Anda di halaman 1dari 7

Lex Administratum, Vol. V/No.

1/Jan-Feb/2017

EKSISTENSI MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM Kata kunci: Eksistensi, Mahkamah Konstitusi,


PENYELESAIAN PERKARA PENGUJIAN pengujian Undang-Undang
UNDANG-UNDANG1
Oleh: Sandi Tagor Michael Hutabarat2 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
ABSTRAK Amandemen/perubahan ke-tiga Undang-
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Undang Dasar 1945 tahun 2001, akhirnya
mengetahui bagaimana ksistensi Mahkamah dicapai kesepakatan memberikan kewenangan
Konstitusi dalam rangka penyelesaian sengketa pengujian konstitusional kepada lembaga baru
pengujian Undang-Undang dan bagaimana bernama Mahkamah Konstitusi Republik
proses penyelesaian sengketa di bidang hukum Indonesia. Pada saat berlangsung
yang telah diselesaikan oleh Mahkamah amandemen/perubahan ke-empat Undang-
Konstitusi. Dengan menggunakan metode Undang Dasar 1945 ketika itu, sempat muncul
penelitian yuridis normative, disimpulkan: 1. gagasan 3 alternatif mengenai lembaga yang
Kedudukan MK merupakan satu lembaga akan diberikan kewenangan melakukan
negara baru yang oleh konstitusi diberikan pengujian konstitusional yaitu Majelis
kedudukan sejajar dengan lembaga-lembaga Permusyarawatan Perwakilan (MPR),
negara lainnya. Mahkamah Konstitusi juga Mahkamah Agung, atau Mahkamah Konstitusi.
mempunyai fungsi untuk mengawal konstitusi MPR dinilai tidak tepat diberikan kewenangan
agar dilaksanakan dan dihormati baik pengujian konstitusional karena MPR bukan lagi
penyelenggaran kekuasaan negara maupun lembaga tertinggi negara dan merupakan
warga Negara. Dasar Hukum dari Mahkamah kumpulan wakil-wakil dari organisasi dan
Konstitusi Undang-Undang Nomor 24 Tahun kepentingan politik. Mahakamah Agung juga
2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, Undang- dinilai bukan pilihan yang tepat untuk diberikan
Undang Nomor 8 Tahun 2011 yang Memuat kewenangan pengujian konstitusional karena
Perubahan Undang-Undang Nomor 24 Tahun Mahkamah Agung sudah sangat berat beban
2003 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 tugasnya mengurusi peradilan konvensional
Perubahan dari Undang-Undang Nomor 8 dan masih banyak tumpukan perkara yang
Tahun 2011 Tentang Mahkamah Konstitusi. harus diputus. Maka kewenangan pengujian
Kewenangan MK antara lain sebagai konstitusional akhirnya disepakati diberikan
berikut: Menguji undang-undang terhadap kepada lembaga yudisial baru bernama
UUD NRI 1945, Memutus sengketa kewenangan Mahkamah Konstitusi.3
lembaga negara yang kewenangannya Dasar konstitusional pembentukan
diberikan oleh UUD NRI 1945, Memutus Mahkamah Konstitusi diatur berdasarkan pasal
pembubaran partai politik, Memutus 24 Ayat (2), pasal 24 C, dan pasal 7 B Undang-
perselisihan tentang hasil pemilihan umum, dan Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Pendapat DPR mengenai Dugaan Pelanggaran Tahun 1945. Kemudian pada perubahan ke-
oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden. 2. empat tahun 2002 ditentukan dalam Aturan
Mahkamah Konstitusi sejak tahun 2003 sampai Peralihan Pasal III bahwa Mahkamah Konstitusi
tahun 2015 telah melakukan pengujian sudah harus dibentuk paling lambat 17 Agustus
Undang-Undang dan telah diputuskan oleh 2003. Sebelum terbentuknya Mahkamah
Mahkamah Konstitusi dengan berbagai macam Konstitusi, Mahkamah Agung menjalankan
tematik antara lain: Ekonomi, Kesehatan, segala kewenangan Mahkamah Konstitusi.
Ketenagakerjaan, Komunikasi dan Informasi, Sebagai realisasi atas pembentukan Mahkamah
Lambang Negara, Lembaga Negara, Lembaga Konstitusi ini, kemudian pada 17 Agustus 2003
Profesi, Pemerintahan dan Otonomi Daerah, disahkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
Pendidikan, Politik Sosial Sumberdaya dan 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.
Hukum. Selanjutnya melalui tahapan seleksi rekruitmen
hakim konstitusi, Presiden menetapkan
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Said Anneke R,
3
S.H.,M.H; Adi Tirto Koesoemo, S.H.,M.H Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Pasca Amandemen Konstitusi (Jakarta: LP3ES, 2007), hlm.
13071101063 72.

13
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

terpilihnya 9 hakim Mahkamah Konstitusi pada kepustakaan.Pengumpulan bahan hukum


15 Agustus 2003 yang kemudian melakukan dilakukan dengan prosedur identifikasi dan
pengucapan sumpah jabatan di Istana Negara inventarisasi hukum positif sebagai suatu
pada 16 Agustus 2003. kegiatan pendahuluan. Biasanya, pada
Adanya lembaga yudisial Mahkamah penelitian hukum normatif yang diteliti hanya
Konstitusi berdampingan dengan lembaga bahan pustaka atau data sekunder, yang
yudisial Mahkamah Agung, ini menunjukan mencakup bahan hukum primer, sekunder dan
system kekuasaan kehakiman di Indonesia tertier.
bersifat bifurkasi yaitu ada 2 lembaga
kekuasaan kehakiman yang berbeda dan PEMBAHASAN
terpisah. Berdasarkan lingkup kewenangan A. Eksistensi Mahkamah Konstitusi Dalam
yang dimiliki masing-masing lembaga yudisial Penyelesaian Sengketa Pengujian Undang-
ini, dapat dikatakan bahwa Mahkamah Agung Undang
memegang kekuasaan kehakiman dalam 1. Proses Penyelesaian Sengketa
perkara konvensional, sedangkan lembaga (Hukum Acara) di Mahkamah
konstitusi memegang kekuasaan kehakiman Konstitusi
dalam perkara ketatanegaraan.4 Dilihat dari Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
karakteristik penanganan perkara, Mahkamah dimaksudkan sebagai hukum yang mengatur
Konstitusi berperan sebagai judex factie yang prosedur dan tata cara pelaksanaan wewenang
terlibat aktif dalam memeriksan fakta-fakta yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi. Ada
perkara yang ditanganinya. Mahkamah Agung juga yang menyebut dengan istilah lain, seperti
berperan sebagai judex juris yang hanya Hukum Acara Peradilan Konstitusi, Hukum
memeriksa berkas perkara dan memperhatikan Acara Peradilan Tata Negara, dan lain-lain.
aspek penerapan hukum dalam putusan Penggunaan istilah Hukum Acara Mahkamah
pengadilan yang dijatuhkan oleh pengadilan Konstitusi dipilih karena memang terkait
dibawahnya.5 Dalam konteks ini, Prof, Jimly dengan perkara-perkara yang menjadi
Asshiddiqie menyebut Mahkamah Konstitusi wewenang Mahkamah Konstitusi.
merupakan court of law dan Mahkamah Agung Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
sebagai court of justice.6 dimaksudkan sebagai hukum acara yang
berlaku secara umum dalam perkara-perkara
B. Perumusan Masalah yang menjadi wewenang Mahkamah Konstitusi
1. Bagaimana Eksistensi Mahkamah serta hukum acara yang berlaku secara khusus
Konstitusi dalam rangka penyelesaian untuk setiap wewenang dimaksud. Oleh karena
sengketa pengujian Undang-Undang? itu Hukum Acara Mahkamah Konstitusi meliputi
2. Bagaimana Proses penyelesaian Hukum Acara Pengujian Undang-Undang,
sengketa di bidang hukum yang telah Hukum Acara Perselisihan Hasil Pemilihan
diselesaikan oleh Mahkamah Konstitusi? Umum, Hukum Acara Sengketa Kewenangan
Lembaga Negara, Hukum Acara Pembubaran
C. Metode Penelitian Partai Politik, dan Hukum Acara Memutus
Penelitian ini merupakan penelitian hukum Pendapat DPR mengenai Dugaan Pelanggaran
normatif yang merupakan salah satu jenis Hukum Presiden dan/atau Wakil Presiden.
penelitian yang dikenal umum dalam kajian 2. Asas-Asas Hukum Acara
ilmu hukum. Mengingat penelitian ini Mahkamah Konstitusi
menggunakan pendekatan normatif yang tidak Sebagaimana proses peradilan pada
bermaksud untuk menguji hipotesa, maka titik umumnya, di dalam peradilan Mahkamah
berat penelitian tertuju pada penelitian Konstitusi terdapat asas-asas baik yang bersifat
umum untuk semua peradilan maupun yang
4
Ibid, hlm. 55. khusus sesuai dengan karakteristik peradilan
5
Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang- Mahkamah Konstitusi. Maruarar Siahaan, salah
Undang (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
MKRI, 2005), hlm. 206.
satu hakim konstitusi periode pertama,
6
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme mengemukakan 6 (enam) asas dalam peradilan
Indonesia (Jakarta: MKRI dan PSHTN FH UI, 2004), hlm. Mahkamah Konstitusi yaitu:
193.

14
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

(1) ius curia novit; melawan hukum materil merupakan hal yang
(2) Persidangan terbuka untuk umum; tidak sesuai dengan perlindungan dan jaminan
(3) Independen dan imparsial; kepastian hukum yang adil yang dimuat dalam
(4) Peradilan dilaksanakan secara cepat, Pasal 28D ayat (1) UUD 1945. Dengan demikian,
sederhana, dan biaya ringan; perbuatan melawan hukum dalam Penjelasan
(5) Hak untuk didengar secara seimbang (audi Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31
et alteram partem); dan Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan
(6) Hakim aktif dan juga pasif dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
persidangan.7 hanyalah perbuatan melawan hukum formil.
Selain itu perlu ditambahkan lagi satu asas yaitu Pemohon bernama Ir. Dawud Djatmiko
asas: mengajukan pengujian Undang-Undang Nomor
(7) Praduga Keabsahan (praesumptio iustae 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan
causa).8 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
B. Proses Sengketa Di Bidang Hukum Yang Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Telah Di Selesaikan Oleh Mahkamah Pidana Korupsi (UU PTPK). Berdasarkan
Konstitusi ketentuan Pasal 24C ayat (1) Mahkamah
Dibawah ini adalah putusan-putusan Konstitusi (UU MK), Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi menyangkut sengketa berwenang memeriksa, mengadili, dan
di Bidang Hukum yang dapat penulis uraikan memutus permohonan Pemohon.
secara singkat. Pemohon adalah perorangan warga Negara
1. Putusan Nomor 003/PUU-IV/2006 Indonesia yang merasa dirugikan dengan
Tentang Perbuatan Melawan Hukum berlakunya ketentuan Pasal 2 ayat (1), Pasal 3,
Materil Dalam Tindak Pidana Korupsi. Penjelasan Pasal 3 (sepanjang menyangkut kata
Kata “melawan hukum” yang dalam “dapat”), dan Pasal 51 ayat (1) huruf a UU MK,
penjelasan pasal-pasal undang-undang Undang- Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal
Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana standing) untuk mengajukan permohonan
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tersebut. Dalam permhonannya, Pemohon
Tahun 2001 menyebutkan “bukan saja mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut.
bertentangan dengan perundang-undangan a. Kata “dapat” dalam Pasal 2 ayat (1) dan
tetapi juga bertentangan dengan norma-noma Pasal 3 UU PTPK mempunyai pengertian
lain yang hidup di dalam masyarakat” ganda.
merupakan penyimpangan asas legalitas, b. Suatu tindak pidana yang mempunya 2
karena asas legalitas mengatakan bahwa tidak macam akibat yang sangat berbeda
seorang pun dapat dipidana selain berdasarkan diancam dengan hukuman yang sama.
ketentuan perundang-undangan pidana yang c. Ancaman pidana untuk percobaan tindak
ada sebelumnya. Konsep melawan hukum pidana disamakan dengan tindak pidana
materil, yang merujuk pada hukum tidak pokoknya.
tertulis dalam ukuran kepatutan, kehati-hatian d. Pasal 2 ayat(1), Penjelasan Pasal 2 ayat
dan kecermatan yang hidup dalam masyarakat, (1), Pasal 3, Penjelasan Pasal 3, Pasal 15
sebagai satu norma keadilan, adalah (sepanjang mengenai kata “percobaan”)
merupakan ukuran yang tidak pasti, dan UU PTPK mengesampingkan prinsip-
berbeda-beda dari satu lingkungan masyarakat prinsip yang universal tentang ancaman
tertentu ke lingkungan masyarakat lainnya, hukuman.
sehingga apa yang melawan hukum disuatu e. Pasal 2 ayat (1) ), Penjelasan Pasal 2 ayat
tempat mungkin di tempat lain diterima dan (1), Pasal 3, Penjelasan Pasal 3, Pasal 15
diakui sebaga sesuatu yang sah dan tidak (sepanjang mengenai kata “percobaan”)
melawan hukum. Oleh karena itu, perbuatan UU PTPK menimbulkan berbagai
penafsiran (multitafsir).
7
Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Permohonan pengujian UU PTPK ini disertai
Republik Indonesia, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan permohonan Putusan Provinsi (Putusan Sela)
Kepaniteraan MK RI, 2006), hal. 61 – 81. Mahkamah Konstitusi berupa penangguhan
8
Ibid, hlm. 82.

15
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

sementara proses persidangan atas diri Mahkamah Konstitusi menolak Pemohon


Pemohon sebagai Terdakwa di Pengadilan selebihnya yakni Pasal 2 ayat (1), Pasal 3,
Negeri Jakarta Timur dalam perkara tindak Penjelasan Pasal 3 (sepanjang menyangkut kata
pidana korupsi. Namun Mahkamah menolak “dapat”), dan Pasal 15 (sepanjang mngenai kata
permohonan putusan provinsi yang diajukan “percobaan”) UU PTPK. Selanjutnya,
Pemohon dalam permohonan, karena Mahkamah memerintahkan pemuatan Putusan
memberikan provinsi merupakan kewenangan Nomor 003/PUU-VI/2006 dalam Berita Negara
pengadilan bersangkutan. Republik Indonesia.9
Sebagaimana dikutip dalam pertimbangan
hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2. Putusan Nomor 013-002/PUU-IV/2006
003/PUU-IV/2006, menyangkut Pasal 2 ayat (1) Tentang Pasal Penghinaan Terhadap
dan Pasal 3 UU PTPK, Mahkamah Konstitusi Presiden dan/atau Wakil Presiden
mengemukakan frasa “dapat” merugikan Republik Indonesia.
keuangan negara atau perekonomian negar” Bahwa Pasal 134, Pasal 136 bis, dan Pasal
tidak bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) 137 KUHPidana bisa menimbukan
UUD 1945 sepanjang ditafsirkan bahwa unsur ketidakpastian hukum (rechtsonzekerheid)
kerugian negara harus dibuktikan dan harus karena amat rentan pada tafsir apakah suatu
dapat dihitung meskipun belum terjadi. protes, pernyataan pendapat atau pikiran
Menyangkut Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU merupakankritik atau penghinaan terhadap
PTPK, Mahkamah Konstitusi berpendapat Presiden dan/atau Wakil Presiden. Hal
penjelasan demikian tidak sesuai dengan dimaksud secara konstitusional bertentangan
perlindungan jeminan kepastian hukum karena dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 dan pada
kepatutan yang memenuhi syarat dan rasa suatu saat dapat menghambat upaya
keadilan berbeda antara satu daerah dengan komunikasi dan perolehan informasi, yang
daerah yang lain, sehingga bertentangan dijamin Pasal 28F UUD 1945. Pasal 134, Pasal
dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945. 136 bis, dan Pasal 137 KUHP berpeluang pula
Menyangkut Pasal 15 UU PTPK, Mahkamah menghambat hak atas kebebasan menyatakan
Konstitusi berpendapat ketentuan tersebut pikiran dengan lisan, tulisan dan ekspresi sikap
merupakan pengecualian atau penyimpangan tatkala ketiga pasal pidana dimaksud selalu
yang dibenarkan sistem Hukum Pidana sebagai digunakan aparat hukum terhadap momentum-
diatur dalam Pasal 103 KUHP. Dalam konteks mmentum unjuk rasa di lapangan. Hal ini
ini, ketentuan Pidana dalam Bab I sampa dimaksud secara konstitusional bertentangan
dengan Bab VIII KUHP berlaku bagi peraturan dengan Pasal 28, Pasal 28E ayat (2), dan ayat
perundang-undangan lain, kecuali jika (3) UUD 1945.
ditentukan lain oleh undang-undang. Pemohon perkara Nomor 013/PUU-IV/2006
Berlandaskan pertimbangannya, Mahkamah bernama Dr. Eggi Sudjana, SH., M.Si. dan
Konstitusi memutuskan untuk mengabulkan Pemohon perkara Nomor 022/PUU-IV/2006
permohonan Pemohon untuk sebagian dengan bernama Pandapotan Lubis mengajukan
menyatakan Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU Pengujian Pasal 134, Pasal 136 bis, dan Pasal
PTPK sepanjang frasa yang berbunyi, “Yang 137 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
dimaksud dengan ‘secara melawan hukum’ (KUHP) tentang Penghinaan terhadap Presiden
dalam pasal ini mencakup perbuatan melawan dan/atau Wakil Presiden Republik Indonesia.
hukum dalam arti formil maupun dalam arti Oleh karena perkara yang diajukan oleh para
materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut Pemohon adalah pengujian undang-undang
tidak diatur dalam peraturan perundang- terhadap UUD 1945 (in casu pengujian KUHP
undangan, namun apabila perbuatan tersebut terhadap UUD 1945), maka sesuai ketentuan
dianggap tercela karena tidak sesuai tersebut Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 jo. Pasal 10 ayat
tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma- (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
norma kehidupan social dalam masyarakat,
maka perbuatan tersebut dapat dipidana” 9
Kompilasi Putusan Pengujian UU Oleh MK, Putusan Yang
bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak Dikabulkan Tahun 2003-2015, Biro Rekrutmen, Advokasi
mempunyai kekuatan hukum mengikat. Serta, dan Peningkatan Kapasitas Hakim Komisi Yudisial Republik
Indonesia, 2015, hlm. 125.

16
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

tentang Mahkamah Konstitusi, maka mengatur tentang penghinaan dengan sengaja


Mahkamah Konstitusi berwenang untuk terhadap Presiden dan/atau Wakil Presiden,
memeriksa, mengadili, dan memutus karena itu harus dilakukan perubahan untuk
permohonan para Pemohon. mengatur secara khusus, tegas, jelas dan
Menyangkut kedudukan hukum (legal lengkap dalam undang-undang tersendiri untuk
standing) Pemohon, para pemohon adalah menjamin adanya kepastian hukum. Undang-
warna Negara Indonesia sesuai dengan undang tersebut haruslah memuat mengenai
ketentuan Pasal 51 ayat (1) huruf a Undang- desfinisi penghinaan dengan sengaja terhadap
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Presiden atau Wakil Presiden, sanksi apa yang
Mahkamah Konstitusi. Dengan demikian, dijatuhkan terhadap penghinaa Presiden
permohonan para Pemohon dianggap dan/atau Wakil Presiden dan lain-lain
memenuhi syarat sebagai pemohon pengujian sehubungan dengan perkembangan
KUHP, yakni sebagai perorangan warga Negara masyarakat saat ini, bukan seperti yang diatur
Indonesia yang hak-hak konstitusionalnya yang dalam Pasal 134 KUHP dan Pasal 136 bis KUHP
diberikan oleh UUD 1945. yang selama ini dianggap sebagai pasal karet.
Alasan permohonan yaitu berawal dari Sedangkan pengajuan Permohonan perkara
kedatangan Pemohon perkara Nomor Nomor 022/PUU-IV/2006 berawal dari
013/PUU-IV/2006, Dr. Eggi Sudjana, SH., M.Si. Pemohon, Pandapotan Lubis yang ditangkap di
bertemu dengan Ketua KPK. Ia Taman Ismail Marzuki pada siang hari tanggal
mempertanyakan kemungkinan adanya indikasi 18 Mei 2006 oleh beberapa anggota Polri.
KKN mengnai bonus jasa produksi ECW NELOE Pemohon di bawa ke Kantor Kepolisian Daerah
yang tidak dibayarkan oleh Bank Mandiri dan (Polda Metro Jaya) dan diminta
kemudian memepertanyakan pula atau menandatangani Surat Penangkapan, tanpa
klarifikasi tentang rumors yang berkembang menjelaskan alasan penangkapan, selain
bahwa ada pengusaha yang memberikan mobil membaca apa yang tertulis di dalam Surat
mungkin jenisnya Jaguar kepada Kementrian Penangkapan setelah melakukan demo pada
Sekab dan Juru Bicara Presiden, juga kepada tanggal 19 Maret 2006 di sekitar Bundaran
Presiden yang kemudian dipaka oleh anaknya Hotel Indonesia, serta mengadakan rapat 16
yang dibenarkan oleh Ketua KPK bahwa rumors Mei 2006 di Jalan Dipenogoro 74. Dalil
tersebut telah didengarnya sejak 1 (satu) tahun pemohon mengajukan permohonan adalah
lalu. Informasi yang telah disampaikan oleh bahwa pasal-pasal tentang penghinaan
Pemohon kepada Ketua KPK dan serta kepada terhadap Presiden dan/atau Wakil Presiden
para wartawan seperti tersebut di atas, oleh tersebut tidak menyebutkan secara tegas, pasti
aparat penegak hukum dalam hal ini Polda dan limitative tentang perbuatan apa yang
Metro Jaya dan Kejaksaan Tinggi DKI diklasifikasikan sebagai penghinaan. Akibatnya
Jakarta/Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat tidak ada kepastian hukum serta
berdasarkan laporan Polisi No. mengakibatkan tindakan sewenang-wenang
16/K/F/2006/SPK Unit II, tanggal 6 Januari dari pihak Penguasa dan Aparat Hukum.
2006, atas nama pelapor Bripka Ahmad Fadilah, Menurut sejarahnya, setelah Indonesia
penghinaan dengan sengaja katerhadap merdeka, KUHP yang berasal dari Wetboek van
Presiden sebagaimana yang dimaksud dalam Strafrecht tersebut dengan beberpa perubahan
Pasal 134 KUHP jo. Pasal 136 bis KUHP sehingga dinyatakan berlaku melalui beberapa undang-
Pemohon dicekal berdasarkan Surat Keputusan undang. Dalam KUHP, kata “Presiden atau
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor Kep- Wakil Presiden” dibuat untuk menggantikan
057/O/DSP.3/02 tanggal 15 Februari 2006, Penguasa Belanda, yaitu Ratu atau Gubernur
tentang pencegahan dalam perkara pidana dan Jenderal dan Penguasa Belanda di daerah-
menjadi terdakwa di Pengadilan Negeri Jakarta daerah Hindia Belanda. Yang dimaksud dengan
Pusat dalam perkara pidana Reg Nomor “Gubernur Jenderal” adalah penguasa tunggal
1411/Pid.B/2006/PN/Jkt/Pst sehingga di Hindia Belanda selaku wakil Ratu Belanda
Pemohon merasa sangat dirugikan hak untuk tanah jajahan, yang kemudian disebut
konstitusionalnya berdasarkan pasal 28F UUD Indonesia. Oleh sebab itu, pasal-pasal tersebut
1945. Pemohon tidak setuju dengan pasal yang di atas pada hakekatnya adalah pasal-pasal

