NIM : 190200537
Grup : H
Quiz Antropologi Hukum
1. Jelaskan hubungan antara ilmu antropologi hukum dengan sosiologi, psikologi, hukum
dan antropologi budaya?
Jawab:
a. Hubungan antropologi hukum dengan sosiologi
Sosiolog membantu antropologi dalam mempelajari ilmu kemasyarakatan,
latar belakang, serta kebudayaanmanusia dalam pola kehidupan manusia.
Antropologi dan sosiologi sosial pada awalnya adalah mengenai ciri-ciri dan sifat-
sifat masyarakat: bagimana mereka berhubungan satu sama lain, dan bagaimana
mengapa masyarakat berubah sepanjang waktu. Prespektif yang mengabungkan
kajian kajian mengenai masyarakat dan kebudayaan. Perhatian strukturalisme,
secara khusus, berorientasi pada masyarakat dan yang berorientasi pada
kebudayaan.
Hal ini karena para ahli antropologi mempelajari hukum bukan semata-semata
sebagai produk dari hasil abstraksi logika sekelompok orang yang diformulasikan
dalam bentuk peraturan perundang-undangan semata, tetapi lebih mempelajari
hukum sebagai perilaku dan proses sosial yang berlangsung dalam kehidupan
masyarakat.Hukum dalam perspektif antropologi dipelajari sebagai bagian yang
integral dari kebudayaan secara keseluruhan, dan karena itu hukum dipelajari
sebagai produk dari interaksi sosial yang dipengaruhi oleh aspek-aspek
kebudayaan yang lain, seperti politik, ekonomi, ideologi, religi,struktur sosial, dll.
1)Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Pertanian (Agraris), di dasarkan pada hak
dan pola kepemilikan tanah, terbagi menjadi:
Golongan Atas : para pemilik tanah pertanian dan pekarang untuk rumah tinggal
(penduduk inti).
Golongan Menengah: para pemilik tanah pekarangan dan rumah tapi tidak memiliki
tanah pertanian (kuli gendul).
Golongan Bawah : orang yang tidak memiliki rumah atau pekarangan (inding ngisor).
2)Sistem Golongan Sosial pada Masyarakat Feodal, di dasarkan pada hubungan
kekerabatan dengan raja/kepala pemerintahan, terbagi menjadi :
Golongan Atas : kaum kerabat raja atau bangsawan.
Golongan Menegah : rakyat biasa (kawula).
3)Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Industri, meliputi :
Golongan teratas terdiri para pengusaha besar atau pemilik modal, direktur, komisaris.
Golongan menengah atau madya terdiri dari tenaga ahli dan karyawan.
Golongan bawah seperti buruh kasar, pekerja setengah terampil, pekerja sektor informal
(pembantu).
f. Sifat Sistem Penggolongan Sosial
Klasifikasi dari sifat sistem penggolongan sosial, meliputi :
1)Sistem lapisan tertutup: sistem yang tidak memungkinkan seseorang pindah ke
golongan/lapisan sosial lain..
2)Sistem lapisan terbuka: sistem yang memungkinkan seseorang pindah / naik ke
golongan sosial atasnya.
3)Sistem campuran: sistem kombinasi antara terbuka dan tertutup.
b. Bentuk-Bentuk Perkumpulan
Bentuk-bentuk perkumpulan dalam masyarakat adalah :
Berdasarkan sifat hubungan anggotanya, terbentuk kelompok sekunder (secondary
group). Kelompok sekunder adalah suatu perkumpulan yang terdiri dari banyak orang
dengan bentuk hubungan tidak bersifat pribadi dan bersifat sementara. Contohnya:
negara, bangsa dan suku.
Berdasarkan sifat organisasi, terbentuk organisasi formal (formal group) yaitu kesatuan
manusia yang tergabung dalam sebuah organisasi yang memiliki peraturan tegas yang
sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesama. Contohnya:
perkumpulan mahasiswa, perkumpulan organisasi massa, instansi pemerintah, dan
sebagainya.
Berdasarkan pola hubungan yang diciptakan para anggotanya, terbentuk kelompok
patembayan (gesellschaft). Kelompok patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat
pokok, biasanya untuk jangka waktu pendek, dan terdapat dalam hubungan perjanjian
berdasarkan ikatan timbal balik (kontrak). Misalnya: ikatan karyawan dan majikan dalam
organisasi suatu pabrik.
Berdasarkan prinsip guna/fungsinya, terdapat perkumpulan atas dasar ekonomi.
Contohnya: perkumpulan pedagang, koperasi, suatu perseroan suatu perusahaan dan
sebagainya.
Berdasarkan keperluan, terdapat banyak perkumpulan contohnya seperti perkumpulan
untuk memajukan pendidikan maka dibentuk yayasan pendidikan, suatu perkumpulan
pemberantasan buta huruf.
Perkumpulan untuk memajukan ilmu pengetahuan atau organisasi profesi, seperti Ikatan
Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Himpunan Sarjana
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (HISPI), Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), dan sebagainya.
Berdasarkan aktivitas keagamaan, terdapat banyak perkumpulan, contohnya seperti
organisasi penyiar agama, kelompok pengajian, organisasi gereja, gerakan kebatinan, dan
sebagainya.
Berdasarkan aktivitas politik, terdapat banyak perkumpulan, contohnya seperti Parpol,
kelompok kepentingan/penekan, dan sebagainya.
Berdasarkan kepentingan memajukan olah raga, terdapat banyak perkumpulan,
contohnya: PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), PBSI (Persatuan Bulutangkis
Seluruh Indonesia).
3. kolektif atau cillectivity.
Kolektif biasanya didasarkan atas ciri-ciri yang mencolok, baik fisik, maupun ciri-ciri
kebudayaannya.
4. Kelompok
Kelompok adalah kesatuan sosial yang memiliki ciri-ciri: sistem organisasi yang
merupakan pengelompokkan individu pada masa-masa tertentu dan berulang-ulang,
memiliki unsur pimpinan dan memiliki aturan-aturan tertentu.
Kelompok Sosial
a. Pengertian Kelompok Sosial
Kelompok sosial (social group) adalah himpunan/kesatuan-kesatuan manusia yang hidup
bersama, terdapat hubungan timbal balik, saling memengaruhi sehingga timbul suatu
kesadaran untuk saling menolong di antara mereka.
Kesatuan manusia yang hidup bersama disebut kelompok sosial harus memenuhi
kriteria :
Adanya kesadaran setiap kelompok bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok
tersebut.
Terdapat hubungan timbal balik (interaksi) antar anggota kelompok
Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku tertentu.Memiliki suatu sistem dan proses
tertentu.
Adanya faktor pengikat yang dimiliki anggota-anggota kelompok, seperti persamaan
nasib, kepentingan tujuan, ideologi politik dan lain- lain.
b. Jenis-Jenis Kelompok Sosial
Jenis-jenis kelompok sosial dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi :
Berdasarkan Identifikasi Diri, dikenal adanya in group dan out group. In group adalah
kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individu untuk mengidentifikasi dirinya. In
group sering dikaitkan dengan istilah “kami atau kita” dan pada umumnya didasarkan
pada faktor simpati dan perasaan dekat dengan anggota kelompoknya. “Kami anggota
kelompoknya”. Sedangkan Out group adalah kelompok sosial yang oleh individu
diartikan sebagai lawan in group-nya. Out group sering dihubungkan dengan
istilah”mereka”. Sikap out group ditandai oleh suatu sikap antipati.
Berdasarkan hubungan kedekatan anggota, teridentifikasi adanya kelompok primer
(primary group). Menurut Charles Horton Cooley kelompok primer/primary group adalah
kelompok sosial yang paling sederhana, anggotanya saling mengenal, serta terdapat
kerjasama yang erat dan bersifat pribadi, interaksi sosial berlangsung secara tatap muka
(face to face), Contohnya: keluarga, kelompok bermain, klik/clique.
