Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PPKN

MAHKAMAH KONSTITUSI

KELOMPOK 6
ALFINA DAMAYANTI TANJUNG
ELISABET PASARIBU
MOHAMAD FARHAN
M RAGIL HARTONO
RICCA VANESIA
VIONA MARGARETA SIREGAR

12 MIPA 3

SMA NEGRI 92 JAKARTA


September 2020
Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi atau yang disebut MK adalah adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung.

Sejarah Mahkamah Konstitusi


Pembentukan Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu perkembangan pemikiran
hukum ketatanegaraan modern yang muncul pada abad ke-20. Gagasan ini merupakan
pengembangan dari asas-asas demokrasi di mana hak-hak politik rakyat dan hak-hak asasi
manusia merupakan tema dasar dalam pemikiran politik ketatanegaraan.
1 Keberadaan lembaga Mahkamah Konstitusi dalam kehidupan negara-negara modern
dianggap sebagai fenomena baru dalam mengisi sistem ketatanegaraan yang sudah ada dan
mapan. Bagi negara-negara yang mengalami perubahan dari otoritarian menjadi demokrasi,
pembentukkan Mahkamah Konstitusi menjadi sesuatu yang urgen karena ingin mengubah
atau memperbaiki sistem kehidupan ketatanegaraan lebih ideal dan sempurna, khususnya
dalam penyelenggaraan pengujian konstitusional (constitutional review) terhadap undang-
undang yang bertentangan dengan konstitusi sebagai hukum dasar tertinggi Negara.
2 Sebagai pelaku kekuasaan kehakiman, fungsi konstitusional yang dimiliki oleh Mahkamah
Konstitusi adalah fungsi peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan.
3 Fungsi Mahkamah Konstitusi dapat ditelusuri dari latarbelakang pembentukannya, yaitu
untuk menegakan supremasi konstitusi. Oleh karena itu, ukuran keadilan dan hukum yang
ditegakan dalam Mahkamah Konstitusi adalah konstitusi itu sendiri yang dimaknai tidak
hanya sekedar sebagai sekumpulan norma dasar, melainkan juga dari sisi prinsip dan moral
konstitusi, antara lain prinsip negara hukum dan demokrasi, perlindungan hak asasi manusia,
serta perlindungan hak konstitusional warga negara
.4 Pembentukan Mahkamah Konstitusi dapat dipahami dari dua sisi, yaitu dari sisi politik dan
dari sisi hukum. Dari sisi politik kenegaraan keberadaan Mahkamah Konstitusi diperlukan
guna mengimbangi kekuasaan pembentuk undang-undang yang dimiliki oleh DPR dan
Presiden. Hal ini diperlukan agar undang-undang tidak menjadi legitimasi bagi tirani
mayoritas wakil rakyat di DPR dan Presiden yang dipilih langsung oleh mayoritas rakyat.
5 Dari sisi hukum, keberadaan Mahkamah Konstitusi adalah salah satu konsekuensi
perubahan dari supremasi MPR menjadi supremasi konstitusi, prinsip negara kesatuan,
prinsip demokrasi, dan prinsip negara hukum.
6 Paling tidak ada empat hal yang melatarbelakangi dan menjadi pijakan dalam pembentukan
Mahkamah Konstitusi, yaitu: (1) sebagai implikasi dari paham konstitusionalisme; (2)
mekanisme checks and balances;(3) penyelenggaraan negara yang bersih; dan (4)
perlindungan terhadap HAM.
7 Upaya pembentukan Mahkamah Konstitusi adalah salah satu wujud nyata perubahan sistem
ketatanegaraan, sehingga tercipta keseimbangan dan kontrol yang ketat di antara lembaga-
lembaga negara.Meski demikian, hakikat pembentukan Mahkamah Konstitusi selain lebih
mempertegas prinsip negara hukum dan perlindungan hak asasi manusia yang telah dijamin
konstitusi, juga sebagai sarana penyelesaian sengketa ketatanegaraan yang memerlukan
lembaga atau badan yang berwenang menyelesaikannya, karena sebelumnya tidak ada dalam
UUD 1945.
8 Perubahan UUD 1945 menempatkan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia. Lembaga negara ini diharapkan berfungsi untuk
melaksanakan kekuasaan peradilan dalam sistem konstitusi, pengawal konstitusi (the
Guardians of the Constitution) dan penafsir konstitusi yang kompeten dalam kehidupan
bernegara. Di samping itu, lembaga negara ini juga lebih berperan mendorong mekanisme
checks and balances dalam penyelenggaraan negara dan berperan pula dalam mewujudkan
negara hukum yang demokratis.
9 Merujuk konstruksi negara hukum yang demokratis tersebut, kewenangan Mahkamah
konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dapat diamati atau
didekati dari perspektif negara hukum yang demokratis. Makna perspektif ini adalah sebagai
sudut pandang untuk memahami secara faktual apakah Mahkamah Konstitusi dalam
melaksanakan kewenangannya itu dapat menghasilkan putusan bernuansa memberikan
perlindungan terhadap hak asasi manusia, tegaknya keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum serta hal esensial lainnya yang sesuai dengan konsep negara hukum yang demokratis.

Wewenang Mahkamah Konstitusi


Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang ditegaskan kembali dalam Pasal 10 ayat
(1) huruf a sampai dengan d UU 24/2003:
1. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Memutus Sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Memutus pembubaran partai politik, dan
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Kewajiban Mahkamah Konstitusi


Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga melakukan pelanggaran (impeachment)
Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2015, MKRI memiliki kewenangan tambahan Memutus
perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota selama belum terbentuk
peradilan khusus.
Berdirinya MKRI diawali dengan diadopsinya ide MK (Constitutional Court) dalam
amandemen konstitusi yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada
tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal
7B Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 hasil Perubahan Ketiga yang disahkan pada 9
Nopember 2001. Ide pembentukan MK merupakan salah satu perkembangan pemikiran
hukum dan kenegaraan modern yang muncul di abad ke-20.
Setelah disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945 maka dalam rangka menunggu
pembentukan MK, MPR menetapkan Mahkamah Agung (MA) menjalankan fungsi MK
untuk sementara sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil
Perubahan Keempat.DPR. Kemudian Pemerintah membuat Rancangan Undang-Undang
(RUU) mengenai Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah menyetujui secara bersama UU Nomor 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada
hari itu (Lembaran Negara Nomor 98 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316).
Lembaran perjalanan MK selanjutnya adalah pelimpahan perkara dari MA ke MK, pada
tanggal 15 Oktober 2003 yang menandai mulai beroperasinya kegiatan MK sebagai salah satu
cabang kekuasaan kehakiman menurut ketentuan UUD 1945

Visi dari MK
“Mengawal Tegaknya Konstitusi Melalui Peradilan Modern dan Terpercaya.

Misi dari MK
Membangun Sistem Peradilan Konstitusi yang Mampu Mendukung Penegakan Konstitusi
dan Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Mengenai Hak Konstitusional Warga Negara.”

Peran Mahkamah Konstitusi


Untuk menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum

Fungsi dari MK
MK dibentuk dengan fungsi untuk menjamin tidak akan ada lagi produk hukum yang
keluar dari koridor konstitusi sehingga hak-hak konstitusional warga terjaga dan konstitusi itu
sendiri terkawal konstitusionalitasnya.
Fungsi lanjutan selain judicial review, yaitu
(1) memutus sengketa antarlembaga negara
(2) memutus pembubaran partai politik
(3) memutus sengketa hasil pemilu.

Fungsi lanjutan semacam itu memungkinkan tersedianya mekanisme untuk memutuskan


berbagai persengketaan (antar lembaga negara) yang tidak dapat diselesaikan melalui proses
peradilan biasa, seperti sengketa hasil pemilu, dan tuntutan pembubaran sesuatu partai politik.
Perkara-perkara semacam itu erat dengan hak dan kebebasan para warga negara dalam
dinamika sistem politik demokratis yang dijamin oleh UUD. 

Judicial Review
Judicial review merupakan hak uji (toetsingrechts) baik materiil maupun formil yang
diberikan kepada hakim atau lembaga peradilan untuk menguji kesahihan dan daya laku
produk-produk hukum yang dihasilkan oleh eksekutif legislatif maupun yudikatif di hadapan
peraturan perundangan yang lebih tinggi derajat dan hierarkinya.

STRUKTUR MAHKAMAH KONSTITUSI

Anwar Usman Aswanto


Wakil Ketua
Ketua

Arief Hidayat
Wahiduddin Adams
 
Suhartoyo
Manahan M.P. Sitompul 

Saldi Isra

Enny Nurbaningsih
 

Daniel Yusmic Pancastaki Foekh

Susunan anggota Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota,
seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang anggota hakim konstitusi.

Kesimpulan
Bahwa MK adalah Lembaga tertinggi negara dalam system ketatanegaran Indonesia yang
mempunyai kekuasaan atas hukum, MK mempunayai 4 wewenang, dan 1 kewajiban. MK
juga mempunyai peran yaitu Untuk menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas
hukum, MK juga mempunyai VISI dan MISI, dan MK juga mempunyai judicial review dan fungsi.
MK mempunyai susunan Kepengurusan yaitu Susunan anggota Mahkamah Konstitusi terdiri atas
seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) orang
anggota hakim konstitusi.

Link Youtube :
https://youtu.be/IMB94iIciyo

Anda mungkin juga menyukai