Anda di halaman 1dari 20

SAHNYA PERKAWINAN SECARA ONLINE

MENURUT HUKUM ISLAM

OLEH

LILLA ROSY (31511354)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL

DENPASAR

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................i

BAB I PENDAHLUAN......................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................2
1.3 Tujuan Masalah...............................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................3

2.1 Pengertian Pernikahan Secara Online............................3


2.2 Landasan Hukum Islam...................................................5
2.3 Status Perkawinan Yang Dilakukan Secara Online
Menurut Hukum Islam......................................................6

BAB III PENUTUP............................................................................15

3.1 Kesimpulan......................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan merupakan sunatullah yang umum dan berlaku pada semua

makhluknya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Ia

adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-Nya

untuk berkembang biak, dan melestarikan hidupnya. Pernikahan merupakan

ikatan laki-laki dan perempuan yang bukan mahrim dimana segala sesuatu

yang asal mulanya haram dilaksanakan menjadi halal dilakukan. Namun

dengan seiring berjalannya waktu, dengan majunya peradaban dan

berkembangan teknologi ada yang menggunakan perkembangan teknologi

ada juga yang menggunakan perkembangan teknologi ini untuk elakukan

akad nikah entah itu melalui telepon, internet, maupun media komunikasi

yang lainnya. Indonesia hukum perkawinan sudah disusun sedemikian rupa

agar masyarakat dalam hidup tentram, aman dan damai. Adakalanya

masyarakat sendirilah yang membuat-buat hukum yang belum dicantumkan

dalam Undang-Undang Perkawinan seperti nikah dengan gadis dibawah

umur, nikah siri dan sebagainya. Namun seiring berjalannya waktu, syariat

yang sedah dilakukan manusia berabad-abad ini mengalami perkembangan.

Begitu juga dengan keganjalan-keganjalan yang terdapat didalamnya. Saya

dalam hal ini akan membahas tentang akad nikah lewat telephon, Internet,

Media Sosial dan lain-lain.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkawinan secara online?
2. Bagaimana status perkawinan yang dilakukan secara online

menurut Hukum Islam?


C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian perkawinan secara online.
2. Untuk mengetahui status perkawinan yang dilakukan secara online

menurut Hukum Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Perkawinan Secara Online

Pernikahan merupakan salah satu dari sekian banyak sunnatullah yang

disyari’atkan Allah kepada manusia baik laki-laki maupun perempuan dan

antara laki-laki dengan perempuan sebagai khalifah di bumi. Pernikahan

merupakan suatu ikatan antara laki-laki dengan perempuan yang bukan

mahrom di mana segala sesuatu yang asal mulanya haram di lakukan

menjadi halal dilakukan, segala sesuatu yang asal mulanya dilarang untuk

melakukannya diantara kedua belah pihak menjadi sesuatu yang

diperintahkan diantara keduanya. Namun seiring berjalannya waktu, seiring

dengan majunya peradaban dan teknologi ada juga yang menggunakan

perkembangan tekhnologi ini untuk melakukan akad pernikahan entah itu

melalui telepon, internet, maupun media komunikasi yang lain.

Akad nikah yang dilakukakan melalui perantara telepon atau media

komunikasi sangat berpengaruh pada akibat hukumnya dan sangat

menarikm untuk diteliti karena merupakan hal yang menarik untuk diteliti

karena merupakan hal yang baru yang muncul dimasyarakat bersamaan

dengan kemajuan teknologi. Untuk itu perlu diketahui pengertian pernikahan

secara online dengan maksud supaya tidak ada kesalah pahaman pembaca

mengenai pernikahan secara online. Menurut hukum agama, perkawinan

adalah perbuatan yang suci(sakramen)yaitu suatu perikatan antara dua pihak

dalam memenuhi perintah dan ajaran Tuhan Yang Maha Esa, agar kehidupan

berkeluarga dan berumah tangga serta berkerabat tetangga berjalan dengan

baik sesuai dengan ajaran agama masing-masing.

3
Hukum islam menyatakan, “perkawinan adalah akad (perikatan) antara

wali wanita calon istri dengan pria calon suaminya.Akad nikah itu harus di

ucapkan oleh wali si wanita dengan jelas berupa ijab (serah) dan

terima(kabul)oleh si calon suami yang dilaksanakan dihadapan dua orang

saksi yang memenuhi syarat.

Menurut Komplikasi Hukum Islam, seperti yang terdapat pada pasal 2

dinyatakan bahwa: “perkawinan dalam hukum islam adalah pernikahan yaitu

akad yang sangat kuat atau mitsaqon gholidhon untuk menaati perintah Allah

dan melaksanakannya merupakan ibadah.” Dalam bukunya Soemiati yang

berjudul Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di

sebutkan bahwa perkawinan itu merurut pandangan islam mengandung 3

(tiga) aspek yaitu, aspek hukum, aspek sosial dan aspek agama. Dilihat dari

aspek agama, perkawinan adalah merupakan suatu perjanjian Firman Allah

SWT dalam Surat An-Nisa’ ayat 21:

“Artinya: Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal


sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai
suamiisteri.dan mereka (isteri-isteri) telah mengambil dari kamu perjanjian
yang kuat.”
Sedangkan, jika dilihat dari aspek hukum, Pengertian perkawinan dalam
Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 pasal 1 di nyatakan bahwa
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa”.
Sampai saat ini belum ada pengertian yang jelas mengenai media

online secara spesifik. Maka dapat disimpulkan bahwa pengerti media online

4
adalah alat untuk menyampaikan informasi atau gagasan atau ide kepada

khalayak melalui jalur atau garis yang dikenal dengan jaringan tanpa kabel.

Dari beberapa penjelasan definisi pernikahan serta media online

diatas penulis dapat mendefinisikan pengertian pernikahan secara online

adalah akad (perikatan)antara wali wanita calon istri dengan pria calon

suaminya.Akad nikah itu harus di ucapkan oleh wali si wanita dengan jelas

berupa ijab (serah) dan terima (kabul) oleh si calon suami melalui perantara

berupa alat untuk menyampaikan informasi atau gagasan atau ide kepada

khalayak melalui jalur atau garis yang dikenal dengan jaringan tanpa kabel.

B. Landasan Hukum
1. Al-Qur’an

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih

dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Ar Rum: 21)

2. Hadits

‫صللىَّ اه معملييهه مو مسللمم‬


‫ضمي ا ل عنه املن مر سس يو ل ا م‬ ‫معين امهبيي مسعيد سعد بن مماَ لهنك هبين هسمناَ نن السخيدهر يل‬
‫ي مر ه‬

‫ضمرا مر محهد يي د‬
‫ث محمسدن مر واهس ابن مماَ مجه مو اللد ر مقطَنىَّ مو مغييسر سهمماَ سميسمندد او مرموا هس‬ ‫مقاَ مل لَم م‬
‫ضمرمر مولَ ه‬

‫ايبسن مماَ مجه‬

5
“Dari Abi Said Saad bin Malik bin Sinan al-Khudriyi r.a., sesungguhnya

Nabi saw bersabda: “tidak boleh membuat mudaratkepada diri sendiri

dan kepada orang lain.” Hadits hasan (H.R. Ibnu Majah dan ad-

daruquthni).

3. Pandangan Ulama
Pandangan ulama dalam kitab kifayatul akhyar karangan

Imam Taqiyuddin menjelaskan bahwa:

َّ‫مو ميسج يو سز امين سي يوهكمل ايلمولهىى‬,‫مومشاَ ههمدي معيدنل‬,‫ مومز يونج‬,‫ مولهيِي‬: ‫ض يوسر اميرمبمعنة‬
‫صلحهة معيقهد اليِنمكاَهح سح س‬ ‫سييشمتمر س‬
‫طَ هفي ه‬

‫صىح اليِنمكاَسح هلَملن ايلموهكييمل مناَ هئ س‬


‫ب‬ ‫ضمر ايلمولهىىَّ موموهكييل سسه مليم مي ه‬
‫مفمل يو مومكمل ايلمو لهىىَّ مواللز يوسج ام يوهايحيدا سهمماَام يو مح م‬,‫مواللز يوسج‬

‫ وا اعلم‬.َّ‫ايلمولهيِى‬.

“disyari’ atkan sahnya akad nikah hadirnya empat orang, yaitu wali,

suami, dan dua orang saksi yang adil. Dan boleh saja wali dan suami

atau salah seorang dari keduanya sudah mewakilkan, Wallahu ‘alam.”

Syarah diatas sudah jelas menjabarkan tentang akad nikah.

Bahwasanya akad nikah harus di laksanakan dalam satu waktu dan

satu majelis (‫حند‬ ‫)هفيىَّ مميجله ن‬


‫س موا ه‬

C. Syarat Sahnya Perkawinan dan Status Perkawinan Yang Dilakukan

Secara Online Menurut Hukum Islam

Adapun sebelum melangkah lebih jauh tentang permasalahan perkawinan

secara online. Yang dibahas terlebih dahulu mengenai rukun dan syarat nikah

yang telah ditetapkan oleh para ulama terdahulu sebagai tolak ukur diterima

6
(sah) atau tidaknya suatu pernikahan. Adapun dalam kitab Fathu al-Qorib

karya Syekh Syamsuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Qasim al-Syafii

tentang rukun dan syarat-syarat nikah disebutkan, yaitu:

1. Adanya calon suami dan calon istri yang saling rela antara satu

dengan yang lainnya, adanya Shighat akad nikah atau ijab qobul
2. Adanya 2 (dua) orang saksi yang adil serta adanya wali dari pihak

calon istri. Selain itu hendaknya Wali dan dua orang saksi harus

memenuhi 6 syarat diantaranya:


a. Islam
b. Baligh
c. Berakal (tidak gila)
d. Bebas (merdeka)
e. Adil

Yang mana dari keenam syarat tersebut antara satu dengan yang lain

harus ada dan saling melengkapi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan

oleh Ahmad, Daruqutni dan Ibnu Majjah dari Ibnu ‘Abbas dan ‘Aisyah ra,

Rasulullah Saw bersabda:

“Tidak sah suatu pernikahan apabila tanpa wali yang cerdas dan dua

saksi yang adil “.

Sedangkan dalam madzhab maliki selain dari 5 syarat yang telah

disebutkan di atas terdapat penambahan mahar sebagai syarat sahnya

nikah.

Peng-interpretasian para ulama dalam menanggapi hadits tentang

perwalian di atas berbeda-beda ada yang setuju dan ada pula yang kurang

sependapat dengan hadits di atas. Madzhab Hanafiyyah misalnya, dalam hal

perwalian dalam pelaksanaan akad nikah imam hanafi tidak memasukkan

7
harus adanya wali sebagai syarat sahnya suatu akad pernikahan. Pendapat

hanafi ini didasarkan pada interpretasi imam hanafi dalam memahami hadits

di atas. Sedangkan menurut pendapat imam as-Syafii adanya wali dalam

akad nikah merupakan syarat sahnya suatu pernikahan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rukun dalam

pernikahan adalah adanya calon suami-istri, adanya wali dari pihak

perempuan, adanya saksi sekurang-kurangnya dua orang, dan ijab-kabul.

Pada konteks pernikahan via-online kesemua rukun diatas telah terpenuhi

dan kedua mempelai siap untuk dinikahkan. Dan di dalam syarat sahnya

suatu pernikahan terdapat akad nikah yang harus dilakukan diantara kedua

belah pihak. Adapun syarat sahnya suatu akad antara lain:

a. Shoriih al-Ijab atau Jelasnya dalil ijab atas Kabul


b. muwafiq al-Qabul li al-Ijab atau Qabul yang sesuai dengan Ijab
c. Fi mauqi’in wahidin atau Akad dilakukan pada satu majelis (waktu).

Pada pelaksanaan akad nikah, pengucapan ijab dan qabul diharuskan

dilakukan secara sharih atau jelas dan dapat dimengerti oleh semua yang

hadir. Kalimat yang digunakan diharuskan diucapkan secara langsung dan

tidak menggunakan istilah ataupun perumpamaan-perumpamaan yang sulit

dipahami. Selain itu jawaban qabul harus sesuai dengan ijab yang telah

diucapkan oleh wali dari calon istri dan jawaban qabul harus segera

diucapkan setelah pelaksanaan ijab. Adapun yang terakhir adalah

pelaksanaan akad harus dalam satu majlis.

Dalam hal akad nikah, para ulama fiqih sepakat bahwa pelaksanaan akad

nikah harus dilakukan dalam satu majlis. Akan tetapi para ulama berbeda

8
pendapat dalam menginterpretasi dan memahami makna dari

ungkapan dalam satu majlis tersebut. Dalam madzhab as-Syafi’iyyah

ungkapan dalam satu majlis ini dimaknai secara dhahiriyyah, dalam arti

semua pihak yang melaksanakan akad harus berada pada satu tempat yang

secara tidak langsung tentu harus dilakukan dalam satu waktu yang sama.

Sedangkan para ulama madzhab hanbali memahami ungkapan dalam satu

majlis itu dengan satu waktu, dalam arti pelaksanaan akad tidak

mamperdulikan keterikatan tempat.

Jika dititik tolakkan pada kedua pendapat di atas dan dilihat dari syarat

sahnya suatu akad maka, diisinilah sebenarnya letak titik permasalahan yang

ada dalam pernikahan yang dilaksanakan secara via-online. Pada era

teknologi yang serba canggih ini, khususnya dalam penggunaan fasilitas

internet secara via-online, kita dapat bertatap muka dan berkomunikasi

dengan lawan bicara kita seperti halnya kita bertemu dan berkomunikasi

dengan lawan bicara kita secara langsung. Menurut pandangan madzhab

hanbali, hal ini tentu tidak akan mengurangi syarat sahnya suatu akad nikah

seperti yang telah dijelaskan diatas, karena pada intinya ijab dan qabul dalam

hal ini dapat dilakukan secara jelas asalkan dilaksanakan pada satu waktu

dan calon istri, wali serta para saksi bisa melihat kehadiran calon suami

secara via-online. Sedangkan menurut pendapat ulama syafi’iyyah,

pernikahan yang dilaksanakan secara via-online ini tentu belum memenuhi

syarat sahnya suatu akad nikah, karena pada intinya akad nikah yang

dilakukan dengan cara yang seperti ini tidak terikat tempat (tidak dalam satu

9
tempat) dan orang yang bersangkutan tidak bertalaqqi dan musyafahah (tidak

bertemu dan mengucapkan akad nikah secara langsung) dalam pelaksanaan

akad tersebut.

Jadi dilihat dari rangkaian pendapat para ulama terkait permasalahan ini

dapat disimpulkan bahwa, dalam menetapkan hukum pernikahan secara via-

online, dari kalangan ulama fiqhiyyah terbagi menjadi dua pendapat,

pendapat pertama mengatakan bahwa jenis pernikahan seperti ini hukumnya

sah-sah saja dengan dasar kata “majelis” dimaknai dengan “satu waktu”,

dalam arti, yang terpenting akad nikah masih dalam satu waktu tanpa harus

terikat dengan suatu tempat. Sementara pendapat yang kedua mengatakan

bahwa jenis pernikahan seperti ini hukumnya tidak sah dengan dasar kata

“majlis” dimaknai dengan “suatu tempat”.

Demikian pula pengecakan tentang identitas wali yang tidak bisa tanpa

taukil, kemudian ia melangsungkan ijab qabul langsung dengan telepon. Juga

para saksi yang hanya mendengar pernyataan ijab qabul dari wali dan

pengantin putera lewat telepon dengan bantuan mikrofon, tetapi mereka tidak

bisa melihat apa yang disaksikan juga kurang meyakinkan. Demikian pula

ijab qabul yang terjadi di tempat yang berbeda lokasinya, apalagi yang

sangat berjauhan seperti antara Jakarta dan Bloomington Amerika Serikat

yang berbeda waktunya sekitar 12 jam. Dalam arti, akad harus dilakukan

dalam satu tempat di mana kedua belah pihak bisa saling bertemu secara

langsung.

10
Dan adapun mengenai proses jabat tangan antara wali atau penghulu

dengan calon suami dalam akad nikah, secara mantuq atau eksplisitnya

belum ditemukan dalil yang sesuai. Namun secara mafhum atau implisitnya

telah cukup banyak ditemukan dalil-dalil yang sesuai. Dan adapun

diantaranya adalah dalil tentang jabat tangan dalam bai’at (janji suci)

sebagaimana terdapat pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh

Muslim,bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang membaiat seorang imam (pemimpin) sambil menjabat

tangannya, maka hendaklah ia menaati semampunya“. (HR.Muslim)

Sekalipun belum ditemukan dalil yang sesuai tentang jabat tangan dalam

akad nikah,namun jika dilihat dari segi fungsionalnya tradisi jabat tangan

dalam akad nikah amat bernilai positif karena disamping mendapat ampunan

dari Allah swt dan dapat mempengaruhi ikatan bathiniyyah antara kedua

belah pihak yang berakad layaknya keduanya sedang berbai’at, tradisi jabat

tangan dalam akad pernikahan juga dapat memperkokoh keyakinan calon

suami atas keputusan yang ia ambil sebagai calon imam (pemimpin) bagi

calon istrinya.

Dari keterangan di atas, dilihat dari segi manfaat dan nilainya dapat

disimpulkan bahwa hendaknya kita sebagai seorang muslim dapat

menentukan mana diantara kedua pendapat yang paling baik bagi diri kita.

Selain itu hendaknya kita sebisa mungkin menjauhi hal-hal yang belum jelas

hukumnya secara substansinya.

11
Menurut Menikah lewat telepon itu tidak diperbolehkan dan tidak sah

menurut hukum islam, karena selain terdapat kelemahan atau kekurangan

dan keraguan dalam memenuhi rukun-rukun nikah lewat dan syarat-

syaratnya sebagaimana diuraikan diatas, juga berdasarkan dalil-dalil syar’i

sebagai berikut:

a. Nikah itu termasuk ibadah. Karena itu, pelaksanaan nikah harus

sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan sunah Nabi yang shahih,

berdasarkan kaidah hukum:

‫صسل هفي ا يلهعمباَ مدهة محمر ا دم‬


‫ايلَم ي‬

“pada dasarnya ibadah itu haram.”

Artinya: dalam masalah ibadah, manusia tidak boleh membuat-buat

(merekayasa) aturan sendiri.

b. Nikah merupakan peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, dan itu bukanlah sembarang akad, tetapi merupakan akad

yang mengandung sesuatu yang sakral dan syiar islam serta tanggung

jawab yang berat bagi suami istri, sebagaimana firman Allah dalam

surat An-nisa: 21

“....dan mereka (isteri-isterimu) Telah mengambil dari kamu

perjanjian yang kuat.”(Q.S An-nisa: 21)

c. Nikah lewat telepon dan internet mengandung resiko tinggi berupa

kemungkinan adanya penyalahgunaan atau penipuan (gharar atau

khida’), dan dapat pula menimbulkan keraguan (cafused atau syak),

apakah telah terpenuhi atau tidak rukun-rukun dan syarat-syarat

12
nikahnya dengan baik. Salah satu syarat yang harus dipenuhi yaitu

hadir dalam tempat yang sama (‫حند‬ ‫)حضور هفىَّ مميجله ن‬


‫س موا ه‬

‫صلحهة معيقهد اليِنمكاَ هح سح س‬


{‫ مولهيِىَّ مومز يونج مومشاَ ههمدي معيدل}فىَّ كفاَ يت الَ خياَ }مفيردع‬: ‫ض يودر امير مبمعنة‬ ‫سييشمتمر س‬
‫طَ هفيي ه‬

{٥۱: ‫الصفة‬,٢: ‫ر الجز‬

(cabang) dan disyaratkan dalam keabsahan akad nikah hadirnya

empat orang: wali, calon pengantin dan dua orang saksi yang adil.

(Kifayatul Akhyar juz 2 hal. 51)

‫ضلليب س‬
‫طَ{ اميي لَلمفللاَ هظ مولهلللىَّ اللللز يو‬ ‫ضيب س‬
‫} مق يو ل سللسه مو ال ل‬.َ‫ط‬ ‫صسر موايل ل‬
‫شسر يوهطَ اللشاَ ههمد ييهن اللسيممع موايلمب م‬
‫موهملماَ متركسه همين س‬

‫مجة مو اللز يوسج مفمل مييكهفىَّ مسمماَ ع المفاَ ظسهمماَ هفي موظلممة هلَملن ايلَم ي‬
‫صموات متيشهبييه} فىَّ بجير مىَّ علىَّ الخطَيللب‬

{ ٣٣٥ : ‫الصفة‬,٣: ‫الجز‬

“Mendengar, melihat dan (dlobith) membenarkan adalah bagian dari

syarat diperkenankannya dua orang saksi (pernyataan penyusun ‘wa

al dlobthu) maksudnya lafadz (pengucapan) dari wali pengantin putri

dan pengantin pria, maka tidaklah cukup mendengar lafadz

(perkataan) mereka berdua dikegelapan, karena suara itu

(mengandung) keserupaan. (Hasiyah Al-Bujairomi ‘Ala al-Khottib juz 3,

hal. 335)

Dikhawatirkan jika akad dilaksanakan jarak jauh maka akan terjadi

manipulasi. Misalnya suaranya di dubbing ataupun gambarnya dan

backgroundnya tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini akan

merugikan pihak perempuan. Karena perempuan harus dihormati,

islam mengajarkan itu. Dan yang demikian itu tidak sesuai dengan

hadits Nabi atau kaidah fiqih.

13
Hadits Nabi saw

‫مديع مماَ ميهر ييسبمك هاملىَّ مماَ ملَ ميهر ييسب م‬


‫ك‬

“Tinggalkanlah sesuatu yang merugikan engkau, (berpeganglah)

dengan sesuatu yang tidak merugikan engkau.”

Dan tidak sesuai dengan kaidah fiqih :

‫ب ا يلمم م‬
‫صاَ لههح‬ ‫مديرسع ا يلمممفاَ هسهد سممقلددم معملىَّ مجيل ه‬

“menghindari mafsadah (resiko) harus didahulukan atas usaha

menarik (mencari) maslahah.”

d. Dampak negatif yang akan timbul juga akan lebih berbahaya lagi jika

sudah punya anak. Hak waris ataupun hadlonahnya akan

memberatkan dan juga membingungkan.

Demikian juga dengan akad nikah yang dilaksanakan secara via-online

ini, terkait dari substansinya yang belum jelas hukumnya dan menimbulkan

keraguan dan perbedaan dari kalangan ulama ,maka dari itu hendaknya

sebisa mungkin pelaksanaan akad nikah secara via-online seperti ini tidak

dilakukan, karena selain sebab belum diketahui sah-tidaknya akad nikah.

Dari akad nikah ini juga, akan timbul keraguan apakah kedua calon suami-

istri itu adalah benar-benar calon mempelai yang sesungguhnya atau hanya

sebuah rekayasa tekhnologi belaka. Maka dari pada itu alangkah baiknya

apabila suatu pernikahan itu dilaksanakan setelah kedua calon mempelai

tersebut benar-benar siap serta dapat dipertemukan dan disatukan sehingga

suatu akad nikah dapat dilakukan secara lazim sesuai dengan apa yang telah

disyari’atkan oleh nabi.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pernikahan merupakan salah satu dari sekian banyak sunnatullah yang

disyari’atkan Allah kepada manusia baik laki-laki maupun perempuan dan

antara laki-laki dengan perempuan sebagai khalifah di bumi. Namun seiring

berjalannya waktu, seiring dengan majunya peradaban dan teknologi ada

juga yang menggunakan perkembangan tekhnologi ini untuk melakukan akad

pernikahan entah itu melalui telepon, internet, maupun media komunikasi

15
yang lain. Hukum islam menyatakan,”perkawinan adalah akad (perikatan)

antara wali wanita calon istri dengan pria calon suaminya.Akad nikah itu

harus di ucapkan oleh wali si wanita dengan jelas berupa ijab (serah) dan

terima (kabul) oleh si calon suami yang dilaksanakan dihadapan dua orang

saksi yang memenuhi syarat. ” Menurut Komplikasi Hukum Islam, seperti

yang terdapat pada pasal 2 dinyatakan bahwa: ”Perkawinan dalam hukum

islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqon

gholidhon untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan

ibadah.” Dalam bukunya Soemiati yang berjudul Hukum Perkawinan Islam

dan Undang-Undang Perkawinan di sebutkan bahwa perkawinan itu merurut

pandangan islam mengandung 3 (tiga) aspek yaitu, aspek hukum, aspek

sosial dan aspek agama.

Menurut pandangan Islam, sebuah pernikahan dikatakan sah apabila

kedua calon pengantin adalah orang yang bukan haram dinikahi dan ketika

akad nikah dihadiri sekurang-kurangnya dua orang saksi. Ulama berbeda

pendapat mengenai pernikahan melalui internet, pendapat pertama

mengatakan sah dilakukan apabila syarat nikah dan rukunnya telah

terpenuhi. Sementara pendapat yang kedua mengatakan bahwa pernikahan

seperti ini tidak sah, karena akad harus dilakukan dalam satu tempat di mana

kedua belah pihak dapat bertemu secara langsung. Untuk masyarakat

muslim pernikahan via Internet seperti ini sebaiknya tidak dilakukan, sebab

sah-tidaknya pernikahan seperti ini menimbulkan keraguan dan perbedaan

pendapat diantara para ulama fiqhiyah. Pernikahan ini juga akan

16
menimbulkan keraguan apakah kedua calon suami-istri itu adalah benar-

benar calon mempelai yang sesungguhnya atau hanya sebuah rekayasa

tekhnologi.

DAFTAR PUSTAKA

Multazam, Ahmad. 2013. Hukum Akad Nikah Lewat Telpon, Internet,

dll. http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/01/hukum-akad-nikah-lewat-

telepon-internet.html. Diakses 28 Februari 2018

Anonim, 2017. Pengertian Perkawinan Secara Online. http://repo.iain-

tulungagung.ac.id/4470/4/BAB%20III.pdf. Diakses 28 Februari 2018

17
Muhamed, Elham. 2014. Angakt Nikah Via Online.

http://najmadanzahra.blogspot.co.id/2014/01/akad-nikah-via-online.html.

Diakses 28 Februari 2018

Anonim, 2013. Pernikahan Lewat Internet Dalam Pandangan Fiqih

Islam. http://www.putramelayu.web.id/2013/09/artikel-pernikahan-lewat-

internet-dalam.html. Diakses 28 Februari 2013

18

Anda mungkin juga menyukai