Banyak teori tentang bagaimana mewujudkan putusan Hakim yang berkualitas, namun bagi
pencari keadilan yang mendambakan keadilan hukum. terhadap perkaranya pada Hakim,
putusan Hakim yang berkualitas baginya tidak lain hanyalah putusan yang dapat
mewujudkan keadilan atau putusan yang mencerminkan rasa keadilan yang dapat
dilaksanakan dan dapat diterima atau memuaskan pencari keadilan.
Ada dua persoalan dalam hal ini yaitu bagaimana mewujudkan putusan berkualitas dan
bagaimana mewujudkan keadilan hukum dalam putusan.
Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Bagaimanapun hukumnya itulah yang harus
berlaku, dan harus dilaksanakan serta tidak boleh menyimpang. Demikian menurut
adagium fiat justicia et pereat mundus (meskipun dunia runtuh hukum harus ditegakkan),
atau lex dura sedtamen scripta (hukum adalah keras, dan memang itulah bunyinya atau
keadaannya, semua itu demi kepastian di dalam penegakannya).
menurut Prof. Satjipto Rahardjo lalu menjadi bersifat optik perskriptif, yaitu memandang
hukum hanya sebagai sistem kaidah yang penganalisisnya terlepas dari landasa
kemasyarakatannya. dengan kata lain, ilmu hukum hanya dipandang sebagai sebuah
eksemplar normologi saja untuk menghasilkan pola "problem solving" yang hanya
menciptakan kemahiran sebagai tukang, yakni ahli-ahli hukum yang mahir menafsirkan dan
menerapkan hukum positif (Satjipto Rahardjo, Pemanfaatan IImu-ilmu Sosial Bagi
Pengembangan IImu Hukum, 1977: 35-78).
https://kepaniteraan.mahkamahagung.go.id/artikel-hukum/122-mewujudkan-putusan-
berkualitas-yang-mencerminkan-rasa-keadilan-prof-dr-paulus-e-lotulung-sh
https://media.neliti.com/media/publications/272679-none-576a58d5.pdf