Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR JAWABAN TUGAS 3

Nama Mahasiswa : FAROUQ SAKTIAWAN TRI PUTRA


NIM : 041922426
Prodi & Semester : Ilmu Hukum – S1
Nama Mata kuliah : Teori Perundang - undangan
Kode Mata kuliah : HKUM4404.46
JAWABAN
1. A. Pasca keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009 yang
menjadi dasar bagi Mahkamah Konstitusi untuk melaksanakan kewenangan menguji
peraturan pemerintah pengganti undang-undang menempatkan Mahkamah Konstitusi
sebagai saingan bagi Dewan Perwakilan Rakyat sebagai satu-satunya lembaga yang
berwenang untuk menguji peraturan pemerintah pengganti undang-undang. Hal ini
terlihat dalam beberapa putusan Mahkamah Konstitusi terkait dengan pengujian
peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang amar putusannya tidak dapat
diterima. Karena objek pengujiannya hilang karena disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat untuk ditetapkan menjadi undang-undang. Hal ini tentunya merugikan para
pencari keadilan yang berjuang di Mahkamah Konstitusi karena harus mengajukan
permohonan ulang. Adapun dalam analisi ini menurut saya Sistem hukum Indonesia
mengenal legislative review dan executive review. Legislative review dan executive
review adalah upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah suatu undang-undang
melalui lembaga legislatif atau lembaga eksekutif berdasarkan fungsi legislasi yang
dimiliki oleh kedua lembaga tersebut sebagaimana yang diatur dalam konstitusi pada
Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Ayat (1) UUD 1945 dan UU 12/2011. Yang mana dalam UU
12/2011 disebutkan apabila sebuah rancangan perubahan undang-undang berasal dari
pemerintah disebut sebagai usulan Pemerintah dan apabila perubahan undang-undang
berasal dari DPR disebut sebagai hak inisiatif DPR. Secara sederhana proses dalam
legislative review dan executive review merupakan proses pembentukan undang-
undang biasa, baik untuk membentuk baru maupun mengubah undang-undang yang
telah ada. Untuk itu kelemahan dari judicial review, sebuah peraturan perundang-
undangan hanya bisa dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat bila memang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di atasnya. Sedangkan dalam
legislative review setiap orang tentu bisa saja meminta agar lembaga yang memiliki
fungsi legislasi melakukan revisi terhadap produk hukum yang dibuatnya dengan alasan,
misalnya, peraturan perundang-undangan itu sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman, bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang sederajat secara
horizontal.

B. menurut analisis saya bahwa judicial review adalah pengujian yang dilakukan melalui
mekanisme lembaga peradilan terhadap kebenaran suatu norma yang diajukan ke
mahkamah konstitusi. Badan peradilan yang dapat melakukan pengujian terhadap
undang-undang ataupun peraturan perundang-undangan lainnya adalah Mahkamah
Agung dan Mahkamah Konstitusi, sebagaimana telah ditentukan oleh pasal 24A ayat (1)
dan pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Untuk itu Dengan adanya judicial review ini masyarakat dapat mengajukan suatu
pengujian terhadap suatu undang-undang yang bertentangan dengan UUD 1945,
hal ini dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat guna menciptakan suatu peraturan
yang tidak bertentangan dengan konstitusi yang berlaku di Indonesia dan dapat
menciptakan kepastian hukum dan prinsip negara hukum yang dianut oleh bangsa
Indonesia dapat terealisasi dengan baik. Adapun Dalamjudicial reviewini dapat
dilakukan pengujian secara materiil ataupun secara formiil, semuanya itu tergantung
dari para pihak kira-kira yang mau diuji itu dari sisi formiilnya atau materiilnya
ataupun dari sisi keduanya. secara materiil artinya menguji dari segi materi
muatan dari suatu undang-undang, sedangkan uji formiil adalah pengujian
yang berhubungan dengan proses pembentukan undang-undang.

2. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi


yang bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi
dan peninjauan kembali agar semua hukum dan undang-undang di Indonesia diterapkan
secara adil, tepat dan benar. Perppu ditandatangani oleh Presiden. Setelah
diundangkan, Perppu harus diajukan ke DPRdalam persidangan yang berikut, dalam
bentuk pengajuan RUU tentang Penetapan Perppu Menjadi Undang-Undang.
Pembahasan RUU tentang penetapan Perppu menjadi Undang-Undang dilaksanakan
melalui mekanisme yang sama dengan pembahasan RUU. DPR hanya dapat
menerimaatau menolakPerppu.Jika Perppu ditolak DPR, maka Perpu tersebut harus
dicabut dan harus dinyatakan tidak berlaku, dan Presiden mengajukan RUU tentang
Pencabutan Perppu tersebut, yang dapat pula mengatur segala akibat dari penolakan
tersebut. Untuk itu dalam pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun
1985 menyebutkan bahwa Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden
selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi. Selanjutnya
Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1),
Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada
Presiden selaku Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam
memberikan pertimbangan hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada
peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai