Anda di halaman 1dari 6

Lex Administratum, Vol. II/No.

3/Jul-Okt/2014

FUNGSI MAHKAMAH AGUNG DALAM dihadapkan dimuka sidang pengadilan,


MENERIMA PENINJAUAN KEMBALI SUATU wajib dianggap tidak bersalah sampai
PERKARA PIDANA1 adanya putusan pengadilan yang
Oleh: Eunike Lumi2 menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum tetap, yang
ABSTRAK dikenal dengan asas “praduga tidak
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah bersalah” atau presumption of innocence.
utnuk mengetahui bagaimana prosedur Meskipun telah diatur cara bagaimana
pengajuan Peninjauan Kembali (PK) dan tindak pidana diterapkan, tidak tertutup
bagaimana fungsi Mahkamah Agung (MA) kemungkinan terjadi kesalahan dalam
dalam menerima Peninjauan Kembali (PK) menjatuhkan pidana, sehingga si pembuat
suatu perkara pidana. Metode penelitian yang didakwa melakukan tindak pidana
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mendapatkan penderitaan dari Negara
menggunakan metode penelitian yuridis secara tidak sah. Kesalahan Negara dalam
normative dan dapat disimpulkan, bahwa: mempidanakan terdakwa masih dapat
1. Fungsi Mahkamah Agung dalam diperbaiki sepanjang masih ada upayah
menerima peninjauan kembali meliputi : untuk memperbaikinya. Upaya yang
Fungsi Peradilan, Fungsi Pengawasan, demikian itu adalah upaya hukum biasa,
Fungsi Mengatur, Fungsi Nasehat, Fungsi mulai banding sampai kasasi. Demi untuk
Administratif. 2. Prosedur pengajuan mencapai kepastian hukum, pada saatnya
Peninjauan Kembali (PK) sejak diajukan suatu putusan akan mempunyai kekuatan
sampai dikirim ke Ketua Mahkamah Agung hukum tetap, dan tidak dapat diubah lagi
dimuat dalam pasal 264 dan 265 KUHAP. dengan upaya hukum biasa. Putusan yang
Kata kunci: Peninjauan kembali, Pidana. demikian ini hanya mungkin diubah melalui
upaya hukum luar biasa, yaitu kasasi demi
PENDAHULUAN kepentingan hukum atau peninjauan
A. LATAR BELAKANG kembali.3
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 - Putusan dapat dilawan dengan upaya
Tentang Hukum Acara Pidana (selanjutnya hukum luar biasa bila didalamnya
disingkat KUHAP), diberi ruang untuk terdapat pelanggaran prinsip-prinsip
mengajukan keberatan melalui upaya hukum dan keadilan. Sementara putusan
hukum perlawanan, banding, kasasi hakim tersebut tidak dapat diubah
maupun peninjauan kembali. Prinsip dengan upaya hukum biasa
demikian sejalan dengan asas yang dianut Dari uraian latar belakang di atas,
dalam hukum acara pidana, yaitu perlakuan sebagaimana yang telah penulis paparkan,
yang sama atas diri setiap orang dimuka maka faktor inilah yang melatarbelakangi
hukum dengan tidak membedakan penulis untuk mengangkatnya menjadi
perlakuan atau yang dikenal dengan istilah topik pembahasan dalam penulisan skripsi
isonamia atau equality before the law. dengan judul “FUNGSI MAHKAMAH
Selain itu dalam asas yang lain juga AGUNG DALAM MENERIMA PENINJAUAN
ditentukan bahwa setiap orang yang KEMBALI SUATU PERKARA PIDANA”.
disangka, ditahan, dituntut dan atau

1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Karel Y.
Umboh, SH, MSi, MH; Evie sompie, SH, MH; Cristine
3
Tooy, SH, MH H. Adami Chazawi, “ Lembaga Peninjauan Kembali
2
NIM. 090711502. Mahasiswa pada Fakultas (PK) Perkara Pidana “, Sinar Grafika, Jakarta 2010,
Hukum Unsrat Hal 35

5
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

B. Perumusan Masalah kehakiman menjadi 2, Mahkamah Agung


1. Bagaimanakah prosedur pengajuan dan Mahkamah Konstitusi, namun tidak
Peninjauan Kembali (PK)? seperti Mahkamah Agung, Mahkamah
2. Bagaimana fungsi Mahkamah Agung Konstitusi tidak membawahi suatu badan
(MA) dalam menerima Peninjauan peradilan.4
Kembali (PK) suatu perkara pidana? Fungsi Mahkamah Agung meliputi :
1. Fungsi Peradilan5
C. Metode Penelitian a) Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi,
Penelitian yang dilakukan dalam Mahkamah Agung merupakan
penulisan ini yaitu dengan menggunakan pengadilan kasasi yang bertugas
penelitian pustaka (library research) yaitu membina keseragaman dalam
metode penelitian yang dilakukan dengan penerapan hukum melalui putusan
cara membaca dan mempelajari teori-teori kasasi dan peninjauan kembali
yang relevan dengan pokok permasalahan. menjaga agar semua hukum dan
Data yang terkumpul ini kemudian undang-undang diseluruh wilayah
diolah dengan mempergunakan metode negara RI diterapkan secara adil,
pengolahan data yang terdiri dari: Metode tepat dan benar.
yuridis normatif yaitu metode penambahan b) Erat kaitannya dengan fungsi
dengan berpegang pada norma atau kaidah peradilan ialah hak uji materiil, yaitu
hukum yang berlaku. Metode pembahasan wewenang menguji/ menilai secara
ini digunakan sesuai dengan kebutuhannya materiil peraturan perundangan
untuk menghasilkan pembahasan yang dibawah Undang-undang tentang hal
dapat diterima baik dari segi yuridis apakah suatu peraturan ditinjau dari
maupun dari segi ilmiah. isinya (materinya) bertentangan
dengan peraturan dari tingkat yang
PEMBAHASAN lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang
A. Fungsi Mahkamah Agung (MA) dalam Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
menerima Peninjauan Kembali (PK) 1985).
suatu perkara pidana 2. Fungsi Pengawasan6
Mahkamah Agung merupakan lembaga a. Mahkamah Agung melakukan
negara sebagaimana yang tercantum dalam pengawasan tertinggi terhadap
Ketetapam Majelis Permusyarawatan jalannya peradilan di semua
Rakyat Republik Indonesia Nomor lingkungan peradilan dengan tujuan
III/MPR/1978 dan merupakan Lembaga agar peradilan yang dilakukan
Peradilan tertinggi dari semua lembaga Pengadilan-pengadilan
peradilan yang dalam melaksanakan diselenggarakan dengan seksama dan
tugasnya terlepas dari pengaruh wajar dengan berpedoman pada azas
pemerintah dan pengaruh-pengaruh peradilan yang sederhana, cepat dan
lainnya. Mahkamah Agung membawai 4 biaya ringan, tanpa mengurangi
badan peradilan yaitu Peradilan Umum, kebebasan Hakim dalam memeriksa
Peradilan Militer, Peradilan Agama, dan dan memutuskan perkara (Pasal 4
Peradilan Tata Usaha Negara. Sejak dan Pasal 10 Undang-undang
Amandemen Ke-3 UUD 1945 kedudukan
Mahkamah Agung tidak lagi menjadi satu-
4
satunya puncak kekuasaan kehakiman, Praja Herry, tugas wewenang kedudukan dan
dengan berdirinya Mahkamah Konstitusi fungsi, Tiga Serangkai, Bandung 2010, Hal 56
5
pada tahun 2003 puncak kekuasaan Ibid, Hal 57
6
Ibid, Hal 58

6
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor a. Mahkamah Agung memberikan


14 Tahun 1970). nasihat-nasihat atau pertimbangan-
b. Mahkamah Agung juga melakukan pertimbangan dalam bidang hukum
pengawasan terhadap pekerjaan kepada Lembaga Tinggi Negara lain
Pengadilan dan tingkah laku para (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah
Hakim dan perbuatan Pejabat Agung No.14 Tahun 1985).
Pengadilan dalam menjalankan tugas Mahkamah Agung memberikan
yang berkaitan dengan pelaksanaan nasihat kepada Presiden selaku
tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, Kepala Negara dalam rangka
yakni dalam hal menerima, pemberian atau penolakan grasi
memeriksa, mengadili, dan (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah
menyelesaikan setiap perkara yang Agung No.14 Tahun 1985).
diajukan kepadanya, dan meminta Selanjutnya Perubahan Pertama
keterangan tentang hal-hal yang Undang-undang Dasar Negara RI
bersangkutan dengan teknis Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1),
peradilan serta memberi peringatan, Mahkamah Agung diberikan
teguran dan petunjuk yang diperlukan kewenangan untuk memberikan
tanpa mengurangi kebebasan Hakim pertimbangan kepada Presiden selaku
(Pasal 32 Undang undang Mahkamah Kepala Negara selain grasi juga
Agung Nomor14 Tahun 1985). rehabilitasi. Namun demikian, dalam
Terhadap Penasehat Hukum dan memberikan pertimbangan hukum
Notaris sepanjang yang menyangkut mengenai rehabilitasi sampai saat ini
peradilan (Pasal 36 Undang-undang belum ada peraturan perundang-
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun undangan yang mengatur
1985). pelaksanaannya.
3. Fungsi mengatur b. Mahkamah Agung berwenang
a. Mahkamah Agung dapat mengatur meminta keterangan dari dan
lebih lanjut hal-hal yang diperlukan memberi petunjuk kepada pengadilan
bagi kelancaran penyelenggaraan disemua lingkunga peradilan dalam
peradilan apabila terdapat hal-hal rangka pelaksanaan ketentuan Pasal
yang belum cukup diatur dalam 25 Undang-undang No.14 Tahun 1970
Undang-undang tentang Mahkamah tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Agung sebagai pelengkap untuk Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38
mengisi kekurangan atau kekosongan Undang-undang No.14 Tahun 1985
hukum yang diperlukan bagi tentang Mahkamah Agung).
kelancaran penyelenggaraan 5. Fungsi Administratif
peradilan (Pasal 27 Undang-undang a. Badan-badan Peradilan (Peradilan
No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang- Umum, Peradilan Agama, Peradilan
undang No.14 Tahun 1985). Militer dan Peradilan Tata Usaha
b. Mahkamah Agung dapat membuat Negara) sebagaimana dimaksud Pasal
peraturan acara sendiri bilamana 10 Ayat (1) Undang-undang No.14
dianggap perlu untuk mencukupi Tahun 1970 secara organisatoris,
hukum acara yang sudah diatur administrative dan finansial sampai
Undang-undang. saat ini masih berada dibawah
4. Fungsi Nasehat7 Departemen yang bersangkutan,
walaupun menurut Pasal 11 (1)
7 Undang-undang Nomor 35 Tahun
Ibid, Hal 58

