Anda di halaman 1dari 64

LEGAL OPINION

“Materi Kuliah Pertemuan


Komprehensif”
2024
POKOK-POKOK SILABUS

 1 LEGAL REASONING
 2. LEGAL DUE DILIGENCE
 3. LEGAL OPINION
LEGAL REASONING
Pengertian
 Istilah logika berasal dari bahasa Yunani : “Logike” (kata
sifat), “Logos” (kata benda). Definisi Logika : “Ilmu atau
disiplin ilmiah yang mempelajari jalan pikiran yang dinyatakan
atau diungkapkan dalam bahasa”.

 Legal Reasoning/legal Method/ Argumentasi Yuridik/ Metode


Berpikir yuridis/ Element of argument of law/ Penalaran
hukum

 Definisi Logika : “Ilmu atau disiplin ilmiah yang mempelajari


jalan pikiran yang dinyatakan atau diungkapkan dalam
bahasa”.

 Obyek studi Logika : kegiatan berfikir (bukan proses berfikir)


Penalaran Hukum/Argumentasi Hukum

 Berpikir Yuridik adalah suatu cara berpikir tertentu, yakni


terpola dalam konteks sistem hukum positif dan kenyataan
kemasyarakatan, untuk memelihara stabilitas dan
predikbilitas demi menjamin ketertiban, dan kepastian
hukum, untuk menyelesaikan kasus konkret secara
impersial- objektif-adil manusiawi.
 Berfikir yuridik adalah metode berpikir yang digunakan
untuk memperoleh, menata, memahami dan
mengaplikasikan pengetahuan hukum.
 Model berpikirnya adalah model berpikir problematik-
tersistematisasi mengacu tujuan hukum, fungsi hukum, dan
cita hukum.

[1] Suadara Ananda, SH. Legal Reasoning. (Jakarta: Makalah yang disampaikan Pendidikan Advokat
LPLIH-FHUI Angkatan I)April-Juli 2005, hal. 1.
 Dipandang dari sudut cara bekerjanya, berpikir yuridik
adalah berpikir secara analitik-sistematik-logikal-rasional
terorganisasi dalam kerangka tertib kaidah-kaidah hukum
positif secara kontekstual.
 Penalaran hukum adalah proses menalar dalam kerangka
dan berdasarkan tata hukum positif mengidentifikasi hak-
hak dan kewajiban- kewajiban yuridik dari subyek-subyek
hukum tertentu. Penalaran hukum adalah proses
penggunaan alasan-alasan hukum (legal reasons) dalam
menetapkan pendirian hukum yang dirumuskan dalam
putusan hukum.
 Penalaran adalah suatu proses, suatu kegiatan dalam akal
budi manusia yang didalamnya berlangsung gerakan/alur
dari suatu premis ke premis-premis lainnya untuk
mencapai suatu kesimpulan.
 Kesimpulan adalah suatu pendirian yang dibangun atas
dasar premis-premis yang diajukan dalam penalaran itu.

 Tiap premis dan kesimpulan mewujudkan diri sebagai


sebuah pernyataan yang dalam logika disebut proposisi.
Dalam Logika produk dari kegiatan itu disebut
argumentasi.

 Sebuah argumentasi tersusun atas sekelompok


pernyataan yang didalamnya salah satu pernyataan
pernyataan lainnya dari kelompok pernyataan tersebut
yang masing-masing disebut premis atau argumen.
Produk dari penalaran hukum ( legal reasoning) disebut
argumentasi yuridik. kesimpulannya disebut pendirian
hukum atau pendapat hukum, yakni substansi putusan
hukum. Premis-premisnya terdiri atas kaidah-kaidah
hukum positif dan fakta-fakta.
Asas-asas hukum berfikir :
(the laws of thought)
1. Asas identitas (principle of identity) yang dapat
dirumuskan : A adalah A
(A = A), setiap hal adalah apa dia itu adanya, setiap
hal adalah sama (identik) dengan dirinya sendiri,
setiap subyek adalah predikatnya sendiri.
2. Asas kontradiksi (principle of contradiction) yang
dapat dirumuskan A adalah tidak sama dengan
bukan A (non-A) atau A adalah bukan non-A;
keputusan-keputusan yang saling berkontradiksi
tidak dapat dua-duanya benar, dan sebaliknya tidak
dapat dua-duanya salah.
3. Asas pengecualian kemungkinan ketiga (principle of
excluded middle) dapat dirumuskan; setiap hal
adalah A atau bukan-A; Keputusan-keputusan yang
saling berkontradiksi tidak dapat dua-duanya salah.
Juga keputusan-keputusan itu tidak dapat menerima
kebenaran dari sebuah keputusan ketiga atau
diantara keduanya; salah satu dari dua keputusan
tersebut harus benar, dan kebenaran yang satu
bersumber pada kesalahan yang lain.
4. Asas alasan yang cukup (principle of sufficient
reason) dapat dirumuskan : tiap kejadian harus
mempunyai alasan yang cukup.
5. Asas bahwa kesimpulan tidak boleh melampaui daya
dukung dari premis-premisnya atau pembuktiannya
(do not go beyond the evidence).
Faktor-faktor yang turut serta menentukan isi hukum

Stuktural ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan


masyarakat antara lain: kekayaan alam, susunan
geologi, perkembangan-perkembangan perusahaan
dan pembagian kerja.
 Kebiasaan yang telah membaku dalam
masyarakat yang telah berkembang dan pada
tingkat tertentu ditaati sebagai aturan tingkah
laku yang tetap.
 Hukum yang berlaku.
 Tata hukum negara-negara lain
 Keyakinan tentang agama dan kesusilaan
 Kesadaran hukum
Sumber Hukum:

 Sumber hukum dalam


arti materiil
 Sumber hukum dalam
arti formil
Sumber hukum dalam arti formil
Sumber hukum yang bersangkut paut dengan
masalah prosedur atau cara pembentukanya

1. Sumber hukum dalam arti formal yang tertulis


Undang-undang :
 UU dalam arti materiil: keputusan penguasa yang
dilihat dari segi isinya Mempunyai kekuatan
mengikat umum, misalnya UU Terorisme, UU
Kepailitan;
 UU dalam arti formal : keputusan penguasa yang
diberi nama UU disebabkan bentuk yang
menjadikannya UU, misalnya UU APBN.
2. Sumber hukum dalam arti formal yang tidak
tertulis
 Prof. Soepomo dalam catatan mengenai pasal 32 UUD 1950
berpendapat bahwa
“ Hukum adat adalah sinonim dengan hukum
tidak tertulis dan hukum tidak tertulis berarti
hukum yang tidak dibentuk oleh sebuah badan
legislatif yaitu hukum yang hidup sebagai
konvensi di badan –badan hukum negara (DPR,
DPRD, dsb), hukum yang timbul karena putusan-
putusan hakim dan hukum kebiasaan yang hidup
dalam masyarakat.”
Prof. DR. Sudikno Mertokusumo, SH

persyaratan untuk menjadi hukum kebiasaan (Hukum Adat)[1]


adalah:
 Syarat materiel : adanya kebiasaan atau tingkah laku yang
tetap atau diulang, yaitu suatu rangkaian perbuatan yang
sama, yang berlangsung untuk beberapa waktu lamanya.
Harus dapat ditunjukkan adanya perbuatan yang
berlangsung lama (longa et inventerata consuendo).
 Syarat intelektual: kebiasaan itu harus menimbulkan
keyakinan umum (opinio necessitas) bahwa perbuatan itu
merupakan kewajiban hukum.Keyakinan ini tidak hanya
merupakan keyakinan bahwa selalu ajeg berlaku demikian,
tetapi keyakinan bahwa memang seharusnya demikian.
 Adanya akibat hukum bila kebiasaan itu dilanggar.

[1] Dikemukakan pertama kali oleh Snouck Hurgonye dalam bukunya “De Atjehers” (1938) dan
kemudian digunakan van Vollen Hoven yang dianggap sebagai penemu hukum adat “Het
Adatrecht van Nederlands Indie.”Hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku
positif yang disatu pihak mempunyai sanksi dan dilain pihak dalam keadaan tidak
dikodifikasikan (hukum adat adalah adat kebiasaan yang mempunyai akibat hukum).
Tap MPRS No.XX/MPRS/1996 Tata urutan perundangan RI
menurut UUD 1945

 Undang-undang Dasar 1945


 Tap MPR
 Undang-undang/Perpu
 Peraturan Pemerintah
 Keputusan Presiden
 Peraturan Menteri
 Instruksi Mentri
Surat Presiden tanggal 20 Agustus 1959
No.2262/Hk/59 sebelum TAP MPRS t

1. Undang-undang;
2. Peraturan Pemerintah;
3. Peraturan Pemerintah Pengganti UU, diantaranya,
3.1 Penetapan Presiden didasarkan pada pasal
4 ayat (1) UUD 45 untuk melaksanakan
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959;
3.2 Peraturan Presiden didasarkan pada psl.4
ayat (1) UUD 45 untuk melaksanakan
Penetapan Presiden.
3.3 Peraturan -Pemerintah untuk melaksanakan
Peraturan Presiden;
3.4 Keputusan Presiden untuk melakukan
pengangkatan;
3.5 Peraturan Menteri dan Putusan Menteri.
Pasal 2 Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan
Tata Urutan Peraturan Perundang- undangan
1. UUD 1945;
2. Tap MPR RI[1],
3. Undang-Undang,
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang,
5. Peraturan Pemerintah,
6. Keputusan Presiden;
7. Peraturan Daerah.[2]
[1] Adanya perubahan ke-4 UUD 45 maka kedudukan MPR setara dengan
Yudikatif, sehingga seyogyanya TAP MPR tersebut diganti uu saja
[2] Adanya Surat Menkeh dan HAM yang merevisi TAP MPR tersebut No
M.UM.01.06-27 tertanggal 23 Februari 2001 yang substansinya merupakan
pendapat mengenai kedudukan keputusan menteri (kepmen) dalam tata urutan
peraturan perundang-undangan, yaitu terletak di antara keputusan presiden dan
peraturan daerah. Surat Menteri nmenurut ketatanegaran tidak dapat merevisi
TAP MPR.
Prof. A. Hamid S. Attamimi
Peraturan perundang-undangan yang
secara hierarkis berkedudukan lebih
rendah
a. tidak dapat mengubah materi yang ada didalam
aturan yang lebih tinggi;
b. tidak menambah;
c. tidak mengurangi;
d. tidak menyisipi suatu ketentuan baru;
e. tidak memodifikasi materi dan pengertian
yang telah ada dalam aturan induknya
 pasal 25 ayat (1) UU No. 4/2004 menegaskan :
“Segala putusan pengadilan selain harus memuat
alasan dan dasar putusan tersebut, memuat pula
pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis
yang dijadikan dasar untuk mengadili.”
 Dalam pasal 19 ayat (4) UU No.4/2004 juga
menegaskan:
“Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim wajib
menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis
terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari putusan”.
LEGAL DUE DILIGENCE
DEFINISI
Due Diligence:

1. Such a measure of prudence, activity, or


assiduity, as is properly to be expected from,
and or ordinarily exercised by, a reasonable
and prudent man under the particular
circumstances; not measured by absolute
standard, depending on the relative facts of
the special case. (Black Law Dictionary).
UJI TUNTAS
(Terjemahan bebas)
Suatu upaya kehati-hatian, aktivitas, atau penekunan terhadap hal oobyek
tertentu yang selayaknya atau biasanya dilakukan oleh seseorang yang
mempunyai kualifikasi untuk melakukan hal tersebut, yang yang tidak diukur
dengan suatu standar yang mutlak/pasti, melainkan tergantung pada fakta-
fakta relatif dari kasus-kasus khusus.

 Memang dalam penyusunan Due Diligence tidak ada format khusus, atau harus
bagaimana bentuk yang baik atau susunan dalam menganalisis temuantemuan
hukum (Legal Audit), sehingga memudahkan memberikan pendapat hukum
(Legal Opinion).
 Istilah due diligence mulai dikenal pada tahun 1903. Due diligence berasal dari
kata due (sesuatu yang terhutang atau merupakan kewajiban moral) dan
diligence yaitu vigilant (ketekunan), activity (kegiatan), atau attentiveness
(perhatian).
DEFINISI PRAKTIS
 Due diligence (secara umum):
Investigasi terhadap usaha, aspek
hukum dan aspek finansial dari suatu
perusahaan terkait dengan penawaran
efek atau transaksi korporasi atau
kegiatan hukum lainnya (Melli Darsa,
SH.,LLM., pada Talk Show PERADI,
Jakarta, 30 November 2010).

 Legal Due Diligence (Spesifik): Suatu


analisa hukum terhadap satu atau lebih
dokumen hukum (dokumen
perusahaan).
DEFINISI MENURUT Lampiran Keputusan
HKHPM No. 01/HKHPM/2005

 Kegiatan pemeriksaan secara seksama dari segi hukum


yang dilakukan oleh Konsultan Hukum terhadap suatu
perusahaan atau obyek transaksi sesuai dengan tujuan
transaksi, untuk memperoleh informasi atau fakta
material yang dapat menggambarkan kondisi suatu
perusahaan atau obyek transaksi.
Perkembangan
 Semula (hanya) untuk Initial Public Offering (“IPO”)
 Merambah kepada kegiatan perseroan, misalnya: merger dan
akuisisi.
 Dalam praktek terkini: menjadi suatu pendekatan dalam
melakukan transaksi yang memiliki dampak substantial
terhadap perseroan, bahkan diaplikasikan menjadi
pendekatan penanganan suatu masalah hukum, karenanya
juga dikenal ruang lingkup yang spesifik, yaitu LEGAL DUE
DILIGENCE (LDD).
 Perkembangan due diligence disamping untuk melakukan
pemeriksaan hukum, sehubungan dengan transaksi bisnis,
dilakukan juga oleh investor yang akan melakukan investasi
pada perusahaan high-tech.
LEGAL AUDIT atau LDD
 Legal audit yang selama ini dikenal oleh mayarakat luas adalah legal
audit yang dilakukan dalam Pasar Modal yaitu berupa legal due
diligence (pemeriksaan hukum secara menyeluruh) terhadap
perusahaan yang akan go public (masuk bursa). LDD dari aspek pasar
modal, legal audit merupakan pemeriksaan terhadap segala kegiatan
dan dokumentasi yang berkaitan dengan hukum).

 Selain itu, para konsultan hukum dalam Pasar Modal juga memberikan
pengertian dari legal audit yaitu proses pekerjaan konsultan hukum
dalam memberikan pendapat hukum menurut hukum Indonesia
mengenai emiten dalam waktu tertentu. Pada dasarnya pengertian dari
legal audit bersifat netral dan dapat ditetapkan dalam berbagai subjek
yang aktivitasnya akan di audit. Dalam konteks Pasar Modal istilah due
diligence dikenal sebagai pemeriksaan dari segi hukum.
Prinsip-prinsip LDD
a. Kerelaan, yaitu bahwa subjek hukum yang akan diperiksa
harus secara sukarela membuka diri untuk pemeriksaan;
b. Keterbukaan, yaitu bahwa subjek hukum yang akan diperiksa
harus membuka diri seluas-luasnya agar pemeriksa dapat
melakukan pekerjaanya dengan baik;
c. Kerahasiaan, yaitu bahwa hasil pemeriksaan merupakan
kerahasiaan yang hanya akan diketahui oleh pihak pemeriksa
dan pihak yang diperiksa sampai pada saat ada kewajiban atau
kebutuhan untuk membuka informasi tersebut;
d. Tanggung jawab, yaitu bahwa pihak yang diperiksa
bertanggung jawab penuh terhadap hasil LDD.
Tujuan Legal Due Diligence (LDD)
1. Verifikasi terhadap legalitas suatu badan hukum
atau badan usaha;
2. Mengetahui tingkat ketaatan badan hukum
terhadap peraturan yang berlaku;
3. Memberikan pandangan hukum atau kepastian
hukum bagi suatu rencana kebijakan atau
tindakan yang diambil perusahaan;
4. Memperoleh status/kepastian hukum tentang
suatu dokumen atau permasalahan hukum.
key issue? Menghindari ….
Why is due diligence necessary?
 Lebih memahami bisnis (anda);
 untuk memvaluasi perusahaan sasaran (merger & akuisisi);
 Untuk menyusun dokumentasi yang relevan;
 Untuk mengidentifikasi hambatan transaksi;
 Untuk pembuatan pendapat hukum (LO)
 Aspek lain:
1. Memperoleh status hukum atau penjelasan hukum terhadap dokumen
yang diaudit atau diperiksa ;
2. Memeriksakan legalitas suatu badan hukum/badan usaha ;
3. Memeriksa tingkat ketaatan suatu badan hukum/badan usaha ;
4. Memberikan pandangan hukum atau kepastian hukum dalam suatu
kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan.
FUNGSI LDD
 LDD adalah sebuah mekanisme dari suatu verifikasi yang kompleks terhadap
keberadaan suatu subjek hukum berikut aktivitas-aktivitas yang dilakukannya
secara objektif dan sistematis berdasarkan sistem hukum nasional yang berlaku.
LDD merupakan pemeriksaan ke dalam perusahaan terhadap segala kegiatan
dan dokumentasi yang berkenaan dengan hukum.
 LDD dikembangkan sebagai respon terhadap meningkatnya kebiasaan umum
dari para pelaku bisnis dan individu sebagai usaha tindakan hukum, untuk
menyelesaikan suatu sengketa sehingga dapat menghindari borosnya biaya dan
proses pengadilan yang berlarut-larut, dengan menggunakan beberapa konsep
atau teknik penanganan pencegahan.

 Bila dilihat dari awal mula timbulnya LDD, fungsi dari LDD pada umumnya
merupakan bahan rujukan bagi tindakan selanjutnya. Dalam perkembangannya,
LDD terkait dengan legal opinion. Agar dapat dikeluarkan sebuah legal opinion,
sebelumnya harus dilaksanakan dahulu LDD terhadap dokumen-dokumen
hukum yang terkait dengan objek audit.
FUNGSI LDD
 Menurut keputusan HKHPM Nomor KEP 01/HKH/1995 Tanggal 30 Maret
1995 fungsi LDD dalam Pasar Modal adalah untuk memenuhi salah satu
persyaratan perseroan terbatas menjadi perseroan terbatas terbuka
agar dapat masuk pasar modal guna memenuhi Prinsip Keterbukaan di
Pasar Modal.
 Demikian pula dalam hal pelaksanaan akuisisi terhadap suatu perseroan
terbatas, pelaksanaan pemeriksaan hukum atau due diligence ini
sangatlah penting karena memberikan keterbukaan informasi tentang
kondisi perusahaan terhadap pihak yang akan mengakuisisi sehingga
dapat diambil keputusan akan mengakuisi perusahaan tersebut atau
tidak. Selain itu fungsi due diligence ini dalam melakukan akuisisi
terhadap perseroan terbatas adalah untuk menghindari hal-hal yang
tidak terlihat di permukaan tetapi dikemudian hari dapat meledak
menjadi suatu permasalahan sehingga merugikan bagi pihak yang
mengakuisisi perusahaan tersebut.
TUJUAN (LAIN) LDD
 Tujuan LDD secara umum adalah adanya keterbukaan (disclosure) informasi dan
hal ini dikaitkan dengan penekanan jaminan keabsahan (legalitas) objek terkait,
dalam hubungannya dengan pihak ketiga.
 Dalam Pasar Modal tujuan legal audit menurut Standar Konsultan Hukum Pasar
Modal adalah untuk menyajikan fakta-fakta hukum mengenai emiten secara utuh
dan menyeluruh tanpa ada fakta yang bersifat material yang ditutupi (full
disclosure), sedemikian rupa sehingga pihak investor atau bondholders terjamin
memperoleh informasi yang akurat (tidak menyesatkan).
 Dalam organisasi perusahaan, Due diligence adalah penelitian yang dilakukan
terhadap seluruh aspek perusahaan untuk mendapatkan keyakinan atas kondisi
perusahaan. LDD diperlukan dan dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan
data objektif berkaitan dengan suatu rencana transaksi. Suatu due diligence dalam
bidang hukum atau yang sering disebut pemeriksaan dari segi hukum atau legal
audit sangat penting peranannya dan sangat penting untuk dipertimbangkan
untuk memutuskan dilakukan atau tidaknya suatu deal akuisisi perusahaan.
TUJUAN (LAIN) LDD
 Due diligence bertujuan untuk mendapatkan suatu gambaran atau informasi
aspek hukum mengenai suatu perusahaan, harta kekayaan tertentu atau
hubungan hukum tertentu. Hasil dari due diligence merupakan salah satu
bahan pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan (misalnya investor atau
kreditor) dalam mengambil keputusan sehubungan dengan transaksi yang
akan dilakukan, misalnya akuisisi saham ataupun harta kekayaan, merger,
konsolidasi, emisi efek ataupun pemberian pinjaman.
 Banyak kasus yang menunjukkan dalam suatu perusahaan banyak masalah
yang tidak sampai kelihatan ke permukaan yang sebenarnya cukup potensial
untuk meledak di kemudian hari. Masalah hukum tersebut sangat bergraduasi,
mulai dari hanya persoalan kecil yang dapat segera diperbaiki sampai dengan
masalah serius yang tidak dapat diperbaiki dan dapat mengancam eksistensi
perusahaan itu sendiri. Bisa saja kelihatannya perusahaan tersebut mempunyai
kinerja keuangan yang baik, tetapi terdapat masalah hukum yang tersembunyi
dan fatal.
TUJUAN (LAIN) LEGAL AUDIT
 Demikian pula halnya dengan pemeriksaan hukum terhadap perseroan terbatas
yang akan diakuisisi, hal tersebut ditujukan untuk mengungkapkan informasi secara
materiil yang sepatutnya diungkapkan kepada pihak yang mengakuisisi
(keterbukaan informasi) berkenaan dengan resiko dari pengambilalihan tersebut
secara materiil. Karena sungguh tidak adil bagi pihak yang mengakuisisi jika mereka
harus menanggung seluruh risiko yang tidak diketahui oleh mereka sebelumnya.
 Beberapa tujuan dari due diligence ini adalah untuk mengakses isu-isu utama yang
dihadapi bisnis dan pendorong di belakang keuntungan atau cashflow yang dapat
dipelihara, dan mengidentifikasi isu-isu yang berpengaruh pada harga
pembelian/penjualan, serta negosiasi kesepakatan pembelian, analisis komersial
dari operasi, hubungan dengan pelanggan dan pemasok, dan melakukan penelitian
pasar untuk mengevaluasi nilai dari transaksi dan penilaian yang mendukung hara
penawaran secara lebih objektif . Tujuan yang lain adalah untuk identifikasi dan
kuantifikasi resiko dan manfaat untuk mengurangi resiko-resiko yang terkait
dengan transaksi dan menyediakan informasi dan pertimbangan finansial.
Contoh KERANGKA DUE DILIGENCE
HAL-HAL PENTING DALAM LEGAL DUE
DILIGENCE

 Persiapan: mengetahui tujuan LDD dan tujuan


transaksi/tindakan yang akan dilakukan oleh klien;
 Memahami klien/obyek LDD serta keinginannya/
targetnya;
(misalnya: jika klien adalah BUMN, harus menyadari
masalah anti-korupsi, peraturan BUMN,
perbendaharaan negara, kepentingan negara, dsb.)
 Memiliki pengetahuan/penguasaan yang memadai
tentang berbagai bidang hukum: hukum perusahaan,
peraturan terkait bidang usaha klien, yurisprudensi
yang relevan.
 Memiliki tim yang memadai.
Prinsip-prinsip yang berlaku
1. Prinsip Keterbukaan: (terutama di bidang pasar
modal) mengungkapkan adanya pelanggaran,
kelalaian, ketentuan-ketentuan yang tidak
lazim/wajar dalam dokumen korporasi, informasi
atau fakta lain yang material (dapat menimbulkan
risiko bagi perseroan) ;
2. Prinsip Materialitas: memperhatikan informasi/
fakta yang dapat mempengaruhi klien atau para
pemangku kepentingan, dilihat dari segi
kelangsungan usaha atau keuntungan finansialnya.
Catatan: semua temuan harus diungkap, bahkan dibenahi, jika ternyata
tidak dapat dilaksanakan, harus dituangkan sebagai catatan.
TAHAPAN
 Penandatanganan kontrak/komitmen atau
sejenisnya, yang didalamnya antara lain memuat
komitmen kerahasiaan (Non Disclosure Agreement);
 Mempelajari dan mengumpulkan fakta terkait
dokumen yang akan diperiksa;
 Pembentukan tim dan sarana (physical & virtual
data room)
 Data collection: dokumen terkait (penyerahan
dokumen oleh klien);
TAHAPAN (lanjutan)
 Pendalaman dan analisa isu pokok yang akan
diperiksa;
 Pemeriksaan atas dokumen;
 Pemeriksaan melalui tanya jawab;
 Pemeriksaan dalam Due Diligence Meeting
(bersama-sama profesi lain terkait, jika
diperlukan)
 Site Visit;
Tahapan (lanjutan):
 Konfirmasi atau Cross checking
 Penyusunan laporan, memuat:
a. Tujuan Uji Tuntas
b. Inventarisasi atas dokumen yang diperiksa;
c. Analisa Hukum: hukum positif (hukum
perusahaan);
d. Rekomendasi/Hasil pemeriksaan (dapat berupa
pendapat hukum), a.l.: memuat akibat hukum
terhadap pelanggaran yang dapat berdampak
material terhadap perusahaan.
LEGAL OPINION
Susunan pendapat hukum
(untuk tujuan penawaran umum)

