Anda di halaman 1dari 40

Mata Kuliah

HUKUM ACARA MAHKAMAH


KONSTITUSI
HUKUM ACARA MAHKAMAH
KONSTITUSI

Oleh:
Putu Eva Ditayani Antari, S.H., M.H.
Fakutas Hukum Undiknas Denpasar
05/12/2017

Mahkamah Konstitusi sbg


Lembaga Peradilan di Indonesia
3

05/12/2017

SEJARAH PEMBENTUKAN MAHKAMAH KONSTITUSI


Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi (MK)
diawali dengan diadopsinya ide MK (Constitutional Court)
dalam amandemen konstitusi yang dilakukan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2001
sebagaimana dirumuskan dalam:
1.Pasal 24 ayat (2),
2.Pasal 24C, dan
3.Pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945
Ide pembentukan MK merupakan salah satu perkembangan
pemikiran hukum dan kenegaraan modern yang muncul di
abad ke-20.
MK RI merupakan yang ke 78 di dunia
4

05/12/2017

BATAS WAKTU PEMBENTUKAN


MAHKAMAH KONSTITUSI
(Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 Perubahan keempat)

* MK paling lambat terbentuk tanggal 18


Agustus 2003.
* Sebelum terbentuk kewenangannya
dilakukan oleh MA.
* MA telah mengeluarkan PERMA No. 02
Tahun 2002 tanggal 16 Oktober 2002
tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Wewenang Mahkamah Konstitusi oleh
Mahkamah Agung
5

05/12/2017

DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan


Undang-Undang mengenai Mahkamah Konstitusi.
Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan
Pemerintah menyetujui secara bersama UU Nomor 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13
Agustus 2003 (Lembaran Negara Nomor 98 dan
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316)
Tanggal 15 Agustus 2003, Presiden melalui Keputusan
Presiden Nomor 147/M Tahun 2003 hakim konstitusi
untuk pertama kalinya dibentuk yang dilanjutkan
dengan pengucapan sumpah jabatan para hakim
konstitusi di Istana Negara pada tanggal 16 Agustus
2003
PELIMPAHAN KEWENANGAN DARI MA KE MK

Ketentuan Peralihan Pasal 87 UU MK:


Pada saat undang-undang ini berlaku, seluruh permohonan
dan/atau gugatan yang diterima Mahkamah Agung dan belum
diputus berdasarkan ketentuan Pasal III Aturan Peralihan UUD
1945, dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi dalam waktu paling
lambat 60 (enam puluh) hari kerja sejak Mahkamah Konstitusi
dibentuk

Tanggal 15 Oktober 2003 MK menerima pelimpahan


kewenangan/perkara dari MA, menandai mulai
beroperasinya kegiatan MK sebagai salah satu cabang
kekuasaan kehakiman menurut ketentuan UUD 1945
7
KEBERADAAN & KEDUDUKAN 05/12/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI
DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
* Keberadaan : - Diatur dalam UUD 1945 Perubahan Ketiga dan Keempat :
Pasal 7B, 24 ayat (2), 24C ayat (1) s.d. (5), Pasal III Aturan
Peralihan.
- UU No. 24 Tahun 2003 LN Th. 2003 No. 98 tentang Mahkamah
Konstitusi.
- UU No. 08 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang Undang
tentang Mahkamah Konstitusi

* Kedudukan : - Sebagai bagian dari Kekuasaan Kehakiman yang posisinya


sejajar dengan Mahkamah Agung (MA) (Pasal 24 ayat 2).
- Merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan
Kekuasaan Kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan (Pasal 2 Undang-undang MK).
- MK berkedudukan di Ibukota Negara RI (Ps. 3 UU MK).
8

05/12/2017
PERINTAH ADANYA UU ORGANIK MK
(Pasal 24C Ayat 6)

Mengatur :
a. Prosedur pengangkatan dan pemberhentian hakim
konstitusi.
b. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi.
c. Ketentuan lainnya tentang MK.

