Anda di halaman 1dari 16

MENJELASKAN DAN MENGUASAI

ASAS HUKUM

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Pengantar Ilumu Hukum
Dosen Pengampu: Didi Sukardi,MH

Disusun Oleh Kelompok 6 (HES B /Semester Gasal)


1. Zahratun Nissa (2383120057)
2. Ghani Fadillah (2383120058)
3. Faiz Husni A (2383120065)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SYEKH NURJATI
CIREBON
2023
PENGERTIAN ASAS HUKUM
(oleh:Zahratun Nissa )

A. PENGERTIAN ASAS:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

“asas merupakan alas, dasar, pedoman, seperti batu yang kokoh untuk alas rumah. Asas juga
dapat diartikan sebagai sebuah kebenaran yang menjadi tumpuan atau pokok berpikir,
berpendapat, dan sebagainya.”

Asas juga dapat dimaknai sebagai cita-cita yang menjadi landasan atau dasar perkumpulan
negara dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian asas menurut KBBI, pengertian yang
relevan dengan bidang hukum adalah pengertian kedua, yakni asas sebagai sebuah kebenaran
yang menjadi tumpuan atau pokok berpikir, berpendapat, dan sebagainya.

Sebab, hukum juga tentunya memerlukan sebuah landasan dalam proses pembuatan dan
penetapannya. Supaya Grameds lebih jelas lagi dalam memaknai asas hukum, di bawah ini akan
dijelaskan beberapa pengertian asas hukum menurut para ahli.

Asas hukum meupakan sebuah aturan dasar atau merupakan prinsip hukum yang masih bersifat
abstrak. Dapat pula dikatakan bahwa asas dalam hukum merupakan dasar yang melatarbelakangi
suatu peraturan yang bersifat kongkret dan bagaimana hukum itu dapat dilaksanakan.

 PENGERTIAN ASAS HUKUM

Asas hukum (Belanda: rechtsbeginsel; dan inggris: legal princilple) merupakan prinsip yang
mendasari suatu aturan hukum.

Sedangkan menurut W.J.S purwadarminta (1976), dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, asas
diartikan sebagai berikut:

a. Dasar, alas, dan pedoman misalnya batu yang baik untuk alas rumah.
b. Suatu kebenaran yang menjadi pokok(tumpuan berpikir dan berpendapat)misalnya
bertentangan dengan asas-asas hukum pidana,”pada dasarnya saya setuju dengan usulan
saudara”.1

Asas dalam bahasa inggris disebut dengan istilah principle sedangkan di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia asas dapat berarti hukum dasar atau dasar yakni sesuatu yang menjadi tumpuan
berpikir atau berpendapat. Selain itu, asas juga diartikan sebagai dasar cita-cita.

Asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan berpikir, berpendapat dan bertindak.
Asas asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti dasar atau sesuatu yang dijadikan
tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Padanan kata asas adalah prinisip
yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berpikir, berpendapat dan bertindak.
Pemahaman terhadap asas dalam pendekatan ilmu hukum merupakan landasan utama
yang menjadi dasar atau acuan bagi lahirnya suatu aturan.Pemahaman terhadap asas
hukum perlu sebagai tuntutan etis dalam mendalami peraturan perundang undangan yang
berlaku. Asas hukum mengandung tuntutan etis, dan dapat dikatakan melalui asas hukum,
peraturan hukum berubah sifatnya menjadi bagian dari suatu tatanan etis. Asas hukum
merupakan sebuah aturan dasar atau asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan
berpikir, berpendapat dan bertindak. Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti
dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan.
Padanan kata asas adalah prinisip yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam
berpikir,berpendapat dan bertindak.
Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti dasar atau sesuatu yang dijadikan
tumpuan dalam Menyusun peraturan perundang-undangan. Padanan kata asas adalah prinisip
yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berpikir,berpendapat dan
bertindak.Pemahaman terhadap asas dalam pendekatan ilmu hukum merupakan landasan
utama yang menjadi dasar atau acuan bagi lahirnya suatu aturan.Pemahaman terhadap
asas hukum perlu sebagai tuntutan etis dalam mendalami peraturan perundang undangan
yang berlaku.Asas hukum mengandung tuntutan etis, dan dapat dikatakan melalui asas hukum,
peraturan hukum berubah sifatnya menjadi bagian dari suatu tatanan etis. Asas hukum
merupakan sebuah aturan dasar atau asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan
berpikir, berpendapat dan bertindak. Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti
dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan.
Padanan kata asas adalah prinisip yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam
berpikir, berpendapat dan bertindak. Pemahaman terhadap asas dalam pendekatan ilmu
hukum
merupakan landasan utama yang menjadi dasar atau acuan bagi lahirnya suatu aturan.
Pemahaman terhadap asas hukum perlu sebagai tuntutan etis dalam mendalami
peraturan perundang undangan yang berlaku.
1
Satjipto Rahardjo,1982, ilmu hukum ,Bandung:Alumni,hlm.85-86
Asas hukum mengandung tuntutan etis, dan dapat dikatakan melalui asas hukum,
peraturanhukum berubah sifatnya menjadi bagian dari suatu tatanan etis. Asas hukum merupakan
sebuah aturan dasar atau asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan berpikir,
berpendapat dan bertindak. Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti dasar
atau sesuatu yang dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan. Padanan
kata asas adalah prinisip yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar dalam berpikir,
berpendapat dan bertindak. Pemahaman terhadap asas dalam pendekatan ilmu hukum
merupakan landasan utama yang menjadi dasar atau acuan bagi lahirnya suatua turan.
Pemahaman terhadap asas hukum perlu sebagai tuntutan etis dalam mendalami
peraturan perundang undangan yang berlaku. Asas hukum mengandung tuntutan etis, dan dapat
dikatakan melalui asas hukum, peraturan hukum berubah sifatnya menjadi bagian dari suatu
tatanan etis.

Asas hukum merupakan sebuah aturan dasar atau merupakan prinsip hukum yang masih bersifat
abstrak. Dapat pula dikatakan bahwa asas dalam hukum merupakan dasar yang melatar
belakangi suatu peraturan yang bersifat asas hukum adalah pikiran dasar yang bersifat umum
dan abstrak. Asas hukum terdapat dalam setiap sistem hukum dan menjelma dalam
setiap hukum positif.
Asas hukum merupakan unsur penting dan pokok dari peraturan hukum.Pembentukan hukum
praktis sedapat mungkin berorientasi pada asas-asas hukum.Asas hukum menjadi dasar-dasar
atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.Dalam pandangan beberapa ahli, asas
mempunyai arti yang berbeda-beda secara bahasa, asas mengandung tiga arti yaitu:
1) dasar/alas/pedoman.

2) kebenaran yang menjadi pokok atau dasar dalam berpendapat atau berfikir.

3) Cita-cita yang menjadi dasar suatu perkumpulan.

Nah, dari tiga arti tersebut bisa kita simpulkan bahwa asas merupakan dasar atau pokok dari
sebuah kebenaran yang kemudian digunakan sebagai tumpuan dalam berfikir atau berpendapat.

 Asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan berpikir, berpendapat dan
bertindak. Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti dasar atau
sesuatu yang dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan.
Padahal kata asas adalah prinsip yang berarti kebenaran yang menjadi pokok dasar
dalam berpikir, berpendapat dan bertindak. Pemahaman terhadap asas dalam pendekatan
ilmu hukum merupakan landasan utama yng menjadi dasar atau acuan bagi lahirnya
suatu aturan. Dapat pula dikatakan bahwa asas hukum merupakan dasar yang
melatarbelakangi suatu peraturan yang bersifat konkrit dan bagaimana hukum itu dapat
dilaksanakan.2

2
{fence m.wantu dkk, cara cepat belajar hukum acara perdata, jakarta;reviva cendekia,2002},hal.13
Asas hukum merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam hukum yang harus dipedomani.
Peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan asas dalam hukum. Demikian
pula dengan implementasi atau pelaksanaan hukum dalam kehidupan sehari-hari serta segala
putusan hakim harus senantiasa mengacu pada asas dalam hukum tidak boleh bertentangan
dengannya3.

B. Pengertian Asas Hukum Menurut Para AhlI

 Oka Mahendra
A. Oka Mahendra memaknai asas hukum sebagai dasar-dasar umum yang ada dalam sebuah
peraturan hukum, yang mencakup nilai-nilai moral dan etis. Asas hukum menjadi sebuah
petunjuk arah untuk membentuk hukum, yang memenuhi nilai-nilai filosofis yang berpusat pada
kebenaran dan rasa keadilan, nilai-nilai sosiologis yang sesuai dengan nilai dan budaya yang
berlaku di masyarakat, serta nilai yuridis yang sesuai dengan ketentuan perUndang-Undangan
yang ada.

 Abdul Kadir Besar


Abdul Kadir Besar menyatakan bahwa asas hukum merupakan pusat tolak daya dorong normatif
untuk proses dinamis pembentukan hukum yang tak terjangkau oleh seluruh pengaruh dari luar
dirinya, yang merupakan dasar normatif dari pembentukan hukum. Asas hukum adalah konsep-
konsep pembimbing bagi pembentukan hukum yang perlu dijabarkan lebih lanjut dan dibuat
konkret dalam bentuk norma.

 R. Lacey
R. Lacey memaknai asas hukum cakupannya sangat luas, yang berarti bisa menjadi dasar ilmiah
sejumlah kaidah hukum atau aturan untuk mengatur tingkah laku manusia yang menyebabkan
akibat hukum yang diharapkan.

 Belleford
Belleford menyatakan bahwa asas hukum umum adalah pengendapan dari hukum positif. Asas
hukum sebagai norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif, dan sesuatu yang oleh ilmu
hukum tak dianggap berasal dari aturan yang lebih umum.

3
https://maglearning.id/2022/04/03/pengertian-asas-hukum-menurut-ahli/
 Elkema Hommes

Menurut Elkema Hommes, asas hukum bukan norma-norma hukum konkret, tetapi sebuah
landasan yang paling luas dan kuat bagi lahirnya peraturan hukum yang berlaku. Asas hukum
merupakan dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.

 G. W. Paton
Menurut G. W. Paton asas hukum merupakan sebuah pikiran yang dirumuskan secara luas, yang
menjadi dasar bagi kaidah hukum atau aturan. Dengan demikian, asas bersifat lebih abstrak,
sedangkan kaidah hukum atau aturan bersifat konkret tentang tindakan atau perilaku hukum
tertentu.

 Mohammad Daud Ali


Mohammad Daud Ali mendefinisikan asas hukum sebagai kebenaran yang digunakan sebagai
pokok berpikir dan alasan berpendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.
Contohnya, asas hukum pidana menjadi tumpuan dalam pelaksanaan hukum pidana.

 Mohammad Koesnoe
Menurut Mohammad Koesnoe, asas hukum adalah pokok ketentuan atau ajaran yang memiliki
kekuatan yang cukup menyeluruh terhadap seluruh persoalan hukum di dalam masyarakat yang
terkait. Asas hukum juga berlaku sebagai sumber dan dasar material ketentuan hukum yang
dibutuhkan.

 Paul Scholten
Menurut Paul Scholten, asas hukum adalah tendensi yang disyaratkan kepada hukum oleh paham
kesusilaan, yang berarti asas hukum merupakan pikiran-pikiran dasar yang terdapat di belakang
dan di dalam sistem hukum. Masing-masing pikiran dasar tersebut dirumuskan dalam aturan
perUndang-Undangan dan keputusan hakim.

 Satjipto Rahardjo
Menurut Satjipto Rahardjo pengertian asas hukum adalah unsur pokok yang penting dari
peraturan hukum. Asas hukum merupakan jantung dari peraturan hukum, karena asas hukum
adalah landasan yang paling luas bagi lahirnya peraturan hukum. Asas hukum menjadi jembatan
antara peraturan-peraturan hukum dengan cita-cita sosial serta pandangan etis masyarakatnya.

 Van der Velden


Van der Velden mengartikan asas hukum merupakan tipe putusan tertentu yang bisa digunakan
sebagai tolak ukur untuk menilai situasi atau dipakai sebagai pedoman berperilaku. Asas hukum
didasarkan pada satu nilai atau lebih yang menentukan situasi yang bernilai yang harus
direalisasikan.

 THEO HUIJBERS
Asas hukum menurut Theo Huijbers ada tiga macam yaitu:

1. Asas-asas hukum objektif yang bersifat moral. Prinsip-prinsip itu telah ada pada
zaman pemikir zaman klasik dan abad pertengahan.

2. Asas-asas hukum objektif yang bersifat rasional, yaitu prinsip-prinsip yang


termasukpengertian hukum dan aturan hidupbersama yang bersifat rasional.
Prinsip ini jugatelah diterima sejak dahulu, tetapi baru diungkapkan secara nyata
sejak dimulainya zaman modern, yakni sejak timbulnya negera-negera nasional dan
hukum yang dibuatoleh kaum yuris secara professional.

3.Asas-asas hukum subjektif yang bersifat moral maupun rasional,


yakni hak yang ada pada manusia dan yang menjadi titik tolak pembentukan hukum.

 Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa :

"Asas hukum merupakan pikiran dasar yang umum dan bersifat abstrak serta bukan merupakan
hukum yang kongkret. Namun asas hukum terdapat dalam setiap sistem hukum dan menjelma
dalam setiap hukum positif sehingga dapat ditemukan dengan menelusuri sifat-sifat umum
dalam peraturan hukum.”
B.BEBERAPA ASAS HUKUM
(oleh Ghani Fadillah Dan Faiz Husni)

 Asas-asas Hukum khusus atau Hukum Sektora Asas-asas dalam Hukum Tata Negara,
pertrama ditelusuri dari UUD 1945, dapat dijabarkan pikiran-pikiran dasar yang
seharusnya mendasari arah pembentukan dan penegakan hukum positif.

 Asas tersebut refleksi dari cita hukum Pancasila, mencakup: (i) Asas pengakuan atas
hukum tertulis dan hukum tidak tertulis (hukum adat); (ii) Asas pemeliharaan budi
pekerti; (iii) Asas kedaulatan rakyat, (iv) Asas negara hukum; (v) Asas pemerintahan
konstitusional; dan (vi) Asas hierarkhi peraturan perundang-undangan, (vii) Asas
mengutamakan kemakmuran rakyat20. Dalam UU No.28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, disingkat
UU Bebas KKN, ditentukan: (i) asas kepastian hukum bahwa dalam Negara Hukum
yang landasan penyelenggaraan kekuasaan negara mengutamakan landasan peraturan
perundangundangan, keadilan dan kepatutan dalam setiap kebijakan; (ii) asas tertib
penyelenggaraan negara, bahwa dalam pengendalian penyelenggaraan negara fondasinya
berlandaskan keteraturan, keserasian dan keseimbangan; (iii) asas keterbukaan, bahwa
penyelenggara negara wajib membuka diri terhadap hak warga negara untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dengan tetap
memperhatikan perlindungan ata hak asasi dan rahasia negara; (iv) asas proporsionalitas,
bahwa penyelenggara negara mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
dalam melaksanakan otoritas atau kewengannya; (v) asas profesionalitas, bahwa
penyelenggara negara dalam melakasanakan kewenangannya mengutamakan keahlian
yang berlandaskan kode etik dan peraturan perundangundangan; dan (vi) asas
akuntabilitas, bahwa setiap kebijakan penyelenggara negara dampaknya
diprtanggungjawabkan kepada rakyat.

 Pemegang kedaulatan sesuai ketentuan konstitusi. (Pasal 3 UU No. 28 Tahun 2009). Dua
asas Hukum Tata Negara yakni asas keterbukaan (transparansi) dan akuntabilitas
(pertanggungjawaban publik) merupakan asas universal dalam “good governance
principle”. Asas-asas Hukum Administrasi, beberapa asas yang penting yaitu “Asas-asas
Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) dari penelusuran literatur dikutip A.M.A.
van Massen dam bukunya “De Algemene beginselen van behoorlijk bestuur”; AAUPB,
mencakup: (i) Asas kepastian hukum;(ii) Asas keseimbangan; (iii) Asas kesamaan; (iii)
Asas Kecermatan; (iv) Asas motivasi pada setiap keputusan pemerintah; (v) Asas tidak
menyalahgunakan kewenang; (vi) Asas tidak bertindak sewenang-wenang; (vii) Asas
permainan yang wajar; (viii) Asas Keadilan atau kewajaran; (ix) Asas menanggapi
harapan yang wajar; (x) Asas peniadaan keputusan yang batal; (xi) Asas perlindungan
atas pandangan hidup yang wajar; (xii) Asas perlidungan atas pandangan hidup atau cara
hidup21.

 AAUPB merupakan asas-asas yang sifatnya universal, seperti di Inggris disebut


“General Principle of Proper Administraration” dan di Belanda: “Algemene Beginselen
van Behoorlijk Bestuur” (ABB). Karena bersifat universal, sepanjang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila tentu asas ini dapat diterapkan, dan UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU
No. 9 TAhun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara disingkat PTUN, menentukan
pelanggaran terhadap AAUPB oleh Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara,
merupakan dasar untuk menggugat pemerintah. Ada 5 (lima) asas dari AAUPB yang
dominan diterapkan dalam Jurisprudensi di Indonesia yaitu: (i) asas larangan
menyalahgunakan kewenangan (detournemant de povoir) bahwa Badan dan/atau Pejabat
Tata Usaha Negara (TUN) dalam membuat Keputusan Tata Usana Negara (KTUN) tidak
boleh menyimpang dari tujuan UU yang menjadi dasar kewenangnnya untuk melakukan
“tindak pemerintahan”; (ii) asas larangan bertindak sewenang-wenang (wilkeur) bahwa
Badan dan/atau Pejabat TUN dalam menetapkan keputusan atau tidak harus
mempertimbangkan semua kepentingan dari semua pihak yang tersangkut dengan
keputusan itu atau dasar pertimbangan keputusan Pejabat TUN harus rasional; (iii) asas
larangan diskriminasi (asas persamaan) bahwa Badan dan/ atau Pejabat TUN agar
bertindak sama terhadap kasus-kasus yang sama faktanya bertumpu pada prinsip
persamaan hak dan kewajiban bagi setiap orang (subyek hukum), (iv) asas bertindak
cermat bahwa Badan dan/atau Pejabat TUN senantiasa bertindak hati-hati agar tidak
menimbulkan kerugian terhadap warga masyarkat; dan (v) asas keseimbangan
(proporsionalitas) bahwa Badan dan/atau Pejabat TUN dalam menerapkan sanksi
administratif haruslah seimbang dengan bobot pelanggaran/kesalahan, sehingga
memenuhi rasa keadilan. Contoh: (1) jika pelanggaran atas garis sempadan hanya selebar
40 cm tidak perlu seluruh gedung harus dibongkar; (2) hukuman jabatan harus seimbang
dengan kesalahan atau kelalaian pegawai22.Tahun 2014, diberlakukan UU No.30 Tahun
2014 Tentang Administrasi Pemerintahan, menentukan AAUPB, terdiri atas 7 (tujuh)
