Anda di halaman 1dari 53

HUKUM ACARA

MAHKAMAH KONSTITUSI
OLEH: RAHMA AULIA, SH, MH
PERTEMUAN I
q Sejarah terbentuknya Mahkamah Konstitusi,
q Keududukan Mahkamah Konstitusi
q Fungsi dan wewenang Mahkamah Konstitusi,
q Susunan hakim konstitusi,
q Asas-asas hukum acara Mahkamah Konstitusi,
q Sumber Hukum Acara Mahkamah Konstitusi,
q kekhususan Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
PEMBENTUKAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

◈ Mahkamah konstitusi di Indonesia muncul di Era reformasi pada saat perubahan ketiga undang undang dasar 1945. Dengan disahkannya
perubahan ketiga UUD 1945, tidak dengan sendirinya MK sebagai organisasi telah terbentuk walaupun dari sisi hukum, kelembagaan
tersebut sudah ada. Untuk mengatasai kekosongan tersebut, pada perubahan keempat UUD 1945 ditentykan dalam aturan peralihan
pasal III bahwa Mahkamah Konstitusi dibentuk paling lambat 17 Agustus 2003. Sebelum MK terbentuk kewenangan MK ada di MA.

◈ Undang-Undang MK yaitu UU No 24 Tahun 2003 disahkan pada 13 Agustus 2003. Waktu pengesahan UU No 24 tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi inilah yang ditetapkan sebagai hari lahirnya Mahkamah Konstitusi.

◈ Berdasarkan undang undang mahkamah konstitusi, pembentukan mahkamah konstitusi segera dilakukan melalui Rekrutmen Hakim
konstitusi oleh tiga Lembaga negara yaitu DPR presiden dan mahkamah aku. Setelah melalui tahapan seleksi sesuai mekanisme yang
berlaku pada masing masing Lembaga, akhirnya DPR presiden dan mahkamah Agung menetapkan masing masing tiga calon Hakim
konstitusi yang selanjutnya ditetapkan oleh presiden sebagai hakim konstitusi. Sembilan hakim konstitusi pertama ditetapkan pada 15
Agustus 2003 dengan keputusan presiden nomor 147 / M tahun 2003. Pengucapan sumpah jabatan ke Sembilan hakim tersebut
dilakukan di istana negara pada 16 Agustus 2003.
KEDUDUKAN MAHKAMAH KONSTITUSI

◈Kedudukan Mahkamah Konstitusi adalah sebagai salah satu kekuasaan kehakiman disamping MA. Mahkamah
Konstitusi adalah Lembaga peradilan yang dibentuk untuk menegakkan hukum dan keadilan dalam lingkup
wewenang yang dimilki. Kewenangan MK sebagai pelaku kekuasaan kehakiman sejajar dengan pelaku
kekuasaan kehakiman yang lain, yaitu MA, serta sejajar pula dengan Lembaga negara lain dari cabang
kekuasaan kehakiman yang berbeda sebagai konsekuensi dari prinsip supremasi konstitusi dan pemisahan
atau pembagian kekuasaan. Lembaga – Lembaga negara lainnya meliputi Presiden, MPR, DPR, DPD dan BPK.
Setiap lemnaga negara menjalankan penyelenggaraan negara sebagai pelaksanaan kedaulatan rakyat
berdasarkan dan di bawah naungan konstitusi.

4
FUNGSI MAHKAMAH KONSTITUSI

Pelindung Demokrasi
Pengawal Konstitusi
(The Protector ofdemocracy)
(the guardian of the constitution)

Pelindung Hak Asasi Manusia


(The Protector of human rights)

Penafsir Final Konstitusi


(The Final Interpreter of the constitution) Pelindung Hak Konstitusional Warga Negara
(The Protector of the citizen’s constitutional rights)

5
SUSUNAN HAKIM KONSTITUSI
MAHKAMAH KONSTITUSI MEMILIKI 9 ORANG HAKIM KONSTITUSI.
9 HAKIM TERSEBUT DIAJUKAN OLEH

3 DARI 3 DARI
PRESIDEN 3 DARI DPR
MAHKAMAH
AGUNG

6
MASA JABATAN HAKIM KONSTITUSI
◈ 3 KALI PERIODE (5 TAHUN)
◈ MAKSIMAL MASA PENSION 70 TAHUN
◈ MASA JABATAN KETUA DAN WAKIL KETUA 5 TAHUN
◈ PENGAWAS HAKIM KONSTITUSI ADALAH
- DEWAN ETIK HAKIM KONSTITUSI (PERATURAN DEWAN ETIK HAKIM KONSTITUSI NOMOR 1 TAHUN 2014)
- MAJELIS KEHORMATAN HAKIM KONSTITUSI (PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI NO 2 TAHUN
2014)

7
ASAS ASAS HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI
PERSIDANGAN TERBUKA INDEPENDEN & IMPARSIAL
IUS CURIA NOVIT UNTUK UMUM
Untuk mengadili suatu perkara secara
Pengadilan tidak boleh menolak Sidang Mahkamah Konstitusi merupakan sidang obyektif serta memutus dengan adil,
untuk memeriksa, mengadili dan yang terbuka untuk umum, kecuali Rapat hakim dan Lembaga peradilan harus
memutus suatu perkara yang permusyawaratan Hakim (RPH dilakukan independent (tidak diintervensi) oleh
tertutup, karena RPH merupakan rapat intern Lembaga dan kepentingan apapun
diajukan dengan dalih bahwa
hakim konstitusi dalam hal pengambilan serta tidak memihak kepada salah
hukum tidak ada atau kurang jelas
keputusan suatu perkara satu pihak yang berperkara
(imparsial)

PERADILAN DILAKSANAKAN
SECARA CEPAT, SEDERHANA DAN HAK UNTUK DIDENGAR HAKIM AKTIF DALAM ASAS PRADUGA
BIAYA RINGAN SECARA SEIMBANG PERSIDANGAN KEABSAHAN
Dimaksudkan agar proses Asas ini berlaku untuk semua Hakim dapat bertindak aktif dalam Tindakan penguasa dianggap sah
peradilan dan keadilan itu sendiri pihak, baik termohon / pemohon persidangan karena hakim sesuai aturan hukum sampai
dapat diakses oleh seluruh lapisan bahkan DPR dan Pemerintah dipandang mengetahui hukum dari dinyatakan sebaliknya.
masyarakat. sebagai pembuat Undang- suatu perkara.
Undang.
SUMBER HUKUM ACARA MK

MATERIIL FORMIL
Ketentuan hukum positif
• Pancasila
yang mengatur mengenai
• Asas asas hukum
hukum acara MK Undang
acara MK
Undang dan Peraturan MK)

9

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

◈ Kewenangan MK memutus pengujian Undang-Undang adalah


menguji konstitusionalitas suatu Undang-Undang.
Kewenangan MK memutus sengketa kewenangan Lembaga
negara adalah memutus kewenangan suatu Lembaga negara


yang dipersengketakan konstitusionalitasnya
Kewenangan MK memutus pembubaran partai politik adalah


wewenang memutus konstitusionalitas suatu partai politik
Kewenangan MK memutus Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
adalah memutus hasil dari pemilu yang diajukan permohonan


oleh pemohon
Kewajiban MK memutus pendapat DPR dalam proses
impichment Presiden dan/ atau wakil presiden adalah
memutus konstitusionalitasnya

10
Thank You
082136414788
msrahmaaulia@gmail.com
PERTEMUAN II
ASPEK ASPEK HUKUM ACARA MK
q PERMOHONAN
q PENDAFTARAN PERMOHONAN & PENJADWALAN SIDANG
q PERMOHONAN ONLINE
q PENGGABUNGAN PERKARA
q BEBAN PEMBUKTIAN & ALAT BUKTI
q JENIS & SIFAT PERSIDANGAN
q PERSIDANGAN JARAK JAUH
q PUTUSAN
PERMOHONAN
PERMOHONAN ADALAH PERMINTAAN YANG DIAJUKAN SECARA TERTULIS KEPADA
MAHKAMAH KONSTITUSI MENGENAI:
◈ pengujian undang-undang terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
◈ sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
◈ pembubaran partai politik;
◈ perselisihan tentang hasil pemilihan umum; atau
◈ pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela,
dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

13
SYARAT PERMOHONAN
◈Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia oleh pemohon atau kuasanya kepada mahkamah
konstitusi.
◈Permohonan harus ditandatangani oleh pemohon atau kuasa kemudian dibuat 12 rangkap.
◈permohonan harus diuraikan secara jelas perkara yang dimohonkan terkait dengan salah satu kewenangan mk.
◈Permohonan harus disertai dengan alat bukti yang mendukung permohonan dimaksud, walaupun tidak menutup
kemungkinan pemohon atau pihak terkait mengajukan bukti tambahan dalam proses persidangan
◈permohonan sekurang-kurangnya harus memuat:
- nama dan alamat Pemohon,
- uraian mengenai Perihal yang menjadi dasar permohonan sesuai dengan perkara yang dimohonkan,
- hal hal yang diminta untuk diputus

14
PENDAFTARAN PERMOHONAN
DAN
PENJADWALAN SIDANG
ALUR PENGAJUAN PERMOHONAN
7 HARI
DILENGKAPI
PEMOHON BELUM LENGKAP

HARD COPY & SOFT CCPY

PEMERIKSAAN
PANITERA LENGKAP
KELENGKAPAN

REGISTRASI DI BRPK
PENETAPAN JADWAL SIDANG (BUKU REGISTRASI
PERTAMA PERKARA KONSTITUSI)
PENDAFTARAN ONLINE
permohonan perkara online diatur dalam PMK Nomor 18 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Pengajuan Permohonan Elektronik
ALUR PENDAFTARAN ONLINE

Pemohon mendaftarkan Bukti pendaftaran Permohonan yang sudah


permohonan melalui laman mk Permohonan merupakan didaftarkan di laman MK
(www.Mahkamahkonstitusi.go.id) lembar persyaratan wajib ditindaklanjuti Pemohon
dengan menginput data dalam pengajuan permohonan di selamvatnya 3 hari setelah
formulir pendaftaran MKRI termuat dalam laman MK

Tindak lanjut oleh Pemohon


Terhadap permohonan tersebut yaitu dengan
yang tidak ditindaklanjuti, memenuhi persyaratan
MK akan menghapus dari sebegaiamana ditentukan
daftar permohonan dalam Pasal 29 UU No 24
Tahun 2003 tentang MK
PENGGABUNGAN PERKARA
Penggabungan perkara untuk perkara pengujian UU diatur dalam PMK No 6/PMK/2005
tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang.
SYARAT DILAKUKANNYA PENGGABUNGAN PERKARA:
a. Memiliki kesamaan pokok perkara
b. Memiliki keterkaitan materi permohonan
c. Pertimbangan atas permintaan pemohon
BEBAN PEMBUKTIAN DAN ALAT BUKTI
UU MK hanya menyatakan bahwa untuk memutus perkara konstitusi harus
didasarkan pada sekurang-kurangnya dua alat bukti, baik yang diajukan
pemohon, termohon atau pihak terkait.

ALAT BUKTI DALAM BERACARA DI MK:


a. Surat atau Tulisan
b. Keterangan saksi
c. Keterangan Ahli
d. Keterangan para pihak
e. Petunjuk
f. Alat bukti lain yang berupa informasi
JENIS & SIFAT PERSIDANGAN

Sidang di MK dapat dibagi menjadi

Pengucapan
Putusan
Pemeriksaan
Pendahuluan Rapat
Pemeriksaan
Persidangan Permusyawaratan
Hakim
(RPH)

22
PERSIDANGAN JARAK JAUH
Mekanisme persidangan jarak jauh diatur dalam PMK Nomor 18 Tahun 2009
Tentang Pedoman Pengajuan Permohonan Elektronik dan Pemeriksaan
Persidangan Jarak Jauh.

PERMOHONAN PERSIDANGAN JARAK JAUH DIMAKSUD


BERISI INFORMASI RINCI MENGENAI:
a. Identitas yang hendak diperiksa dan didengar keterangannya
b. Pokok-pokok keterangan yang hendak diberikan
c. Alokasi waktu pemeriksaan
d. Petugas lain yang diperlukan untuk keperluan persidangan dimaksud
PUTUSAN
PUTUSAN PROVISI & PUTUSAN AKHIR

putusan sela atau putusan provisi


(putusan yang dibuat dalam dan menjadi bagian dari proses peradilan yang belum
mengakhiri perkara )
Putusan sela atau putusan provisi adalah putusan yang diberikan oleh majelis hakim atas
permohonan pihak yang versengketa terkait dengan suatu hal yang berhubungan dengan
perkara yang diperiksa atau atas pertimbangan hakim. Putusan sela dapat berupa
permintaan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu atau terkait dengan status
hukum tertentu sebelum putusan akhir dijatuhkan.

Putusan akhir
(putusan yang mengakiri suatu perkara)
ULTRA PETITA

ULTRA PETITA adalah suatu larangan dimana hakim itu tidak


boleh memutus perkara melebihi apa yang dimohonkan pemohon.
- Mahkamah Konstitusi dalam memutus suatu perkara boleh
melakukan ultra petita, karena asas yang digunakan adalah hakim
aktif
ULTRA PETITA
Pertimbangan Mahkamah Kosntitusi dalam memutus melebihi
permohonan pada pokoknya sebagai berikut:
1) Undang-undang yang diminta diuji merupakan “jantung” UU sehingga seluruh pasal tidak
dapat dilaksanakan;
2) praktik ultra petita oleh MK lazim di negara-negara lain;
3) perkembangan yurisprudensi pengadilan perdata ultra petita diijinkan;
4) pengujian UU menyangkut kepentingan umum akibat hukumnya bersifat erga omnes,
berbeda dengan hukum perdata (privat);
5) kebutuhan kemasyarakatan menuntut ultra petita tidak berlaku mutlak;
6) jika kepentingan umum menghendaki hakim tidak boleh terpaku pada permohonan
(petitum);
7) permohonan keadilan (ex aequo et bono) dianggap secara hukum diajukan pula dan
mengabulkan hal yang tidak dimintakan putusan melebihi putusan.
PENGAMBILAN PUTUSAN
- Putusan mahkamah konstitusi diambil dalam rapat permusyawaratan hakim di mana dalam
proses pengambilan putusan itu wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat
tertulis pada setiap permohonan. Apabila tidak mencapai mufakat ditunda sampai rapat
permusyawaratan hakim berikutnya. Apabila tidak mencapai mufakat lagi, diambil suara
terbanyak.
- Rapat permusyawaratan hakim merupakan bagian dari proses memeriksa, mengadili dan
memutus suatu perkara. Oleh karena itu rapat permusyawaratan hakim harus diikuti oleh
ke Sembilan hakim konstitusi kecuali dalam kondisi luar biasa putusan dapat diambil oleh
tujuh hakim konstitusi.
ISI PUTUSAN
Dalam mengeluarkan putusan setiap putusan MK harus memuat:
a. Kepala putusan berbunyi demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
esa
b. Identitas pihak, dalam hal ini terutama adalah identitas Pemohon dan
termohon (jika dalam perkara dimaksud terdapat pihak termohon),
principal maupun kuasa hukum
c. Ringkasan permohonan
d. Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam persidangan
e. Pertimbangan hukum yang menjadi dasar putusan
f. Amar putusan
g. Hari, tanggal putusan, nama hakim konstitusi, dan Panitera dan
PENDAPAT BERBEDA
Pendapat berbeda dapat dibedakan menjadi dua jenis yang pertama
dissenting Opinion dan konkuren openion ada konsen ting open
• Dissenting Opi nian adalah pendapat berbeda dari Sisi substansi yang memengaruhi
perbedaan amar putusan
• Angka konkuren openion adalah pendapat berbeda yang tidak memengaruhi amar putusan.
Perbedaan nya adalah dalam pertimbangan hukum yang berbeda dalam mendasari amar
putusan yang sama.
• Konkuren openion karena isinya berupa pertimbangan yang berbeda dengan amar yang
sama, tidak selalu harus ditempatkan secara terpisah dari hakikat mayoritas, tetapi
dapat saja dijadikan satu dalam pertimbangan hukum yang memperkuat amar putusan.
• Sedangkan dissenting Opinion sebagai pendapat berbeda yang mempengaruhi amar
putusan harus dituangkan dalam putusan. Dissenting Opi nian merupakan salah satu
bentuk pertanggung jawaban moral hakim konstitusi yang berbeda pendapat serta wujud
transparansi agar masyarakat mengetahui seluruh pertimbangan hukum putusan MK.
KEKUATAN HUKUM PUTUSAN
Putusan MK memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam siding pleno
terbuka untuk umum dengan demikian MK merupakan peraturan pertama dan terakhir yang
terhadap putusannya tidak dapat dilakukan upaya hukum. Setelah putusan dibacakan MK
wajib mengirimkan Salinan putusan kepada para pihak dalam jangka waktu paling lambat
tujuh hari kerja sejak putusan diucapkan
TATA CARA DAN TATA TERTIB PERSIDANGAN

A. Pihak, saksi dan ahli yang hadir untuk mengikuti persidangan wajib mengisi daftar hadir
yang disediakan oleh Kepaniteraan mahkamah
B. Antara melaporkan kehadiran para pihak, saksi dan ahli kepada ketua siding
C. Ketua siding membuka siding dengan mengetukkan Palu tiga kali
D. Setelah siding dibuka, ketua siding mempersilahkan para pihak, saksi dan ahli untuk
memperkenalkan diri masing masing
E. Ketua siding menjelaskan agenda persidangan
F. Dalam hal menunda siding dan mencabut penundaan siding ketua siding mengatup kan
Palu satu kali.
G. Pada saat siding pembacaan putusan, setelah membacakan amar putusan ketua siding
mengetukkan Palu satu kali
H. Ketua siding menutup siding dengan mengetukkan Palu tiga kali
Thank You
082136414788
msrahmaaulia@gmail.com
PERTEMUAN III
Penafsiran Konstitusi
• Macam-Macam Penafsiran Hukum dan
Konstitusi
• Hakim Bebas memilih metode penafsiran
konstitusi
ISTILAH PENAFSIRAN DI SINI YANG DIMAKSUD ADALAH
SEBAGAI SUATU METODE PENEMUAN HUKUM BERDASARKAN
KONSTITUSI ATAU UNDANG-UNDANG
INTEPRETASI GRAMATIKAL
• Intepretasi ini memberikan tekanan pada pentinya kedudukan Bahasa dalam rangka
memberikan makna terhadap suatu objek.
• Metode ini merupakan cara yang paling sederhana untuk mengetahui makna ketentuan
undang-undang dengan menguraikan menurut Bahasa dan susunan kata.
INTEPRETASI TEOLOGIS ATAU SOSIOLOGIS
• Intepretasi ini bermakna apabila undang-undang ditetapkan berdasarkan tujuan
kemasyarakatan. Dalam intepretasi ini undang-undang yang masih berlaku tetapi sudah
using atau tidak sesuai lagi, diterapkan pada peristiwa, hubungan, kebutuhan,
kepentingan masa kini.
• Peraturan perundang-undangan disesuaikan dengan hubungan dan sistem sosial yang
baru/ Jadi peraturan hukum yang lama disesuaikan dengan keadaan baru.
INTEPRETASI SISTEMATIS ATAU LOGIS
Menafsirkan undang-undang sebagai bagian dari keseluruhan sistem perundang-undangan
dengan cara menghubungkannya dengan undang-undang lain
INTEPRETASI HISTORIS

ADA 2 MACAM INTEPRETASI HISTORIS:


1. Penafsiran menurut sejarah undang-undang
(mencari maksud ketentuan undang-undang seperti yang dikehendaki
pada pembuat undang-undang)

2. Penafsiran menurut sejarah hukum


(memahami undang-undang dalam konteks seluruh sejarah hukum)
INTEPRETASI KOMPARATIF ATAU PERBANDINGAN

• Merupakan metode penafsiran yang dilakukan dengan jalan membandingkan antara


beberapa aturan hukum. Tujuan hakim membandingkan adalah untuk mencari kejelasan
mengenai makna dari suatu ketentuan undang-undang.
• Intepretasi ini dapat dilakukan dengan jalan membandingkan penerapan asas-asas
hukumnya dalam peraturan perundang-undangan yg lain dan / atau aturan hukumnya, di
samping perbandingan tentag latar belakang atau sejarah pembentukan hukumnya.
INTEPRETASI FUTURISTIS

• Interpretasi ini merupakan penjelasan ketentuan undang undang yang belum mempunyai
kekuatan hukum. Dengan demikian interpretasi ini lebih bersifat ius constituendum
(hukum atau undang undang yang dicitakan) daripada ius conctitutum (hukum atau
undang undang yang berlaku pada saat sekarang
DISAMPING METODE PENAFSIRAN HUKUM, DALAM KEPUSTAKAAN HUKUM KONSTITUSI DIKENAL JUGA
METODE PENAFSIRAN KONSTITUSI YAITU ADA 6 MACAM.
1.-penafsiran tekstual
2.-penafsiran historis
3.-penafsiran doctrinal
4.-penafsiran prudensial
5.-penafsiran Struktural
6.-penafsiran etikal
PENAFSIRAN TEKSTUAL

• Penafsiran ini juga dikenal sebagai penafsiran harfiah yang merupakan bentuk atau
metode penafsiran konstitusi yang dilakukan dengan cara memberikan makna terhadap
arti dari kata kata di dalam dokumen atau teks yang dibuat oleh Lembaga legislatif
PENAFSIRAN HISTORIS

• Metode penafsiran konstitusi yang didasarkan pada sejarah konstitusi atau undang
undang itu dibahas, dibentuk, di adopsi atau di Ratifikasi oleh pembentuk nya atau
ditandatangani institusi yang berwenang.
PENAFSIRAN DOKTRINAL

• Merupakan metode penafsiran yang dilakukan dengan cara memahami aturan undang
undang melalui sistem preseden atau melalui praktik peradilan
PENAFSIRAN PRUDENSIAL

• Merupakan metode penafsiran yang dilakukan dengan cara mencari keseimbangan antara
biaya biaya yang di keluarkan dan keuntungan keuntungan yang diperoleh dari penerapan
suatu aturan atau undang undang tertentu
PENAFSIRAN STRUKTURAL

• Merupakan metode penafsiran yang dilakukan dengan cara mengaitkan aturan dalam
undang undang dengan konstitusi atau undang undang dasar yang mengatur tentang
struktur struktur ketatanegaraan
PENAFSIRAN ETIKAL

• Merupakan metode penafsiran yang dilakukan dengan cara menurunkan prinsip prinsip
moral dan Etik sebagaimana terdapat dalam konstitusi atau undang undang dalam hal ini
metode penafsiran ini dikonstruksikan menggunakan pendekatan filsafati, aspirasi atau
moral
Thank You
082136414788
msrahmaaulia@gmail.com
HUKUM ACARA
PENGUJIAN UNDANG-UNDANG
TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR
JUDICIAL REVIEW MERUPAKAN UPAYA PENGUJIAN OLEH LEMBAGA
JUDICIAL TERHADAP PRODUK HUKUM YANG DITETAPKAN OLEH CABANG
KEKUASAAN LEGISLATIF, EKSEKUTIF ATAUPUN YUDIKATIF DALAM RANGKA
PENERAPAN PRINSIP AND CHECK BALANCE BERDASARKAN SISTEM PEMISAHAN
KEKUASAAN NEGARA (SEPARATION OF POWER)
FUNGSI PENGUJIAN KONSTITUSIONAL
DI MAHKAMAH KONSTITUSI

1. Bahwa esensi dari pengujian konstitusional adalah bahwa perkara-


perkara konstitusional yang diuji di Mahkamah Konstitusi memiliki
pengaruh yang besar bagi kehidupan masyarakat. Konstitusi tidak
hanya menjadi dokumen tertulis yang dianggap suci. Yang lebih
penting adalah bagaimana agar nilai-nilai konstitusi itu dapat menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat. Semangat konstitusi menjadi hidup
dan dihidupkan oleh masyarakat. Singkatnya, fungsi pengujian
konstitusional adalah menghidupkan nilai konstitusi dan
konstitusionalisme.
FUNGSI PENGUJIAN KONSTITUSIONAL
DI MAHKAMAH KONSTITUSI

• 2. perbaikan kualitas pembuatan Undang-Undang, adalah bahwa fungsi pengujian

konstitusional merupakan ajang untuk harmonisasi peraturan perundang-undangan,


terutama dengan nilai-nilai konstitusi. Dalam bahasa Muhammad Yamin,
Mahkamah Konstitusi yang dibentuk saat ini adalah untuk melakukan fungsi
“pembanding”. Tentu yang dimaksudkan oleh Yamin dahulu tidaklah jauh berbeda
dengan apa yang dilakukan sekarang dengan pilihan rasa penggunaan bahasa
yang berbeda. “Pembanding” ataupun “pengujian” pada intinya merupakan
upaya untuk menimbang kadar yang terkandung dalam norma apakah sesuai
dengan parameter konstitusional.
BACA !!!
TULISAN HAKIM MK TENTANG PENGUJIAN UU TERHADAP UUD
https://pusdik.mkri.id/materi/materi_95_MK%20dan%20Hukum%20Acara%20PUU-
Makalah_YM%20Hakim%20Konstitusi%20Dr.%20Wahiduddin%20Adams.pdf

Anda mungkin juga menyukai