UU NO. 24 TAHUN 2003 / LN. TAHUN 2003 NO. 98


TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI (MK)
TANGGAL 13 AGUSTUS 2003
UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003
TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Bab I : Ketentuan Umum


Bab II : Kedudukan dan Susunan
Bab III : Kekuasaan Mahkamah Konstitusi
Bab IV : Pengangkatan dan Pemberhentian
Hakim Konstitusi
Bab V : Hukum Acara
Bab VI : Lain-lain
Bab VII : Ketentuan Peralihan
Bab VIII : Ketentuan Penutup

9
Fungsi Mahkamah Konstitusi
Mekanisme Judicial Control berdasarkan Norma
Dasar (Basic Norm) dalam UUD NRI 1945;
Peradilan dengan kewenangan untuk mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir;
Putusan bersifat Final dan Mengikat, tidak ada
upaya Hukum
11

05/12/2017

PERAN
MENJAGA TERSELENGGARANYA
PEMERINTAHAN NEGARA YANG STABIL (THE
GUARDIAN OF THE CONSTITUTION)
MELAKUKAN KOREKSI TERHADAP PENGALAMAN
KEHIDUPAN KETATANEGARAAN AKIBAT
PENAFSIRAN GANDA TERHADAP KONSTITUSI
(THE JUDICIAL INTERPRETER OF THE
CONSTITUTION)
MELAKSANAKAN PRINSIP CHECK AND BALANCES
(MELALUI MEKANISME PERADILAN
KONSTITUSIONAL)
Pasal 24, 24C UUD 1945 Pasal 1, 2, dan Penjelasan Umum UU
No. 24 /2003 tentang Mahkamah Konstitusi
12

05/12/2017

TANGGUNG JAWAB DAN


AKUNTABILITAS
MENGUMUMKAN LAPORAN BERKALA
KEPADA MASYARAKAT, DIMUAT DALAM
BERITA MAHKAMAH KONSTITUSI
PERKARA YANG TERDAFTAR, DIPERIKSA DAN
DIPUTUS
PENGELOLAAN KEUANGAN DAN TUGAS
ADMINISTRASI
MASYARAKAT MEMPUNYAI AKSES
TERHADAP PUTUSAN (PASAL 13 DAN 14 UU
MK)
WEWENANG DAN KEWAJIBAN MKRI
(CONSTITUTIONAL CASES)

Wewenang MK
Pasal 24C ayat (1) UUD 1945
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili The Guardian of The Constitution
pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:

1. Menguji UU terhadap UUD 1945. The Final Interpreter of The


2. Memutus sengketa kewenangan lembaga Constitution
negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD.
3. Memutus pembubaran parpol.
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu. The Guardian of The Democracy
Kewajiban MK
Pasal 24C ayat (2) UUD 1945
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan The Protector of The Citizens
putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Constitutional Rights
Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
UUD.
The Protector of The Human Rights
Wewenang Tambahan
Pasal 236C UU No. 12 Tahun 2008 Perubahan
Kedua UU 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Penanganan sengketa
PENGUJIAN UU TERHADAP UUD 1945
[PASAL 50 s.d. Pasal 60 UU No. 24 Tahun 2003]

PEMOHON:
Subyek Hukum :
1. Perorangan WNI (termasuk kelompok orang)
2. Kesatuan masyarakat hukum adat
3. Badan hukum publik atau privat
4. Lembaga Negara
Anggapan bahwa hak/kewenangan konstitusional subyek hukum
tersebut dirugikan oleh UU yang bersangkutan.

JENIS PENGUJIAN
1.Pengujian Formil (prosedur pembentukan UU bertentangan
dengan UUD 1945)
2. Pengujian Materiil : Isi UU bertentangan dengan UUD 1945.
Perlunya Pengujian UU di Indonesia 15

Moh. Mahfud MD :
Pertama, DPR dan Presiden sebagai lembaga legislatif yang
membentuk UU,adalah lembaga politik yang sangat mungkin
membuat UU atas dasar kepentingan politik mereka sendiri
atau kelompok yang dominan di dalamnya.UU sebagai produk
politik yang tidak lain dari kristalisasi dari kehendak-kehendak
politik yang saling bersaing,bisa saja membentuk UU yang
tidak sejalan dengan UUD,sehingga diperlukan adanya
pengujian UU terhadap UUD.
Kedua, DPR dan Pemerintah sebagai lembaga politik,kenyataannya
lebih banyak berisi orang-orang yang bukan ahli hukum atau
kurang biasa berpikir menurut logika hukum. Perekrutan
mereka atas dasar ketokohan yang berhasil memperoleh
dukungan politik,tanpa pertimbangan keahlian mereka di
bidang hukum.Fakta demikian ini menyebabkan kemungkinan
mambentuk UU yang tidak selaras dengan UUD,dan oleh
karena itu diperlukan adanya pengujian undang-undang
terhadap UUD demi menjaga tidak adanya UU yang
bertentangan dengan UUD.
SENGKETA KEWENANGAN KONSTITUSIONAL
LEMBAGA NEGARA
[PASL 61 S.D. 67 UU MK]

LEMBAGA NEGARA :
1. MPR 5. KPU
2. PRESIDEN 6. KOMISI YUDISIAL
3. DPR 7. BANK SENTRAL
4. DPD 8. PEMERINTAH DAERAH
9. BPK
PEMOHON : Lembaga Negara yang kewenangannya diambil
Lembaga Negara lain
TERMOHON : Lembaga Negara yang mengambil kewenangan
Lembaga Negara lain
OBYEK SENGKETA : Kewenangan yang diberi UUD 1945
17

Sengketa Kewenangan Konstitusional Antar Lembaga Negara

Kewenangan memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang


kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, misalnya kalau
terjadi sengketa kewenangan DPR dan DPD, karena kedua lembaga
tersebut kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar.

Perlu dicermati bahwa sengketa kewenangan pengawasan hakim yang


pernah mencuat antara Mahkamah Agung dan Komisisi Yudisial, yang
kemudian diadili oleh Mahkamah Konstitusi, itu adalah sengketa antara
beberapa hakim agung dengan Komisi Yudisial oleh karena Pasal 65
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
tidak memungkinkan Mahkamah Agung menjadi pihak dalam sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenanganya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar.
PEMBUBARAN PARTAI POLITIK
[PASAL 68 s.d.PASAL 73 UUMK]

PEMOHON : Pemerintah
TERMOHON : Parpol yang dimohon dibubarkan
Alasan : Ideologi, Asas, Tujuan, Program, dan
Kegiatan bertentangan dengan UUD 1945
Bentuk : Pembatalan pendaftaran pada pemerintah
19

Pembubaran Parpol harus dimohonkan oleh


Pemerintah ke Mahkamah Konstitusi untuk
disidangkan demi membuktikan benar tidaknya
permohonan Pemerintah tentang ideologi , asas,
tujuan, program dan kegiatan partai politik yang
bersangkutan yang dianggap bertentangan
dengan UUD 1945.
Jikalau terbukti, permohonan Pemerintah
dikabulkan dan apabila tidak terbukti,
permohonan Pemerintah ditolak.
Dengan ketentuan seperti ini, maka adagium
politik sebagai panglima sudah berubah menjadi
supremasi hukum.
20

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum


Perselisihan tentang hasil pemilihan umum calon
Anggota DPR, DPD, dan DPRD, begitu pula hasil
pemilihan umum calon Presiden dan Wakil Presiden
sudah pernah masuk ke MK dimulai sejak tahun 2004.

Perselisihan hasil pemilihan umum Kepala Daerah yang


semula merupakan kewenangan Mahkamah Agung
berdasarkan ketentuan Pasal 106 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
kemudian dialihkan menjadi kewenangan Mahkamah
Konstitusi, secara efektif beralih ke Mahkamah Konstitusi
pada tanggal 1 November 2008.
PERSELISIHAN HASIL PEMILU
[PASAL 74 s.d. PASAL 79 UUMK]

PEMOHON : 1. Perorangan peserta pemilu DPD


2. Parpol peserta pemilu
3. Pasangan capres/cawapres peserta pilpres
TERMOHON : KPU
OBYEK PERSELISIHAN : Penetapan hasil pemilu oleh
KPU secara nasional
PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM
KEPALA DAERAH & WAKIL KEPALA DAERAH
[Pasal 236C UU No. 12 Tahun 2008 jo. PMK No. 15 Tahun 2008]

PEMOHON : Pasangan Calon Kepala Daerah & Wkl Kepala Daerah


TERMOHON : KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota
OBYEK PERSELISIHAN : Penetapan hasil Pemilu Kepala Daerah &
Wakil Kepala Daerah oleh KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota
IMPEACHMENT DPR TERHADAP
PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN
[PASAL 80 s.d. 85 UUMK]

PEMOHON : DPR (disetujui minimal 2//3 dari 2/3 anggota yang


hadir)
TERMOHON : Presiden dan/atu Wapres
ALASAN :
1. Presiden dan/atau Wapres melanggar hukum:
a. Pengkhianatan terhadap negara
b. Korupsi
c. Penyuapan
d. Tindak pidana berat lainnya
e. Perbuatan tercela
2. Presiden/Wapres tak lagi memenuhi syarat berdasarkan UUD 1945
PUTUSAN : Pendapat DPR benar/salah
24
Mengenai kewajiban Mahkamah Konstitusi untuk memberikan putusan
atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar, yang biasa
disebut impeachment, hingga sekarang belum pernah dilakukan oleh
Mahkamah Konstitusi, karena belum pernah ada permohonan seperti itu.

Keharusan penyidangan oleh Mahkamah Konstitusi atas dakwaan DPR


terhadap Presiden dan/atau Wakil Presiden mengenai dugaan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela, dan/atau
pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Pressiden dan/atau Wakil Presiden, sesuai ketentuan Pasal
7B ayat (1) UUD 1945, mengukuhkan Republik Indonesia sebagai negara
hukum, bukan negara kekuasaan.

Harus diingat, bahwa dahulu, tanpa melalui proses peradilan, semata-


mata berdasarkan kekuasaan politik, Presiden Soekarno, Soeharto, dan
Abdurrahman Wahid dijatuhkan dari kedudukannya sebagai Presiden.
PERKARA KONSTITUSI/KETATANEGARAAN
YANG BUKAN WEWENANG MKRI

Constitutional complaint: ultimum remidium


Impeachment DPRD terhadap Kepala/Wakil Kepala Daerah
26

05/12/2017

VISI MAHKAMAH KONSTITUSI

TERKAWALNYA KONSTITUSI DALAM


RANGKA MEWUJUDKAN CITA
NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI,
DEMI KEHIDUPAN BANGSA YANG
BERMARTABAT
27

05/12/2017

MISI MAHKAMAH KONSTITUSI

MEWUJUDKAN MAHKAMAH KONSTITUSI

SEBAGAI SALAH SATU PELAKU KEKUASAAN


KEHAKIMAN YANG TERPERCAYA
MEMBANGUN KONSTITUSIONALITAS
INDONESIA DAN BUDAYA SADAR KONSTITUSI
28

05/12/2017

KOMPOSISI HAKIM MK
* Mempunyai 9 (sembilan) hakim konstitusi
* Ditetapkan oleh Presiden berdasarkan usulan dari:
- MA : tiga orang
- DPR : tiga orang
- Presiden : tiga orang
* Ketua dan Wakil Ketua MK dipilih dari dan oleh
hakim konstitusi
(Pasal 24C ayat 3 dan ayat 4)
29

Komposisi Hakim MK.................

Ketiga lembaga negara yaitu


Mahkamah Agung sebagai lembaga
yudikatif, DPR sebagai lembaga
legislatif dan Presiden sebgai lembaga
eksekutif, yang ketiganya bisa disebut
tri praja (trias politica). Jadi
kesembilan hakim konstitusi mewakili
unsur-unsur tri praja atau trias politica.
30

05/12/2017

SUMPAH HAKIM KONSTITUSI

DEMI ALLAH SAYA BERSUMPAH BAHWA SAYA AKAN


MEMENUHI KEWAJIBAN HAKIM KONSTITUSI
DENGAN SEBAIK-BAIKNYA DAN SEADIL-ADILNYA,
MEMEGANG TEGUH UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945, DAN
MENJALANKAN SEGALA PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN SELURUS-
LURUSNYA MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945,
SERTA BERBAKTI KEPADA NUSA DAN BANGSA
31

Hakim Konstitusi
MOCH. MAHFUD MD ACHMAD SODIKI
Ketua

HARJONO ANWAR USMAN


Hakim Konstitusi Hakim Konstitusi

HM. AKIL MOCHTAR. HAMDAN ZOELVA


Hakim Konstitusi Hakim Konstitusi

MARIA FARIDA INDRATI AHMAD FADLIL SUMADI


Hakim Konstitusi Hakim Konstitusi

MUHAMMAD ALIM
Hakim Konstitusi
STRUKTUR ORGANISASI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
32

05/12/2017
33

PERSYARATAN HAKIM KONSTITUSI 05/12/2017

A. Menurut UUD 1945 Pasal 24C ayat 5:


a. Memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela
b. Adil
c. Negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan
d. Tidak merangkap sebagai pejabat negara
B. Menurut UU No. 24 Tahun 2003 tentang MK (Pasal 16):
a. WNI
b. Pendidikan sarjana hukum
c. Usia minimal 40 thn
d. Tidak pernah dipidana penjara yang ancaman hukuman
5 tahun
e. Tidak sedang dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan
f. Punya pengalaman kerja di bidang hukum minimal 10thn
g. Wajib membuat surat pernyataan kesediaan
34
MASA JABATAN DAN BATAS USIA MKRI 05/12/2017

Masa Jabatan Hakim Konstitusi 5 (lima) tahun dan hanya dapat


dipilih kembali satu periode lagi (Pasal 22)
Batas usia Hakim Konstitusi 67 tahun (Pasal 23 huruf C)

LARANGAN HAKIM KONSTITUSI


(Pasal 7)
Merangkap pejabat negara lainnya (DPR, DPD, DPRD, MA,
Menteri, dll)
Merangkap anggota partai politik
Merangkap pengusaha (direksi atau komisaris)
Merangkap advokat (tak boleh praktek)
Merangkap PNS (statusnya diberhentikan sementara)
35

Daya Mengikat Putusan Pengadilan :

Putusan MK berlaku umum, erga omnes.

Putusan MA dan peradilan di bawahnya


berlaku khusus bagi para pihak yang
berperkara, partij acte
36

Kebenaran materiil :

Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24


Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
menegaskan, Mahkamah Konstitusi
memutus perkara berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sesuai dengan
alat bukti dan keyakinan hakim.
37

Keadilan hukum (legal justice) menurut Majid


Khadduri terdiri atas :

1. Keadilan Substantif (substantive justice)

2. Keadilan Prosedural, keadilan formal,


(procedural justice).
38
Keadilan substantif itu adalah keadilan materiil,
keadilan sejati.

Sebagai contoh : keadilan substantif, adalah


penjatuhan pidana terhadap pelaku tindak
pidana korupsi. Koruptor yang melakukan
korupsi dengan maksud untuk memperkaya
diri sendiri, atau orang lain atau suatu
korporasi, harus dijatuhi pidana lebih berat
daripada koruptor yang menguntungkan diri
sendiri karena desakan keadaan, misalnya
untuk ongkos pembuatan skripsi atau
pembayaran uang kuliah anaknya.
39

Dalam hukum Islam, keadilan substantif


menggunakan kata al qist, artinya bagian
yang wajar, proporsional.

Keadilan prosedural, atau keadilan


formal, yakni keadilan dalam hukum acara,
berupa perlakuan yang sama kepada para
pihak. Diberikan kesempatan yang sama
mengajukan alasan, mengajukan bukti-
bukti, menggunakan upaya hukum dan
sebagainya.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

40

Anda mungkin juga menyukai