakannya Judicial Review oleh Mahkamah Konstitusi Indonesia dilakukan
ketika terdapat pasal-pasal, bagian-bagian, atau undang-undang yang terindikasi
bertentangan dengan Konstitusi ataupun bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi
daripada undang-undang tersebut. hal ini diatur di dalam pasal 10 ayat (1) huruf a UU
No.24/2003 yang sekarang diubah menjadi UU No.8/2011 tentang Mahkamah Konstitusi.
Pengujian undang-undang dibagi terhadap UUD dibagi atas 2 (dua) macam, yaitu :

1. Pengujian materiil, yaitu pengujian atas bagian undang-undang yang bersangkutan.


Bagian tersebut berupa bab, ayat, pasal, atau kata bahkan kalimat dalam sebuah undang-
undang.
2. Pengujian formil, yaitu pengujian yang dilakukan terhadap form atau format dan aspek-
aspek formalisasi substansi norma yang diatur menjadi suatu bentuk hukum tertentu
menurut peraturan perundang-undangan. Pada dasarnya pengujian ini terkait soal
prosedural dan berkaitan dengan legalitas kompetensi institusi yang membuatnya.

b. Penyebab Terjadinya Pengujian Undang-Undang Oleh Mahkamah Konstitusi Hungaria

Mahkamah Konstitusi Hungaria juga melakukan pengujian atas pasal-pasal, Bagian-bagian,


atau undang-undang yang bertentangan dengan Konstitusi (Fundamental Law) sama seperti
Indonesia. Faktor-faktor lain yang dapat menjadi Penyebab dilakukannya suatu pengujian
oleh Mahkamah Konstitusi Hungaria, antara lain :

a) Penyesuaian Undang-Undang Terhadap Perjanjian Internasional


b) Terdapat Suatu Kelalaian Yang Unconstitutional di Dalam Undang-Undang
c) Interpretasi Konstitusi Terhadap Suatu Undang-Undang.

 Persamaan sistem judicial review Indonesia dengan negara Hungaria

Persamaan sistem yang terdapat pada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan
Mahkamah Konstitusi Republik Hungaria adalah sama-sama melakukan sistem pengujian
Terhadap undang-undang yang telah berlaku. Persamaan lainnya di dalam kedua negara ini
Terdapat dalam hal legal standing dari pemohon, kemudian hal-hal yang diuji sama-sama
Berupa pasal, bagian, bab, maupun undang-undang secara keseluruhan. Sedangkan
perbedaan Antara kedua negara adalah mahkamah Konstitusi Indonesia tidak menguji
rancangan Undang-undang seperti yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi Hungaria. Hal
ini Dikarenakan di Indonesia rancangan undang-undang itu masih dianggap belum menjadi
draft Of legislation sedangkan di Hungaria itu telah dianggap sebagai bagian dari draft of
Legislation.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai