OLEH
FAKULTAS HUKUM
DENPASAR
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................i
BAB I PENDAHLUAN......................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................3
3.1 Kesimpulan......................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-Nya
ikatan laki-laki dan perempuan yang bukan mahrim dimana segala sesuatu
akad nikah entah itu melalui telepon, internet, maupun media komunikasi
umur, nikah siri dan sebagainya. Namun seiring berjalannya waktu, syariat
dalam hal ini akan membahas tentang akad nikah lewat telephon, Internet,
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkawinan secara online?
2. Bagaimana status perkawinan yang dilakukan secara online
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Pengertian Perkawinan Secara Online
menjadi halal dilakukan, segala sesuatu yang asal mulanya dilarang untuk
menarikm untuk diteliti karena merupakan hal yang menarik untuk diteliti
secara online dengan maksud supaya tidak ada kesalah pahaman pembaca
dalam memenuhi perintah dan ajaran Tuhan Yang Maha Esa, agar kehidupan
3
Hukum islam menyatakan, “perkawinan adalah akad (perikatan) antara
wali wanita calon istri dengan pria calon suaminya.Akad nikah itu harus di
ucapkan oleh wali si wanita dengan jelas berupa ijab (serah) dan
akad yang sangat kuat atau mitsaqon gholidhon untuk menaati perintah Allah
(tiga) aspek yaitu, aspek hukum, aspek sosial dan aspek agama. Dilihat dari
online secara spesifik. Maka dapat disimpulkan bahwa pengerti media online
4
adalah alat untuk menyampaikan informasi atau gagasan atau ide kepada
khalayak melalui jalur atau garis yang dikenal dengan jaringan tanpa kabel.
adalah akad (perikatan)antara wali wanita calon istri dengan pria calon
suaminya.Akad nikah itu harus di ucapkan oleh wali si wanita dengan jelas
berupa ijab (serah) dan terima (kabul) oleh si calon suami melalui perantara
berupa alat untuk menyampaikan informasi atau gagasan atau ide kepada
khalayak melalui jalur atau garis yang dikenal dengan jaringan tanpa kabel.
B. Landasan Hukum
1. Al-Qur’an
2. Hadits
ضمرا مر محهد يي د
ث محمسدن مر واهس ابن مماَ مجه مو اللد ر مقطَنىَّ مو مغييسر سهمماَ سميسمندد او مرموا هس مقاَ مل لَم م
ضمرمر مولَ ه
5
“Dari Abi Said Saad bin Malik bin Sinan al-Khudriyi r.a., sesungguhnya
dan kepada orang lain.” Hadits hasan (H.R. Ibnu Majah dan ad-
daruquthni).
3. Pandangan Ulama
Pandangan ulama dalam kitab kifayatul akhyar karangan
َّمو ميسج يو سز امين سي يوهكمل ايلمولهىى,مومشاَ ههمدي معيدنل, مومز يونج, مولهيِي: ض يوسر اميرمبمعنة
صلحهة معيقهد اليِنمكاَهح سح س سييشمتمر س
طَ هفي ه
وا اعلم.َّايلمولهيِى.
“disyari’ atkan sahnya akad nikah hadirnya empat orang, yaitu wali,
suami, dan dua orang saksi yang adil. Dan boleh saja wali dan suami
secara online. Yang dibahas terlebih dahulu mengenai rukun dan syarat nikah
yang telah ditetapkan oleh para ulama terdahulu sebagai tolak ukur diterima
6
(sah) atau tidaknya suatu pernikahan. Adapun dalam kitab Fathu al-Qorib
1. Adanya calon suami dan calon istri yang saling rela antara satu
dengan yang lainnya, adanya Shighat akad nikah atau ijab qobul
2. Adanya 2 (dua) orang saksi yang adil serta adanya wali dari pihak
calon istri. Selain itu hendaknya Wali dan dua orang saksi harus
Yang mana dari keenam syarat tersebut antara satu dengan yang lain
harus ada dan saling melengkapi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Ahmad, Daruqutni dan Ibnu Majjah dari Ibnu ‘Abbas dan ‘Aisyah ra,
“Tidak sah suatu pernikahan apabila tanpa wali yang cerdas dan dua
nikah.
perwalian di atas berbeda-beda ada yang setuju dan ada pula yang kurang
7
harus adanya wali sebagai syarat sahnya suatu akad pernikahan. Pendapat
hanafi ini didasarkan pada interpretasi imam hanafi dalam memahami hadits
dan kedua mempelai siap untuk dinikahkan. Dan di dalam syarat sahnya
suatu pernikahan terdapat akad nikah yang harus dilakukan diantara kedua
dilakukan secara sharih atau jelas dan dapat dimengerti oleh semua yang
dipahami. Selain itu jawaban qabul harus sesuai dengan ijab yang telah
diucapkan oleh wali dari calon istri dan jawaban qabul harus segera
Dalam hal akad nikah, para ulama fiqih sepakat bahwa pelaksanaan akad
nikah harus dilakukan dalam satu majlis. Akan tetapi para ulama berbeda
8
pendapat dalam menginterpretasi dan memahami makna dari
ungkapan dalam satu majlis ini dimaknai secara dhahiriyyah, dalam arti
semua pihak yang melaksanakan akad harus berada pada satu tempat yang
secara tidak langsung tentu harus dilakukan dalam satu waktu yang sama.
majlis itu dengan satu waktu, dalam arti pelaksanaan akad tidak
Jika dititik tolakkan pada kedua pendapat di atas dan dilihat dari syarat
sahnya suatu akad maka, diisinilah sebenarnya letak titik permasalahan yang
dengan lawan bicara kita seperti halnya kita bertemu dan berkomunikasi
hanbali, hal ini tentu tidak akan mengurangi syarat sahnya suatu akad nikah
seperti yang telah dijelaskan diatas, karena pada intinya ijab dan qabul dalam
hal ini dapat dilakukan secara jelas asalkan dilaksanakan pada satu waktu
dan calon istri, wali serta para saksi bisa melihat kehadiran calon suami
syarat sahnya suatu akad nikah, karena pada intinya akad nikah yang
dilakukan dengan cara yang seperti ini tidak terikat tempat (tidak dalam satu
9
tempat) dan orang yang bersangkutan tidak bertalaqqi dan musyafahah (tidak
akad tersebut.
Jadi dilihat dari rangkaian pendapat para ulama terkait permasalahan ini
sah-sah saja dengan dasar kata “majelis” dimaknai dengan “satu waktu”,
dalam arti, yang terpenting akad nikah masih dalam satu waktu tanpa harus
bahwa jenis pernikahan seperti ini hukumnya tidak sah dengan dasar kata
Demikian pula pengecakan tentang identitas wali yang tidak bisa tanpa
para saksi yang hanya mendengar pernyataan ijab qabul dari wali dan
pengantin putera lewat telepon dengan bantuan mikrofon, tetapi mereka tidak
bisa melihat apa yang disaksikan juga kurang meyakinkan. Demikian pula
ijab qabul yang terjadi di tempat yang berbeda lokasinya, apalagi yang
yang berbeda waktunya sekitar 12 jam. Dalam arti, akad harus dilakukan
dalam satu tempat di mana kedua belah pihak bisa saling bertemu secara
langsung.
10
Dan adapun mengenai proses jabat tangan antara wali atau penghulu
dengan calon suami dalam akad nikah, secara mantuq atau eksplisitnya
belum ditemukan dalil yang sesuai. Namun secara mafhum atau implisitnya
diantaranya adalah dalil tentang jabat tangan dalam bai’at (janji suci)
Sekalipun belum ditemukan dalil yang sesuai tentang jabat tangan dalam
akad nikah,namun jika dilihat dari segi fungsionalnya tradisi jabat tangan
dalam akad nikah amat bernilai positif karena disamping mendapat ampunan
dari Allah swt dan dapat mempengaruhi ikatan bathiniyyah antara kedua
belah pihak yang berakad layaknya keduanya sedang berbai’at, tradisi jabat
suami atas keputusan yang ia ambil sebagai calon imam (pemimpin) bagi
calon istrinya.
Dari keterangan di atas, dilihat dari segi manfaat dan nilainya dapat
menentukan mana diantara kedua pendapat yang paling baik bagi diri kita.
Selain itu hendaknya kita sebisa mungkin menjauhi hal-hal yang belum jelas
11
Menurut Menikah lewat telepon itu tidak diperbolehkan dan tidak sah
sebagai berikut:
yang mengandung sesuatu yang sakral dan syiar islam serta tanggung
jawab yang berat bagi suami istri, sebagaimana firman Allah dalam
surat An-nisa: 21
12
nikahnya dengan baik. Salah satu syarat yang harus dipenuhi yaitu
empat orang: wali, calon pengantin dan dua orang saksi yang adil.
ضلليب س
طَ{ اميي لَلمفللاَ هظ مولهلللىَّ اللللز يو ضيب س
} مق يو ل سللسه مو ال ل.َط صسر موايل ل
شسر يوهطَ اللشاَ ههمد ييهن اللسيممع موايلمب م
موهملماَ متركسه همين س
مجة مو اللز يوسج مفمل مييكهفىَّ مسمماَ ع المفاَ ظسهمماَ هفي موظلممة هلَملن ايلَم ي
صموات متيشهبييه} فىَّ بجير مىَّ علىَّ الخطَيللب
hal. 335)
islam mengajarkan itu. Dan yang demikian itu tidak sesuai dengan
13
Hadits Nabi saw
ب ا يلمم م
صاَ لههح مديرسع ا يلمممفاَ هسهد سممقلددم معملىَّ مجيل ه
d. Dampak negatif yang akan timbul juga akan lebih berbahaya lagi jika
ini, terkait dari substansinya yang belum jelas hukumnya dan menimbulkan
keraguan dan perbedaan dari kalangan ulama ,maka dari itu hendaknya
sebisa mungkin pelaksanaan akad nikah secara via-online seperti ini tidak
Dari akad nikah ini juga, akan timbul keraguan apakah kedua calon suami-
istri itu adalah benar-benar calon mempelai yang sesungguhnya atau hanya
sebuah rekayasa tekhnologi belaka. Maka dari pada itu alangkah baiknya
suatu akad nikah dapat dilakukan secara lazim sesuai dengan apa yang telah
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
yang lain. Hukum islam menyatakan,”perkawinan adalah akad (perikatan)
antara wali wanita calon istri dengan pria calon suaminya.Akad nikah itu
harus di ucapkan oleh wali si wanita dengan jelas berupa ijab (serah) dan
terima (kabul) oleh si calon suami yang dilaksanakan dihadapan dua orang
islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqon
kedua calon pengantin adalah orang yang bukan haram dinikahi dan ketika
seperti ini tidak sah, karena akad harus dilakukan dalam satu tempat di mana
muslim pernikahan via Internet seperti ini sebaiknya tidak dilakukan, sebab
16
menimbulkan keraguan apakah kedua calon suami-istri itu adalah benar-
tekhnologi.
DAFTAR PUSTAKA
dll. http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/01/hukum-akad-nikah-lewat-
17
Muhamed, Elham. 2014. Angakt Nikah Via Online.
http://najmadanzahra.blogspot.co.id/2014/01/akad-nikah-via-online.html.
Islam. http://www.putramelayu.web.id/2013/09/artikel-pernikahan-lewat-
18