Anda di halaman 1dari 21

MATERI KULIAH

HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN
Pertemuan ke-12

Oleh:
Nur Rahman Dwi Wicaksono, SH.MH.
JUDICIAL REVIEW
Definisi:
• Judicial Review adalah suatu pranata hukum
yang memberikan kewenangan kepada badan
pelaksana kekuasaan kehakiman dan atau
badan lainnya yang ditunjuk oleh konstitusi
(Grondwet) untuk dapat melakukan
peninjauan dan atau pengujian kembali
dengan cara melakukan interpretasi hukum
dan atau interpretasi konstitusi untuk
memberikan penyelesaian yuridis. 
Lanjutan...
• Dalam perspektif teori konstitusi dianut
sistem judicial review, berarti suatu
pencapaian tahap akhir konsolidasi konsep
negara hukum dimana konstitusi (UUD) diakui
sebagai hukum tertinggi yang secara efektif,
harus menjadi acuan bagi produk-produk
hukum yang lebih rendah tingkatannya
Konsep Dasar Diperlukannya Judicial Review
Menurut Hans Kelsen
1. Konstitusi harus didudukan sebagai norma
hukum yang superior dari undang-undang biasa
dan harus ditegakkan menurut superioritasnya.
2. Adanya ketidak percayaan luas terhadap badan
peradilan biasa dalam melaksanakan penegakan
konstitusi, sehingga diperlukan suatu badan
khusus yang terpisah dari pengadilan biasa
untuk mengawasi undang-undang serta
membatalkannya jika ternyata bertentangan
dengan UUD sebagai perangkat norma hukum
dasar bernegara.
Perkembanagan Judicial Review di
Indonesia
 Istilah judicial review sesungguhnya merupakan
istilah teknis khas hukum tata negara Amerika
Serikat yang berarti wewenang lembaga
pengadilan untuk membatalkan setiap tindakan
pemerintahan yang bertentangan dengan
konstitusi.
 Di Belanda tidak dikenal istilah judicial review,
mereka hanya mengenal istilah hak menguji
(toetsingensrecht). 
Lanjutan…
• Di dalam UUD 1945 yang asli (sebelum
diamandemen), ketentuan tentang judicial
review tak dimuat sama sekali.
• Gagasan tentang judicial review untuk
menjamin konsistensi isi UU terhadap UUD
dan konstitusi pertama kali dimuat didalam
konstitusi RIS dan UUDS 1950.
Lanjutan…
• Setelah UUD diamandemen (pada amandemen
ketiga tahun 2001), barulah memuat ketentuan
tentang judicial review yang dapat dilakukan oleh
Mahkamah Konstitusi untuk tingkat UU terhadap
UUD dan oleh Mahkamah Agung untuk peraturan
perundang-undangan dibawah UU terhadap
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Lanjutan…
• Setelah diterbitkan UU No. 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi, mengenai
objek pengujiannya ialah produk-produk
legislative (legislative act), yang berupa
undang-undang.
Sumber Hukum Juducial Review
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
(Pasal 24, Pasal 24A, Pasal 24B, Pasal 24C)
2. UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman (Ps.11)
3. UU Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
(Pasal 31 dan Pasal 31A ),
4. UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (Ps.10)
5. TAP MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber
Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan
Dualisme Sistem Pengujian
Perundang-Undangan di Indonesia
• Indonesia menganut sistem dualisme konstitusi
yang mana pengujian peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh badan yudikatif yakni:
1. Mahkamah Agung
2. Mahkamah Konstitusi

Keduanya memiliki kesamaan dalam kewenangan


yakni mengadili permohonan judicial review
Judicial Review Di Bidang Pengadilan
• Adalah pengujian kembali oleh suatu lembaga
peradilan tertinggi terhadap putusan
peradilan di bawahnya dengan alasan-alasan
antara lain adanya kesalahan dalam
penerapan hukum oleh hakim peradilan di
bawahnya, sehingga hakim pada peradilan
tertinggi dapat menguji secara materil dari
penerapan hukum
Judicial Review Bidang Konstitusi
• Adalah peninjauan kembali dan atau
pengujian oleh suatu badan kekuasaan negara
untuk dapat membatalkan putusan badan
pembuat undang-undang (legislasi) dan atau
badan Pemerintahan (eksekutif). Judicial
Review bidang ini di Indonesia menjadi
kompetensi dari Mahkamah Konstitusi.
Perbedaan Judicial Review MA dengan
MK
1. Pertama, objek yang diuji hanya terbatas pada
peraturan perundang-undangan dibawah
Undang-Undang (judicial review of
regulation),sedangkan pengujian atas
konstitusionalitas Undang-Undang (judicial
review of law) dilakukan oleh Mahkamah
Konstitusi.
2. Kedua, yang dijadikan batu penguji oleh
Mahkamah Agung adalah Undang- Undang,
bukan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Lanjutan...
3. Ketiga, Pengujian yang dilakukan di MA
terkadang tidak sejalan dengan putusan yang
di lakukan di MK dengan artian bahwa
Undang-Undang yang diputus MK terkadang
masih menjadi polemik oleh MA baik dari
segi waktu dan materi yang diputuskan
Lanjutan...
4. persidangan di MK telah menerapkan prinsip
audi et alteram partem yakni keterangan
didengarkan oleh para pihak di dalam
persidangan
5. proses persidangan dalam MA tidak menganut
prinsip seperti MK tersebut yang mana dalam
pengujian Mahkamah Agung ini bersifat
tertutup sehingga tidak menerapkan asas audi
et alteram partem, pengujian hanyadilakukan
terhadap berkas permohonan yang diajukan
oleh pemohon dan berkas jawaban yang dari
pihak termohon
Catatan:
• Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pengujian norma hukum yang dilakukan oleh
MA adalah pengujian legalitas peraturan
(judicial review on the legality of regulation),
sedangkan pengujian oleh MK merupakan
pengujian konstitusionalitas Undang-Undang
(judicial review on the constitutionality of law)
Landasan Dasar Diterimanya Doktrin Judicial
Review Di Seluruh Dunia
1. Prinsip-prinsip hukum harusnya berlaku umum di dunia
2. Prinsip-prinsip hukum yang berlaku di suatu negara seasas
dan selaras satu sama lain
3. Pengakuan kepada hukum yang suci sebagai perintah
dewa-dewi (Tuhan)
4. Pengakuan kepada hukum sebagai titah Tuhan
5. Pengakuan terhadap hukum alam dalam arti klasik
6. Pengakuan terhadap hukum alam berdasarkan kepada
ratsio manusia
7. Pengakuan terhadap due process of law
8. Pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia.
Kewenangan Mahkamah Konstitusi
• Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2)
UUD 1945, MK berwenang untuk:
1.Menguji undang-undang terhadap UUD 1945,
memutus sengketa kewenangan lembaga
negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD 1945
2.Memutus pembubaran partai politik
Lanjutan…
3. Memutus perselisihan hasil pemilihan umum, dan
MK wajib memberikan putusan atas pendapat
DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
diduga telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Putusan MK bersifat “Final”
• Pasal 24C UUD 1945 secara tegas menyatakan
bahwa MK berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final terhadap lima kewenangan itu.
Artinya, putusan MK bersifat final dan
mengikat sehingga tak bisa diajukan upaya
hukum lain, termasuk judicial review.

Anda mungkin juga menyukai