7
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

1999 sudah dialihkan dibawah 4) Dalam hal pemohon peninjauan kembali


kekuasaan Mahkamah Agung. adalah terpidana yang kurang
b. Mahkamah Agung berwenang memahami hukum, panitera pada waktu
mengatur tugas serta tanggung menerima permintaan peninjauan
jawab, susunan organisasi dan tata kembali wajib menanyakan apakah
kerja Kepaniteraan Pengadilan alasan ia mengajukan permintaan
(Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tersebut dan untuk itu panitera
tentang Perubahan Atas Undang- membuatkan surat permintaa
undang No.14 Tahun 1970 tentang peninjauan kembali.
Ketentuan-ketentuan Pokok 5) Ketua pengadilan segera mengirim surat
Kekuasaan Kehakiman. permintaan peninjauan kembali beserta
6. Fungsi Lain-Lain8 berkasnya kepada mahkamah agung,
Selain tugas pokok untuk menerima, disertai suatu catatan penjelasan.
memeriksa dan mengadili serta Sementara pasal 265 merumuskan
menyelesaikan setiap perkara yang sebagai berikut ;10
diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 1) Ketua pengadilan setelah menerima
ayat (2) Undang-undang Nomor 14 permintaan peninjauan kembali
Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang- sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263
undang Nomor 14 Tahun 1985, ayat (1) menunjuk hakim yang tidak
Mahkamah Agung dapat diserahi tugas memeriksa perkara semula yang
dan kewenangan lain berdasarkan dimintakan peninjauan kembali itu
Undang-undang. untuk memeriksa apakah permintaan
peninjauan kembali tersebut memenuhi
B. Prosedur Pengajuan Peninjauan alasan sebagaimana dimaksud dalam
Kembali Pasal 263 ayat (2).
Mengenai prosedur pengajuan PK sejak 2) Dalam pemeriksaan sebagaimana
diajukan sampai dikirim ke Ketua tersebut pada ayat (1), pemohon dan
Mahkamah Agung dimuat dalam pasal 264 jaksa ikut hadir dan dapat
dan 265 KUHAP. Selengkapnya pasal 264 menyampaikan pendapatnya.
merumuskan sebagai berikut ;9 3) Atas pemeriksaan tersebut dibuat berita
1) Permintaan peninjauan kembali oleh acara pemeriksaan yang ditandatangani
pemohon sebagaimana dimaksud pasal oleh hakim, jaksa, pemohon dan
263 ayat (1) diajukan kepada panitera panitera dan berdasarkan berita acara
pengadilan yang telah memutus itu dibuat berita acara pendapat yang
perkaranya dalam tingkat pertama ditandatangani oleh hakim dan panitera.
dengan menyebutkan secara jelas 4) Ketua pengadilan segera melanjutkan
alasannya. permintaan peninjauan kembali yang
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dilampiri berkas perkara semula, berita
dalam pasal 245 ayat (2) berlaku juga acara pemeriksaan dan berita acara
bagi permintaan peninjauan kembali. pendapat kepada Mahkamah Agung
3) Permintaan peninjauan kembali tidak yang tembusan surat pengantarnya
dapat dibatasi dengan suatu jangka disampaikan kepada pemohon dan
waktu. jaksa.

8
Ibid, Hal 58
9 10
Lihat Pasal 264 Ayat 1-5 Kitab Undang-Undang Lihat Pasal 265 Ayat 1-5 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana Hukum Acara Pidana

8
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

5) Dalam hal suatu perkara yang h) Pengadilan agama/mahkamah syar'iyah


dimintakan peninjauan kembali adalah menyampaikan salinan putusan PK
putusan pengadilan banding, maka kepada para pihak selambat-lambatnya
tembusan surat pengantar tersebut dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh)
harus dilampiri tembusan berita acara hari.
pemeriksaan serta berita acara i) Setelah putusan disampaikan kepada
pendapat dan disampaikan kepada para pihak maka panitera :
pengadilan banding yang bersangkutan. 1) Untuk perkara cerai talak:
Langkah-langkah yang harus dilakukan a. Memberitahukan tentang
Pemohon Peninjauan Kembali (PK) : Penetapan Hari Sidang penyaksian
a) Mengajukan permohonan PK kepada ikrar talak dengan memanggil
Mahkamah Agung secara tertulis atau Pemohon dan Termohon;
lisan melalui pengadilan b. Memberikan Akta Cerai sebagai
agama/mahkamah syar'iyah. surat bukti cerai selambat-
b) Pengajuan PK dalam tenggang waktu lambatnya 7 (tujuh) hari.
180 hari sesudah penetapan/putusan 2) Untuk perkara cerai gugat:
pengadilan mempunyai kekuatan a. Memberikan Akta Cerai sebagai
hukum tetap atau sejak diketemukan surat bukti cerai selambat-
bukti adanya kebohongan/bukti baru, lambatnya 7 (tujuh) hari.11
dan bila alasan Pemohon PK Permintaan PK harus diajukan oleh
berdasarkan bukti baru (Novum), maka terpidana atau ahli warisnya dengan cara
bukti baru tersebut dinyatakan di bawah menghadap panitera pengadilan yang telah
sumpah dan disahkan oleh pejabat yang memutus perkara tingkat pertama dengan
berwenang (Pasal 69 UU No 14 Tahun menyebutkan dengan jelas alasannya.
1985 yang telah diubah dengan UU No 5 Terpidana tidak wajib datang sendiri secara
Tahun 2004). pribadi menghadap panitera pengadilan
c) Membayar biaya perkara PK (Pasal 70 yang dimaksud. Terpidana dapat
UU No 14 Tahun 1985 yang telah diubah memberikan kuasa kepada seorang advokat
dengan UU No 45 Tahun 2004, Pasal 89 sebagai penasehat hukumnya dengan
dan 90 UU No 7 Tahun 1989) membuat dan menandatangani surat kuasa
d) Panitera pengadilan tingkat pertama khusus untuk keperluan tersebut.
memberitahukan dan menyampaikan
salinan memori PK kepada pihak lawan PENUTUP
dalam tenggang waktu selambat- A. KESIMPULAN
lambatnya 14 (empat belas) hari. 1. Fungsi Mahkamah Agung dalam
e) Pihak lawan berhak mengajukan surat menerima peninjauan kembali
jawaban terhadap memori PK dalam meliputi : Fungsi Peradilan, Fungsi
tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari Pengawasan, Fungsi Mengatur, Fungsi
setelah tanggal diterimanya salinan Nasehat, Fungsi Administratif, dan
permohonan PK. Fungsi lain-lain
f) Panitera pengadilan tingkat pertama 2. Prosedur pengajuan Peninjauan
mengirimkan berkas PK ke Kembali (PK) sejak diajukan sampai
MA selambat-lambatnya dalam dikirim ke Ketua Mahkamah Agung
tenggan waktu 30 (tiga puluh) hari. dimuat dalam pasal 264 dan 265
g) Panitera MA menyampaikan salinan KUHAP.
putusan PK kepada pengadilan
agama/mahkamah syar'iyah. 11
http://pta-palembang.net/prosedur_IV.php

9
Lex Administratum, Vol. II/No.3/Jul-Okt/2014

B. SARAN Tilib Effendi “ Sistem Peradilan Pidana


1. Untuk mencegah ketidakpastian Perbandingan Komponen dan Proses
hukum di dalam praktek peradilan Sistem Peradilan Pidana di Beberapa
Indonesia maka sebaiknya praktek Negara “ Pustaka yutisia, Surabaya
peradilan di Indonesia harus benar- Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Sinar
benar memegang teguh asas keadilan Grafika, Jakarta 2010
dan kepentingan umum masyarakat
agar teraciptanya kepastian hukum
didalam lingkungan masyarakat yang
ingin mencari keadilan yang
sebenarnya.
2. Perlu kiranya diatur dalam KUHAP,
pengaturan tenggang waktu
permintaan permohonan Peninjauan
Kembali, dan Peraturan berapa kali
permohonan Peninjauan Kembali
dapat dilakukan oleh pihak Terdakwa
dan jaksa penuntut umum demi
kepastian hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul aziz hakim “ Negara hukum dan
Demokrasi di indonesia “ pustaka
pelajar, yogjakarta 20 januari 2011
H. Adami Chazawi, “ Lembaga Peninjauan
Kembali (PK) Perkara Pidana“, Sinar
Grafika, Jakarta 2010
H. Abdul Kadir Mappong. Tentang
Peninjauan Kembali, Mahkamah Agung,
Jakarta 2011
Ilhami Bisri, Sistem Hukum Indonesia, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta 2004
Moh. Hatta, “ Beberapa Masalah
Penegakan Hukum Pidana Umum dan
Pidana Khusus “, Liberty Yogyakarta,
Yogyakarta
Nita Wahyono, makalah manajemen
kepanitraan peradilan “administrasi
perkara peninjauan kembali”, Jakarta
2012
Praja Herry, tugas wewenang kedudukan
dan fungsi, Tiga Serangkai, Bandung
2010
Rusli Muhammad “ System Peradilan
Pidana Indonesia “ UII Pres, Yogyakarta
12 juni 2011

10

Anda mungkin juga menyukai