asas, yaitu: (i) asas kepastian hukum; (ii) asas kemanfaatan; (iii) asas ketidakberpihakan;
(iv) asas kecermatan, (v) asas tidak menyalah gunakan wewenang, (vi) asas keterbukaan,
(vi) asas kepentingan umum, dan (vii) asas pelayanan yang baik. Dari ketujuh asas
tersebut tampak ada dua asas tidak disebutkan secsra eksplisi baik dalam literature
maupun jurisprudensi di Indonesia yakni asas kepentingan umum, dan asas pelayanan
yang baik dalam penyelengaraan pemerintahan. Pengertian AAUPB dalam Undang -
Undang Administrasi Pemerintahan dijelasakan secara otentik pada penjelasan Pasal 10
UU No. 30 Tahun 2014.
 Selanjutnya asas hukum yang penting dalam Hukum Administrasi berkenaandoktrin
tanggung gugat pemerintah (government liability) terkait penyelengaraan pelayanan
publik yakni: (i) asas praesumtio iustse causa arti arfiahnya asas praduga keabsahan, dan
(ii) asas vicarious liability arti arfiahnya asas tanggung gugat/tanggunjawab terhadap
perbuatan orang lain). Kedua asas tersebut dianalisis, sebagai berikut: Asas praesumptio
iustse causa (asas praduga keabsahan) dimaknai bahwa setiap tindakan pemerintahan
dalam bentuk KTUN atau tindakan hukum di ranah hukum perdata dan hukum publik
harus dianggap sah sampai ada pencabutan atau pembatalan oleh pejabat atau institusi
hukum (pengadilan) yang berwenang. Asas precarious liability (asas tanggung gugat
terhadap perbuatan orang lain) dimaknai atasan beertanggung gugat/bertanggung jawab
terhadap pebuatan pegawai bawahannya atas kerugian yang diderita oleh setiap orang
atau badan hukum perdata yang diakibatkan kesalahan jabatan dalam hal pegawai
bawahannya melakukan pelayanan publik; kesalah jabatan dalam pelayanan publik
disebut maladministrasi23.Asas-asas Hukum Pidana, yang dipandang penting dan secara
luas telah dikenal, yaitu:
 (i) asas legalitas24, asas ini baik di Belanda maupun di Indonesia tercantum pada Pasal
1 ayat (1) WvS (Wetboek van Strafsrecht Blanda) dan KUHAP (Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana) Indonesia. Asas legalitas dalam hukum pidana dikenal dengan adagium:
“nullum delictum noela poena previa lege poenali”. Secara singkat nulum crimen sine
lege berarti tidak ada tindak pidana tanpa undang-undang, dan noela poena sine lege
berarti tidak ada pidana tanpa unadang. Menurut Komariah Emong Sapardjaja
memahami bahwa adagium noela poene previa lege poenali, bahwa undang-undanglah
yang menetapkan dan membatasi perbuatan mana dan pidana (sanksi) mana yang dapat
dijatuhkan pada pelanggarnya25.

Selanjutnya ia mengutip pendapat M.S. Groenhuijsen ada empat makna yang terkandung
dalam asas legalitas, dua yang petama ditujukan kepada legislator (pembentu undang-
undang) dan dua lainnya pedoman bagi hakim, sebagai berikut:

 Pertama, bahwa pembentuk undang-undang tidak boleh memberlakukan ketentuan


pidana berlaku mundur (surut).
 Kedua, bahwa semua perbuata yang dilarang harus dimuat dalam rumusan delik sejelas-
jelasnya.
 Ketiga, hakim dilarang menyatakan bahwa terdakwa melakukan perbuatan pidana
berdasarkan hukum tidak tertulis atau hukum kebiasaan.
 Keempat, terhadap peraturan hukum pidana dilarang diterapkan analogi26.
 Asas-asas berlakunya undang-undang pidana,yaitu:

1) asas teritorialitet atau asas kewilayahaan dimaknai bahwa “ketentuan pidana Indonesia
diterapkan bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia” (lihat Pasal 2 KUHP); asas teritorialitet ini diperluas dijabarkan dalam
Pasal 3 KUHP: “Ketentuan pidana dalam perundangundang pidana Indonesia berlaku bagi
setiap orang yang di luar wilayan Indonesia melakukan tindak pidana di dalam kendaraan air
atau pesawat udara Indonesia”;

2) asas asas nasionalitet atau asas kebangsaan aktif dimaknai bahwa “perunundang-undangan
pidana suatu negara tetap dapat diberlakukan terhadfap warga negaranya dimanapun mereka
berada, bahakan bila mereka berada di luar negeri”. (lihat Pasal 5 KUHP, Pasal 7 KUHP);

3) asas perlindungan atau asas kebangsaan pasif, dimaknai: “berlakunya perundang-


undangan pidana suatu negara tidak tergantung pada tempat seorang pelaku telah melakukan
tindak pidananya, melainkan pada kepentingan hukum yang telah menjadi sasaran tindak
pidana tersebut”, sehingga negara yang kepentingan hukumnya menjadi sasara tindak pidana
itu berwenang untuk menghukum pelaku tindak pidana tersebut. Asas dalam hukum pidana
yang perlu juga dipahami yaitu: Asas tiada hukuman tanpa kesalahan dimaknai bahwa setiap
orang hanya dapat di pidana jika si terdakwa dapat dibuktikan kesalahannya. Asas-Asas
dalam Hukum Acara Pidana, yang dominan berkenaan dengan pembuktian, karena menurut
Hukum Acara Pidana dalam mencari “kebenaran materiil” alat bukti “saksi” dipandang
paling penting.

BW/ KUHPerd. alinea pertama: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”; (ii) asas itikad baik, yakni pihak yang
menjalankan kontrak dengan itikad baik mendapat perlindungan hukum (Pasal 1338 alinea
ketiga BW/KUHPerd); (iii) asas permainan yang layak (fairness principle), dimaknai bahwa
dalam kebebasan berkontrak para pihak harus menaati prinsip kejujuran; menurut Peter
Mahmud Marzuki bahwa “kebebasan berkontrak” dibatasi oleh fairness principle, karena itu
meskipun “asas kebebasan berkontrak dijunjung tinggi, apabila asas itu menimbulkan sesuatu
yang bersifat unfair dan unfairness ini kemudian membahayakan keselamatan pihak lawan,
hakim harus mendahulukan keselamatan pihak tersebut dan membatalkan klausula yang tidak
mengandung fairness tersebut”27. Asa-asas Hukum di bidang Hukum Acara Perdata, prinsip-
prinsip bagi hakim dan para pihak yang berperkara untuk bertindak sesuai ketentuan formal
beracara di muka pengadilan. Asas hakim tidak memihak (asas obyektivitas), dimaknai
bahwa hakim karena jabatannya dalam memerikasa perkara tidak boleh memihak, dijabarkan
dari ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (3) UU Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Asas Putusan Harus Disertai Alasan-alasan, dimaknai bahwa semua putusan pengadilan
harus memuat alasan-alasan putusan yang dijadikan dasar untuk mengadili. Catatan akhir
analisis asas-asas hukum lingkungan yang merupakan contoh bidang hukum sectoral
fungsional yang juga dikenal sebagai “payung hukum” (umbrella law) dalam pengelolaan
lingkungan hidup sebagai diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup.4

C. Sifat-sifat Asas Hukum

Asas hukum bukanlah norma hukum konkret karena asas hukum adalah jiwa dari norma
hukum tersebut. Norma hukum merupakan penjabaran secara konkret dari asas hukum.
Dikatakan asas hukum sebagai jiwa dari norma hukum atau peraturan hukum karena ia
merupakan dasar lahirnya peraturan hukum. Asas hukum merupakan petunjuk arah bagi
pembentuk hukum dan pengambil keputusan. Asas hukum tidak mempunyai sanksi
sedangkan norma hukum mempunyai sanksi. Sudikno Mertokusumo, dalam bukunya
Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar, menyebutkan bahwa asas hukum bersifat abstrak,
umum, dan dinamis. Bersifat abstrak karena pada umumnya tidak dituangkan dalam
peraturan atau pasal yang konkret. Peraturan hukum

D.Fungsi Asas Hukum dalam Sistem Hukum

1. Menjaga ketaatan asas atau konsistensi. Contoh, dalam Hukum Acara Perdata dianut "asas
pasif bagi hakim, artinya hakim hanya memeriksa pokok-pokok sengketa yang ditentukan
oleh para pihak yang berperkara dan bukan oleh hakim. Hakim hanya membantu para pencari
keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya
keadilan.

Dengan demikian, hakim menjadi pasif dan terjagalah ketaatan asas atau konsistensi dalam
Hukum Acara Perdata, karena para pihak dapat secara bebas mengakhiri sendiri
persengketaannya. Fungsi asas hukum yang pasif, menyebabkan hakim hanya menunggu apa
yang diajukan oleh warga masyarakat. Akan tetapi, hakim berkewajiban memeriksa apa yang
diajukan oleh warga masyarakat, sebagaimana asas hukum yang menyatakan "ius curia
novit" atau "hakim dianggap mengetahui hukum". Artinya, hakim tidak boleh menolak
perkara yang diajukan dengan alasan tidak ada aturan hukumnya.

2. Menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam sistem hukum. Fungsi ini antara lain
diwujudkan dalam asas hukum "lex superior derogat leg inferiori", yaitu aturan yang
hierarkisnya lebih tinggi, diutamakan pelaksanaannya daripada aturan yang lebih rendah.

4
IDG Atmadja - Kertha Wicaksana, 2018 - ejournal.warmadewa.ac.id
Misalnya undang-undang lebih diutamakan pemberlakuannya daripada peraturan pemerintah,
atau peraturan pemerintah diutamakan berlakunya daripada peraturan daerah.

3. Sebagai rekayasa sosial, baik dalam sistem hukum peraturan maupun dalam sistem
peradilan. Pada fungsi rekayasa sosial, kemungkinan difungsikannya suatu asas hukum untuk
melakukan rekayasa sosial di bidang peradilan, seperti asas Hukum Acara Peradilan di
Indonesia menganut asas tidak ada keharusan mewakilkan kepada pengacara, diubah menjadi
"asas keharusan untuk diwakili". Asas yang masih dianut tersebut, sebetulnya sebagai bentuk
diskriminasi kolonial Belanda, sehingga sudah perlu dihapuskan. Dengan demikian, asas
hukum difungsikan sebagai a tool of social engineering bagi masyarakat.

KESIMPULAN:

Dipahami asas-asas hukum itu sebagai pikiran-pikiran dasar yang terdapat didalam dan
dibelakang sistem hukum, masing-masing dirumuskan dalam aturan-aturan
perundangundangan dan putusan-putusan hakim, yang berkenaan dengannya ketentuan-
ketentuan dan keputuan-keputusan individual dapat dipandang sebagai penjabarannya.
Apabila dalam bidang hukum kita telah sepakat, bahwa Pancasila sumber dari segala sumber
hukum negara, maka sudah wajarlah, kalau kita membicarakan asas, berpendapat bahwa
sumber dari segala asas hukum adalah Pancasila, Pancasila dipegang teguh sebagai kaidah
dasar, sebagai suatu beginsel rechtsideologie atau asas ideologi hukum Indonesia.
.

Anda mungkin juga menyukai