Anda di halaman 1dari 18

Logika

Penalaran Umum
KELOMPOK 5
Fira Firnayah
Rozani
Kamilia Lathifah 1223050051
AHmad Ilham Habibi
1223050081 1223050069

Imam AL Hafidz
1223050070
NISTILAH LOGIKA BERASAL DARI BAHASA
YUNANI : “LOGIKE” (KATA SIFAT), “LOGOS”
(KATA BENDA). DEFINISI LOGIKA : “ILMU ATAU
DISIPLIN ILMIAH YANG MEMPELAJARI JALAN
PIKIRAN YANG DINYATAKAN ATAU
DIUNGKAPKAN DALAM BAHASA”.

LEGAL REASONING/LEGAL METHOD/


ARGUMENTASI YURIDIK/ METODE
BERPIKIR YURIDIS/ ELEMENT OF
ARGUMENT OF LAW/ PENALARAN
Definisi HUKUM

NDEFINISI LOGIKA : “ILMU ATAU DISIPLIN


ILMIAH YANG MEMPELAJARI JALAN PIKIRAN
YANG DINYATAKAN ATAU DIUNGKAPKAN
DALAM BAHASA”.

OBYEK STUDILOGIKA : KEGIATAN BERFIKIR


(BUKAN PROSES BERFIKIR)
Penalaran Hukum/Argumentasi
Hukum
Berpikir Yuridik adalah suatu cara
berpikir tertentu, yakni terpola dalam
konteks sistem hukum positif dan Berfikir yuridik adalah metode berpikir Model berpikirnya adalah model berpikir
yang digunakan untuk memperoleh, problematik-tersistematisasi mengacu
kenyataan kemasyarakatan, untuk
menata, memahami dan tujuan hukum, fungsi hukum, dan cita
memelihara stabilitas dan predikbilitas
mengaplikasikan pengetahuan hukum hukum
demi menjamin ketertiban, dan kepastian
hukum, untuk menyelesaikan kasus
konkret secara impersial- objektif-adil
manusiawi
DIPANDANG DARI SUDUT CARA BEKERJANYA, BERPIKIR
YURIDIK ADALAH BERPIKIR SECARA ANALITIK-SISTEMATIK-
LOGIKAL-RASIONAL TERORGANISASI DALAM KERANGKA
TERTIB KAIDAH-KAIDAH HUKUM POSITIF SECARA
KONTEKSTUAL

NPENALARAN HUKUM ADALAH PROSES MENALAR DALAM KERANGKA DAN


BERDASARKAN TATA HUKUM POSITIF MENGIDENTIFIKASI HAK-HAK DAN
KEWAJIBAN- KEWAJIBAN YURIDIK DARI SUBYEK-SUBYEK HUKUM
TERTENTU. PENALARAN HUKUM ADALAH PPROSES PENGGUNAAN ALASAN-
ALASAN HUKUM (LEGAL REASONS) DALAM MENETAPKAN PENDIRIAN
HUKUM YANG DIRUMUSKAN DALAM PUTUSAN HUKUM.

PENALARAN ADALAH SUATU PROSES, SUATU KEGIATANDALAM AKAL


BUDI MANUSIA YANG DIDALAMNYA BERLANGSUNG GERAKAN/ALUR
DARI SUATU PREMIS KE PREMIS-PREMIS LAINNYA UNTUK MENCAPAI
SUATU KESIMPULAN
Sebuah argumentasi tersusun
atas sekelompok pernyataan
yang didalamnya salah satu
Kesimpulan adalah suatu pernyataan pernyataan lainnya
pendirian yang dibangun atas dari kelompok pernyataan
dasar premis-premis yang tersebut yang masing-masing
diajukan dalam penalaran itu. disebut premis atau argumen.
Produk dari penalaran hukum
( legal reasoning) disebut
argumentasi yuridik.
Tiap premis dan kesimpulan kesimpulannya disebut
mewujudkan diri sebagai sebuah pendirian hukum atau pendapat
pernyataan yang dalam logika hukum, yakni substansi putusan
disebut proposisi. Dalam Logika
hukum. Premis-premisnya
produk dari kegiatan itu disebut
argumentasi terdiri atas kaidah-kaidah
hukum positif dan fakta-fakta.
Asas-Asas Hukum Berfikir
Asas identitas (principle of Asas kontradiksi (principle of
identity) yang dapat contradiction) yang dapat
dirumuskan : A adalah A dirumuskan A adalah tidak sama
(A = A), setiap hal adalah apa dengan bukan A (non-A) atau A
dia itu adanya, setiap hal adalah bukan non-A; keputusan-
adalah sama (identik) dengan keputusan yang saling
dirinya sendiri, setiap subyek berkontradiksi tidak dapat dua-
adalah predikatnya sendiri duanya benar, dan sebaliknya
tidak dapat dua-duanya salah.
Asas pengecualian kemungkinan
ketiga (principle of excluded middle)
dapat dirumuskan; setiap hal adalah A
atau bukan-A; Keputusan-keputusan
yang saling berkontradiksi tidak dapat
dua-duanya salah. Juga keputusan-
keputusan itu tidak dapat menerima
kebenaran dari sebuah keputusan Asas alasan yang cukup
ketiga atau diantara keduanya; salah Asas bahwa kesimpulan tidak
(principle of sufficient reason)
satu dari dua keputusan tersebut harus boleh melampaui daya dukung
dapat dirumuskan : tiap
benar, dan kebenaran yang satu dari premis-premisnya atau
kejadian harus mempunyai
bersumber pada kesalahan yang lain. pembuktiannya (do not go
alasan yang cukup.
beyond the evidence).
Faktor-faktor yang turut serta
menentukan isi hukum
STUKTURAL EKONOMI DAN KEBIASAAN YANG TELAH MEMBAKU
KEBUTUHAN-KEBUTUHAN DALAM MASYARAKAT YANG TELAH HUKUM YANG
MASYARAKAT ANTARA LAIN: KEKAYAAN BERKEMBANG DAN PADA TINGKAT BERLAKU.
ALAM, SUSUNAN GEOLOGI, TERTENTU DITAATI SEBAGAI ATURAN
PERKEMBANGAN-PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU YANG TETAP.
PERUSAHAAN DAN PEMBAGIAN KERJA.

Tata hukum negara-negara KEYAKINAN TENTANG


KESADARAN HUKUM
lain AGAMA DAN
KESUSILAAN
Sumber Hukum:

SUMBER HUKUM SUMBER HUKUM


DALAM ARTI DALAM ARTI
FORMIIL MATERIIL
SUMBER HUKUM DALAM ARTI FORMAL YANG TIDAK
TERTULIS

PROF. SOEPOMODALAMCATATANMENGENAI PASAL


32 UUD 1950 BERPENDAPATBAHWA
“Hukum adat adalah sinonim dengan hukumtidaktertulis
dan hukumtidaktertulis berarti hukum yang tidakdibentuk oleh
sebuah badan legislatifyaituhukum yang
hidupsebagaikonvensi di badan –badan hukum negara (DPR,
DPRD, dsb), hukum yang timbulkarenaputusan-putusan hakim
dan hukumkebiasaan yang hidupdalammasyarakat.”
PERSYARATAN UNTUK MENJADI
HUKUM KEBIASAAN (HUKUM ADAT)
ADALAH:

Prof. DR. Syarat materiel : adanya kebiasaan atau tingkah laku

Sudikno yang tetap atau diulang, yaitu suatu rangkaian


perbuatan yang sama, yang berlangsung untuk

Mertokusum beberapa waktu lamanya. Harus dapat ditunjukkan


adanya perbuatan yang berlangsung lama (longa et
o, SH inventerataconsuendo).

Syarat intelektual: kebiasaan itu harus menimbulkan


keyakinan umum (opinionecessitas) bahwa perbuatan itu
merupakan kewajiban hukum.Keyakinan ini tidak hanya
merupakan keyakinan bahwa selalu ajeg berlaku demikian,
tetapi keyakinan bahwa memang seharusnya demikian.
Adanya akibat hukum bila kebiasaan itu dilanggar.
.
Sumber hukum dalam arti formil
SUMBER HUKUM YANG BERSANGKUT PAUT DENGAN MASALAH
PROSEDUR ATAU CARA PEMBENTUKANYA

SUMBER HUKUM DALAM ARTI FORMAL YANG


TERTULIS DALAM Undang-undang :

UU DALAM ARTI MATERIIL: KEPUTUSAN PENGUASA UU DALAM ARTI FORMAL : KEPUTUSAN


YANG DILIHAT DARI SEGI ISINYA MEMPUNYAI PENGUASA YANG DIBERI NAMA UU
KEKUATAN MENGIKAT UMUM, MIS UU TERORISME, DISEBABKAN BENTUK YANG
UU KEPAILITAN MENJADIKANNYA UU, MIS UU APBN.
Tap MPRS No.XX/MPRS/1996 Tata urutan
perundangan RI menurut UUD 1945
UNDANG-UNDANG UNDANG-UNDANG/
TAP MPR
DASAR 1945 PERPU

PERATURAN KEPUTUSAN PRESIDEN PERATURAN MENTERI


PEMERINTAH

INSTRUKSI MENTRI
Pasal 2 Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum
dan Tata Urutan Peraturan Perundang- undangan

UNDANG-UNDANG UNDANG-UNDANG
TAP MPR RI
DASAR 1945

PERATURAN PERATURAN KEPUTUSAN PRESIDEN


PEMERINTAH PEMERINTAH
PENGGANTI UNDANG-
UNDANG

PERATURAN DAERAH
PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG SECARA
HIERARKIS BERKEDUDUKAN LEBIH
RENDAH

Prof. A. tidak dapat mengubah materi yang ada didalam aturan yang

Hamid S. lebih tinggi

Attamimi tidak menambah

tidak mengurangi

tidak menyisipi suatu ketentuan baru

tidak memodifikasi materi dan pengertian yang telah


ada dalam aturan induknya
pasal 25 ayat (1) UU No. dalam pasal 19 ayat (4) UU
4/2004 menegaskan : No.4/2004 juga
menegaskan :
“Segala putusan pengadilan selain harus
memuat alasan dan dasar putusan tersebut “Dalam sidang permusyawaratan, setiap
memuat pula pasal tertentu dari peraturan hakim wajib menyampaikan pertimbangan
perundang-undangan yang bersangkutan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang
atau sumber hukum tak tertulis yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang
dijadikan dasar untuk mengadili.” tidak terpisahkan dari putusan”.
Tengkyu!
Ada Pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai