Anda di halaman 1dari 10

MATERI VII

ASAS-ASAS POKOK PTUN


Berkenaan dengan Peradilan di Indonesia asas-asas
dalam hukum acara pada umumnya adalah sebagai
berikut :
1. Asas Audi Et Alteram Partem
Asas ini merupakan implementasi dari persamaan,
dimana hakim tidak boleh membeda-bedakan antara
Penggugat dengan Tergugat dan hakim harus bersikap
adil terhadap kedua belah pihak. Sebelum memutus
hakim harus mendengar para pihak yang bersengketa
terlebih dahulu.
2. Asas Kesatuan Beracara
Kesatuan beracara karena sistem peradilan yang
bertingkat yaitu tingkat pertama, banding dan kasasi.
Karena ada tingkatan pengadilan tersebut, maka
dalam beracara di pengadilan judex faxtie
(pengadilan tingkat pertama dan banding) maupun
kasasi pada MA sebagai puncak piramida perdilan di
Indonesia terdapat satu kesatuan beracara.
Hukum acara merupakan sarana untuk menegakkan
hukum materiil yang menggambarkan proses atau
prosedur yang dapat ditempuh dalam proses
peradilan.
3. Asas Penyelenggaraan kekuasaan Kehakiman Yang
Bebas Merdeka
Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 menegaskan : “Kekuasaan
Kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.”

4. Asas Peradilan Yang Berjenjang


Asas ini dikenal dalam rangka untuk memenuhi
tuntutan rasa keadilan dari pencari keadilan (justitia
belend). Melalui peradilan berjenjang diharapkan akan
dihasilkan putusan yang adil.
5. Asas Sidang terbuka Untuk Umum
Pasal 13 ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009 menegaskan
“Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka
untuk umum kecuali UU menentukan lain. Asas
tersebut berarti pemeriksaan perkara jalannya
persidangan dapat dihadiri, disaksikan dan didengar
oleh umum sehingga terkandung adanya transparansi
pemeriksaan perkara. Putusan baru sah jika
diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk
umum.
Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Bruggink, asas hukum
adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat di dalam dan di
belakang sistem hukum masing-masing dirumuskan dalam aturan-
aturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim yang
berkenaan dengan ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan
individual dapat dipandang sebagai penjabarannya.
Asas hukum yang terdapat dalam Hukum Acara PTUN yaitu :
1. Asas praduga rechtmatig (vermoeden van rechtmatigheid,
praesumptio iustae causa). Dengan asas ini setiap tindakan
pemerintahan selalu dianggap rechmatig sampai ada
pembatalan (Pasal 67 ayat 1 UU PTUN).
2. Asas gugatan pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan
keputusan tata usaha negara (KTUN) yang dipersengketakan,
kecuali ada kepentingan yang mendesak dari penggugat (Pasal
67 ayat 1 dan 4 huruf a).
Asas hukum yang terdapat dalam Hukum Acara PTUN yaitu :
3. Asas para pihak harus di dengar (audi et alterum partem).
Para pihak mempunyai kedudukan yang sama dan harus
diperlakukan secara adil. Hakim tidak dibenarkan hanya
memperhatikan alat bukti, keterangan atau penjelasan salah
satu pihak saja.
4. Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis baik dalam
pemeriksaan di peradilan judex facti, maupun kasasi dengan
MA sebagai puncaknya.
5. Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka
dan bebas dari segala macam campur tangan kekuasaan yang
lain baik secara langsung maupun tidak langsung bermaksud
untuk mempengaruhi keobyektifan putusan pengadilan. (Pasal
24 ayat 1 UUD 1945 jo Pasal 1 angka 1 UU 48/2009).
6. Asas peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya
ringan (Pasal 2 ayat 4 UU 48/2009). Sederhana adalah hukum
acara yang mudah dipahami dan tidak berbeli-belit. Dengan
hukum acara yang mudah dipahami peradilan akan berjalan
dalam waktu yang relatif cepat. Dengan demikian, biaya
berperkara juga menjadi ringan.
7. Asas hakim aktif. Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap
pokok sengketa hakim mengadakan rapat permusyawaratan
untuk menetapkan apakah gugatan dinyatakan tidak diterima
atau tidak berdasar yang dilengkapi dengan pertimbangan-
pertimbangan (Pasal 62 UU PTUN)
8. Asas sidang terbuka untuk umum. Asas ini membawa
konsekuensi bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan
mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum (Pasal 13 UU 48/2009 jo Pasal 70 UU
PTUN).
9. Asas peradilan berjenjang. Jenjang peradilan dimulai dari
tingkat yang terbawah yaitu PTUN kemudian PTTUN dan
puncaknya adalah MA.
10. Asas pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan
keadilan. Asas ini menempatkan pengadilan sebagai ultimum
remedium.
11. Asas obyektivitas. Untuk tercapainya putusan yang adil, maka
hakim atau panitera wajib mengundurkan diri apabila terikat
hubungan darah atau semenda sampai derajat ketiga.
12. Asas Dominus Litis
Dalam proses persidangan pada PTUN, peranan hakim
bersifat aktif (nie lijdelijkeheid van de rechter). Berbeda
dengan proses pemeriksaan hukum acara perdata dimana
hakim bersifat pasif (lijdelijk). Timbulnya peranan hakim
yang aktif dalam proses persidangan dikarenakan hakim
dibebani tugas untuk mencari kebenaran materiil.

13. Asas Erga Omnes (Putusan Pengadilan Mengikat Umum)


Sengketa Tata Usaha Negara berada dalam lapangan hukum
publik, karena itu putusan dalam sengketa publik bukan
saja mengikat mereka yang bersengketa melainkan juga
dapat mengikat masyarakat pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai