Anda di halaman 1dari 15

YAYASAN BADAN WAKAF SULTAN AGUNG

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)


FAKULTAS HUKUM
Terakreditasi A berdasarkan S.K.BAN PT Nomor :483/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2014 tanggal : 29 Desember 2014
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 PO BOX 1054 Telp. (024) 6583584 Fax. (024) 6582455 Semarang 50012

“ Bismillah Membangun Generasi Khaira Umah ”

UJIAN TENGAH SEMESTER


GASAL TAHUN AKADEMIK
2021 – 2022

Mata Kuliah : HUKUM ACARA MK RI


Hari/tgl : Jum’at/ 29 Oktober 2021
Dosen : Dr. H. Jawade Hafidz, SH., MH
Waktu : 60 Menit
Kelas : UNGGULAN

Nama : Intan Palentina


NIM : 30301900167

SOAL :
1. Jelaskan latar belakang pembentukan Mahkamah Konstitusi di
Indonesia dansebutkan dasarhukumnya ?
Jawab :
latar belakang pembentukan Mahkamah Konstitusi di Indonesia, kronologis
sejarah lahirnya lembaga yudikatif MK.
1) PADA AWAL KEMERDEKAAN
Bahwa gagasan mengenai pembentukan Lembaga Mahkamah Konstitusi ini
telah muncul sejak dibentuknya BPUPKI, mengapa dikatakan seperti itu,
tentu dikarenakan tugas daripada lembaga BPUPKI ini salah satunya
merancang Konstitusi Negara yang mana disebut juga UUD Tahun 1945
2) LAHIRNYA KONSTITUSI RIS
Kemudian gagasan tersebut dilanjutkan ketika disahkannya Konstitusi RIS
yang mana pada saat itu Mahkamah Agung diberikan kewenangan daripada
menguji Undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar atau disebut juga
dengan Judical Review.
3) MASA ORDE BARU
Kemudian pada saat masa orde baru dibentuklah Panitia Ad Hoc II MPRS
(1966-1967) yang mana itu merekomendasikan dibentuknya Hak menguji
Undang-Undang kepada MA namun permintaan tersebut DITOLAK
4) TAHUN 1970
Kemudian pada tahun 1970 ini lahir suatu Undang-Undang mengenai
kekuasaan kehakiman yaitu Undang-undang No 14 Tahun 1970 yang mana
merupakan Inisiatif Ikatan Hakim Indonesia untuk mengusulkan
wewenang menguji Undang-undang oleh MA.
5) MASA ORDE REFORMASI
Lalu kemudian dalam perkembangannya pada orde reformasi yaitu tepatnya
pada tahun 2004 lahirlah ketentuan Undang-undang yang mengatur
mengenai Mahkamah Konstitusi pada Undang-Undang No 24 Tahun 2004
tentang Mahkamah Konstitusi.

Jadi, sesunggunya lahirnya MK merupakan suatu proses yang panjang yang


secara normatif dimulai dari undang-undang nomor 14 tahun 1970, kemudian
dalam perkembangannya disepakati oleh lembaga legislatif untuk diadakan
lembaya yudikatif Mahkamah Konstitusi untuk menguji undang-undang
terhadap konstitusi.

2. Jelaskan proses pembentukan Mahkamah Konstitusi Republik


Indonesia dalam “PerspektifPolitik dan Perspektif Hukum?
Jawab :
Pembentukan MK RI juga dapat dipahami dari dua sisi di atas, yaitu dari
sisi politik dan dari sisi hukum. Dari sisi politik ketatanegaraan, keberadaan
MK diperlukan guna mengimbangi kekuasaan pembentukan undang-undang
yang dimiliki oleh DPR dan Presiden. Hal itu diperlukan agar undang-undang
tidak menjadi legitimasi bagi tirani mayoritas wakil rakyat di DPR dan
Presiden yang dipilih langsung oleh mayoritas rakyat. Dari sisi hukum,
keberadaan MK adalah salah satu konsekuensi perubahan dari supremasi MPR
menjadi supremasi konstitusi, prinsip negara kesatuan, prinsip demokrasi, dan
prinsip negara hukum. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa Negara
Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik. Di dalam prinsip
negara kesatuan menghendaki adanya satu sistem hukum nasional. Kesatuan
sistem hukum nasional ditentukan oleh adanya kesatuan dasar pembentukan
dan pemberlakuan hukum, yaitu UUD 1945.

3. Sebutkan dan jelaskan 5 (lima) fungsi Mahkamah Konstitusi Republik


Indonesia ?
Jawab :
Makamah Konstitusi Republik Indonesia mempunyai 5 (lima) fungsi yaitu :
1) Pengawal konstitusi (the guardian of konstitution).
sebagai lembaga pengawal konstitusi (the guardian of the constitution) yang
berfungsi menjamin bahwa tidak ada ketentuan dalam undang-undang yang
bertentangan dengan UUD 1945 sebagai hukum tertinggi.
2) Penafsir final konstitusi (the final interpreter of the constitution)
MK sebagai penafsir akhir konstitusi (the final interpreter of the constitution)
yang berfungsi menjamin dan mengarahkan UUD 1945 sebagai konstitusi
yang hidup yang dapat memenuhi perubahan zaman, perkembangan hukum,
dan perubahan masyarakat.
3) Pelindung hak asasi manusia (the protector of human rights)
Mahkamah Konstitusi sekaligus disebut juga sebagai the protector of human
rights atau penjaga hak asasi manusia. Itulah salah satu kewenangan
Mahkamah Konstitusi, sehingga pada waktu melakukan pengujian undang-
undang, jika ada ketentuan-ketentuan atau ada tindakan yang melanggar hak
asasi manusia, maka Mahkamah Konstitusi bertugas untuk menjaga
ditegakannya hak asasi manusia yang ada di dalam Konstitusi,”
4) Pelindung hak konstitusional warga negara (the protector of the citizen’s
constitutionalrights)
sebagai pelindung hak konstitusional warga negara (the protector of citizen
constitutional right) yang menjamin terpenuhinya perlindungan hak
konstitusional terhadap warga negara
5) Pelindung demokrasi (the protector of democracy)
fungsi MK sebagai pelindung demokrasi (the guardian of democracy) yang
berfungsi menjamin bahwa penyelenggaraan proses demokrasi sesuai dengan
prinsip konstitusi dan konstitusionalisme

4. Sebutkan dan jelaskan 4 (empat) kewenangan MKRI dan 1 (satu)


Kewajiban MKRI sertasebutkan dasar hukumnya ?
Jawab :
Pasal 24C UUD 1945 ayat (1) dan ayat (2) :
Wewenang :
1. Menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar ;
2. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang dasar ;
3. Memutus pembubaran partai politik ; dan
4. Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
Wewenang Mahkamah konstitusi Konstitusi tersebut secara khusus diatur lagi
Dalam Pasal 10 Undang-undang Mahkamah Konstitusi dengan merinci
sebagai berikut:
1. Menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar negara republik
Indonesia Tahun 1945
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945
3. Memutus pembubaran parpol
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR
bahwa presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan
pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan /atau
tidak lagi meneuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
dasar 1945.
Kewajiban :
Kewajiban mahkamah konstitusi memberikan putusan atas pendapat DPR
mengenai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden menurut Undang-undang Dasar.
5. Jelaskan komposisi dan jumlah Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia dan terdiri dariunsur mana saja serta apa dasar hukumnya ?
Jawab :
Bahwa susunan hakim Mahkamah Konstitusi diatur didalam Ketentuan Pasal
24C Ayat (3) UUD 1945 yang menyetakan bahwa Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia memiliki 9 Hakim Konstitusi yang ditetapkan oleh
Presiden terdiri dari pada 3 unsur yaitu :
• 3 Orang yang diajukan oleh Mahkamah Konstitusi
• 3 orang yang diajukan oleh DPR
• 3 Orang yang diajukan oleh Presiden

6. Sebutkan dan jelaskan asas-asas Hukum Acara Mahkamah Konstitusi


Republik Indonesia ?
Jawab :
7(tujuh) asas dalam peradilan MK yaitu :
1) Ius curia novit
Asas bahwa pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili
dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak
ada atau kurang jelas.
2) Persidangan terbuka untuk umum
Persidangan terbuka untuk umum dimaksudkan agar proses persidangan
dapat diikuti oleh publik sehingga hakim dalam memutus perkara akan
objektif berdasarkan alat bukti dan argumentasi yang dikemukakan didalam
persidangan.
3) Independen dan imparsial
Lembaga peradilan tidak dapat di intervensi oleh lembaga dan kepentingan
apapun.
memiliki 3 (tiga) dimensi :
 Fungsional
Larangan terhadap lembaga negara lain dan semua pihak untuk
mempengaruhi atau melakukan intervensi dalam proses memeriksa,
mengadili dan memutus suatu perkara. Dimensi fungsional itu harus
didukung dengan independensi dan imperialiatas dari dimensi struktural
dan personal hakim
 Structural
kelembagaan peradilan juga harus bersifat independen dan imparsial
sepanjang diperlukan agar dalam menjalankan peradilan tidak dipengaruhi
atau diintervensi serta tidak memihak.
 Personal
Hakim memiliki kebebasan atas dasar kemampuan yang dimiliki
(expertise),pertanggung jawaban, dan ketaatan kepada kode etik dan
pedoman perilaku.
4) Peradilan dilaksanakan secara cepat, sederhana, dan murah
Proses peradilan dan keadilan itu sendiri dapat diakses oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Diatur dalam Pasal 2 ayat (4) UU kekuasaan Kehakiman
Dalam proses pembahasan UU MK pada awalnya terdapat ketentuan tentang
pembayaran perkara. Namun pada perkembangannya ketentuan tersebut
dihilangkan sehingga dapat dimaknai bahwa maksud dari pembentuk undang-
undang adalah menghapuskan biaya perkara dalam proses peradilan MK.
Dengan demikian salah satu prinsip peradilan MK yang lebih tepat adalah
cepat sederhana dan bebas biaya.
5) Hak untuk didengar secara seimbang (audi et alteram partem)
Pada pengadilan biasa, para pihak memiliki hak untuk didengar secara
seimbang (tergugat-penggugat, pemohon - termohon, penuntut terdakwa.
dalam peradilan mk tidak selalu terdapat pihak-pihak yang saling berhadapan
(adversarial).
contoh : perkara pengujian undang-undang, (hanya ada pihak pemohon)
pembentuk undang-undang, pemerintah dan dpr tidak berkedudukan sebagai
termohon.
6) Hakim aktif dan juga pasif dalam persidangan,
 Hakim pasif :
Hakim tidak mencari perkara. Hakim tidak akan memeriksa, mengadili dan
memutuskan sesuatu perkara sebelum disampaikan pemohon ke pengadilan
 Hakim aktif :
Hakim bertindak aktif dalam persidangan karena dipandang mengetahui
hukum dari suatu perkara.
7) asas praduga ke absahan
Tindakan Penguasa Dianggap Sah Sesuai Dengan Aturan Hukum Sampai
Dinyatakan Sebaliknya.

7. Jelaskan teknis pengajuan permohonan Judicial Review ke Mahkamah


Konstitusi RepublikIndonesia serta sebutkan dasar hukumnya ?
Jawab :
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 huruf a jo. Pasal 10 UU No. 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi (“UU MK”), salah satu kewenangan
Mahkamah Konstitusi (“MK”) adalah menguji undang-undang terhadap UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Pemohon judicial review adalah pihak yang menganggap hak dan/atau
kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang,
yaitu (Pasal 51 ayat [1] UU MK):
a. perorangan warga negara Indonesia;
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diatur dalam undang-undang;
c. badan hukum publik atau privat; atau
d. lembaga negara.
 Permohonan wajib dibuat dengan uraian yang jelas mengenai pengujian
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (Pasal 30 ayat [1] UU MK)
 Permohonan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dan
ditandatangani oleh Pemohon atau kuasanya dalam 12 rangkap (lihat Pasal
29 UUMK) yang memuat sekurang-kurangnya:
a. Identitas Pemohon
b. Uraian mengenai hal yang menjadi dasar permohonan
c. Hal-hal yang dimohonkan untuk diputus dalam permohonan pengujian
formil
d. Hal-hal yang dimohonkan untuk diputus dalam permohonan pengujian
materiil
 Pengajuan permohonan harus disertai dengan alat bukti yang mendukung
permohonan tersebut yaitu alat bukti berupa (Pasal 31 ayat [2] jo. Pasal 36 UU
Mk)
 diajukan dalam bentuk tertulis permohonan juga diajukan dalam format digital
yang disimpan secara elektronik dalam media penyimpanan berupa disket,
cakram padat (compact disk) atau yang serupa dengan itu (lihat Pasal 5 ayat [2]
Peraturan MK 6/2005).

Tata cara pengajuan permohonan (Pasal 6 Peraturan MK 6/2005)


1. Permohonan diajukan kepada Mahkamah melalui Kepaniteraan
2. Proses pemeriksaan kelengkapan administrasi permohonan bersifat terbuka
yang dapat diselenggarakan melalui forum konsultasi oleh talon Pemohon
dengan Panitera.
3. Petugas Kepaniteraan wajib memeriksa kelengkapan alat bukti yang
mendukung permohonan
4. Apabila berkas permohonan dinilai telah lengkap, berkas permohonan
dinyatakan diterima oleh Petugas Kepaniteraan dengan memberikan Akta
Penerimaan Berkas Perkara kepada Pemohon.
5. Apabila permohonan belum lengkap, Panitera Mahkamah memberitahukan
kepada Pemohon tentang kelengkapan permohonan yang harus dipenuhi, dan
Pemohon harus sudah melengkapinya dalam waktu selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari kerja sejak diterimanya Akta Pemberitahuan Kekuranglengkapan
Berkas.
6. Apabila kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud ayat (7) tidak
dipenuhi, maka Panitera menerbitkan akta yang menyatakan bahwa
permohonan tersebut tidak diregistrasi dalam BRPK dan diberitahukan kepada
Pemohon disertai dengan pengembalian berkas permohonan.
7. Permohonan pengujian undang-undang diajukan tanpa dibebani biaya perkara.
(lihat Pasal 6 Peraturan MK 6/2005).
8. Uraikan dengan skema alur permohonan perkara di Mahkamah Konstitusi
RI ?
Jawab : 7 HARI
DILENGKA
PEMOHON BELUM LENGKAP
3
1 HARDCOPY
DAN

PANITERA PEMERIKSAAN LENGKAP


2 KELENGKAPAN

REGISTRASI DI
BPRPK
5 14
HARI

PENETAPAN JADWAL SIDANG


PERTAMA

 Permohonan diajukan kepada MK diterima oleh petugas penerima untuk


disampaikan kepada panitera MK.
 Panitera MK akan melakukan pemeriksaan kelengkapan permohonan. (selain
berkas permohonan perkara (hardcopy) dalam praktek pemohon juga diminta
untuk menyerahkan permohonan dalam bentuk file (softcopy). pemeriksaan
panitera ini bersifat kelengkapan administratif (bukan terhadap substantif
permohonan).
Jumlah rangkap permohonan
- Surat Kuasa
- Kejelasan Identitas
- Daftar Alat Bukti sebagaimana pasal 31 ayat (1) dan (2) UU No.24 Tahun
2003
 Permohonan yang dinyatakan belum lengkap akan dikembalikan kepada
pemohon untuk dilengkapi dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja sejak pemberitahuan kekuranglengkapan tersebut diterima pemohon.
 Permohonan yang dinyatakan lengkap akan dilakukan pencatatan dala Buku
Registrasi Perkara Mahkamah Konstitusi (BRPK)
 Setelah permohonan dinyatakan lengkap dan diregistrasi dalam BPRK, MK
akan menetapkan sidang pertama dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja sejak diregistrasi

