1/Jan-Feb/2017
13
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
14
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
(1) ius curia novit; melawan hukum materil merupakan hal yang
(2) Persidangan terbuka untuk umum; tidak sesuai dengan perlindungan dan jaminan
(3) Independen dan imparsial; kepastian hukum yang adil yang dimuat dalam
(4) Peradilan dilaksanakan secara cepat, Pasal 28D ayat (1) UUD 1945. Dengan demikian,
sederhana, dan biaya ringan; perbuatan melawan hukum dalam Penjelasan
(5) Hak untuk didengar secara seimbang (audi Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31
et alteram partem); dan Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan
(6) Hakim aktif dan juga pasif dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
persidangan.7 hanyalah perbuatan melawan hukum formil.
Selain itu perlu ditambahkan lagi satu asas yaitu Pemohon bernama Ir. Dawud Djatmiko
asas: mengajukan pengujian Undang-Undang Nomor
(7) Praduga Keabsahan (praesumptio iustae 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan
causa).8 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
B. Proses Sengketa Di Bidang Hukum Yang Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Telah Di Selesaikan Oleh Mahkamah Pidana Korupsi (UU PTPK). Berdasarkan
Konstitusi ketentuan Pasal 24C ayat (1) Mahkamah
Dibawah ini adalah putusan-putusan Konstitusi (UU MK), Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi menyangkut sengketa berwenang memeriksa, mengadili, dan
di Bidang Hukum yang dapat penulis uraikan memutus permohonan Pemohon.
secara singkat. Pemohon adalah perorangan warga Negara
1. Putusan Nomor 003/PUU-IV/2006 Indonesia yang merasa dirugikan dengan
Tentang Perbuatan Melawan Hukum berlakunya ketentuan Pasal 2 ayat (1), Pasal 3,
Materil Dalam Tindak Pidana Korupsi. Penjelasan Pasal 3 (sepanjang menyangkut kata
Kata “melawan hukum” yang dalam “dapat”), dan Pasal 51 ayat (1) huruf a UU MK,
penjelasan pasal-pasal undang-undang Undang- Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal
Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana standing) untuk mengajukan permohonan
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tersebut. Dalam permhonannya, Pemohon
Tahun 2001 menyebutkan “bukan saja mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut.
bertentangan dengan perundang-undangan a. Kata “dapat” dalam Pasal 2 ayat (1) dan
tetapi juga bertentangan dengan norma-noma Pasal 3 UU PTPK mempunyai pengertian
lain yang hidup di dalam masyarakat” ganda.
merupakan penyimpangan asas legalitas, b. Suatu tindak pidana yang mempunya 2
karena asas legalitas mengatakan bahwa tidak macam akibat yang sangat berbeda
seorang pun dapat dipidana selain berdasarkan diancam dengan hukuman yang sama.
ketentuan perundang-undangan pidana yang c. Ancaman pidana untuk percobaan tindak
ada sebelumnya. Konsep melawan hukum pidana disamakan dengan tindak pidana
materil, yang merujuk pada hukum tidak pokoknya.
tertulis dalam ukuran kepatutan, kehati-hatian d. Pasal 2 ayat(1), Penjelasan Pasal 2 ayat
dan kecermatan yang hidup dalam masyarakat, (1), Pasal 3, Penjelasan Pasal 3, Pasal 15
sebagai satu norma keadilan, adalah (sepanjang mengenai kata “percobaan”)
merupakan ukuran yang tidak pasti, dan UU PTPK mengesampingkan prinsip-
berbeda-beda dari satu lingkungan masyarakat prinsip yang universal tentang ancaman
tertentu ke lingkungan masyarakat lainnya, hukuman.
sehingga apa yang melawan hukum disuatu e. Pasal 2 ayat (1) ), Penjelasan Pasal 2 ayat
tempat mungkin di tempat lain diterima dan (1), Pasal 3, Penjelasan Pasal 3, Pasal 15
diakui sebaga sesuatu yang sah dan tidak (sepanjang mengenai kata “percobaan”)
melawan hukum. Oleh karena itu, perbuatan UU PTPK menimbulkan berbagai
penafsiran (multitafsir).
7
Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Permohonan pengujian UU PTPK ini disertai
Republik Indonesia, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan permohonan Putusan Provinsi (Putusan Sela)
Kepaniteraan MK RI, 2006), hal. 61 – 81. Mahkamah Konstitusi berupa penangguhan
8
Ibid, hlm. 82.
15
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
16
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
17
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
penjajah yang digunakan untuk memidana Negara. Dasar Hukum dari Mahkamah
rakyat jajahan dengan cara yang sangat mudah, Konstitusi Undang-Undang Nomor 24
yaitu dengan tuduhan telah menghina Tahun 2003 Tentang Mahkamah
panguasa (penjajah) Belanda, agar melalui Konstitusi, Undang-Undang Nomor 8
ancaman penjara itu rakyat bisa dipertakuti, Tahun 2011 yang Memuat Perubahan
ditundukkan dan diatur hidupnya untuk tidak Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
melawan penjajah Belanda. dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
Dalam pertimbangan hukumnya, Mahkamah 2014 Perubahan dari Undang-Undang
Konstitusi mengemukakan bahwa Pasal 134, Nomor 8 Tahun 2011 Tentang
Pasal 136 bis, dan Pasal 137 KUHPidana bisa Mahkamah Konstitusi. Kewenangan
menimbulkan ketidakpastian hukum MK antara lain sebagai berikut: Menguji
(rechtsonzekerheid) karena amat rentan pada undang-undang terhadap UUD NRI
tafsir apakah suatu protes, pernyataan 1945, Memutus sengketa kewenangan
pendapat atau pikiran merupakan kritik atau lembaga negara yang kewenangannya
penghinaan terhadap Presiden dan/atau Wakil diberikan oleh UUD NRI 1945,
Presiden. Hal dimaksud secara konstitusional Memutus pembubaran partai politik,
bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD Memutus perselisihan tentang hasil
1945 dan pada suatu saat dapat menghambat pemilihan umum, dan Pendapat DPR
upaya komunikasi dan perolehan informasi, mengenai Dugaan Pelanggaran oleh
yang dijamin Pasal 28F UUD 1945. Pasal 134, Presiden dan/atau Wakil Presiden.
pasal 136 bis, dan Pasal 137 KUHP berpeluang 2. Mahkamah Konstitusi sejak tahun 2003
menghambat ha katas kebebasan menyatakan sampai tahun 2015 telah melakukan
pikiran dengan lisan. Tulisan dan ekspresi sikap pengujian Undang-Undang dan telah
tatkala ketiga pasal pidana dimaksud selalu diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi
digunakan aparat hukum terhadap momentum- dengan berbagai macam tematik
momentum unjuk rasa di lapangan. Hak antara lain: Ekonomi, Kesehatan,
dimaksud secara konstitusional bertentangan Ketenagakerjaan, Komunikasi dan
dengan Pasal 28, Pasal 28E ayat (2), dan ayat Informasi, Lambang Negara, Lembaga
(3) UUD 1945. Negara, Lembaga Profesi,
Dalam putusannya, Mahkamah Konstitusi Pemerintahan dan Otonomi Daerah,
memutuskan untuk mengabulkan permohonan Pendidikan, Politik Sosial Sumberdaya
para Pemohon untuk seluruhnya karena dan Hukum.
bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat. B. Saran
Selanjutnya, Mahkamah memerintahkan Sebagai Institusi Penegak hukum Yang relatif
pemuatan Putusan Nomor 013-022/PUU- baru namun sangat penting bagi
VI/2006 ini dalam Berita Negara sebagaimana keberlangsungan penataan hukum yang
mestinya.10 komprehensif, Maka Mahkamah Konstitusi
sudah selayaknya di isi oleh Hakim-Hakim
PENUTUP Konstritusi yang berdedikasi, beretika dan
A. Kesimpulan berintegritas tinggi, guna menjaga gawang
1. Kedudukan MK merupakan satu penegakan hukum khususnya dibidang yang
lembaga negara baru yang oleh sangat urgen bagi sempurnanya pranata hukum
konstitusi diberikan kedudukan sejajar di negara Republik Indonesia ini yaitu menjaga
dengan lembaga-lembaga negara peraturan perundang-undangan agar tidak
lainnya. Mahkamah Konstitusi juga bertentangan dengan Konstitusi Negara
mempunyai fungsi untuk mengawal Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar
konstitusi agar dilaksanakan dan negara Republik Indonesia tahun 1945.
dihormati baik penyelenggaran
kekuasaan negara maupun warga DAFTAR PUSTAKA
A.V. Dicey, Introduction to the Study of the Law
of the Constitution, Tenth Edition,
10
Ibid, hlm. 129.
18
Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017
19