Anda di halaman 1dari 12

Hukum Acara Mahkamah

Konstitusi I
Mooting Class Continue IV
Amanda Benita Tarigan

Mahasiswa Aktif Fakultas Hukum USU


2019
Anggota Bidang Pendidikan dan
Pelatihan KPS FH USU 2021
Anggota Bidang Organisasi dan
Komunikasi Ikatan Mahasiswa Karo FH
USU 2021
Nasmah
• Mahasiswa Aktif Fakultas Hukum 2018
• Wakil Divisi Kewirausahaan BTM Aladdinsyah SH FH USU
• Bidang Diklat KPS FH USU
• Bidang Riset (FOSIL) FH USU
• Bidang Pengabdian masyarakat KAMMI Merah Putih USU
• Bidang Hubungan Masyarakat IPMBB USU
• Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Dies Natalis ke-72 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Hasanuddin (2020).
• POSTER TERVAFORIT dan Semi Finalis LKTI Mahasiswa Tingkat Nasional The
6TH Kime On Ideas Competition Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
(2020).
• Kategori Video Edukasi Terbaik Educational Tiktok and Video Competition
Universitas Negeri Yogyakarta Shine Event Organizer (2020).
• Juara Tervavorit Vlog Creatif Competition Nasional dalam Kegiatan Olimpiade
‘Aisyiyah Bandung Tingkat Nasional (2021)
• Juara 1 Lomba Vidio Kreatif Nasional Kategori Mahasiswa/Siswa pada Food
Nutrition Festival diselenggarakan oleh (BEM FATEPAKES, HIMATEPA dan
HIMAGIZI) Universitas Sahid Jakarta (2021)
Apriani Situmorang

Mahasiswa Aktif Fakultas Hukum USU 2018


Peserta Kompetisi Peradilan Semu Konstitusi Piala Mahkamah
Konstitusi VI Tahun 2019 Regional Barat
Peserta NMCC Peradi 2020
Majelis Hakim Terbaik Perlombaan Peradilan Semu Perkumpulan
Gemar Belajar 2020
Pemateri Terbaik Diskusi Mata Kuliah Perkumpulan Gemar Belajar
2020
Peserta Lomba Baca dan Cipta Puisi Sastradisi 2018
Menteri Pendidikan Perkumpulan Gemar Belajar
Bidang Pendidikan dan Pelatihan KPS
Founder @cahayahukum
Gagasan Judicial Review dan Kelembagaan Mahkamah
Konstitusi
Ketentuan yang memberikan
kewenangan Supreme Court untuk
mengeluarkan writ of mandamus pada
Pasal 13 Judiciary Act dianggap
Pertama Kali timbul Perkara “Marbury Vs Madison” tahun melebihi kewenangan yang diberikan
1803. Meskipun ketentuan judicial review tidak tercantum konstitusi, sehingga Supreme
dalam Undang-Undang Dasar Amerika Serikat, Supreme Court menyatakan hal itu bertentangan
Court Amerika Serikat membuat sebuah putusan yang ditulis dengan konstitusi sebagai the supreme
John Marshall dan didukung 4 Hakim Agung lainnya yang of the land
menyatakan bahwa pengadilan berwenang membatalkan William Marbury sesuai hukum berhak atas
surat-surat pengangkatannya. Keberanian
undang-undang yang bertentangan dengan konstitusi.
John Marshall dalam kasus “Marbury Vs
Madison” untuk berijtihad menjadi preseden
baru dalam sejarah Amerika dan
pengaruhnya meluas dalam pemikiran dan
praktik hukum di banyak negara.
Judicial Review dan Kelembagaan MK

1 2
Keberadaan Mahkamah Konstitusi (MK) sendiri Organ khusus seperti pengadilan khusus yang disebut
secara teoritis baru diperkenalkan oleh pakar MK (Constitutional Court), atau pengawasan
hukum kenamaan asal Austria, Hans Kelsen konstitusionalitas undang-undang (judicial review)
(1881-1973). Kelsen menyatakan bahwa dapat juga diberikan kepada pengadilan biasa,
pelaksanaan aturan konstitusional tentang legislasi khususnya Mahkamah Agung (MA).
dapat secara efektif dijamin hanya jika suatu
organ selain badan legislatif diberikan tugas untuk
menguji apakah suatu produk hukum itu
konstitusional atau tidak, dan tidak 3
memberlakukannya jika menurut organ ini produk Organ khusus (MK) yang mengontrol tersebut dapat
badan legislatif tersebut tidak konstitusional. menghapuskan secara keseluruhan undang-undang yang
tidak konstitusional sehingga tidak dapat diaplikasikan oleh
organ lain. Sedangkan jika pengadilan biasa yang memiliki
kompetensi menguji konstitusionalitas undang-undang
Asal-Usul Mahkamah Konstitusi Pertama di Dunia

2
Verfassungsgerichtshoft atau MK (Constitutional Court)
1 yang berdiri sendiri di luar Mahkamah Agung, sering
Di Austria, disebut The Kelsenian Model. Gagasan ini diajukan ketika
Pemikiran Kelsen Kelsen diangkat sebagai anggota lembaga pembaharu
Konstitusi Austria (Chancelery) pada tahun 1919–1920
dan diterima dalam Konstitusi Tahun 1920.

3
Mahkamah Konstitusi
Pertama di Dunia
Ide Hans Kelsen mengenai pengujian undang-undang di atas sejalan dengan gagasan yang
pernah dikemukakan Muhammad Yamin dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Ia mengusulkan seharusnya Balai Agung (atau Mahkamah
Agung) diberi wewenang untuk “membanding” undang-undang. Namun usulan Muhammad
Yamin ini disanggah oleh Soepomo dengan alasan bahwa (i) konsep dasar yang dianut
dalam UUD yang tengah disusun bukan konsep pemisahan kekuasaan (separation of
power) melainkan konsep pembagian kekuasaan (distribution of power); selain itu, (ii)
tugas hakim adalah menerapkan undang-undang, bukan menguji undang-undang; (iii)
kewenangan hakim untuk melakukan pengujian undang-undang bertentangan dengan
konsep supremasi Majelis Permusyawaratan Rakyat; dan (iv) sebagai negara yang baru
merdeka belum memiliki ahli-ahli mengenai hal tersebut serta pengalaman
mengenai judicial review. Akhirnya, ide pengujian konstitusionalitas undang-undang yang
diusulkan oleh Yamin tersebut tidak diadopsi dalam UUD 1945.
Kedudukan Mahkamah Konstitusi

Berkedudukan sebagai lembaga tinggi negara.


Mahkamah Dengan demikian, kedudukan Mahkamah
sebagai Konstitusi sejajar dengan MPR, DPR, DPD,
Konstitusi Presiden, BPK dan Mahkamah Agung (MA)

Sebagai lembaga baru, MK merupakan salah satu pelaksana


kekuasaan kehakiman, disamping MA. Mahkamah Konstitusi
merupakan lembaga peradilan tata negara (Constitutional Court)
yang kewenangannya diatur dalam Pasal 24 C UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Fungsi dan Kewenangan Mahkamah
Konstitusi
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga peradilan tata negara (Constitutional Court) yang
kewenangannya diatur dalam Pasal 24C UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu
sebagai berikut :
1.Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusanya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-
Undang Dasar ( Pasal 24C ayat (1) UUD).
2.Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD ( Pasal 24 C ayat (1) UUD).
3. Memutus pembubaran Partai Politik ( Pasal 24C ayat (1) UUD)
4. Memutus perselisihan hasil Pemilihan Umum ( Pasal 24C ayat (1) UUD)
5. Memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
UUD ( Pasal 24C ayat (2) UUD)
6. Memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden (Pasal 7B ayat (1)).
Susunan Hakim Konstitusi
Menurut Pasal 4 UU No 7 Tahun 2020 , Susunan Hakim Konstitusi , Sebagai Berikut ;

1. Mempunyai 9 (sembilan) orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan


dengan Keputusan Presiden.
2. Susunan MK terdiri atas seorang Ketua merangkap Anggota, seorang wakil
ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota konstitusi.
3. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh anggota
hakim konstitusi untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun terhitung
sejak tanggal pengangkatan Ketua dan Wakil Ketua MK.
4. Ketua dan Wakil Ketua MK yang terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk 1 (satu) kali
masa jabatan.
5. Sebelum Ketua dan Wakil Ketua MK sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terpilih,rapat pemilihan ketua dan wakil ketua MK dipimpin oleh hakim
konstitusi yang tertua.
‘’THANK YOU’’

Anda mungkin juga menyukai