DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH:
NPM: 18810530
FAKULTAS HUKUM
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Banjarmasin, 24 Oktober
2020
(18810530)
BAB I
PENDAHULUAN
2. Apa dasar hukum dari hukum aca[1]ra yang digunakan oleh MK dalam
menyelenggarakan peradilan?
BAB II
PEMBAHASAN
Ada 4 hal yang menyebabkan timbulnya semangat perlawanan dan keinginan dari
publik untuk mengajukan Pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar yang menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi, yaitu :
Maka, dari keempat hal diatas kita dapat menyadari bahwa tidak semua materi
hukum undang-undang yang dihasilkan itu selalu sempurna sebagaimana karakter
dasarnya yang mendistribusikan nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi
seperti hak asasi, keadilan, kemanusiaan dan lain sebagainya. Untuk itu,
masyarakat dapat berpartisipasi untuk mengajukan permohonan pengujian
undang-undang terhadap Undang-undang Dasar kepada MK bilamana undang-
undang itu dirasa telah merugikan hak konstitusional dan tidak menutup
kemungkinan dalam memberikan putusannya MK menjalankan judicial activism
dalam membuat putusan-putusannya yang seringkali menimbulkan kritik terbesar
datang terutama dari para politisi di DPR yang menilai bahwa kewenangannya
dalam membuat undang-undang sering dirampas oleh MK.[3]
2.2 Dasar hukum dari hukum acara yang digunakan oleh MK dalam
menyelenggarakan peradilan.
Dalam UU MK, hukum acara dibagi menjadi 2 bagian yaitu hukum acara yang
memuat aturan umum beracara di MK dan aturan khusus sesuai dengan
karakteristik masing-masing perkara yang menjadi kewenangan MK. Kemudian
untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenangnya, MK diberi kewenangan
untuk melengkapi hukum acara menurut undang-undang MK. Adapun pembagian
ketentuan hukum acara dalam UU MK adalah Pasal 28 sampai dengan Pasal 49
UU MK memuat ketentuan hukum acara yang bersifat umum untuk seluruh
kewenangan MK. Selebihnya merupakan ketentuan hukum tentang acara yang
berlaku untuk setiap kewenangan MK, yaitu Pasal 50 sampai dengan Pasal 60 UU
MK untuk menguji undang-undang terhadap UUD 1945, Pasal 61 sampai dengan
Pasal 67 UU MK untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, Pasal 68 sampai dengan Pasal 73 UU
MK untuk memutus pembubaran partai politik, Pasal 74 sampai dengan Pasal 79
UU MK untuk memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum, dan Pasal 80
sampai dengan Pasal 85 UU MK ketentuan hukum acara tentang kewajiban MK
untuk memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengenai adanya
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden.[4]
2.3 Ketentuan hukum acara khusus atas pengujian undang-undang terhadap
Undang-Undang Dasar oleh Mahkamah Konstitusi
Hukum acara khusus yang mengatur prosedur dan hal-hal lain terkait dengan
pengujian undang-undang di dalam UU MK meliputi:
undang-undang;
pembentuk undang-undang);
dengan permohonan;
setelah putusan.
Di dalam UUD 1945 tidak terdapat batasan mengenai undang-undang yang dapat
dimohonkan pengujian. Namun di dalam UU MK undang-undang yang dapat
dimohonkan pengujian itu dibatasi hanya undang-undang yang diundangkan
setelah terjadinya perubahan UUD 1945. Terhadap ketentuan ini MK dengan
putusannya Nomor 004/PUU-I/2004, berpendapat tidak sesuai konstitusi, karena
itu MK mengesampingkan. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, dengan
adanya permohonan kepada MK untuk menguji pasal tersebut, ketentuan
dimaksud dinyatakan bertentangan dengan konstitusi dan oleh karena itu
dinyatakan tidak mempunyai kekuatan mengikat secara hukum melalui putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 066/PUU-II/2004 perihal pengujian Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 Pasal 50 tentang Mahkamah Konstitusi dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 Tentang Kamar Dagang dan Industri.
Sejak putusan MK yang terakhir ini, maka secara efektif tidak terdapat lagi
batasan undang-undang yang dapat dimohonkan pengujian.
d. adanya hubungan sebab akibat (casual verband) antara kerugian dan berlakunya
undang-undang yang dimohonkan untuk diuji;
d. lembaga negara.
hukum mengikat.
putusan MK.
2.3.5 Hak MK untuk meminta keterangan dan/atau risalah rapat kepada Majelis
Permusyawatan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), dan/atau Presiden
Pembentukan undang-undang dilakukan oleh legislator dalam hal ini adalah DPR
dan Presiden. Untuk undang-undang tertentu, misalnya yang terkait dengan
urusan daerah melibatkan pula DPD, dan juga institusi atau lembaga pemerintahan
yang lain. Untuk itu MK berhak meminta keterangan dan/atau risalah rapat yang
berkenaan dengan permohonan yang sedang diperiksa kepada MPR, DPR, DPD,
dan/atau Presiden serta lembaga terkait lainnya. Di dalam praktik, permintaan
keterangan dan/atau risalah rapat tersebut dapat juga dimintakan dari
menteri/departemen dan/atau satuan organisasi di bawahnya. Untuk DPR
misalnya, Mahkamah Konstitusi meminta kepada komisi yang terkait atau bahkan
kepada Panitia Khusus RUU.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam realitasnya dapat kita lihat, bahwa jika semakin banyak putusan
dikabulkannya permohonan pengujian undang-undang terhadap Undang-undang
dasar berarti hal ini menunjukan jika semakin banyak pula undang-undang atau
produk hukum yang dibuat selama ini yang tidak sesuai dengan rasa keadilan
yang hidup di masyarakat. Oleh karenanya, tentunya kita tidak ingin produk
hukum di Indonesia hanya dijadikan sebagai alat untuk membenarkan keputusan
yang diberikan oleh penguasa melainkan kita mengharapkan sesuai dengan nilai-
nilai keadilan dan bersinergi dengan keadaan masyarakat. Untuk itu perlu kita
sadari bahwa kita, masyarakat Indonesia juga merupakan bagian dari hukum itu
sendiri. Sehingga perlu adanya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah agar
cita-cita luhur bangsa sebagaimana yang tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945
dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA