Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

KEBERADAAN BANK TANAH DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Dr. Ferry Susanto Limbong SH., Sp.N.,M.Hum

Disusun Oleh:

Anisya Rahmawati (190200537)

Grup : F

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Keberadaan Bank
Tanah Di Indonesia" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Agraria
Lanjutan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang keberadaan
Bank Tanah di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ferry Susanto
Limbong SH., Sp.N.,M.Hum selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Hukum Agraria
Lanjutan . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 19 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 7
1. Dasar Hukum Bank Tanah di Indonesia ............................................................ 7
2. Pengertian dan Konsep Bank Tanah .................................................................. 8
3. Fungsi dan Tugas Bank Tanah .......................................................................... 13
4. Kewenangan Bank Tanah .................................................................................. 27
5. Aset Bank Tanah ................................................................................................. 29
6. Struktur Bank Tanah ......................................................................................... 31
7. Penyelenggaraan Bank Tanah ........................................................................... 33
8. Hak Atas Tanah Bank Tanah ............................................................................ 34
9. Pengelolaan Keuangan pada Bank Tanah ........................................................ 39
10. Pertanggungjawaban Keuangan pada Bank Tanah ...................................... 42
11. Bank Tanah dalam Undang – Undang Cipta Kerja ...................................... 43
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 48
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 48
B. Saran........................................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 51

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya kebutuhan akan tanah dalam melaksanakan pembangunan,

baik untuk pengembangan kepentingan umum maupun kepentingan swasta,

berdampak pada kebijakan pemerintah di bidang pengadaan tanah. Permasalahan

yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang selalu membutuhkan lahan

di satu sisi dan pesatnya pertumbuhan penduduk di sisi lain menimbulkan

permasalahan karena lahan terbatas jumlahnya sehingga harga lahan terus

meningkat. Jika tanah tidak tersedia untuk pembangunan yang diinginkan, jika

ditelisik lebih lanjut bukan berarti tidak ada tanah, tetapi tanah yang dibutuhkan

untuk pembangunan sudah diikat dengan hak atas tanah sehingga diperlukan

upaya pembebasan tanah.

Salah satu penyebab kesulitan mendapatkan tanah adalah perubahan

ekonomi politik ekonomi populis dengan ekonomi kapitalis neoliberal abad ini.

Akibatnya, Bumi telah digunakan sebagai komoditas yang memicu liberalisasi

tanah dan harga tanah menjadi moneter karena tindakan spekulan terestrial, hasil

dari kelanjutan perkembangan fisik di semua wilayah yang stagnan, tanah akuisisi

perlahan-lahan. bahkan mengambang.

Khusus untuk pengadaan tanah guna kepentingan umum yang terkendala

dalam mendapatkan tanah dan semakin rumit dalam pelepasan hak atas tanah oleh

pemegang hak atas tanah yang tanahnya dibutuhkan untuk kepentingaan umum

belakangan ini, apabila dikaji pada dasarnya berakar pada tiga persoalan sebagai

berikut:

1
1) Regulasi yang kurang memadai baik dari segi yuridis formal maupun dari segi

yuridis materiil;

2) Kompensasi (ganti kerugian) yang tidak adil yang diterima oleh masyarakat

pemegang hak atas tanah;

3) Lemahnya penegakan hukum dan perlindungan HAM. 1

Bahwa dalam keadaan normal, siapa pun yang diperlukan dan pada akhir

apa pun (juga untuk proyek kepentingan publik), akuisisi lahan yang dikendalikan

untuk pembangunan harus dilakukan melalui pertimbangan untuk mencapai

kesepakatan, keduanya berkaitan dengan penugasan tersebut tanah. kepada mereka

yang membutuhkan dan pada hadiah (ganti kerugian), yang merupakan hak pemilik

hak atas tanah yang bersangkutan untuk menerimanya.2

Negara Indonesia yang menganut sistem Eropa kontinental, untuk mengatur

hal-hal yang substansial dan menyangkut hajat hidup orang banyak seharusnya

regulasi untuk pengadaan tanah berupa undang-undang, bukan peraturan yang

tingkatan nya di bawah undang-undang.

Meningkatnya intensitas kebutuhan pembangunan dan terbatasnya kondisi

ketersediaan lahan mengakibatkan simultan yang paling sulit untuk

mengoptimalkan penggunaan penggunaan lahan, terutama untuk implementasi

pengembangan kepentingan publik, ini yang mensyaratkan kepentingan yang

bertentangan antara para pihak yang bertentangan dengan para pihak negara yang

sama. Bumi atau Tanah adalah media yang sangat penting untuk proses

pengembangan untuk kepentingan publik utamanya yang membutuhkan tanah

1
Limbong, Bernhard. Bank tanah. Indonesia: Margaretha Pustaka, 2013, hal 48.
2
Limbong, Bernhard. Pengadaan tanah untuk pembangunan: regulasi, kompensasi,
penegakan hukum. Indonesia: Margaretha Pustaka, 2011, hal 136.

2
dalam jumlah yang sangat besar. Masalah yang paling umum adalah bahwa

pemerintah ingin memulai pengembangan, tanah yang diinginkan tidak tersedia

atau tidak tersedia. Konsekuensi praktis dari pemerintah mengalami kesulitan

dalam melaksanakan proses pembebasan lahan, terutama terkait dengan

pelaksanaan pembebasan rezim tanah dan pembiayaannya yang telah menjadi

sangat mahal. Kondisi ini telah menghasilkan proses pengadaan yang

berkepanjangan.3

Pengadaan tanah yang berbelit kemudian menjadikan hak dari pihak lain

yakni pemerintah ataupun swasta yang lebih membutuhkan dan mampu

memanfaatkan bidang tanah tersebut dengan segera menjadi tidak terpenuhi

sehingga potensi kesejahteraan yang akan didapat menjadi tidak dapat terwujud.

Saat ini Pemerintah perlu melihat pembangunan infrastruktur yang paling

dibutuhkan masyarakat, berkaitan dengan jaminan ketersediaan lahan

pembangunan, terlebih dengan kebutuhan masyarakat akan lahan yang terus

meningkat dengan bertambahnya penduduk. Pembentukan suatu lembaga yang

menangani pengadaan tanah menjadi sangat penting untuk menghindari terjadi

ketimpangan ketersediaan tanah dengan upaya Pemerintah melakukan

pembangunan. Pasalnya, pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini bertujuan

untuk menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap

menjamin kepentingan hukum pihak pemilik lahan yang memang berhak atas

tanahnya.

3
Raffli Noor, “Manajemen Bank Tanah”, Jurnal Direktorat dan Tata Ruang BAPPENAS
Vol. I, (Maret 2014): 19.

3
Berdasarkan Pasal 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-

pokok Agraria bahwa setiap tanah memiliki fungsi sosial4 yang berarti kemanfaatan

penggunaan tanah tersebut tidak hanya dapat dimiliki oleh pemilik hak atas tanah

namun juga bagi masyarakat luas (kepentingan umum). Pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum merupakan kegiatan menyediakan tanah

dengan memberikan ganti rugi yang layak dan adil kepada yang berhak.5 Prinsip

musyawarah menjadi landasan dalam pengadaan tanah menurut ketentuan Undang-

undang nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum tersebut dan memiliki implikasi adanya keseimbangan

kemanfaatan dalam penerapannya, sehingga dalam kegiatan pengadaan tanah

tersebut pemilik tanah harus rela melepaskan tanahnya namun tidak boleh

dirugikan. Pemilik lahan berhak atas penggantian ganti rugi yang layak sesuai yang

telah diatur undang-undang. Akan tetapi, di dalam praktik kerap terjadi warga

pemilik lahan merasa jumlah ganti kerugian tidak sepadang dengan nilai kerugian

baik secara materiil maupun immateriil yang timbul akibat adanya pelepasan hak

tersebut. Hal ini kerap menjadikan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang

disertai adanya pengadaan tanah akan berujung pada konflik berlarutlarut.

