Oleh:
Kelompok 3
Biur Teguh Satria Alam ( 2383120045)
M. Riza Chaeraratul Iman (2383120052)
Ahmad Zulfikar (2383120060)
Rifdah Nazihah (2383120046)
Elsa Septiani (2383120085)
FAKULTAS SYARI’AH
Alhamdulillah segala puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunianya sehingga sampai saat ini penulis dalam keadaan sehat.
Atas izin Allah SWT skripsi ini dapat dikerjakana dengan baik oleh penulis,semoga Allah
Kedua kalinya sholaeat serta salam tak lupa kita haturkan atas junjungan alam nabi
besar Muhammad SAW semoga kelak kita di berikan syafaat oleh beliau di yaumul akhiroh
Dan terakhir saya do’akan untuk kedua orang tua saya semoga Allah SWT
mengampuni segala dosa Bapak dan Ibu, selalu dalam lindungan Allah SWT.
“Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, dan sayangilah
mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
C. Pengertian Pancasila
PENUTUP
A. Pengertian Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
C. Pengertian Pancasila
1. Pengertian pancasila secara Etimologis
Masyarakat Indonesia pada umumnya tentu sudah tidak asing dengan istiah
pancasia. Bisa dikatakan bahwa idelogi Negara Indonesia tersebut sudah di kenal oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Berbicara mengenai pancasila, secara etimologis, istilah
“ pancasila” berasal dari kata sansekerta. Menurut M. Yamin, perkataan pancasila
dalam bahasa sansekerta memiliki dua macam arti secara leksikal. Pertama, “ panca “
artinya lima dan “ syila “ batu sendi, alas, atau dasar. Kedua, “ syila “ yang artinya
peraturan tingkah laku yang baik. M. Yamin kemudian menegaskan bahwa pancasila
secara etimologis yang dimaksudkan adalah panca dengan syila yang pertama, yang
memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau dimaknakan sebagai “ dasar yang
memiliki lima unsur”.
2. Pengertian pancasila secara historis
Berbicara pancasila dari segi historis tentu saja tidak terlepas dari dibentukya
“dokuritsu zyunbi tcioosakai” atau yang di kenal dengan istilah Badan penyelidik
usaha-usaha persiapan kemerdekaan ( BPUPK ) pada tanggal 29 april 1945 . Sturktur
BPUPK itu sendiri terdiri dari ketua ( kaicoo) Dr. K.R.T.Rajdiman Wediodiningrat,
ketua muda (fuku kaicoo tokubetsu lin) R.P. Seoroso merangkap kepala secretariat
(fuku kaicoo atau zyimokyokukucoo), dan beberapa anggota ( 60 anggota pada sidang
pertama-29 Mei s.d 1 juni 1945) dan tambahan enam para anggota pada sidang BPUPK
kedua (10-16 juli 1945).
Pada saat sidang BPUPK pertama, sang ketua Dr. K.R.T. Radjiman
wediodiningrat meminta pandangan para anggota tetang dasar Negara Indonesia.
Alhasil, ada tiga anggota yang memberikan taggapan mereka tentang dasar Negara,
yakni yang pertama Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945), dan yang kedua Prof. Dr.
Soepomo (31 Mei 1945), dan yang terakhir yaitu Ir. Soekarno (1 Juni 1945).
3. Pengertian pancasila secara terminologis
Disahkannya Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia atau juga
yang biasa dikenal dengan UUD 1945 oleh PPKI secara yuridis juga menandakan
disahkanya pancasila. Dalam pembukaan UUD 1945 tersebut tercantum rumusan
pancasila, yaitu, ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakila, dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Manifestasi prinsip gotong royong dan solidaritas secara konkret dapat Dibuktikan
dalam bentuk pembayaran pajak yang dilakukan warga negara Atau wajib pajak. Alasannya
jelas bahwa gotong royong didasarkan atas Semangat kebersamaan yang terwujud dalam
semboyan filosofi hidup bangsa Indonesia “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”.
Konsekuensinya, pihak Yang mampu harus mendukung pihak yang kurang mampu, dengan
Menempatkan posisi pemerintah sebagai mediator untuk menjembatani Kesenjangan. Pajak
menjadi solusi untuk kesenjangan tersebut.
Dalam konteks kekinian, khususnya dalam bidang tata kelola pemerintahan, Apakah
nilai-nilai Pancasila telah sepenuhnya dilaksanakan oleh aparatur Pemerintah? Ataukah Anda
masih menemukan perilaku aparatur yang tidak Sesuai dengan nilai-nilai Pancasila? Apabila
jawabannya masih banyak Perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, sudah barang
tentu Perilaku seperti itu dapat dikategorikan perilaku yang tidak mensyukuri Kemerdekaan
Negara Republik Indonesia. Nilai-nilai Pancasila berdasarkan Teori kausalitas yang
diperkenalkan Notonagoro (kausa materialis, kausa Formalis, kausa efisien, kausa finalis),
merupakan penyebab lahirnya negaraKebangsaan Republik Indonesia, maka penyimpangan
terhadap nilai-nilai Pancasila dapat berakibat terancamnya kelangsungan negara. Munculnya
permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah Tergerusnya nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa Dan bernegara. Oleh karena itu, perlu diungkap
berbagai permasalahan di Negeri tercinta ini yang menunjukkan pentingnya mata kuliah
pendidikan Pancasila. Adapun Salah satu contoh urgensi yang dapat saya jelaskan sebagai
berikut:
Salah satu tujuan dari gerakan reformasi adalah mereformasi sistem hukum Dan
sekaligus meningkatkan kualitas penegakan hukum. Memang banyak Faktor yang berpengaruh
terhadap efektivitas penegakan hukum, tetapi faktor Dominan dalam penegakan hukum adalah
faktor manusianya. Konkretnya Penegakan hukum ditentukan oleh kesadaran hukum
masyarakat dan Profesionalitas aparatur penegak hukum. Inilah salah satu urgensi mata kuliah
Pendidikan Pancasila, yaitu meningkatkan kesadaran hukum para mahasiswa Sebagai calon
pemimpin bangsa.Dengan memperhatikan masalah tersebut, maka pendidikan Pancasila sangat
Penting untuk diajarkan pada berbagai jenjang pendidikan, khususnya di Perguruan tinggi.
Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, yaitu agar Mahasiswa tidak tercerabut dari
akar budayanya sendiri dan agar mahasiswa Memiliki pedoman atau kaidah penuntun dalam
berpikir dan bertindak dalam Kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Selain itu, Urgensi pendidikan Pancasila, yaitu dapat memperkokoh jiwa kebangsaan
Mahasiswa sehingga menjadi dorongan pokok (leitmotive) dan bintang Penunjuk jalan (leitstar)
(Abdulgani, 1979: 14). Urgensi pendidikan Pancasila Bagi mahasiswa sebagai calon pemegang
tongkat estafet kepemimpinan Bangsa untuk berbagai bidang dan tingkatan, yaitu agar tidak
terpengaruh Oleh paham-paham asing yang negatif. Dengan demikian, urgensi pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi dengan meminjam istilah Branson (1998), yaitu Sebagai
pembentuk civic disposition yang dapat menjadi landasan untuk Pengembangan civic
knowledge dan civic skills mahasiswa.
F. Sumber Historis
Presiden soekarno pernah mengatakan “jangan sekali-kali meningalkan
sejarah” pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi penting
dalam kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana
Dilihat dari aspek historis, eksistensi pancasila sebagai dasar Negara di awali
dari sidang umum badan penyidik usaha-usaha kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
terutama melalui pidato Ir. Soekarno. Akan tetapi, yang kini ditetapkan dan disepakati
sebagai dasar Negara adalah sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD NRI
Tahun 1945.
Contoh :