Oleh
• Revaldo (4012211113)
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
1
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 8
2
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian PTUN
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) adalah lingkungan peradilan yang
dibentuk dengan tujuan menjamin kedudukan warga masyarakat dalam hukum. Secara
umum, PTUN merupakan lembaga hukum di bawah Mahkamah Agung yang
membantu menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara (TUN). Peradilan Tata Usaha
Negara (PTUN) adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan terhadap sengketa tata usaha negara. Ruang lingkup PTUN meliputi
pengadilan tingkat pertama yang berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota, dan
daerah hukumnya meliputi wilayah Kabupaten/Kota
3
- Memantapkan pemahaman dan pelaksanaan tentang organisasi dan tata kerja
kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara.
5
9. Asas Peradilan Berjenjang
Jenjang peradilan di mulai dari tingkat yang paling bawah yaitu Pengadilan Tata Usaha
Negara (tingkat pertama), kemudian Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (banding),
dan puncaknya (Kasasi) adalah Mahkamah Agung, dimungkinkan pula PK (MA).
Hakimlah yang menetapkan beban pembuktian. Hal ini berbeda dengan ketentuan 1865
BW,seperti yang dijelaskan pada pasal 101, yang dibatasi dengan ketentuan Pasal 100.
Asas para pihak harus didengar (audi et alteram partem) dan para pihak mempunyai
Sengketa TUN adalah sengketa hukum publik. Dengan demikian putusan pengadilan
berlaku bagi siapa saja-tidak hanya bagi para pihak yang bersengketa.
Untuk tercapainya putusan yang adil, maka hakim atau panitera wajib mengundurkan
diri, apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga atau
hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai dengan tergugat, penggugat atau
penasihat hukum atau antara hakim dengan salah seorang hakim atau panitera juga
terdapat hubungan sebagaimana yang di sebutkan di atas, atau hakim atau panitera
6
D. Objek Sengketa TUN
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara
yakni antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara,
baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha
negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 10 UU Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Peradilan Tata usaha negara. Sengketa tata usaha negara ini berpangkal dari
ditetapkannya suatu keputusan TUN oleh badan atau pejabat TUN. Oleh karena itu, pada
hakikatnya sengketa tata usaha negara adalah sengketa tentang sah atau tidaknya suatu
keputusan TUN yang telah dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara, atau
dengan kata lain dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dapat digugat di hadapan
pengadilan TUN hanyalah badan atau pejabat TUN, selain itu sengketa yang dapat diadili
oleh peradilan tata usaha negara adalah sengketa mengenai sah atau tidaknya suatu
keputusan TUN, bukan sengketa mengenai kepentingan hak.
Objek sengketa terbagi menjadi 2 (dua) yakni objek sengketa yang bersifat positif dan
objek sengketa yang bersifat fiktif, adapun objek sengketa TUN yang bersifat positif ialah
terdiri dari unsur unsur sebagai berikut :
-penetapan tertulis,
-Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,
-Tindakan hukum tata usaha negara,
-Peraturan perundang-undangan yang berlaku,
-Konkret,
-Individual,
-Final, dan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Kemudian adapun objek sengketa yang bersifat fiktif negatif tersebut diatur dalam
ketentuan pasal 3 UU PTUN yang berbunyi :
1. Apabila badan atau pejabat tata usaha negara tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan
hal itu menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan keputusan tata usaha
negara.
2. Jika suatu badan atau pejabat tata usaha negara tidak mengeluarkan keputusan yang
dimohon.Adapun jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-
7
undangan dimaksud telah lewat. Maka badan atau pejabat tata usaha negara tersebut
dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud. Badan atau pejabat tata
usaha negara yang menerima permohonan dianggap telah mengeluarkan keputusan yang
berisi penolakan permohonan tersebut apabila tenggang waktu yang ditetapkan telah lewat
dan badan atau pejabat tata usaha negara itu bersikap diam, tidak melayani permohonan
yang telah diterimanya.
3. Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka setelah lewat jangka waktu empat
bulan sejak diterimanya permohonan. Badan atau pejabat tata usaha negara yang
bersangkutan dianggap telah mengeluarkan keputusan penolakan.
1. Kompetensi Absolut
- Kompetensi absolut adalah kewenangan suatu badan pengadilan untuk mengadili suatu
perkara menurut materi atau obyek perkaranya. Dalam hal ini, PTUN memiliki
kewenangan untuk menyelesaikan sengketa tata usaha negara di tingkat pertama.
2. Kompetensi Relatif
- Kompetensi relatif adalah kewenangan suatu badan pengadilan untuk mengadili suatu
perkara sesuai dengan wilayah hukumnya. Dalam hal ini, PTUN memiliki kewenangan
untuk menyelesaikan sengketa tata usaha negara di wilayah Kabupaten/Kota.
Dalam praktiknya, kedua jenis kompetensi ini saling berkaitan dan saling melengkapi.
Kompetensi absolut menentukan kewenangan pengadilan dalam menyelesaikan suatu
perkara, sedangkan kompetensi relatif menentukan wilayah hukum pengadilan tersebut.
Dalam hal ini, PTUN memiliki kedua jenis kompetensi tersebut untuk menyelesaikan
sengketa tata usaha negara di tingkat pertama.
8
F. Banding Administratif
Banding administratif merupakan salah satu bentuk upaya administrasi yang dapat
digunakan dalam penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara (TUN) di lingkungan
pemerintah. Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9
Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, banding administratif adalah
prosedur yang ditujukan kepada instansi atasan atau instansi lain dari Badan/Pejabat
Tata Usaha Negara yang menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan.
Prosedur banding administratif ini dapat digunakan apabila penyelesaian sengketa Tata
Usaha Negara dilakukan oleh instansi lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang
menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan. Contohnya adalah
keputusan Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK) berdasarkan No. 30 Tahun
1980 tentang Disiplin PNS, keputusan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Pusat (P4P) berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1957, dan keputusan Komisi
Banding Merek berdasarkan PP No. 32 Tahun 1995.
Dalam konteks penyelesaian sengketa TUN, banding administratif merupakan salah satu
langkah yang harus dilalui sebelum sengketa tersebut dapat diajukan ke pengadilan.
Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN
jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan telah digunakan.
9
Daftar Pustaka
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5633283/peradilan-tata-usaha-negara-pengertian-
tugas-dan-fungsinya diakses rabu 15 november 2023 jam 20:30 WIB
https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/kumpulandosen/article/download/2121/pdf_423 diakses
rabu 15 november 2023 jam 20:38
https://www.neliti.com/publications/323409/penyelesaian-sengketa-tata-usaha-negara-tun-pada-
peradilan-tata-usaha-negara-ptu diakses rabu 15 november 2023 jam 20:50
https://jurnalhukumperatun.mahkamahagung.go.id/index.php/peratun/article/download/203/54/3
12 diakses rabu 15 november 2023 jam 21:08
10