Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

LEMBAR JAWABAN
FAKULTAS HUKUM
Kampus I : Jalan Tuparev No. 70 Cirebon UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP
Kampus II : Jl. Fatahillah Watubelah Cirebon T.A. 2021/2022

Nama : NIKO ANDRI SIJABAT


NIM : 200811029
Smt / Kelas : IV / K3 (POLISI) NILAI
Program Studi : S.1 Ilmu Hukum
Mata Kuliah : Hukum Acara Konstitusi
Hari/Tanggal : Minggu , 15 Mei 2022
Dosen Pengampu : H. Multahibun, S.H., M.H.
Waktu : 90 Menit

Jawaban :

1) Hukum Acara Mahkamah Konstitusi adalah hukum formil yang berfungsi untuk menegakkan
hukum materiilnya, yaitu bagian dari hukum konstitusi yang menjadi wewenang Mahkamah
Konstitusi.

2) Berikut adalah sumber Hukum Acara Mahkamah Konstitusi adalah sebagai berikut :
a) UUD 1945;
b) UU NO. 24 TAHUN 2003 (dan UU terkait);
c) PMK-PMK;
d) PUTUSAN MK;
e) Konvensi/Perjanjian Internasion• PMK Nomor 006/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara
dalam Perkara Pengujian Undang-Undang;
f) PMK Nomor 008/PMK/2006 tentang Pedoman Beracara Dalam Sengketa Kewenangan
Konstitusional Lembaga Negara;
g) PMK Nomor 15/PMK/2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Kepala Daerah;
h) PMK Nomor 16/PMK/2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
i) PMK Nomor 17/PMK/2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil
Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden;
j) PMK Nomor 18/PMK/2009 tentang Pedoman Pengajuan Permohonan Elektronik
(Electronic Filing) Dan Pemeriksaan Persidangan Jarak Jauh (Video Conference);
k) PMK Nomor 19/PMK/2009 tentang Tata Tertib Persidangan;
l) PMK Nomor 21/PMK/2009 tentang Pedoman Beracara Dalam memutus pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
Presiden;

3) Mahkamah Konstitusi (MK) diawali dengan diadopsinya ide MK (Constitutional Court)


dalam amandemen konstitusi yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
pada tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C,
dan Pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945 hasil Perubahan Ketiga yang disahkan pada 9
Nopember 2001. Ide pembentukan MK merupakan salah satu perkembangan pemikiran
hukum dan kenegaraan modern yang muncul di abad ke-20. Setelah disahkannya Perubahan
Ketiga UUD 1945 maka dalam rangka menunggu pembentukan MK, MPR menetapkan
Mahkamah Agung (MA) menjalankan fungsi MK untuk sementara sebagaimana diatur dalam
Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil Perubahan Keempat.
2

DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang - undang mengenai


Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan Pemerintah
menyetujui secara bersama UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13
Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada hari itu (Lembaran Negara Nomor 98 dan
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316). Dua hari kemudian, pada tanggal 15 Agustus
2003, Presiden melalui Keputusan Presiden Nomor 147/M Tahun 2003 hakim konstitusi untuk
pertama kalinya yang dilanjutkan dengan pengucapan sumpah jabatan para hakim konstitusi
di Istana Negara pada tanggal 16 Agustus 2003. Lembaran perjalanan MK selanjutnya adalah
pelimpahan perkara dari MA ke MK, pada tanggal 15 Oktober 2003 yang menandai mulai
beroperasinya kegiatan MK sebagai salah satu cabang kekuasaan kehakiman menurut
ketentuan UUD 1945.

Serta MK pada awalnya Adalah untuk menjalankan judicial review. Sedangkan munculnya
Judicial review itu sendiri merupakan perkembangan hukum dan politik Ketatanegaraan
modern.

4) - Kedudukan pada Mahkamah Konstitusi adalah diberikan kedudukan sejajar dengan


lembaga-lembaga lainnya, tanpa mempertimbangkan lagi adanya kualifikasi sebagai
lembaga negara tertinggi atau tinggi. Dalam hal ini MK memiliki kedudukan, kewenangan
serta kewajiban konstitusional menjaga atau menjamin terselenggaranya konstitusionalitas
hukum.