Berdasarkan hubungan familistik (sifat kekeluargaan), dikenal adanya paguyuban
(Gemeinschaft). Ferdinand Tonnies mengataakan bahwa paguyuban (gemeinscaft) adalah
bentuk kehidupan hubungan batin yang murni terikat oleh hubungan batin yang kekal
berdasarkan rasa cinta dan rasa persatuan batin. Contohnya: kelompok kekerabatan,
rukun tetangga/RT.
Berdasarkan sifat organisasi, terdapat informal group. Informal group adalah kelompok
yang tidak memiliki struktur/organisasi tertentu, kelompok-kelompok tersebut biasanya
terbentuk berdasarkan pertemuan yang berulangkali. Contohnya: kelompok arisan,
kelompok belajar, klik/clique.
Berdasarkan keanggotaan, terdapat adanya kelompok membership group dan reference
group. Kelompok membership adalah kelompok yang para anggotanya tercatat secara
fisik sebagai anggota. Contohnya: peserta asuransi nasabah bank, anggota OSIS, anggota
PGRI. Sedangkan kelompok reference/kelompok rujukan atau acuan adalah kelompok
sosial yang dijadikan rujukan/acuan oleh individu-individu yang tidak tercatat dalam
anggota kelompok tersebut untuk membentuk kepribadiannya dalam berperilaku.
Contohnya; seseorang yang gagal menjadi mahasiswa UI tetapi ia tetap bertingkah laku
seperti mahasiswa UI.
B. Pranata Sosial
Pranata sosial adalah wujud dari berbagai respon yang di formulasikan dan
disistematiskan dari segala kebutuhan hidup.
Sifat-sifat dan ciri-ciri pranata sosial adalah:
Pranat sosial biasanya berwujud sebagai suatu unit dalam sistem kebudayaan yang
merupakan suatu kesatuan yang bulat
Pranata sosial berfungsi menyediakan berbagai pemenuhan kebutuhan.
Pranata sosial biasanya mempunyai berbagai pemenuhan kebutuhan.
Pranata sosial biasanya relatif tetap dan kokoh.
Pranata sosial timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang jelas.
Tipe-tipe pranata sosial menurut Summer yang dikutif Harsojo dalam buku
“PengantarAntropologi” yaitu:
Dresive institutions yaitu Pranata yang tumbuh tanpa direncanakan terlebih dahulu dan
tanpa disadari
Enacted institutions yaitu Pranata yang diorganisasikan secara sadar
Basic institutions yaitu Pranata yang dianggap esensial sebagai pengaturan hubungan
sosial dan bagi kelangsungan hidup suatu masyarakat
Subsidiary institutions yaitu Pranata yang kurang penting sifatnya dibandingkan dengan
Basic institutions dalam Suatu masyarakat tertentu.
Pranata sosial yang telah mempunyai sanksi sosial dan pranata sosial yang belum
mempunyai sanksi. Pranata sosial yang telah mempunyai sanksi adalah pranata sosial
yang sudah disetujui oleh masyarakat. Pranat sosial yang belum mempunyai sanksi
adalah pranata sosial yang belum disetujui oleh masyarakat.
Pranat sosial yang bersifat umum, dan pranata sosial yang bersifat khusus (restricted).
Pranata sosial yang bersifat umu misalnya Religi atau agama, pranata sosial yang bersifat
khusus, misalnya agama islam.
Pranata Sosial yang bersifat Operatif dan pranata sosial yang bersifat Regulatif. Pranata
sosial yang bersifat operatif misalnya Industrialisasi. Pranata sosial yang bersifat relatif,
misalnya hukum.
Syarat suatu sistem dari aktivitas kemasyarakatan baru disebut pranata, adalah :
Harus memiliki aturan-aturan atau norma-norma yang hidup dalam ingatan atau yang
tertulis.
Aktivitas-akitivitas bersama itu harus memiliki suatu sistem hubungan yang didasarkan
atas norma-norma tertentu.
Aktivitas-aktivitas bersama itu harus memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tertentu yang disadari dan dipahami seluruh kelompok masyarakat yang
bersangkutan.
Harus memiliki peralatan dan perlengkapan.
Macam-macam Pranata Sosial
Menurut Koentjaraningrat Pranata sosial paling sedikot dibagi menjadi delapan golongan,
walaupu kedelapan golongan ini belum lengkap. Kedelapan golongan ini dimaksudkan
untuk memberikan contoh mengenai pranata sosial tersebut secara konkrit.
Kedelapan Macam pranata sosial tersebut, yaitu :
Kinship atau domestic Institutions Yaitu pranata Sosial yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan kekerabatan. Contohnya: Pelamaran, perkawinan, pengasuhan
anak, Perceraian, pertunangan.
Economic Institutions Yaitu pranat sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
yang berhubungan dengan matapencaharian hidup, memproduksi, mendistribusikan harta
benda. Contohnya: pertanian, peternakan, industri, barter, perdagangan, koperasi.
Educational Institutions Yaitu pranat sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan
penerangan dan pendidikan warga masyarakat, agar menjadi anggota masyarakat yang
berguna, Contohnya: Taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, kursus-
kursus, pers, perpustakaan umum.
Scientific Instituions. Yaitu pranata sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan memiliki
pengetahuan, menyelami dan memahami alam semesta. Contohnya: penelitian, metodik
ilmiah, pendidikan ilmiah.
Aesthetic Institutions dan recreational Institutions Yaitu pranata sosial yang bertujuan
memenuhi kebutuhan manusia untuk menyatakan perasaan keindahan, dan kebutuhan
rekreasi. Contohnya: seni rupa, seni suara, seni tari, kesusastraas, sport, hiburan, dan
sebagainya.
Religius Institutions Yaitu pranat sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia
yang bertujuan dengan tuhan dan alam ghaib. Contohnya: Gereja, Masjid, pura, do’a,
mantra upacara keagamaan, pantangan, penyiaran agama.
Political institutions Yaitu pranat sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia
untuk mengatur kehidupan berkelompok atau kehidupan bernegara. Contohnya:
Pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, TNI, dsb.
Somatic Institutions Yaitu pranata sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan segi
lahiriah atau jasmaniah manusia. Contohnya: Pemeliharaan kecantikan, kesehatan,
kedokteran, dsb.
Hubungan antara pranata dan adat sitiadat
Hubungan antara pranata sosial dan adat istiadat dapat dilihat bahwa adat istiadat
merupakan dasar terbentuknya pranata-pranata sosial dalam suatu masyarakat. Dengan
pengertian lain bahwa adat istiadat merupakn sumber bagi berbagai macam pranata
sosial.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa unsur-unsur masyarakat
sebagai berikut ini :
Berangotakan minimal dua orang.
Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang
saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu
sama lain sebagai anggota masyarakat.
1. Bahasa
Suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan sekaligus menjadi alat
perantara yang utama bagi manusia untuk meneruskan atau mengadaptasikan kebudayaan.
Ada dua bentuk bahasa yaitu lisan dan tulisan.
2. Sistem pengetahuan
Unsur ini berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya dan sifat-sifat
peralatan yang dipakainya. Sistem pengetahuan meliputi ruang pengetahuan tentang alam
sekitar, flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, sifat-sifat dan tingkah laku sesama
manusia, tubuh manusia.
6. Sistem religi
Perpaduan antara keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal suci
dan tidak terjangkau oleh akal. Sistem ini meliputi, sistem kepercayaan, sistem nilai dan
pandangan hidup, komunikasi keagamaan, dan upacara keagamaan.
7. Kesenian
Kesenian dapat dimaknai sebagai segala hasrat manusia terhadap keindahan. Bentuk
keindahan yang beraneka ragam itu timbul dari imajinasi kreatif yang dapat memberikan
kepuasan batin bagi manusia. Pemetaan bentuk kesenian dapat terbagi menjadi tiga garis
besar, yaitu; seni rupa, seni suara dan seni tari.
Dalam suatu sistem religi, hal yang penting meliputi sistem ini adalah emosi keagamaan,
yakni suatu getaran jiwa yang mencakup di dalam aktivitas manusia. Karena adanya
suatu getaran jiwa inilah yang mendorong adanya aktivitas yang bersifat religi. Bersifat
religi ini yakni berasal dari hati nurani yang dipacu oleh replitian brain. Selain emosi
keagamaan, terbentuknya sistem religi juga dipengaruhi oleh unsur penting seperti sistem
keyakinan, sistem upacara keagamaan dan suatu umat yang menganut religi itu. Kekuatan
sistem religi tersebut dapat dinilai dari ketiga unsur penting tersebut. Kekuatan disini
adalah ukuran besarnya pengaruh sistem religi didalam mempengaruhi kehidupan
manusia, khususnya kebudayaan manusia.
Dalam sistem keyakinan yang membantu untuk membangun sistem religi yang kuat
dalam suatu kebudayaan, pengembangannya pada zaman dahulu melihat konsepsi dewa-
dewa yang tertinggi; terciptanya alam semesta dan konsep hidup dan mati yang menggali
keyakinan sedalam-dalamnya hingga konsep dunia roh dan dunia akhirat. Dengan
konsep-konsep inilah, sistem keyakinan makin diperkuat dan mendorong emosi
keagamaan muncul dalam setiap aktivitas manusia dan pada akhirnya, sistem religi
menjadi kokoh karena getaran jiwa pada manusia membuat mereka beraktivitas yang
bersifat religi. Disamping itu, ketika keyakinan terbentuk maka, dorongan-dorongan
melakukan upacara keagamaan karena biasanya upacara keagamaan mengandung suatu
rangkaian yang terdiri aspek-aspek seperti berikut : dalam Koentjaradiningrat (1990:378)
yakni aspek pertama yang berhubungan dengan tempat-tempat keramat dimana upacara
dilakukan, yaitu makan, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau, masjid dan sebagainya.
Aspek kedua, aspek mengenai saat-saat beribadah, hari-hari keramat dan suci dan
sebagainya. Kemudian, aspek ketiga, mengenai benda-benda yang dipakai dalam upacara
termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian seperti
lonceng,seruling suci, genderang suci, dan sebagainya. Pada aspek keempat, aspek
mengenai para pelaku upacara keagamaan, seperti para pendeta biksu, syaman, dukun
dan lain-lain. Dalam pernyataan ini, upacara keagamaan dianggap kegiatan sakral untuk
memenuhi sistem keyakinan melalui aspek-aspek tersebut. Jika hal ini mempengaruhi
bukan sekedar satu orang saja melainkan, banyak orang menjadikan sistem religi
bertahan didalam kehidupan manusia.
Dari uraian diatas, tampak juga bahwa sistem religi memiliki kecenderungan yang sama
terhadap ilmu ghaib. Akan tetapi, kedua hal tersebut sebenarnya berbeda. Seperti yang
telah dijelaskan bahwa sistem religi adalah suatu rangkaian menimbulkan getaran hati
yang disebut emosi keagamaan dalam melakukan aktivitas manusia sehingga, sikap-sikap
manusia menyadari adanya pedoman kehidupan yang hakiki. Adanya dzat yang maha
tinggi diluar batas kemampuan manusia. Hal ini mengakibatkan terdorongnya manusia
untuk melakukan kebaikan dengan meyakini konsep-konsep yang telah dijelaskan
sebelumnya (salah satunya konsepsi hidup dan mati). Sedangkan ilmu ghaib lebih
cenderung meyakini hal-hal yang diluar kemampuan batas manusia sebagai elemen yang
dapat memenuhi keinginan atau mencapai suatu maksud dari manusia sehingga, nilai
keikhlasan melakukan hal tersebut bersifat fiktif. Meski unsur-unsur ritualnya hampir
menyerupai namun, keyakinan yang terbentuk itulah yang menjadi tolak ukur perbedaan
diantara keduanya.
Suatu proses asimilasi akan mudah terjadi jika didorong oleh toleransi dan sikap saling
menghargai terhadap kebudayaan yang berbeda, tiap-tiap indvidu dan kelompok memiliki
kesempatan yang sama dalam ekonomi, terutama dalam memenuhi kebutuhan akan
barang dan jasa.
Sedangkan hal-hal yang menjadi penghalang bagi terlaksananya proses asimilasi adalah
kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan lain, takut terhadap potensi kebudayaan
lain, dan rasa superior terhadap kebudayaan lain.
Akulturasi
Akulturasi di sini adalah proses sosial yang muncul bila suatu kelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing ini seiring waktu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri
dengan tidak menghilangkan kepribadian kebudayaan awal.
Perubahan kehidupan yang dilalui manusia pada dasarnya disebabkan oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam diri,
sedangkan faktor eksternal muncul dari luar diri manusia itu sendiri. Kedua faktor
tersebut secara simultan berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi dalam diri
manusia.
Manusia sebagai homo socius, dalam kehidupannya tidak terlepas dari interaksi dengan
manusia lain. Dalam proses interaksi tersebut, sering terjadi benturan kepentingan atau
kebutuhan. Kepentingan antara individu yang satu dengan yang lain kadang-kadang
bersamaan seperti dalam tugas menjaga keselamatan dari berbagai gangguan. Ada
kepentingan yang saling sesuai dan saling mengisi, dan ada pula yang bertentangan satu
dengan yang lain. Seluruh kepentingan tersebut haruslah ditentukan batas-batasnya dan
dilindungi. Membatasi dan melindungi kepentingan-kepentingan manusia dalam
pergaulan antar manusia, merupakan tugas hukum[1]. Kecendrungan manusia untuk
saling berinteraksi lambat laun melahirkan suatu kelompok masyarakat.
Kelompok masyarakat berkembang dari bentuk yang sederhana sampai dengan yang
kompleks. Bersamaan dengan itu, timbullah hukum dalam masyarakat, mulai dari yang
sederhana sampai pada saatnya menjadi semakin rumit. Corak kehidupan masyarakat
diikuti oleh corak hukum yang berlaku pada masyarakat tersebut. Dalam
perkembangannya saling pengaruh mempengaruhi[2]. Setiap kelompok masyarakat selalu
ada permasalahan sebagai akibat perbedaan antara yang ideal dan aktual, antara yang
standar dan yang praktis. Standar dan nilai-nilai kelompok dalam masyarakat mempunyai
variasi sebagai faktor yang menentukan tingkah laku individu. Penyimpangan nilai yang
ideal dalam masyarakat seperti pencurian, pembunuhan, pemerkosaan menimbulkan
persoalan dalam masyarakat. Dalam situasi demikian, kelompok berhadapan dengan
problema untuk menjamin ketertiban bila kelompok tersebut ingin mempertahankan
eksistensinya.
hukum dan perubahan sosial masyarakat merupakan dua aspek yang saling terkait dan
berinteraksi. Disatu sisi, hukum dapat merubah nilai-nilai yang dianut masyarakat dan di
sisi lain, masyarakat memerlukan hukum untuk dapat mengatur kehidupannya yang
kompleks. Hukum yang disusun tanpa memperhatikan nilai sosial dalam masyarakat,
pada akhirnya tidak efektif untuk menimbulkan perubahan sebagaimana yang diharapkan.
Demikian juga halnya, penyusunan hukum yang hanya berorientasi tujuan tanpa
memperhatikan sarana yang diperlukannya tidak akan efektif menimbulkan perubahan.
Khusus untuk Indonesia, saat ini terjadi proses transformasi dari nilai-nilai tradisional
menuju nilai-nilai modern, walaupun masih ada keraguan untuk menentukan nilai mana
yang harus diganti dan nilai apa yang menjadi penggantinya. Namun demikian, hukum
dan perubahan sosial masyarakat merupakan suatu keharusan dan sudah menjadi hukum
alam yang sejalan dengan fitrah manusia itu sendiri sebagai subjek pemakai hukum.