1. Identitas penyusun pendapat hukum;


2. Pihak penerima pendapat hukum;
3. Dasar penunjukan menjadi penyusun pendapat hukum;
4. Tujuan penerbitan pendapat hukum;
5. Pendapat hukum berdasarkan Laporan Hasil Uji Tuntas
Segi Hukum.
Uji Tuntas vs Legal Opinion secara umum
 Legal Opinion adalah suatu dokumen yang
dibuat oleh praktisi hukum, yang merupakan
suatu analisa hukum terhadap persoalan
hukum yang akan dikaji/dibahas atau
diselesaikan.
Perbedaan antara Uji Tuntas & Legal Opinion

Uji Tuntas: Legal Opinion:

 Penelusuran hukum terkait  Kajian terhadap masalah


hal yang diperiksa hukum (tanpa proses
(terdapat proses pemeriksaan atau
pemeriksaan); penelusuran)

 Untuk menjawab suatu


 Memberikan pandangan persoalan, atau kadang
hukum atau alternatif yang untuk mengisi
ada (sesuai hukum yang kekosongan hukum.
berlaku)
Persamaan antara Uji Tuntas & Legal Opinion

1. Melakukan identifikasi masalah (hukum);


2. Mengkaji hubungan antara fakta, masalah dan peraturan
hukum yang relevan;
3. Memberikan analisis hukum;
4. Prinsip keterbukaan dan materialitas.
Catatan:
Berdasarkan adanya kesamaan tersebut, maka due diligence
menginspirasi para praktisi hukum untuk menerapkannya
dalam penanganan perkara hukum.
Format LO

I. Data sebagai dasar dibuatnya LO;


II. Fakta Hukum;
III. Permasalahan Hukum;
IV. Analisis Hukum
V. Kesimpulan dan Rekomendasi.
LINGKUP DUE DILIGENCE
A. Due diligence terkait rencana transaksi & tindakan hukum
perseroan:
1. pendirian badan usaha;
2. pelaksanaan kegiatan usaha;
3. tindakan korporasi;
4. transaksi yang akan dilakukan
B. Due diligence terkait masalah hukum:
1. Masalah Perdata: a. Amicable setlement
b. Litigasi: 1) arbitrase
2)pengadilan
2. Perkara Pidana (pidana ringan, dengan syarat-syarat
tertentu, dan sebelum terbit SPDP).
Dokumen Perusahaan

1. Akta Pendirian perusahaan dan seluruh perubahannya


(termasuk pengesahan, WDP dan BNRI);
2. Bukti setoran modal yang terlaksana;
3. Akta-akta: RUPS, rapat direksi, rapat komisaris
4. Bukti-bukti terkait peralihan kepemilikan saham
5. Akta-akta: perubahan susunan direksi & komisaris
6. Dokumen perijinan perusahaan;
7. Bukti kepemilikan/penguasaan harta kekayaan dan
asuransinya
Dokumen Perusahaan (LANJUTAN)
8. Perjanjian yang ada dan masih berlaku bagi pihak
ketiga;
9. Perkara yang dihadapi (perseroan dan pengurus);
10. Berkas-berkas ketenagakerjaan/SDM;
11. Kepatuhan terhadap ketentuan lingkungan hidup;
12. Hak cipta, hak merek atas logo atau pendaftaran
yang telah dilakukan.
Obyek Uji Tuntas
Penawaran Umum/IPO:
1. Anggaran Dasar Perusahaan
2. Berita Acara Rapat: Direksi dan Komisaris
3. Saham dan permodalan;
4. Direksi dan komisaris (struktur dan identitas diri);
5. Ijin dan persetujuan
6. Aset
7. Asuransi
8. Ketenagakerjaan
9. Perjanjian-perjanjian yang bersifat material dan mengikat
perusahaan;
10. Pemeriksaan atas perkara yang melibatkan perusahaan;
11. Laporan keuangan
OBYEK UJI TUNTAS (LANJUTAN)
Fokus analisa/pemeriksaan untuk kegiatan Penggabungan
dan Peleburan Perusahaan (sebagai perbandingan):
1. Hambatan dan atau batasan yang ada terhadap rencana
penggabungan atau peleburan dilihat dari segi peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2. Akibat hukum penggabungan dan atau peleburan (bagi pihak
yang bertransaksi);
3. Penentuan konversi saham bagi pemegang saham;
4. Struktur permodalan dan pemegang saham setelah tindakan
korporasi;
5. Perubahan AoA; atau akta pendirian baru hasil peleburan usaha;
6. Persetujuan-persetujuan yang diperlukan sesuai ketentuan
hukum yang berlaku.
Catatan: kepentingan SIAPA yang harus diperhatikan?
Standar Due Dilligence

Di Indonesia, standar baku prosedur due diligence


baru tersedia untuk pasar modal, sebagaimana
Lampiran Keputusan HKHPM No. 01/HKHPM/2005.
-Khusus untuk obyek uji tuntas pasar modal berlaku Peraturan
Bapepam No. IX.A.12.
Di Amerika, dikenal berlakunya Standard 10b-5 yang
berlaku untuk penawaran efek.
DUE DILIGENCE INFRASTRUKTUR
 Dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan proyek-proyek
infrastruktur, seluruh proses evaluasi untuk memastikan
kelayakan pembiayaan atas suatu proyek, harus mengacu dan
tunduk kepada ketentuan/peraturan yang berlaku.
 Dengan demikian maka setiap keputusan untuk membiayai
atau tidak membiayai suatu proyek, telah melalui proses uji
tuntas/due diligence yang dapat dipertanggungjawabkan.
Proses Due Diligence Kereta Bandara
 TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), Emma Sri Martini
menyatakan pembahasan mengenai pembangunan jalur Kereta Api (KA) Bandara Soekarno
Hatta-Banten, sudah menyelesaikan tahap due dilligence. "Kami sedang koordinasi lagi," kata
Emma di Jakarta Convention Center, Rabu, 29 Agustus 2012.

Setelah tahapan due dilligence, selanjutnya akan dilakukan pendalaman studi angka, hukum,
dan mengenai jalur kereta api. Koordinasi dengan stakeholder pun akan dilakukan,
diantaranya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Banten, Kementrian Perhubungan,
Kementerian Pekerjaan Umum, Angkasa Pura, PT Kereta Api (Persero), dan Jasa Marga.

"Semua pihak kita koordinasikan. Proses tender sendiri ditargetkan dapat dilakukan tahun
depan. Bila sudah ada pemenangnya tender, baru kita masukkan nilai konstruksi," kata
Emma.

PT SMI sebelumnya telah menyampaikan pembahasan 'pre-feasibility study' atau studi


kelayakan kepada Kementerian. Salah satu yang dibahas dalam studi kelayakan tersebut
adalah jalur kereta api bandara yang akan melewati Cawang dan Halim, Jakarta Timur.

Akan ada dua pengerjaan untuk KA Bandara. Pertama, kereta api bandara ekspres yang akan
dikerjakan oleh SMI. Kedua, monorel dari Serpong menuju bandara yang pengerjaannya akan
ditangani pemerintah Provinsi Banten.

Kementerian Perhubungan mengalokasikan Rp 400 miliar untuk pembebasan lahan jalur


kereta api (KA) Bandara Soekarno-Hatta, Banten. Selain oleh PT SMI, pembebasan lahan
juga dilakukan pemerintah Banten dan DKI Jakarta.
Profesi TERKAIT
 Dalam proses akuisisi, perusahaan-perusahaan yang melakukan
akuisisi pertama sekali harus mencapai kesepakatan tentang
pihak profesional (pihak yang memiliki keahlian atau pengalaman
spesifik tertentu) yang akan ditunjuk dan dilibatkan serta
memberikan produk jasanya dalam rangka transaksi akuisisi
tersebut.
 Keterlibatan para profesional dalam suatu transaksi akuisisi
adalah sangat penting dan berguna bagi perseroan-perseroan
akuisisi karena para profesional tersebut akan memberikan
kontribusi keahlian (skill dan expertise) serta pengalamannya
dalam penanganan akuisisi. Pihak-pihak profesional tersebut
antara lain, Akuntan, Konsultan Hukum, Perusahaan Penilai,
Notaris, Konsultan Pajak, dan Penasehat Keuangan.
Profesi TERKAIT
 Dalam pemilihan para profesional tersebut disarankan untuk
dilakukan pada awal proses akuisisi (negosiasi), perseroan
yang akan diakuisisi hendaknya mempertimbangkan keahlian
(skill dan expertise) khusus serta pengalaman yang luas dalam
menangani akuisisi di samping besaran jasa profesional
mereka dan perizinan yang dimiliki para profesional tersebut
yang dalam beberapa transaksi akuisisi tertentu, seperti
akuisisi perusahaan yang melibatkan perusahaan terbuka
(publik), Badan Usaha Milik negara (BUMN), perbankan, dan
sebagainya, perizinan tersebut wajib dimiliki oleh para
profesional dalam pelaksanaan tugas profesi mereka.
Profesi TERKAIT
 Khusus bagi konsultan hukum, suatu pemahaman atas peraturan
perundang-undangan yang berlaku terhadap akuisisi tidaklah cukup dalam
menangani akuisisi. Konsultan hukum tersebut harus memiliki paling
sedikitdi bidang hukum korporasi/perseroan (corporate law), dan apabila
akuisisi melibatkan perusahaan publik atau lembaga perbankan atau
asuransi, konsultan hukum tersebut juga harus memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang cukup di bidang pasar modal, perbankan asuransi. Suatu
pengetahuan di bidang keuangan atau akuntansi merupakan nilai tambah
yang sangat berharga bagi konsultan hukum karena akuisisi tidak lepas dari
kalkulasi keuangan dan pemahaman atas suatu laporan keuangan.
 Penunjukan pihak profesional dalam transaksi akuisisi biasanya dituangkan
dalam suatu surat penawaran dan dikirimkan oleh pihak perseroan yang
akan melakukan akuisisi kepada pihak profesional atau kepada penasihat
keuangan yang nantinya akan menghubungi masing-masing pihak
profesional.
Profesi TERKAIT
 a. Konsultan Hukum,

 Peran konsultan hukum dalam akuisisi sangat nyata, penting , dan bermanfaat,
tidak hanya bagi perseroan-perseroan yang akan melakukan akuisisi, tetapi juga
bagi para profesional lainnya yang terlibat dalam transaksi akuisisi tersebut.
Akuisisi merupakan transaksi yang sangat terkait dengan dokumen hukum (legal
documents) yang akan dibuat dan ditandatangani oleh perseroan-perseroan
yang akuisisi dan karenanya membutuhkan jasa profesi dari seorang konsultan
hukum. Sebagai konsultan hukum yang bergelut dalam peraturan
perundangundangan, kontribusi konsultan hukum tentang peraturan
perundang-undangan termasuk peraturan akuisisi kepada pihak profesional
lainnya sangat bermanfaat. Kontribusi konsultan hukum tidak berhenti pada
tahapan penyediaan informasi mengenai peraturan perundang-undangan
tersebut, namun berlanjut dan berluas pada penyediaan hasil analisis hukum
terhadap peraturan akuisisi itu sendiri dan transaksi akuisisi serta hal-hal lain yang
terkait dengan transaksi akuisisi termasuk analisisi hukum atas aspek perpajakan
yang diatur dalam peraturan perpajakan yang terkait dengan akuisisi dan juga
aspek keabsahan (validitas) pemilikan harta kekayaan (property) perseroan.
Profesi TERKAIT
 b. Akuntan Publiik

 Sama halnya dengan konsultan hukum, profesi Akuntan atau lebih spesifik lagi Akuntan Publik atau
Kantor Akuntan Publik memiliki peran yang sangat determinan dalam transaksi akuisisi. Akuntan
yang “qualified” haruslah juga memiliki pengalaman yang luas dalam melakukan penilaian atas
metode alternatif pelaksanaan transaksi dan mampu paling sedikit berkomunikasi dengan ahli-ahli
berkenaan dengan aspek perpajakan dari transaksi akuisisi. Dalam transaksi akuisisi, akuntan
memiliki 2 (dua) peran penting, yang pertama akuntan memberikan nasihat dan bantuan analisis
terhadap informasi Universitas Sumatera Utara keuangan perusahaan lainnya dan kedua, akuntan
mempersiapkan informasi akuntansi “proforma”, yaitu laporan laba-rugi berdasarkan asumsi akuisisi
telah selesai dilakukan.

 Akuntan juga merupakan pihak yang tepat untuk paling sedikit mengawasi kegiatan analisis data
keuangan yang diserahkan perusahaan lain (yang akan diambilalih) dan juga merupakan pihak yang
relevan untuk melakukan kalkulasi data menghitung keberlakuan asumsi-asumsi akuntansi yang
dibuat dan metode yang dipilih akuntan pihak lain dalam mempersiapkan laporan keuangan yang
diserahkan kepada perusahaan yang akan mengakuisisi. Dalam pemberian jasanya, seorang akuntan
publik diwajibkan untuk memiliki kantor Akuntan Publik. Apabila seorang akuntan publik tidak dapat
memenuhi persyaratan untuk memiliki Kantor Akuntan Publik, izinnya dapat dicabut oleh Menteri
Keuangan. Kriteria Akuntan yang berwenang menerbitkan laporan keuangan dalam bentuk
“audited” adalah Akuntan Publik yang memiliki Kantor Akuntan Publik.
Profesi TERKAIT
 c. Konsultan Jasa Penilai Perusahaan
 Perseroan terbatas tidak terlepas dari kalkulasi besaran harta
benda berwujud maupun tidak berwujud dari perseroan
terbatas-perseroan terbatas yang melakukan akuisisi. Nilai dari
harta benda tersebut akan diperoleh dari pihak yang memiliki
kualifikasi dan perizinan untuk menentukan nilai (valuation).
KJPP berperan dalam menentukan nilai wajar dari harta milik
perusahaan.
Profesi TERKAIT
 d. Notaris
 Pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian-perjanjian, dan penetapan yang
diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan
dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin
kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse,
salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh
suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabat atau orang lain.
 Notaris yang berkewenangan membuat akta yang mempunyai kekuatan
otentik adalah Notaris yang telah memenuhi persyaratan peraturan
perundangundangan untuk menjalankan tugas notaris, yaitu antara lain
telah mengangkat sumpah di hadapan Kepala Pemerintah dari daerah atau
Kabupataen di mana Notaris memiliki tempat kedudukan.
Profesi TERKAIT
 Notaris juga memiliki wilayah kerja yang pasti sebagaimana
ditetapkan oleh pemerintah (dalam hal ini Menteri
Kehakiman), dan karenanya pelaksanaan tugas jabatannya
meliputi perseroan-perseroan akuisisi yang memiliki tempat
kedudukan hukum di wilayah jabatannya.
 Sesuai dengan kebiasaan hukum negara, maka untuk
menjamin keaslian dan keaslian dan kepercayaan para pihak,
pengesahan dari Notaris menjadi sesuatu yang sangat penting,
seperti acara rapat dan keputusan-keputusan rapat.

Anda mungkin juga menyukai