Instrumen yang dapat digunakan oleh pemerintah saat ini untuk penyediaan

lahan untuk pembangunan adalah untuk melintasi mekanisme konsolidasi tanah dan

landfair. Konsolidasi tanah berarti pengelolaan konsumsi lahan di daerah pedesaan

untuk wilayah pertanian atau kehutanan yang memiliki struktur properti yang

4
Pasal 18 UUPA berbunyi bahwa “Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan
bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak tanah dapat dicabut
dengan memberikan ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur undang-
undang”
5
Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

4
terbagi untuk meningkatkan produktivitas pertanian, sementara rehabilitasi

terestrial memiliki makna pengelolaan penggunaan lahan di daerah perkotaan,

khususnya di kawasan dengan tanah tinggi. Intensitas menggunakan bidang

reorganisasi dan penyesuaian lahan untuk meningkatkan kualitas layanan dan

kehidupan komunitas perkotaan.

Kedua instrumen tersebut diatur melalui Peraturan Kepala Badan

Pertanahan Republik Indonesia dan Undang-undang tentang Rumah Susun, belum

ada pengaturan tersendiri mengenai hal tersebut. Kekurangan dari kedua instrumen

tersebut adalah penataan melalui pelepasan hak ataupun jual beli tanah baru

dilakukan ketika kegiatan pembangunan akan dilaksanakan sehingga menyebabkan

proses pengadaan tanah bisa saja berjalan tidak sesuai pada waktu yang

direncanakan. Selain kedua instrumen tersebut, bank tanah dapat digunakan sebagai

salah satu cara pengadaan tanah yang rendah konflik. Perbedaan konsep bank tanah

dengan dua instrumen yang telah adalah bank tanah ‘menyimpan’ tanah sebelum

kegiatan pembangunan dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengajukan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apa saja dasar hukum mengenai Bank Tanah di Indonesia?

2. Apa itu Bank Tanah?

3. Bagaimana fungsi dan tugas bank tanah?

4. Bagaimana kewenangan Bank Tanah?

5. Apa aset dari Bank Tanah?

6. Bagaimana struktur Bank Tanah di Indonesia?

5
7. Bagaimana penyelenggaraan Bank Tanah?

8. Bagaimana penerapan Hak Atas Tanah pada Bank Tanah?

9. Bagaimana pengelolaan keuangan pada Bank Tanah?

10. Bagaimana pertanggungjawaban keuangan pada Bank Tanah?

11. Bagaiman konsep dan pengaturan Bank Tanah dalam Undang – Undang Cipta

Kerja?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulis mengajukan tujuan

pembahasan makalah sebagai berikut :

1. Memaparkan dasar hukum mengenai Bank Tanah di Indonesia.

2. Menjelaskan mengenai pengertian dan konsep dari Bank Tanah.

3. Menjelaskan bagaimana fungsi dan tugas bank tanah.

4. Menjelaskan bagaimana kewenangan Bank Tanah.

5. Menjelaskan mengenai aset dari Bank Tanah.

6. Menjelaskan mengenai struktur Bank Tanah di Indonesia.

7. Menjelaskan mengenai penyelenggaraan Bank Tanah

8. Menjelaskan mengenai penerapan Hak Atas Tanah pada Bank Tanah.

9. Menjelaskan mengenai pengelolaan keuangan pada Bank Tanah.

10. Menjelaskan mengenai pertanggungjawaban keuangan pada Bank Tanah.

11. Memaparkan konsep Bank Tanah dalam Undang – Undang Cipta Kerja

6
BAB II

PEMBAHASAN

1. Dasar Hukum Bank Tanah di Indonesia

Menurut Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur Kemenko

Perekonomian, Wahyu Utomo mengatakan bahwa pembentukan Bank Tanah

merupakan amanat yang tercantum dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD NRI 1945, yang

berbunyi:

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan

Selain itu, pembentukan Bank Tanah merupakan amanat yang tercantum dalam

Pasal 40 Undang - Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang

berbunyi:

Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.

Hal ini diperkuat dengan pada Pasal 14 ayat (1) Undang-undang Pokok Agraria

(UUPA) yang mencantumkan perintah membuat rencana umum persediaan,

peruntukan, dan penggunaan tanah, yang berbunyi:

Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 ayat (2) dan (3), pasal

9 ayat (2) serta pasal 10 ayat (1) dan (2) Pemerintah dalam rangka sosialisme

Indonesia, membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan

dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya:

a. untuk keperluan Negara;

7
b. untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya, sesuai dengan

dasar Ketuhanan Yang Maha Esa;

c. untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial, kebudayaan

dan lain-lain kesejahteraan;

d. untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian, peternakan

dan perikanan serta sejalan dengan itu;

e. untuk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi dan

pertambangan.

Pada tahun 2021, pemerintah mengerluarkan sebuah Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah yang

merupakan peraturan pelaksanaan Pasal 135 Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020

tentang Cipta Kerja.

2. Pengertian dan Konsep Bank Tanah

Bank Tanah adalah salah satu sarana manajemen sumber daya yang penting

untuk meningkatkan produktivitas pemanfaatan tanah. Metode yang diusung dalam

bank tanah adalah kontrol pasar dan stabilisasi tanah pasar lokal. Bank tanah

menjamin ketersediaan tanah untuk pelbagai keperluan pembangunan di masa yang

akan datang, efisiensi APBN/ APBD, mengurangi konflik dalam proses

pembebasan tanah dan mengurangi dampak buruk liberalisasi tanah.6

Manajemen bank tanah berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan kegiatan serta pengawasan terhadap kegiatan bank tanah dalam

mewujudkan tujuan bank tanah. Didukung oleh regulasi yang memadai dan

6
Bernhard Limbong, Bank Tanah, (Jakarta: Margaretha Pustaka, 2013), hal 45.

8
kelembagaan yang kuat, manajemen bank tanah pada akhirnya bisa mewujudkan

enam fungsi bank tanah, yaitu penghimpun tanah (land keeper); sebagai pengaman

tanah (land warrantee); sebagai pengendali penguasaan tanah (land purchase);

sebagai pengelola tanah (land management); sebagai penilaitanah (land appraisal);

dan sebagai penyalur tanah (land distributor). Kegiatan bank tanah secara

konseptual harus memuat kebijakan dan strategi optimalisasi pemanfaatan dan

penggunaan tanah.7

Pada konsep bank tanah pada dasarnya menghimpun tanah dari masyarakat

terutama yang ditelantarkan dan tanah negara yang belum digunakan, kemudian

tanah – tanah itu dihimpun, dikembangkan dan di distribusikan kembali sesuai

rencana penggunaan tanah. Jadi bank tanah juga merupakan sarana manajemen

tanah dalam rangka pemanfaatan dan penggunaan tanah agar lebih produktif

dengan cara memperoleh tanah sebelum adanya kebutuhan, sehingga harga tanah

masih murah.

Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang

Badan Bank Tanah Pasal 1 ayat 1, menyatakan bahwa:

Badan Bank Tanah yang selanjutnya disebut Bank Tanah adalah badan

khusus (sui geneis) yang merupakan badan hukum Indonesia yang dibentuk

oleh pemerintah pusat yang diberi kewenangan khusus untuk mengelola

tanah.

Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

7
Ibid

9
Berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dibentuk Bank Tanah yang

merupakan badan hukum Indonesia.

Berdasarkan pasal tersebut, maka Bank Tanah adalah salah satu Badan Hukum di

Indonesia.

Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Bank Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi kewenangan khusus

untuk menjamin ketersediaan tanah dalam rangka ekonomi berkeadilan,

untuk:

a. kepentingan umum;

b. kepentingan sosial;

c. kepentinganpembangunannasional;

d. pemerataan ekonomi;

e. konsolidasi lahan; dan

f. reforma agraria.

Berdasarkan pasal tersebut, Bank tanah memiliki kewenangan khusus dengan

tujuan untuk menjamin ketersediaan tanah dalam rangka ekonomi berkeadilan.

Yang dimaksud dengan "reforma agraria" adalah penataan kembali struktur

penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan

melalui penataan aset dan disertai dengan penataan akses untuk kemakmuran rakyat

Indonesia.

Reforma agraria yang dilakukan oleh Bank Tanah dilaksanakan di luar

kawasan hutan.

10
Berdasarkan pasal 2 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Bank Tanah bertanggung jawab kepada Presiden melalui Komite.

Dari pasal tersebut Bank Tanah bertanggung jawab kepada Presiden melalui

Komite Bank Tanah. Pengertian mengenai Komite Bank Tanah diatur dalam pasal 1

angka 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang

Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Komite Bank Tanah yang selanjutnya disebut Komite adalah komite yang

bertugas untuk menetapkan kebijakan strategis Bank Tanah.

Berdasarkan pasal 2 ayat 4, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Kekayaan Bank Tanah merupakan kekayaan negara yang dipisahkan.

Berdasarkan pasal tersebut, dapat kita ketahui bahwa kekayaan pada Bank Tanah

merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan. Hal ini sesuai dengan Sesuai dengan

amanat Pasal 23 C Undang-Undang Dasar NRI 1945, dibentuk Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU Keuangan Negara). Pasal 2 Undang –

Undang Keuangan Negara menentukan ruang lingkup keuangan negara yang antara

lain meliputi kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah dan

kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan

Pemerintah. 8

Berdasarkan Pasal 2 ayat 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Bank Tanah berkedudukan di Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

11
Berdasarkan pasal tersebut, dapat kita ketahui bahwa Bank Tanah berada di Ibu Kota

Negara Indonesia, yaitu Jakarta dan dapat memiliki kantor perwakilan di seluruh

wilayah NKRI berdasarkan pasal 2 ayat 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Bank Tanah dapat mempunyai kantor perwakilan di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan demikian bank tanah adalah akuisisi tanah (pengadaan tanah) secara

sistematis terhadap tanah yang belum dikembangkan, tanah terlantar atau yang

ditinggalkan kosong dan dianggap memiliki potensi untuk pengembangan.

Pengadaan tanah oleh pemerintah yang dilakukan bank tanah diadakan untuk

penggunaan masa depan dan dalam rangka menerapkan kebijakan tanah publik.

Konsep bank tanah secara umum dapat dipahami melalui 4 (empat)

indikator, yakni (1) regulasi, (2) jenis, (3) pihak-pihak, dan (4) mekanisme

penyelenggaraan. Penerapan keempat indikator tersebut dapat berbeda-beda di

setiap negara, karena disesuaikan dengan ideologi, sistem hukum, dan kondisi

sosial ekonomi dari masing-masing negara. Pengaturan bank tanah sebagai upaya

untuk mewujudkan aset tanah negara yang berkeadilan dapat tercapai dengan

membentuk suatu aturanmengenai bank tanah yang setingkat undangundang,hal ini

diperlukan karena berbagai pertimbangan yang terdiri dari pertimbangan filosofis,

pertimbangan konstitusional dan pertimbangan sosiologis. Terdapat 2 (dua)

alternatif yang dapat ditempuh untuk mewadahi aturantersebut, yakni diatur

tersendiri dalam suatu undang-undang khusus atau dimasukkan ke dalam

Rancangan Undang-Undang Pertanahan yang saat ini sedang disusun. Nilai-nilai

keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan hukum dalam penyelenggaraan bank

12
tanah harus dimasukkan dalam asas dan norma hukum pada muatan rancangan

undang-undang terkait bank tanah yang akan disusun di kemudian hari.

3. Fungsi dan Tugas Bank Tanah

Fungsi Bank Tanah dapat dilihat berdasarkan pasal 3 ayat 1 Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank

Tanah, yang berbunyi:

Bank Tanah mempunyai fungsi:

a. perencanaan;

b. perolehan tanah;

c. pengadaan tanah;

13
d. pengelolaan tanah;

e. pemanfaatan tanah; dan

f. pendistribusian tanah.

Fungsi perencanaan pada Bank Tanah meliputi Rencana jangka panjang,

rencana jangka menengah dan rencana tahunan. Hal ini sesuai dengan pasal 5

ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang

Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a,

meliputi:

a. rencana jangka panjang;

b. rencana jangka menengah; dan

c. rencana tahunan.

Bahwa rencana jangka panjang merupakan perencanaan kegiatan untuk jangka

waktu 25 (dua puluh lima) tahun9, Rencana jangka menengah merupakan

perencanaan kegiatan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun10, dan rencana tahunan

merupakan perencanaan kegiatan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun11.

Perencanaan Bank Tanah didasarkan pada Rencana pembangunan jangka

menengah nasional dan rencana tata ruang12 dan ditetapkan oleh kepala Badan

9
Pasal 5 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
10
Pasal 5 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
11
Pasal 5 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
12
Pasal 5 ayat 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

14
Pelaksana setelah mendapat persetujuan dari Komite13 dalam menetapkan

perencanaan kepala Badan memperhatikan masukan dari Dewan Pengawas.

Fungsi Perolehan Tanah berasal dari tanah hasil penetapan pemerintah;

dan/atau tanah dari pihak lain. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang

berbunyi:

Perolehan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b

berasal dari:

a. tanah hasil penetapan pemerintah; dan/atau

b. tanah dari pihak lain.

Tanah hasil penetapan pemerintah sebagaimana terdiri atas tanah

negarayang berasal dari:

a. tanah bekas hak;

b. kawasan dan tanah telantar;

c. tanah pelepasan kawasan hutan;

d. tanah timbul;

e. tanah hasil reklamasi;

f. tanah bekas tambang;

g. tanah pulau-pulau kecil;

h. tanah yang terkena kebijakan perubahan tata ruang; dan

i. tanah yang tidak ada penguasaan di atasnya.14

13
Pasal 5 ayat 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

14
Pasal 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan
Bank Tanah

15
Yang dimaksud dengan "tanah hasil reklamasi" adalah tanah hasil reklamasi

yang tidak diajukan haknya oleh pelaksana reklamasi berdasarkan ketentuan

peraturan perundangundangan.

Yang dimaksud dengan "tanah bekas tambang" adalah lahan pasca tambang

yang tidak diperpanjang haknya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Yang dimaksud dengan "tanah yang terkena kebijakan perubahan tata

ruang" adalah tanah yang berasal dari pengalokasian perubahan peruntukan

kawasan.

Penetapan pemerintah dilakukan oleh Menteri dan dapat berkoordinasi

dengan menteri/pimpinan lembaga teknis terkait dan/ atau gubernur/ bupati/wali

kota.

Tanah dari pihak lain berasal dari:

a. Pemerintah Pusat;

b. Pemerintah Daerah;

c. badan usaha milik negara;

d. badan usaha milik daerah;

e. badan usaha;

f. badan hukum; dan

g. masyarakat15

Yang dimaksud dengan "tanah yang berasal dari Pemerintah Pusat" adalah

tanah yang dikuasai atau digunakan untuk kepentingan Pemerintah Pusat baik yang

sudah atau belum tercatat sebagai barang milik negara.

15
Pasal 8 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

16
Yang dimaksud dengan "tanah yang berasal dari Pemerintah Daerah" adalah

tanah yang dikuasai atau digunakan untuk kepentingan Pemerintah Daerah

baikyang sudah atau belum tercatat sebagai barang milik daerah.

Perolehan tanah dari pihak lain dilakukan melalui proses:

a. pembelian;

b. penerimaan hibah/sumbangan atau yang sejenis;

c. tukar menukar;

d. pelepasan hak; dan

e. perolehan bentuk lainnya yang sah16

Fungsi Pengadaan Tanah dilaksanakan melalui mekanisme tahapan

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum atau pengadaan

tanah secara langsung. Hal ini sesuai dengan Pasal 9 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang

berbunyi:

Pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c

dilaksanakan melalui mekanisme tahapan pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum atau pengadaan tanah secara

langsung.

Fungsi Pengelolaan Tanah terdiri atas kegiatan pengembangan tanah,

pemeliharaan dan pengamanan tanah dan pengendalian tanah. Hal ini dapat dilihat

dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021

Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

16
Pasal 8 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

17
Pengelolaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf

d terdiri atas kegiatan:

a. pengembangan tanah;

b. pemeliharaan dan pengamanan tanah; dan

c. pengendalian tanah.

Yang dimaksud dengan "pengembangan tanah" adalah kegiatan

peningkatan kemanfaatan dan penggunaan tanah hasil perolehan Bank Tanah untuk

kepentingan kegiatan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan kehidupan dan

kegiatan usaha secara optimal dari segi ekonomi, sosial, dan fisik.

Pengembangan tanah meliputi penyiapan tanah untuk kegiatan:

a. perumahan dan kawasan permukiman;

b. peremajaan kota;

c. pengembangan kawasan terpadu;

d. konsolidasi lahan;

e. pembangunaninfrastruktur;

f. pembangunan sarana dan prasarana lain;

g. pematangan tanah untuk mempersiapkan tanah bagi tata kelola usaha

Bank Tanah; dan

h. proyek strategis nasional.17

Yang dimaksud dengan "pengembangan kawasan terpadu" adalah pembangunan

kawasan berbasis berbagai macam fungsi yang terintegrasi dalam satu kawasan

yang terdiri atas:

17
Pasal 11 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

18
1. pengembangan kawasan terpadu dengan sistem transportasi/ transit

oriented development ;

2. pengembangan kawasan berbasis pertanian,/agropolitan,'

3. pengembangan kawasan berbasis perikanan/ minapolitan; dan

4. pengembangan kawasan berbasis transportasi udara/ aerocity.

Pengembangan tanah dapat berbentuk pembangunan sarana dan prasarana

infrastruktur kawasan industri, kawasan pariwisata, pertanian, perkebunan,

kawasan ekonomi khusus, kawasan ekonomi lainnya, dan bentuk pembangunan

lainnya yang mendukung kegiatan Bank Tanah.18

Yang dimaksud dengan "sarana dan prasarana infrastruktur" adalah

infrastruktur dasar antara lain pematangan tanah, pembuatan saluran air, listrik, dan

jalan.

Pembangunan dapat dilaksanakan oleh Bank Tanah dan/atau kerja sama

dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau pihak lain19 dilaksanakan

berdasarkan kesesuaian rencana tata ruang20.

Dalam hal penyusunan rencana kegiatan pengembangan tanah yang bersifat

strategis dan belum termuat dalam rencana tata ruang, kegiatan pengembangan

tanah dilaksanakan berdasarkan rekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan

18
Pasal 11 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
19
Pasal 11 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
20
Pasal 11 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

19
ruang21 yang dikeluarkan oleh Menteri dan menjadi dasar dalam pelaksanaan

kegiatan pemanfaatan ruang22.

Yang dimaksud dengan "bersifat strategis" adalah kegiatan yang memiliki

pengaruh sangat penting terhadap pertahanan, keamanan, pertumbuhan ekonomi,

pemerataan pembangunan, dan sosial budaya secara nasional.

Pemeliharaan dan pengamanan tanah terdiri atas Aspek Hukum dan Aspek Fisik23.

a. Aspek Hukum

Aspek hukum meliputi kepastian hukum hak atas tanah dan aktif dalam

upaya hukum mempertahankan kepastian hukum hak atas tanah baik di luar

maupun di dalam pengadilan24

b. Aspek Fisik.

Aspek fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan

kegiatan pemeliharaan dan pengamanan fisik tanah.25

Pengendalian tanah terdiri atas kegiatan:

a. pengendalian penguasaan tanah;

b. pengendalian pemanfaatan tanah; dan

c. pengendalian nilai tanah.26

21
Pasal 11 ayat 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
22
Pasal 11 ayat 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
23
Pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
24
Pasal 12 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
25
Pasal 12 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
26
Pasal 13 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

20
Yang dimaksud dengan "pengendalian penguasaan tanah" adalah

pengendalian terhadap penguasaan tanah sehingga penguasaan tanah tidak terpusat

pada kelompok masyarakat tertentu.

Yang dimaksud dengan "pengendalian pemanfaatan tanah" adalah

pengendalian terhadap kegiatan pemanfaatan tanah sehingga sesuai dengan rencana

tata ruang dan program prioritas yang ditetapkan oleh Bank Tanah.

Yang dimaksud dengan "pengendalian nilai tanah" adalah pengendalian

terhadap harga dan nilai tanah yang ditetapkan dan dikendalikan sehingga harga

menjadi wajar dan pencegahan terhadap spekulan tanah.

Fungsi Pemanfaatan Tanah dilakukan melalui kerja sama pemanfaatan

dengan pihak lain. Hal ini tercantum dalam Pasal 14 ayat 1 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang

berbunyi:

Pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf

e dilakukan melalui kerja sama pemanfaatan dengan pihak lain.

Kerja sama pemanfaatan dengan pihak lain dapat berbentuk:

a. jual beli;

b. sewa;

c. kerja sama usaha;

d. hibah;

e. tukar menukar; dan

f. bentuk lain yang disepakati dengan pihak lain.27

27
Pasal 14 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

21
Dengan memperhatikan asas kemanfaatan dan asas prioritas28.

Yang dimaksud dengan "jual beli" adalah hasil dari kerja sama pemanfaatan

tanah kepada pihak lain yang diberikan hak atas tanah dan hak turunannya tanpa

melepas atau mengurangi Hak Pengelolaan.

Yang dimaksud dengan "hibah" adalah hasil dari kerja sama pemanfaatan

tanah tanpa memperoleh penggantian kepada pihak lain yang diberikan hak atas

tanah dan hak turunannya tanpa melepas atau mengurangi Hak Pengelolaan.

Yang dimaksud dengan *asas kemanfaatan" adalah hasil penyelenggaraan

Bank Tanah yang memberikan manfaat secara luas bagi kepentingan masyarakat,

bangsa, dan negara.

Yang dimaksud dengan 'asas prioritas" adalah pemanfaatan tanah dalam

penyelenggaraan Bank Tana.h yang lebih mengutamakan kepentingan masyarakat,

bangsa, dan negara

Fungsi Pendistribusian Tanah adalah berupa kegiatan penyediaan dan

pembagian tanah29 dan ditujukan paling sedikit untuk:

a. kementerian/lembaga;

b. Pemerintah Daerah;

c. organisasi sosial dan keagamaan; dan/atau

d. masyarakat yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.30

Yang dimaksud dengan "penyediaan tanah" adalah penyediaan untuk

kepentingan umum, kepentingan sosial, kepentingan pemerataan ekonomi,

28
Pasal 14 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
29
Pasal 15 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
30
Pasal 15 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

22
kepentingan pembangunan, kepentingan konsolidasi lahan, dan reforma agraria.

Yang dimaksud dengan "pembagian tanah" adalah dalam rangka redistribusi tanah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Yang dimaksud dengan "pendistribusian tanah" adalah pelaksanaan tugas

Bank Tanah dalam rangka pemenuhan ketersediaan tanah untuk kepentingan

umum, kepentingan sosial, kepentingan pembangunan nasional, pemerataan

ekonomi, konsolidasi tanah dan reforma agraria. Pendistribusian tanah yang

dilakukan oleh Bank Tanah berbeda dengan redistribusi tanah yang merupakan

pembagian tanah secara langsung kepada orang atau entitas oleh kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agrarialpertanahan dan tata

ruang.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Bank Tanah menjamin

ketersediaan tanah untuk:

a. Kepentingan umum;

b. kepentingan sosial;

c. kepentinganpembangunan nasional;

d. pemerataan ekonomi;

e. konsolidasi lahan; dan

f. reforma agraria.31

Bahwa Dukungan untuk jaminan ketersediaan tanah untuk kepentingan

umum dapat terdiri atas:

a. pertahanan dan keamanan nasional;

31
Pasal 16 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

23
b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan

fasilitas operasi kereta api;

c. waduk, bendungan, irigasi, saluran air clan sanitasi, dan bangunan

pengairan lain – lain;

d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;

e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;

f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan/atau distribusi tenaga listrik;

g. jaringan telekomunikasi dan informatika;

h. tempat pembuangan dan pengolahan sampah serta pengelolaan limbah;

i. pembangunan produksi dan jaringan air bersih;

j. rumah sakit;

k. fasilitas keselamatan umum;

l. pemakaman umum;

m. fasilitas sosial, lasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;

n. cagar alam dan cagar budaya;

o. kantor Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atar: Desa;

p. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah serta

perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah;

q. prasarana pendidikan atau sekolah;

r. prasarana olahraga;

s. pasar umum dan lapangan parkir umum;

t. kawasan industri hulu dan hilir minyak dan gas;

u. kawasan ekonomi khusus;

v. kawasan industri;

24
w. kawasan pariwisata;

x. kawasan ketahanan pangan; dan

y. kawasanpengembanganteknologi.32

Dukungan dalam jaminan ketersediaan tanah untuk kepentingan sosial

terdiri atas jaminan penyediaan tanah untuk kepentingan pendidikan, peribadatan,

olahraga, budaya, penghijauan, konservasi, dan kepentingan sosial masyarakat

lainnya.33

Dukungan dalam jaminan ketersediaan tanah untuk kepentingan

pembangunan nasional merupakan jaminan penyediaan tanah untuk pembangunan

yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka

mendukung peningkatan ekonomi dan investasi.34

Dukungan dalam jaminan ketersediaan tanah untuk pemerataan ekonomi

merupakan .iaminan penyediaan tanah untuk program pionir, pembukaan isolasi

wilayah, pembangunan pasar rakyat, pengembangan rumah masyarakat

berpenghasilan rendah, dan program pemerataan ekonomi lainnya.35

Yang dimaksud dengan “program pionir” adalah program pembangunan

perintis yang dilakukan pada wilayah terdepan, terpencil dan tertinggal.

Dukungan dalam jaminan ketersediaan tanah untuk konsolidasi lahan

merupakan jaminan penyediaan tanah dalam rangka penataan kawasan untuk

32
Pasal 17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
33
Pasal 18 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
34
Pasal 19 Peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah
35
Pasal 20 Peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah

25
meningkatkan kualitas lingkungan serta untuk efisiensi dan optimalisasi

pembangunan.36

Bahwa dukungan dalam jaminan ketersediaan tanah untuk reforma agraria

sebagaimana dimaksud dalam merupakan jaminan penyediaan tanah dalam rangka

redistribusi tanah37 yang paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari tanah negara

yang diperuntukkan Bank Tanah38 dan ditetapkan oleh Menteri39

Tugas Bank Tanah dapat dilihat berdasarkan pasal 3 ayat 2 Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank

Tanah, yang berbunyi:

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bank

Tanah mempunyai tugas:

a. melakukan perencanaan kegiatan jangka panjang, jangka menengah,

dan tahunan;

b. melakukan perolehan tanah yang dapat bersumber dari penetapan

pemerintah dan pihak lain;

c. melakukan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum atau pengaciaan tanah secara langsung;

d. melakukan pengelolaan tanah dari kegiatan pengembangan,

pemeliharaan dan pengamanan, dan pengendalian tanah;

36
Pasal 21 Peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah
37
Pasal 22 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
38
Pasal 22 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
39
Pasal 22 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah

26
e. melakukan pemanfaatan t.anah melalui kerja sama pemanfaatan

dengan pihak lain; dan

f. melakukan pendistribusian tanah dengan melakukan kegiatan

penyediaan dan pembagian tanah.

Bahwa Bank Tanah bersifat transparan, akuntabel dan nonprofit. Hal ini

sesuai dengan pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun

2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Bank Tanah bersifat transparan, akuntabel, dan nonprofit.

Yang dimaksud dengan "transparan" adalah keterbukaan dalam

melaksanakan proses pengambilan keputusan dan dalam mengemukakan informasi

materiil dan relevan mengenai Bank Tanah secara akurat dan tepat waktu.

Yang dimaksud dengan "akuntabel" adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban Komite, organ Bank Tanah maupun pegawai sehingga

pengelolaan Bank Tanah dapat dilaksanakan secara efektif.

Yang dimaksud dengan "nonprofit" adalah pendapatan yang diperoleh dari

penyelenggaraan Bank Tanah digunakan untuk pengembangan organisasi dan tidak

membagikan keuntungan kepada organ Bank Tanah.

4. Kewenangan Bank Tanah

Berdasarkan pasal 23 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64

Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Bank Tanah mempunyai kewenangan:

a. melakukan penyusunan rencana induk;

b. membantu memberikan kemudahan berusaha/ persetujuan ;

27
c. melakukan pengadaan tanah; dan

d. menentukan tarif pelayanan.

Yang dimaksud dengan "menentukan tarif pelayanan" adalah tarif kegiatan

pemanfaatan tanah yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pelaksana.

Penyusunan rencana induk merupakan perencanaan kawasan Bank Tanah40

dan dasar pemanfaatan kawasan Bank Tanah41 serta ditetapkan oleh kepala Badan

Pelaksana42.

Dalam membantu memberikan kemudahan perizinan berusaha/persetujuan,

Bank Tanah rnemberikan bantuan di bidang pertanahan dan tata ruang43.

Tarif pelayanan merupakan tarif pemanfaatan tanah dalam bentuk sewa, sewa

beli, jual beli, dan bentuk lainnya44 ditetapkan oleh kepala Badan Pelaksana45 dan

formulasinya ditetapkan oleh Komite berdasarkan usulan kepala Badan

Pelaksana46.

Kepala Badan Pelaksana dapat memberikan besaran tarif, jangka waktu, dan

tata cara pembayaran yang kompetitif47. Serta Bank Tanah dapat menerima

40
Pasal 24 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
41
Pasal 24 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
42
Pasal 24 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
43
Pasal 25 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
44
Pasal 26 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
45
Pasal 26 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
46
Pasal 26 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
47
Pasal 26 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

28
pembayaran dalam bentuk penyertaan modal sementara pada pihak lain yang

melakukan kerja sanla pemanfaatan tanah48.

Yang dimaksud dengan "besaran tarif yang kompetitif" adalah besaran tarif

yang ditetapkan oleh Bank Tanah dapat terjangkau.

Yang dimaksud dengan "jangka waktu yang kompetitif' adalah jangka

waktu pembayaran besaran tarif dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan para

pihak.

Yang dimaksud dengan "tata cara pembayaran yang kompetitif" adalah tata

cara pembayaran besaran tarif sesuai dengan kesepakatan para pihak.

Yang dimaksud dengan "kepentingan lainnya" adalah kepentingan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 selain kepentingan sosial dan reforma

agraria. yaitu:

a. kepentingan umum;

b. kepentinganpembangunannasional;

c. pemerataan ekonomi; dan

d. konsolidasi lahan.

5. Aset Bank Tanah

Berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64

Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Sumber Kekayaan Bank Tanah dapat berasal dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

48
Pasal 26 ayat 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

29
b. pendapatan sendiri;

c. penyertaan modal negara; dan/atau

d. sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dari pasal diatas, dapat diketahui bahwa sumber kekayaan Bank Tanah

berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pendapatan sendiri,

penyertaan modal Negara dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Jika ditelurusuri lebih jauh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

adalah adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat49.