17
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

penjajah yang digunakan untuk memidana Negara. Dasar Hukum dari Mahkamah
rakyat jajahan dengan cara yang sangat mudah, Konstitusi Undang-Undang Nomor 24
yaitu dengan tuduhan telah menghina Tahun 2003 Tentang Mahkamah
panguasa (penjajah) Belanda, agar melalui Konstitusi, Undang-Undang Nomor 8
ancaman penjara itu rakyat bisa dipertakuti, Tahun 2011 yang Memuat Perubahan
ditundukkan dan diatur hidupnya untuk tidak Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
melawan penjajah Belanda. dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
Dalam pertimbangan hukumnya, Mahkamah 2014 Perubahan dari Undang-Undang
Konstitusi mengemukakan bahwa Pasal 134, Nomor 8 Tahun 2011 Tentang
Pasal 136 bis, dan Pasal 137 KUHPidana bisa Mahkamah Konstitusi. Kewenangan
menimbulkan ketidakpastian hukum MK antara lain sebagai berikut: Menguji
(rechtsonzekerheid) karena amat rentan pada undang-undang terhadap UUD NRI
tafsir apakah suatu protes, pernyataan 1945, Memutus sengketa kewenangan
pendapat atau pikiran merupakan kritik atau lembaga negara yang kewenangannya
penghinaan terhadap Presiden dan/atau Wakil diberikan oleh UUD NRI 1945,
Presiden. Hal dimaksud secara konstitusional Memutus pembubaran partai politik,
bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD Memutus perselisihan tentang hasil
1945 dan pada suatu saat dapat menghambat pemilihan umum, dan Pendapat DPR
upaya komunikasi dan perolehan informasi, mengenai Dugaan Pelanggaran oleh
yang dijamin Pasal 28F UUD 1945. Pasal 134, Presiden dan/atau Wakil Presiden.
pasal 136 bis, dan Pasal 137 KUHP berpeluang 2. Mahkamah Konstitusi sejak tahun 2003
menghambat ha katas kebebasan menyatakan sampai tahun 2015 telah melakukan
pikiran dengan lisan. Tulisan dan ekspresi sikap pengujian Undang-Undang dan telah
tatkala ketiga pasal pidana dimaksud selalu diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi
digunakan aparat hukum terhadap momentum- dengan berbagai macam tematik
momentum unjuk rasa di lapangan. Hak antara lain: Ekonomi, Kesehatan,
dimaksud secara konstitusional bertentangan Ketenagakerjaan, Komunikasi dan
dengan Pasal 28, Pasal 28E ayat (2), dan ayat Informasi, Lambang Negara, Lembaga
(3) UUD 1945. Negara, Lembaga Profesi,
Dalam putusannya, Mahkamah Konstitusi Pemerintahan dan Otonomi Daerah,
memutuskan untuk mengabulkan permohonan Pendidikan, Politik Sosial Sumberdaya
para Pemohon untuk seluruhnya karena dan Hukum.
bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat. B. Saran
Selanjutnya, Mahkamah memerintahkan Sebagai Institusi Penegak hukum Yang relatif
pemuatan Putusan Nomor 013-022/PUU- baru namun sangat penting bagi
VI/2006 ini dalam Berita Negara sebagaimana keberlangsungan penataan hukum yang
mestinya.10 komprehensif, Maka Mahkamah Konstitusi
sudah selayaknya di isi oleh Hakim-Hakim
PENUTUP Konstritusi yang berdedikasi, beretika dan
A. Kesimpulan berintegritas tinggi, guna menjaga gawang
1. Kedudukan MK merupakan satu penegakan hukum khususnya dibidang yang
lembaga negara baru yang oleh sangat urgen bagi sempurnanya pranata hukum
konstitusi diberikan kedudukan sejajar di negara Republik Indonesia ini yaitu menjaga
dengan lembaga-lembaga negara peraturan perundang-undangan agar tidak
lainnya. Mahkamah Konstitusi juga bertentangan dengan Konstitusi Negara
mempunyai fungsi untuk mengawal Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar
konstitusi agar dilaksanakan dan negara Republik Indonesia tahun 1945.
dihormati baik penyelenggaran
kekuasaan negara maupun warga DAFTAR PUSTAKA
A.V. Dicey, Introduction to the Study of the Law
of the Constitution, Tenth Edition,
10
Ibid, hlm. 129.

18
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

(London; Macmillan Education LTD, dikutip oleh Sudikno Mertokusumo,


1959). Mengenal Hukum (Suatu Pengantar),
A. Mukthie Fadjar, Hukum Konstitusi dan (Yogyakarta: Liberty 1991).
Mahkamah Konstitusi, (Jakarta:
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Sumber-sumber Lain:
MK RI, 2006). Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004,
Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia, Tentang Pembentukan Peraturan
(Jakarta: LP3ES, 1990). Perundang-undangan.
David Wood, Judicial Invalidation of Legislation Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009,
and Democratic Principles, dalam Tentang Kekuasaan Kehakiman.
Charles Sampford and Kim Preston Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011, Tentang
(eds.), Interpreting Constitution, (NSW: Mahkamah Konstitusi Republik
The Federation Press, 1996). Indonesia.
I Dewa Gede Palguna, Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Judicial Review, dan Welfare State, Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
(Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Korupsi, Perkara Nomor 133/PUU-
Kepaniteraan MK RI, 2008). VII/2009.
Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Bagian Pertama Deklarasi Hakim Konstitusi
Undang-Undang (Jakarta: Sekretariat Republik Indonesia tentang Kode Etik
Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, dan Perilaku Hakim Konstitusi Republik
2005). Indonesia, (Sapta Karsa Hutama).
Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Bagian Kedua Deklarasi Hakim Konstitusi
Konstitusi Republik Indonesia, (Jakarta: Republik Indonesia tentang Kode Etik
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan dan Perilaku Hakim Konstitusi Republik
MK RI, 2006). Indonesia, (Sapta Karsa Hutama).
Moh. Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Kompilasi Putusan Pengujian UU Oleh MK,
Negara Pasca Amandemen Konstitusi Putusan Yang Dikabulkan Tahun 2003-
(Jakarta: LP3ES, 2007). 2015, Biro Rekrutmen, Advokasi dan
Muhammad Yamin, Naskah Persiapan Undang- Peningkatan Kapasitas Hakim Komisi
Undang Dasar 1945, Jilid I, (Jakarta: Yudisial Republik Indonesia, 2015.
Yayasan Prapanca, 1959. Perkembangan pemikiran judicial review dari
R. Sri Soemantri M, Hak Uji Material di Yunani Kuno dan sebelum abad ke-19
Indonesia (Bandung: Alumni, edisi digambarkan oleh Jimly Asshiddiqie.
kedua, 1997). Pengujian Undang-Undang APBN Tahun 2006.
_____________, Hak Menguji Material di Pertimbangan Hukum Putusan Nomor
Indonesia, (Bandung: Alumni, 1986). 062/PHPU-B-II/2004.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Putusan Mahkamah Konstitusi, Nomor
Alumni, 1982). 061/PUU-II/2004.
Sebastian Pompe, Runtuhnya Institusi Undang-Undang Dasar Negara Republik
Mahkamah Agung, terjemahan Noor Indonesia Tahun 1945, Jakarta:
Cholis, (Jakarta: LeIP, 2012). Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2002,
Zainal Arifin Hoesein, Judicial Review di (Ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR
Mahkamah Agung: Tiga Dekade Tahun 2001, tanggal 9 November
Pengujian Peraturan Perundang- 2001).
Undangan (Jakarta: Rajawali Pers, http://mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?pa
2009). ge=web.ProfilMK&id=3
________________, Kekuasaan Kehakiman di
Indonesia (Yogyakarta: Imperium,
2013).
Zevenbergen, Formele encyclopaedie der
rechtswetenschap. Gebr. Belinfante,
s’Gravenhage 1925, sebagaimana

19

Anda mungkin juga menyukai