Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 3

Nama : I Made Indra Dwi Putra Suastawan

Nim : 041843083

Matakuliah : Teori Perundang-Undangan

1. Pengujian peraturan perundang-undangan dibagi menjadi tiga bagian besar, yakni


legislative review, executive review dan judicial review. Di Indonesia, legislative review
dan executive review merupakan pengujian dilakukan oleh lembaga yang membentuk
peraturan itu sendiri. Misalnya pengujian Peraturan Presiden dilakukan oleh Presiden
sendiri sebagai lembaga pembentuknya. Demikian juga halnya dengan sebuah
Undang-Undang yang diubah atau dicabut oleh lembaga yang membentuknya sendiri
yakni DPR dan Presiden. Pengujian legislative review dan executive review ini sendiri
dianggap memiliki kelemahan-kelamahan.
Pertanyaan:
a. Berikan analisis Saudara hal-hal apa saja yang menjadi kelemahan pengujian
peraturan perundang-undangan melalui legislative review dan executive review!
Jawaban :
Hal-hal yang menjadi kelemahan terhadap pengujian peraturan perundang-undangan
melalui legislative review dan executive review, sebagai berikut:
1. Legislative review, merupakan bagian proses politik dibidang peraturan
perundang-undangan yang dipengaruhi oleh faktor politik sehingga proses
perubahan produk hukum tersebut tidak dilakukan secara judicial yang dijalankan
oleh kekuasaan kehakiman. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bahwa
beberapa produk hukum dengan menggunakan pengujian secara legislative
review bersifat elitis dan memihak kepentingan penguasa. Hal ini dibuktikan
dengan adanya beberapa produk hukum yang bertentangan dengan UUD 1945
yang diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1964 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor
13 Tahun 1965 Tentang Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan
Mahkamah Agung. Kedua undang-undang tersebut lahir pada masa pemerintahan
Soekarno yang didalamnya tidak ada mekanisme control normative dan
wewenang presiden dalam pembentukan UU sehingga dibuatnya undang-undang
tersebut hanya untuk kepentingan kekuasaan Soekarno.
2. Executive review, merupakan pengujian peraturan perundang-undangan oleh
lembaga eksekutif. Segala bentuk produk hukum pihak executive diuji oleh
executive baik kelembagaan dan kewenangan yang bersifat hierarkis. Kelemahan
dari pengujian menggunakan executive review tidak jauh berbeda dengan
pengujian secara legislative review yang pada dasarnya bersifat elitis dan
memihak kepentingan penguasa. Dengan tidak dilakukannya pengujian secara
judicial review, sehingga pengujian yang dilakukan secara intern dan kedalam
akan memudahkan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam pengujian
peraturan perundang-undangan dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan
sebagai executive.
b. Berdasarkan kelemahan-kelemahan dalam soal nomor 1, analisis pula pentingnya
judicial review sebuah peraturan perundang-undangan!
Jawaban :
Judicial review sangat penting dilakukan untuk menjamin konsistensi terhadap isi
undang-undang. dalam keinginan membangun dan menegakkan sistem hukum
perlunya langkah pembentukan hukum dalam semua hierarkinya (peraturan
perundang-undangan) harus sesuai dengan desain tujuan negara yang kemudian
melahirkan sisten hukum itu. Dasar-dasar dari sistem tersebut biasanya diletakkan di
dalam UUD atau konstitusi. Judicial review merupakan cara untuk membenarkan agar
semua produk hukum sesuai dengan sistem hukum yang hendak dibangun. Judicial
review yakni pengujian yang dilakukan oleh lembaga yudisial atas suatu peraturan
perundang-undangan agar sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang
secara hierarki lebih tinggi. Pengujian judicial review oleh lembaga yudisial berhak
untuk menyatakan bahwa suatu peraturan perundang-undangan batal atau dibatalkan
karena isinya bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Oleh karena itu,
penting dilakukan pengujian dengan melakukan judicial review.
2. Setiap putusan Mahkamah Agung dalam menguji peraturan perundang-undangan,
khususnya Peraturan Presiden memiliki implikasi hukum.
Pertanyaan:
Berikan analisis Saudara, implikasi apa yang terjadi jika permohonan pengujian
Peraturan Presiden dikabulkan, ditolak atau tidak diterima oleh Mahkamah Agung!
Jawaban :
Berdasarkan analisis saya, dalam hal Mahkamah Agung berpedapat bahwa
permohonan keberatan beralasan karena Perpres bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi maupun karena pembentukannya tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku maka Mahkamah Agung mengabulkan permohonan
keberatan tersebut. Mahkamah Agung, dalam amar putusannya menyatakan secara
tegas bahwa materi muatan ayat, pasal dan/ atau bagian dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Oleh Mahkamah Agung Perpres yang dimohonkan
keberatan tersebut akan dinyatakan sebagai tidak sah atau tidak berlaku untuk umum
serta memerintahkan kepada instansi yang bersangkutan segera mencabutnya.
Putusan tersebut harus dimuat dalam Berita Negara atau Berita Daerah paling lama
30 hari kerja terhitung sejak tanggal putusan diucapkan. Dalam hal Mahkamah Agung
berpendapat bahwa pemohon atau pemohon atau permohonannya tidak memenuhi
syarat, amar putusannya menyatakan permohonan tidak dapat diterima. Akan tetapi
jika Mahkamah Agung menilai peraturan perundang-undangan tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/ atau tidak
bertentangan dalam pembentukannya, maka amar putusan menyatakan permohonan
ditolak.

Anda mungkin juga menyukai