- Fungsi Mahkamah Konstitusi adalah untuk mengawal (to guard) konstitusi agar
dilaksanakan dan dihormati baik penyelenggara kekuasaan negara maupun warga
negara. Selain itu juga Mahkamah Konstitusi juga sebagai penafsir akhir konstitusi serta
Mahkamah Konstitusi juga menjadi pelindung (protector) konstitusi.

- Wewenang Mahkamah Konstitusi adalah sebagaimana tercantum pada 24C ayat (1) dan
(2) UUD NRI Tahun 1945. Yang berbunyi sebagai berikut :
a. Menguji undang-undang terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. Memutus pembubaran partai politik; dan
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

5) Berikut adalah asas – asas Mahkamah Konstitusi :


a. Asas Independensi atau Noninterfentif
Kekuasaan extra judicial dilarang melakukan campur tangan atau intervensi. Intervensi
terhadap kekuasaan kehakiman berdasarkan UU No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan
kehakiman dapat dipidana.
b. Asas Praduga Rechtmatige
Putusan hakim konstitusi tersebut adalah “ex nunc” yaitu dianggap ada sampai saat
pembatalannya. Artinya, akibat ketidaksahan undang-undang karena bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar, misalnya tidaklah berlaku surut namun sejak pernyataan
bertentangan oleh Mahkamah Konstitusi selanjutnya.
c. Asas Sidang Terbuka untuk Umum
Asas ini membuka “social control” dari masyarakat agar jalannya persidangan
berlangsung secara fair dan obyektif. Meskipun persidangan terbuka untuk umum, tetapi
setiap orang yang hadir dalam persidangan wajib menaati tata tertib persidangan yang
diatur oleh Mahkamah Konstitusi.
3
d. Asas Hakim Majelis
Asas ini ditegaskan dalam Pasal 28 ayat (1) UU Mahkamah Konstitusi yang
menyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi memeriksa, mengadili dan memutus dalam
sidang pleno Mahkamah Konstitusi dengan 9 (sembilan) orang hakim konstitusi, kecuali
dalam keadaan luar biasa dengan 7 (tujuh) orang hakim konstitusi yang dipimpin oleh
Ketua Mahkamah Konstitusi.
e. Asas Objektivitas
Untuk tercapainya putusan yang adil, maka hakim atau panitera wajib mengundurkan
diri, apabila terkait hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga atau
hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai dengan tergugat, penggugat, atau
penasihat hukum atau antara hakim dan salah seorang hakim atau panitera juga terdapat
hubungan sebagaimana yang disebutkan di atas, atau hakim atau panitera tersebut
mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung.
f. Asas Keaktifan Hakim Konstitusi (dominus litis)
Asas ini tercermin salah satunya dari asas pembuktian yang menunjukkan bahwa
hakim konstitusi dapat mencari kebenaran materil yang tidak terikat dalam menentukan
atau memberi penilaian terhadap kekuatan alat buktinya.
g. Asas Pembuktian Bebas
Mahkamah Konstitusi memutus perkara berdasarkan UUD 1945 sesuai dengan alat
bukti dan keyakinan hakim. Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan
permohonan harus didasarkan pada sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti.
h. Asas Putusan Berkekuatan Hukum Tetap dan Bersifat Final
Mahkamah Konstitusi bersifat final dan tidak dimungkinkan untuk diajukan upaya
hukum lebih lanjut, seperti banding, kasasi dan seterusnya. Dengan asas ini Mahkamah
konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final.
i. Asas Putusan Mengikat secara “Erga Omnes”
Putusan Mahkamah Konstitusi merupakan putusan yang tidak hanya mengikat para
pihak (inter parties), tetapi juga harus ditaati oleh siapapun (erga omnes).
j. Asas Sosialisasi
Keputusan wajib diumumkan dan dilaporkan berkala kepada masyarakat secara
terbuka di berbagai media seperti buku, jurnal, berita Mahkamah Konstitusi dan lain- lain.
Sehingga masyarakat dapat membaca dan mengakses dengan bebas putusan-putusan
dari situs resmi Mahkamah Konstitusi.
k. Asas Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan
Dalam Pasal 4 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 dijelaskan untuk memenuhi harapan
para pencari keadilan, maka pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan
acara yang efisien, efektif dan dengan biaya perkara yang ringan.

Anda mungkin juga menyukai