Pendapatan sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b

merupakan pendapatan yang diperoleh dari kerja sama usaha, kerja sama

pemanfaatan tanah, dan pendapatan lainnya yang sah50 dan digunakan langsung

untuk keberlangsungan operasionalisasi dan pengembangan Bank Tanah51 yang

dapat berupa:

a. hasil pemanfaatan aset;

b. hasil sewa, sewa beli dan jasa lainnya;

c. hasil dari penjualan aset;

d. hasil kerja sama pengembangan usaha dengan pihak lain;

e. hasil dari perolehan hibah dan tukar menukar;

f. hasil dari pengelolaan;

49
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara
50
Pasal 30 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
51
Pasal 30 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

30
g. hasil pelepasan aset;

h. hasil dari imbal hasil surat berharga yang diterbitkan Negara Republik Indonesia;

i. hasil bunga dan/atau imbalan bank;

j. hasil usaha; dan/atau

k. hasil lainnya yang sah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan

Pelaksana.52

Yang dimaksud bunga bank antara lain berasal dari giro dan deposito.

6. Struktur Bank Tanah

Berdasarkan pasal 31 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Struktur Bank Tanah terdiri dari:

a. Komite;

b. Dewan Pengawas; dan

c. Badan Pelaksana.

Dari pasal tersebut, struktur bank tanah terdiri atas Komite, Dewan Pengawas,

Badan Pelaksana.

Komite menetapkan kebijakan strategis Bank Tanah53, Dewan Pengawas

dan Badan Pelaksana merupakan organ Bank Tanah54 yang bertugas melakukan

pengawasan dan memberikan nasihat kepada Badan Pelaksana dalam menj alankan

52
Pasal 30 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
53
Pasal 31 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
54
Pasal 31 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

31
kegiatan penyelenggaraan Bank Tanah55 dan Badan Pelaksana bertanggungjawab

atas penyelenggaraan Bank Tanah untuk kepentingan dan tujuan Bank Tanah, serta

mewakili Bank Tanah baik di dalam maupun di luar pengadilan56.

Komite terdiri atas:

a. Menteri sebagai ketua merangkap anggota;

b. menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan

sebagai anggota;

c. menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan

umum dan perumahan ralryat sebagai anggota; dan/atau

d. menteri/kepala lembaga lainnya yang ditunjuk oleh Presiden sebagai anggota.57

Ketua dan anggota Komite Citetapkan dengan Keputusan Presiden

berdasarkan usulan Menteri58serta Ketentuan mengenai tugas dan tata cara

penetapan Komite diatur dalam Peraturan Presiden59.

Dewan Pengawas ditetapkan dengan Keputusan Presiden60, berjumlah paling

banyak 7 (tujuh) orang, dengan 1 (satu) orang sebagai ketua merangkap anggota61.

Jika Dewan Pengawas berjumlah 7 (tujuh) orang, komposisinya terdiri dari 4

55
Pasal 31 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
56
Pasal 31 ayat 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
57
Pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
58
Pasal 32 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
59
Pasal 32 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
60
Pasal 33 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
61
Pasal 33 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

32
(empat) orang yang berasal dari unsur profesional dan 3 (tiga) orang yang dipilih

oleh Pemerintah Pusat62.

Badan Pelaksana terdiri atas kepala dan deputi63, yangmana jumlah deputi

ditetapkan oleh ketua Komite64. Kepala dan deputi diangkat dan diberhentikan oleh

ketua Komite65 serta Pengangkatan dan pemberhentian kepala dan deputi dapat

diusulkan oleh Dewan Pengawas66.

7. Penyelenggaraan Bank Tanah

Berdasarkan Pasal 36 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

Bank Tanah dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam menyelenggarakan

kegiatan perencanaan, perolehan, pengadaan, pengelolaan, pemanfaatan,

dan pendistribusian tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

Dari pasal tersebut, dapat diketahui bahwa Bank Tanah dapat bekerja sama dengan

pihak lain dalam menyelenggarakan kegiatan perencanaan, perolehan, pengadaan,

pengelolaan, pemanfaatan, dan pendistribusian tanah. Kerja sama tersebut dapat

dilakukan dengan Pemenntah Pusat, Pemerintah Daerah, lembaga negara, badan

usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha, badan hukum milik

negara, badan hukum swasta, masyarakat, koperasi, dan/atau pihak lain yang

62
Pasal 33 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
63
Pasal 34 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
64
Pasal 34 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
65
Pasal 34 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
66
Pasal 34 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

33
sah67serta Bank Tanah dapat menerima tanah titipan dan mengelola dalam bentuk

kerja sama usaha68.

Dalam penyelenggarannya, Bank Tanah dapat membentuk badan usaha atau

badan hukum dalam mendukung penyelenggaraan Bank Tanah69dan dilakukan oleh

kepala Badan Pelaksana setelah mendapatkan persetujuan Komite70.

Dalam penyelenggaraan Bank Tanah, Kepala Badan Pelaksana dapat

menghentikan atau membatalkan kerja sama secara sepihak apabila tanah dialihkan,

mengalami kerusakan, ditelantarkan, dan/atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan

kesepakatan kerja sama71 yang didahului dengan pemberian teguran tertulis dari

kepala Badan Pelaksana, paling banyak 2 (dua) kali72.

Dan jika terjadi perubahan rencana pemanfaatan tanah oleh Bank Tanah,

kepala Badan Pelaksana memberitahukan terlebih dahulu kepada pihak yang

memanfaatkan tanah73.

8. Hak Atas Tanah Bank Tanah

Tanah yang dikelola Bank Tanah diberikan Hak Pengelolaan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan74. Berdasarkan Pasal 40 ayat 2 Peraturan

67
Pasal 36 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
68
Pasal 36 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
69
Pasal 37 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
70
Pasal 37 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
71
Pasal 38 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
72
Pasal 38 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
73
Pasal 39 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
74
Pasal 40 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

34
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah,

yang berbunyi:

Hak atas tanah di atas Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat diberi:

a. Hak Guna Usaha;

b. Hak Guna Bangunan; dan

c. Hak Pakai.

Yang dimaksud dengan "peraturan perundang-undangan" adalah peraturan

perundangan-undangan di bidang agraria / pertanahan dan tata ruang.

Pemberian hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan hak atas

tanah diatas Hak Pengelolaan dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang agraria / pertanahan dan tata ruang.

Berdasarkan pasal tersebut, ha kata tanah hak pengelolaan dapat diberi Hak Guna

Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai, yangmana penyerahan dan/atau

penggunaan atas bagian-bagian tanah Hak Pengelolaan diberikan kepada pihak lain

dengan perjanjian75.

Perjanjian diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

yang menyatakan bahwa: "Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih".

Menurut Subekti “Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang

berjanji pada orang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan satu

hal”76, sedangkan menurut R. Setiawan “Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum,

75
Pasal 40 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
76
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2007, hlm. 1

35
dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih”, jadi pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan

hukum dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan dirinya terhadap dua

orang atau lebih lainnya77.

Jangka waktu Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan dapat diberikan

perpanjangan jangka waktu hak dan pembaruan hak apabila sudah digunakan

dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pemberian haknya78.

Berdasarkan pasal 35 ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, menyatakan bahwa:

Hak guna-bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai

bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan

jangka waktu paling lama 30 tahun.

Dan Atas permintaan pemegang hak dan dengan mengingat keperluan serta

keadaan bangunan-bangunannya, jangka waktu tersebut dalam ayat (1) dapat

diperpanjang dengan waktu paling lama 20 tahun79 dan dapat beralih dan dialihkan

kepada pihak lain80.

Hak guna-bangunan, termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga

setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan-

ketentuan yang dimaksud dalam pasal 1981. Pasal 19 berbunyi:

77
R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 2007, hlm. 49
78
Pasal 40 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah
79
Pasal 35 ayat 2 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria
80
Pasal 35 ayat 3 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria
81
Pasal 38 ayat 1 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria

36
(1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan

pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut

ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah

(2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi:

a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;

b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;

c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat.

(3) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan

Negara dan masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomi serta

kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri

Agraria.

(4) Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan

dengan pendaftaran termaksud dalam ayat (1) di atas, dengan ketentuan

bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-

biaya tersebut.

Dan pendaftaran tersebut merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai

hapusnya hak guna-bangunan serta sahnya peralihan hak tersebut, kecuali dalam

hal hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir82.

Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak

tanggungan83 dan hapus karena :

a. jangka waktunya berakhir;

82
Pasal 38 ayat 2 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
83
Pasal 39 Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria

37
b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat

tidak dipenuhi;

c. dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir;

d. dicabut untuk kepentingan umum;

e. diterlantarkan;

f. tanahnya musnah;

g. ketentuan dalam pasal 36 ayat (2).

Pasal 36 ayat (2) berbunyi:

Orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna-bangunan dan tidak lagi

memenuhi syarat-syarat yang tersebut dalam ayat (1) pasal ini dalam jangka

waktu 1 tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain

yang memenuhi syarat. Ketentuan ini berlaku juga terhadap pihak yang

memperoleh hak guna-bangunan, jika ia tidak memenuhi syarat-syarat

tersebut. Jika hak guna-bangunan yang bersangkutan tidak dilepaskan atau

dialihkan dalam jangka waktu tersebut, maka hak itu hapus karena hukum,

dengan ketentuan, bahwa hak-hak pihak lain akan diindahkan, menurut

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Bank Tanah memberikan jaminan perpanjangan dan pembaruan hak atas tanah di

atas Hak Pengelolaan sesuai dengan persyaratan yang termuat dalam perjanjian84

dan dapat diberikan sekaligus setelah dimanfaatkan dan diperjanjikan85.

84
Pasal 40 ayat 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
85
Pasal 40 ayat 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah

38
Dalam hal tertentu, Bank Tanah dapat mengikat perjanjian perdata untuk

jangka waktu yang lebih kompetitif86. Hak atas tanah di atas Hak Pengelolaan dapat

dibebani hak tanggungan87.

9. Pengelolaan Keuangan pada Bank Tanah

Bank Tanah menyelenggarakan kegiatan pengelolaan keuangan yang

didasarkan pada tata kelola yang baik88 , berdasarkan prinsip kemandirian dan

keberlanjutan89 dan harus menerapkan manajemen risiko dan sistem pengendalian

intern90.

Yang dimaksud dengan "tata kelola yang baik" adalah pengelolaan anggaran

dengan prinsip kehati-hatian serta menerapkan tata kelola yailg transparan,

akuntabel, efisien, dan efektif.

Yang dimaksud dengan "prinsip kemandirian" adalah pola keuangan yang

memberikan fleksibilitas kepada Bank Tanah untuk memajukan kesejahteraan

umum, menciptakan lapangan kerja, pelayanan kepada masyarakat, dan

pembangunan nasional.

Yang dimaksud dengan "prinsip keberlanjutan" adalah dapat memperoleh

surplus yang dikembalikan untuk pengembangan Bank Tanah.

Pengelolaan Keuangan pada Bank Tanah meliputi pen5rusunan rencana

kerja dan anggaran, pengelolaan kas, pengelolaan aset, pengelolaan surat-surat

86
Pasal 40 ayat 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
87
Pasal 40 ayat 8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang
Badan Bank Tanah
88
Pasal 42 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah
89
Pasal 42 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah
90
Pasal 42 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah

39
berharga, dan kesesuaian terhadap rencana usaha. Hal ini diatur dalam Pasal 42 ayat

3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan

Bank Tanah, yang berbunyi:

Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit

meliputi penyusunan rencana kerja dan anggaran, pengelolaan kas,

pengelolaan aset, pengelolaan surat-surat berharga, dan kesesuaian

terhadap rencana usaha.

Bank Tanah diberikan modal untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan

kewenangannya sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar

rupiah)91 dalam bentuk kas, tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin

dan/atau aset tetap lainnya, sebagaimana tercantum dalam Pasal 43 ayat 2 yang

berbunyi :

Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk:

a. kas;

b. tanah;

c. gedung dan bangunan;

d. peralatan dan mesin; dan/atau

e. aset tetap lainnya.

Selain itu, Bank Tanah dapat diberikan modal tambahan yang berasal dari

kapitalisasi dari akumulasi hasil usaha Bank Tanah dan/atau penyertaan modal

negara92 dan Komite mengusulkan penambahan penyertaan modal negara kepada

91
Pasal 43 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah
92
Pasal 43 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah

40
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan93 dan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan94.

Berdasarkan pasal 44 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah yang berbunyi :

Bank Tanah dapat melakukan pinjaman dalam rangka pembiayaan

peningkatan kapasitas pengeloiaan aset yang dicantumkan dalarn rencana

kerja dan anggaran Bank Tanah.

Dari Pasal tersebut, Bank Tanah dapat melakukan pinjaman dalam rangka

pembiayaan peningkatan kapasitas pengeloiaan aset yang dicantumkan dalarn

rencana kerja dan anggaran Bank Tanah. Yang mana Pelaksanaan pinjaman harus

mendapatkan persetujuan dari Komite dan/atau Dewan Pengawas yang

ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden95

Yang dimaksud dengan "pinjaman dalam rangka pembiayaan peningkatan

kapasitas pengelolaan aset" antara lain:

a. pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya; dan

b. menerbitkan obligasi.

Pelaksanaan pinjaman dalam rangka pembiayaan peningkatan kapasitas

pengelolaan aset dilakukan sesuai dengan tata kelola yang baik.

Berdasarkan Pasal 45 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64

Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah yang berbunyi :

93
Pasal 43 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah
94
Pasal 43 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah
95
Pasal 44 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021
Tentang Badan Bank Tanah

41
Bank Tanah dapat melakukan penghapusan aset tetap non tanah dari

pembukuan atau neraca Bank Tanah.

Dari pasal tersebut, Bank Tanah dapat melakukan penghapusan aset tetap non tanah

dari pembukuan atau neraca Bank Tanah. Yang dimaksud dengan "penghapusan

aset tetap non tanah" adalah penghapusan aset yang digunakan dalam kegiatan

pendukung penyelenggaraan Bank Tanah, antara lain:

a. gedung dan bangunan; dan

b. peralatan dan mesin96.

10. Pertanggungjawaban Keuangan pada Bank Tanah

Berdasarkan pasal 46 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64

Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, yang berbunyi:

(1) Penyusunan laporan keuangan Bank Tanah berpedoman pada standar

akuntansi keuangan.

(2) Penyelenggaraan akuntansi Bank Tanah dilaksanakan menggunakan

kebijakan yang ditetapkan oleh kepala Badan Pelaksana.

Sehingga dapat kita ketahui bahwa Penyusunan laporan keuangan Bank Tanah

berpedoman pada standar akuntansi keuangan dilaksanakan menggunakan

kebijakan yang ditetapkan oleh kepala Badan Pelaksana.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah format dan prosedur pembuatan

laporan keuangan yang menjadi aturan baku penyajian informasi keuangan suatu

kegiatan usaha atau perusahaan.

96
Penjelasan Pasal 45 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2021 Tentang Badan Bank Tanah

42
SAK berisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan

Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK), yang diterbitkan oleh Dewan

Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan Standar Syariah Ikatan

Akuntan Indonesia (DSAS IAI), serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas

yang berada di bawah pengawasannya97.

Badan Pelaksana wajib menyusun laporan tahunan Bank Tanah dan

disampaikan kepada Presiden melalui Komite, sebagaimana tercantum dalam Pasal

48 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2021 Tentang

Badan Bank Tanah, yang berbunyi :

Badan Felaksana wajib menyusun laporan tahunan Bank Tanah dan

disampaikan kepada Presiden melalui Komite.

11. Bank Tanah dalam Undang – Undang Cipta Kerja


Adapun ketentuan mengenai bank tanah tertuang dalam 10 Pasal UU Cipta

Kerja yakni, Pasal 125 hingga 135, yang berbunyi:

Pasal 125

(1) Pemerintah Pusat membentuk badan bank tanah,

(2) Badan bank tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

badan khusus yang mengelola tanah,

(3) Kekayaan badan bank tanah merupakan kekayaan negara yang

dipisahkan,

(4) Badan bank tanah berfungsi melaksanakan perencanaan, perolehan,

pengadaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pendistribusian tanah.

97
Zasya, Standar Akuntansi Keuangan dan Jenisnya yang Berlaku di Indonesia, diaksed
dari https://www.online-pajak.com/tentang-efiling/standar-akuntansi-keuangan , pada
tanggal 24 Mei 2021

43
Pasal 126

(1) Badan bank tanah menjamin ketersediaan tanah dalam rangka ekonomi

berkeadilan, untuk:

a. kepentingan umum;

b. kepentingan sosial;

c. kepentingan pembangunan nasional;

d. pemerataan ekonomi;

e. konsolidasi lahan; dan

f. reforma agraria

(2) Ketersediaan tanah untuk reforma agraria sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf f paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari tanah negara yang

diperuntukkan untuk bank tanah.

Pasal 127

Badan bank tanah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat

transparan, akuntabel, dan non profit.

Pasal 128

Sumber kekayaan badan bank tanah dapat berasal dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. Pendapatan sendiri;

c. Penyertaan modal negara; dan

44
d. sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 129

(1) Tanah yang dikelola badan bank tanah diberikan hak pengelolaan.

(2) Hak atas tanah di atas hak pengelolaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat diberikan hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak

pakai.

(3) Jangka waktu hak guna bangunan di atas hak pengelolaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan perpanjangan dan pembaharuan

hak apabila sudah digunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan tujuan

pemberian haknya.

(4) Dalam rangka mendukung investasi, pemegang hak pengelolaan badan

bank tanah diberikan kewenangan untuk:

a. melakukan penyusunan rencana induk;

b. membantu memberikan kemudahan Perizinan Berusaha/persetujuan;

c. melakukan pengadaan tanah; dan

d. menentukan tarif pelayanan.

(5) Penggunaan dan/atau pemanfaatan tanah di atas hak pengelolaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pemerintah Pusat melakukan

pengawasan dan pengendalian sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

Pasal 130

Badan bank tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 terdiri atas:

45
a. Komite;

b. Dewan Pengawas; dan

c. Badan Pelaksana.

Pasal 131

(1) Komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130 huruf a diketuai oleh

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pertanahan dan beranggotakan para menteri dan kepala yang terkait.

(2) Ketua dan anggota Komite ditetapkan dengan Keputusan Presiden

berdasarkan usulan dari menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pertanahan.

Pasal 132

(1) Dewan Pengawas berjumlah paling banyak 7 (tujuh) orang terdiri dari

4 (empat) orang unsur profesional dan 3 (tiga) orang yang dipilih oleh

Pemerintah Pusat.

(2) Terhadap calon unsur profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan proses seleksi oleh Pemerintah Pusat yang selanjutnya

disampaikan ke DPR untuk dipilih dan disetujui.

(3) Calon unsur profesional yang diajukan ke DPR sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), paling sedikit 2 (dua) kali jumlah yang dibutuhkan.

Pasal 133

(1) Badan Pelaksana terdiri dari Kepala dan Deputi.

46
(2) Jumlah Deputi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh

Ketua Komite.

(3) Kepala dan Deputi diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Komite.

(4) Pengangkatan dan pemberhentian Kepala dan Deputi sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dapat diusulkan oleh Dewan Pengawas.

Pasal 134

Ketentuan lebih lanjut mengenai Komite, Dewan Pengawas, dan Badan

Pelaksana diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 135

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan badan bank tanah diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 125 memuat penjelasan beserta fungsi yang akan dijalankan oleh bank tanah.

Lalu, Pasal 126 menjelaskan sifat bank tanah yang menjamin ketersediaan tanah

untuk masyarakat.

Kemudian, Pasal 127 menyebutkan bahwa badan bank tanah akan melaksanakan

tugas dan wewenang yang bersifat transparan, akuntabel, dan non profit.

Pasal 128-129 memuat ketentuan sumber kekaayaan badan bank tanah, pengelolaan

hak atas tanah, serta organisasi badan bank tanah.

Pasal 130-135 memuat penjelasan dari masing-masing organisasi pada badan bank

tanah.

47
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pasal 28 H ayat (1) UUD NRI 1945, Pasal 40 Undang - Undang Nomor 39

tahun 1999 tentang Hak Asasi, Pasal 14 ayat (1) Undang-undang Pokok

Agraria (UUPA) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64

Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah yang merupakan peraturan

pelaksanaan Pasal 135 Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang

Cipta Kerja.

2. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah, Badan Bank Tanah

yang selanjutnya disebut Bank Tanah adalah badan khusus (sui geneis) yang

merupakan badan hukum Indonesia yang dibentuk oleh pemerintah pusat

yang diberi kewenangan khusus untuk mengelola tanah.

3. Bank Tanah mempunyai fungsi perencanaan, perolehan tanah, pengadaan

tanah, pengelolaan tanah, pemanfaatan tanah dan pendistribusian tanah.

Bank Tanah memiliki tugas:

a. melakukan perencanaan kegiatan jangka panjang, jangka menengah,

dan tahunan;

b. melakukan perolehan tanah yang dapat bersumber dari penetapan

pemerintah dan pihak lain;

c. melakukan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum atau pengaciaan tanah secara langsung;

48
d. melakukan pengelolaan tanah dari kegiatan pengembangan,

pemeliharaan dan pengamanan, dan pengendalian tanah;

e. melakukan pemanfaatan t.anah melalui kerja sama pemanfaatan

dengan pihak lain; dan

f. melakukan pendistribusian tanah dengan melakukan kegiatan

penyediaan dan pembagian tanah.

4. Bank Tanah mempunyai kewenangan:

a. melakukan penyusunan rencana induk;

b. membantu memberikan kemudahan berusaha/ persetujuan ;

c. melakukan pengadaan tanah; dan

d. menentukan tarif pelayanan.

5. Sumber Kekayaan Bank Tanah dapat berasal dari:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. pendapatan sendiri;

c. penyertaan modal negara; dan/atau

d. sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Struktur Bank Tanah terdiri dari:

a. Komite;

b. Dewan Pengannas; dan

c. Badan Pelaksana.

7. Bank Tanah dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam menyelenggarakan

kegiatan perencanaan, perolehan, pengadaan, pengelolaan, pemanfaatan,

dan pendistribusian tanah.

49
8. Tanah yang dikelola Bank Tanah diberikan Hak Pengelolaan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak atas tanah di atas Hak

Pengelolaan dapat diberi Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak

Pakai.

9. Bank Tanah menyelenggarakan kegiatan pengelolaan keuangan yang

didasarkan pada tata kelola yang baik.

10. Penyelenggaraan a.kuntansi Bank Tanah dilaksanakan menggunakan

kebijakan yang ditetapkan oleh kepala Badan Pelaksana.

B. Saran

1. Perlunya perubahan paradigma budayahukum masyarakat, aparat, investor,

pelaku bisnis dan para profesionaldengan mengedepankan budaya

hukumPancasila dengan gotong royong danasas kekeluargaan sebagai

prinsip dasarpengadaan tanah.

2. Pengembangan kelembagaanpengadaan tanah, baik dengan lembagayang

sudah ada, maupun denganmembangun lembaga baru pada masayang akan

datang harusmemperhatikan payung hukum danlandasan yuridis yang pasti,

karenapembentukanlembaga hukum, pendukung hakdan kewajiban,

berdampak kepada hak dan kewajiban pihak lain yang harus dilindungi.

50
DAFTAR PUSTAKA

Limbong, Bernhard. 2013. "Bank Tanah." In Bank Tanah, by Bernhard Limbong,


48. Margaretha Pustaka.
—. 2011. Pengadaan tanah untuk pembangunan. Margaretha Pustaka.
Republik Indonesia. 2021. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2021 Tentang Badan Bank Tanah.

51

Anda mungkin juga menyukai