9. Sebutkan dan jelaskan 5 (lima) teori pembuktian yang dikenal dalam


pemeriksaan perkara di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia ?
Jawab :
Terdapat beberapa teori pembuktian :
1. Teori affirmatif
Teori affirmatif adalah teori yang menyatakan bahwa beban pembuktian
dibebankan kepada pihak yang mendalilkan sesuatu, bukan kepada pihak yang
mengingkari atau membantah sesuatu (pembuktian negatif). Pembuktian
secara negatif harus dihindarkan karena dipandang tidak adil berdasarkan
asumsi bahwa dalam hukum yang diberikan bukti khusus adalah terhadap
suatu hak atau peristiwa, bukan terhadap tidak adanya hak atau peristiwa.
2. Teori Hak
Siapa yang mengemukakan suatu hak harus membuktikan hak tersebut.
Namun teori ini hanya terkait dengan adanya suatu hak, bukan peristiwa atau
keadaan tertentu.
3. Teori hukum objektif
Teori hukum obyektif menyatakan bahwa pihak yang mendalilkan adanya
norma hukum tertentu harus membuktikan adanya hukum obyektif yang
menjadi dasar norma hukum tersebut. Dalam pengujian undang-undang
misalnya, pihak yang menyatakan haknya telah dilanggar oleh suatu undang-
undang harus membuktikan adanya aturan hukum positif yang secara obyektif
mengakibatkan haknya dilanggar.
4. Teori kepatutan
Menyatakan bahwa beban pembuktian diberikan kepada pihak yang lebih
ringan untuk membuktikannya. Namun kelemahan dari teori ini adalah tidak
mudah untuk menentukan secara pasti pihak mana yang dianggap paling
ringan memikul beban pembuktian
5. Teori pembebanan berdasarkan kaedah bersangkutan
Teori pembebanan berdasar kaidah yang bersangkutan menentukan bahwa
beban pembuktian ditentukan oleh kaidah hukum tertentu. Dalam hukum
acara memang terdapat ketentuan undang-undang tertentu yang mengatur
siapa yang harus membuktikan, namun ada pula yang tidak menentukannya.

10. Jelaskan pedoman beracara dalam perkara pengujian Undang-Undang


terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sebagaimana diatur dalam pasal 18 (ayat 1-3) PMK No. 06/PMK/2005 ?
Jawab :
Pasal 18 ayat (1 ) s/d (3) PMK No 06/PMK/2005 :
Pedoman beracara dalam perkara pengujian undang-undang:
1) Pembuktian dibebankan kepada Pemohon
Dengan demikian sesuai dengan tujuan pembuktian dalam Hukum Acara
Pidana adalah : Untuk memberikan kepastian yang diperlukan dalam
menilai sesuatu hal tertentu tentang fakta-fakta atas nama penilaian tersebut
harus didasarkan.Pembuktian adalah perbuatan membuktikan.
Membuktikan berarti memberikan atau memperlihatkan bukti, melakukan
sesuatu kebenaran, melaksanakan, menandakan menyaksikan dan
meyakinkan.
2) Apabila dipandang perlu, hakim dapat pula membebankan kepada
Presiden,DPR atau pihak terkait
3) Presiden/Pemerintah,DPR,DPD atau pihak lain dapat mengajukan bukti
sebaliknya.

11. Sebutkan dan jelaskan alat-alat bukti yang dikenal dalam pemeriksaan
perkara di Mahkamah Konstitusi RI sebagaimana diatur dalam pasal 36
ayat 1 UU No. 24 Tahun 2003 ?
Jawab :
Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
1) Surat dan tulisan;
Alat bukti tertulis pada umumnya berupa tulisan yang dimaksudkan sebagai
alat bukti atas suatu transaksi yang dilakukan, atau surat dan jenis tulisan
yang dapat dijadikan dalam proses pembuktian. Seperti surat menyurat,
kuitansi dan catatan-catatan.
Selain itu juga dikenal adanya akta sebagai tulisan yang sengaja dibuat untuk
membuktikan suatu peristiwa dan ditanda tangani.
 Akta dibawah tangan
akta yang dibuat dibuat tanpa perantara pejabat umum
 Akta otentik
akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, oleh
atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu, ditempat akta itu
di buat
2) Keterangan saksi;
Keterangan yang diberikan oleh seseorang yang mengetahui, melihat,
merasakan, atau bahkan mengalami sendiri suatu peristiwa yang terkait
dengan perkara yang diperiksa oleh majelis hakim.
3) Keterangan ahli;
Pendapat yang disampaikan seseorang dibawah sumpah dalam pemeriksaan
persidangan mengenai suatu hal terkait dengan perkara yang diperiksa sesuai
dengan keahlian berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
4) Keterangan para pihak;
Keterangan yang diberikan oleh pihak-pihak dalam suatu perkara, baik
berkedudukan sebagai pemohon, termohon maupun kedudukan sebagai pihak
terkait
5) Petunjuk; dan
6) Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, dan
diterima, atau
disimpan secara elektronik dengan alat optik atau serupa dengan itu.

12. Dalam proses pemeriksaan perkara di Mahakamah Konstitusi RI


dilakukan melalui 4 (empat) jenis tahapan, sebutkan dan jelaskan ke-
empat tahapan dimaksud ?
Jawab :
1. Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksaan pendahuluan merupakan persidangan yang dilakukan untuk
memeriksa kelengkapan dan kejelasan materi permohonan sebelum
memasuki pemeriksaan pokok perkara. Dalam praktiknya, pemeriksaan
pendahuluan ini selain memeriksa kelengkapan administrasi perkara, juga
memeriksa dua aspek yang menentukan keberlanjutan perkara, yaitu apakah
pemohon memiliki kualifikasi untuk mengajukan permohonan dimaksud
atau dikenal dengan istilah memiliki legal standing, dan apakah perkara
yang dimohonkan tersebut merupakan wewenang MK.
a. Identitas dan kualifikasi pemohon, kewenangan bertindak dan surat-
surat kuasa
b. Kedudukan hukum pemohon
c. Isi permohonan merupakan kewenangan mahkamah konstitusi dan bila
perlu dilakukan penyederhanaan masalah yang diajukan, termasuk
penggabungan perkara yang memiliki posita dan petitum yang sama
d. Perubahan permohonan baik atas saran hakim maupun atas kehendak
pemohon sendiri.
e. Alalt-alat bukti yang diajukan.
f. Pengaturan jadwal sidang dan tertib persidangan
2. Pemeriksaan Persidangan
Pemeriksaan persidangan adalah jenis persidangan yang dilakukan untuk
memeriksa permohonan, alat bukti, keterangan termohon (jika ada),
keterangan saksi, keterangan ahli, dan keterangan pihak terkait.
Pemeriksaan persidangan pada prinsipnya dilakukan oleh pleno hakim
konstitusi, kecuali untuk perkara tertentu berdasarkan putusan Ketua MK
dapat dilakukan oleh panel hakim. Sidang pemeriksaan persidangan
dilakukan secara terbuka, kecuali ditentukan lain oleh majelis hakim.
3. Rapat Permusyawaratan Hakim
RPH merupakan salah satu jenis dari sidang pleno, yang sifatnya tertutup.
RPH yang membahas perkara bersifat rahasia yang hanya diikuti oleh para
hakim konstitusi, panitera, dan panitera pengganti. Di dalam RPH ini
dibahas perkembangan suatu perkara, putusan, serta ketetapan yang terkait
dengan suatu perkara. Khusus untuk RPH pengambilan putusan perkara,
diatur dalam Pasal 45 ayat (4) sampai dengan ayat (10) UU No. 24 Tahun
2003.
4. Pengucapan Putusan
Sidang pengucapan putusan pada hakikatnya adalah sidang pleno, namun
berbeda dengan sidang pleno pemeriksaan persidangan. Dalam sidang pleno
pengucapan putusan agendanya adalah pembacaan putusan atau ketetapan
MK untuk suatu perkara yang telah diperiksa dan diadili. Putusan biasanya
dibacakan secara bergantian oleh majelis hakim konstitusi, diawali oleh
ketua sidang, dilanjutkan oleh hakim konstitusi yang lain, dan pada bagian
kesimpulan, amar putusan dan penutup di bacakan oleh ketua sidang lagi.
Sidang pleno pengucapan putusan harus dilakukan secara terbuka untuk
umum.

13. Jelaskan apa saja yang harus dilakukan untuk mengajukan permohonan
persidangan jarak jauh melalui Mahkamah Konstitusi RI ?
Jawab :
Bahwa Pengajuan Permohonan Persidangan Jarak Jauh di Mk itu diatur
didalam Dasar hukum PMK nomor 18 tahun 2009 sebagai berikut dijelaskan
Permohonan pelaksanaan sidang jarak jauh harus disampaikan selamat-
lambatnya lima hari kerja sebelum waktu persidangan jarak jauh
direncanakan.
• Permohonan ini dapat disampaikan melalui surat elektronik (e-mail) ,
faksimili, surat pos, atau media lain yang tersedia.
• Permohonan persidangan jarak jauh berisi informasi rinci mengenai:
a. Identitas yang hendak diperiksa dan didengar keterangannya.
b. Pokok-pokok keterangan yang hendak diberikan.
c. Alokasi waktu pemeriksaan.
d. Petugas lain yang diperlukan untuk keperluan persidangan dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai