Anda di halaman 1dari 49

RESUME MATERI KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

DAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN PENGAMPU : ROY FACHRABY GINTING SH


M.Kn

NAMA : ANNISA ANANDA SETIAWAN

NIM : 200502229

FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS

S1 MANAJEMEN REGULER D

TA 2020/2021
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada Saya untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah Saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Resume Materi Kuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tepat waktu.
Makalah Resume Materi Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
disusun guna memenuhi tugas dosen pada bidang mata kuliah di Universitas
Sumatera Utara.Selain itu,Saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen
mata kuliah PPKn.Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………... 4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….. 5
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………… 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan……………….. 7
2.2 Sejarah Peradaban Bangsa Indonesia…………………………………… 11
2.3 Dasar Hukum Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Menjadi
Mata Kuliah Wajib di Seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia………….. 14
2.4 Pancasila Sebagai Dasar Negara…………………………………………. 21
2.5 Pancasila Sebagai Ideologi……………………………………………….. 26
2.6 Pancasila Sebagai Filsafat………………………………………………... 29
2.7 Pancasila Sebagai Sistem Etika…………………………………………... 32
2.8 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia………………….. 35
2.9 Hubungan Pancasila dan Agama dalam Menjaga Keberagaman dan Toleransi Serta
Peradaban…………………………………………………………………. 36
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………... 46
3.2 Saran……………………………………………………………………….. 46
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 47
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia,menjadi dasar
pedoman dalam segala pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan
negara Indonesia termasuk peraturan perundang-undangan.Pancasila
merupakan cerminan bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa,dan bernegara.Nilai-nilai Pancasila yang terkandung didalam
Pancasila menjadi tolak ukur bagi bangsa Indonesia dalam
penyelenggaraan bernegara.Karena konsekuensi dari hal itu bahwa
penyelenggaraan bernegara tidak boleh menyimpang dari nilai ketuhanan,
nilai kemanusiaan,nilai persatuan,nilai kerakyatan,dan nilai keadilan.
Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang setiap
warganya harus hafal dan mematuhi segala isi dalam Pancasila tersebut.
Namun sebagian besar warganegara Indonesia hanya menganggap
Pancasila sebagai dasar negara/ideologi semata tanpa memperdulikan
makna dan manfaatnya dalam kehidupan.Tanpa manusia sedari nilai-nilai
makna yang terkandung dalam Pancasila sangat berguna dan bermanfaat.
Didalam Pancasila terkandung banyak nilai dimana dari
keseluruhan nilai tersebut terkandung didalam 5 garis besar dalam
kehidupan berbangsa bernegara.Perjuangan dalam memperebutkan
kemerdekaan tak lepas dari nilai Pancasila.Sejak zaman penjajahan
sampai sekarang,kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila
tersebut.Indonesia hidup didalam berbagai keberagaman,baik itu suku,
bangsa,budaya dan agama.Dari semuanya itu,Indonesia berdiri dalam
suatu keutuhan.Menjadi kesatuan dan bersatu didalam persatuan yang
kokoh dibawah naungan Pancasila dan semboyannya,Bhineka Tunggal
Ika.Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu didalam
keberagaman budaya.Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar
kebudayaan yang menyatukan budaya dengan yang lain.Karena ikatan
yang satu itulah.Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam kebudayaan
yang ada di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1) Tuliskan pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan!
2) Bagaimana sejarah peradaban bangsa Indonesia?
3) Apa dasar hukum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menjadi mata
kuliah wajib di seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia
4) Apa peran Pancasila sebagai dasar negara?
5) Apa peran Pancasila sebagai ideologi?
6) Apa peran Pancasila sebagai filsafat?
7) Apa peran Pancasila sebagai system etika?
8) Apa peran Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia?
9) Apa hubungan Pancasila dan Agama dalam menjaga dan merawat
keberagaman dan toleransi serta peradaban?
1.3 Tujuan Penulisan
 Untuk menambah wawasan ataupun pengetahuan yang lebih bagi pembaca
tentang Pancasila.
 Untuk mengetahui sejarah peradaban Indonesia.
 Untuk mengetahui alasan Pancasila dijadikan sebagai dasar negara.
 Mengetahui fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara
Indonesia.
 Mengetahui bahwa Pancasila adalah sebagai pandangan hidup Indonesia.
 Memperluas wawasan dan informasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Diawali dengan latar belakang pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan,


kebijakan nasional pembangunan bangsa dan karakter,landasan hukum pendidikan
Pancasila,kerangka konseptual pendidikan Pancasila,visi dan misi,tujuan
pendidikan Pancasila,desain mata kuliah,kompetensi inti dan kompetesi dasar.
Pada bagian pengantar ini,kita diajak untuk memahami konsep,hakikat,dan
perjalanan pendidikan pancasila di Indonesia.Selain itu,kebijakan penyelenggaraan
pendidikan pancasila di Perguruan Tinggi tidak serta merta diimplementasikan,
baik di Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta.Keadaan
tersebut terjadi karena dasar hukum yang mengatur berlakunya pendidikan
Pancasila di Perguruan Tinggi selalu mengalami perubahan dan persepsi
pengembang kurikulum di Perguruan Tinggi berganti-ganti.Lahirnya ketentuan
dalam pasal 35 ayat (5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 yang menyatakan
bahwa kurikulum pendidikan Perguruan Tinggi wajib memuat mata kuliah
Pendidikan Pancasila yang menunjukan nilai-nilai pancasila dari anak-anak
bangsa.
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila.
Dalam perjalanan sejarah bangsa kita, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan bermasyarakat di
Indonesia sejak sebelum Pancasila sebagai Dasar Negara dirumuskan dalam satu
sistem nilai.Sejak zaman dahulu,wilayah-wilayah di nusantara ini mempunyai
beberapa nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya,sebagai contoh :
1. Percaya kepada Tuhan dan toleran
2. Gotong royong
3. Musyawarah,
4. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial
Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah
tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan
bernegara.Oleh karna itu perlu diungkap berbagi permasalahan di negri tercinta ini
yang menunjukkan pentingnya mata kuliah pendidikan pancasila.
1. Masalah Kesadaran Perpajakan.
2. Masalah Korupsi.
Masalah korupsi sampai sekarang masih banyak terjadi,baik dipusat maupun di
daerah.Transparency International merilis situasi korupsi di 188 negara untuk
tahun 2015.Berdasarkan data dari TI tersebut,Indonesia masih menduduki
peringkat 88 dalam urutan Negara paling banyak terjadinya korupsi di dunia.
3. Masalah Lingkungan.
Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia,namun citra tersebut perlahan mulai
pudar seiring dengan maraknya kasus pembakaran hutan,perambatan hutan
menjadi lahan pertanian dan beralihnya hutan indonesia menjadi perkebunan.
4. Masalah Disintegrasi Bangsa.
Demokrasi mengalir dengan deras menyusul terjadinya reformasi Indonesia.
Demokrasi menghasilkan dampak negatif seperti terkikisnya rasa kesatuan dan
persatuan bangsa.
5. Masalah Dekadensi Moral.
Dewasa ini fenomena materialism,pragmatism, danhodoisme makin menggejala
dalam kehidupan barmasyarakat.Paham-paham tersebut mengikis moralitas dan
akhlak masyarakat,khususnya generasi muda.
6. Masalah Narkoba.
Berdasarkan data yang dirilias POLRI tahun 2013,Polri telah menangani 32.470
kasus narkoba,baik narkoba yang berjenis narkotika, psikotropika dan lainnya.
7. Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan.
Salah satu tujuan dari gerakan reformasi adalah mereformasi sistem hukum dan
sekaligus meningkatkan kualitas penegakan hukum.
Sejarah Lahirnya Pancasila
Lahirnya Pancasila merupakan judul pidato yang disampaikan Ir.Soekarno.Badan
Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengadakan
sidang pertama dari 29 Mei hingga 1 Juni 1945.Rapat tersebut dilakukan di gedung
Chuo Sangi In yang sekarang dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila.Pada
zaman Belanda, gedung itu digunakan sebagai gedung Volksraaf atau Perwakilan
Rakyat.Rapat tersebut tidak menemukan titik terang.Ir.Soekarno mendapat giliran
untuk menyampaikan gagasan pada 1 Juni 1945.Gagasan yang disampaikan
Ir.Soekarno tentang dasar negara Indonesia merdeka,dinamakan Pancasila.Pidato
Ir.Soekarno tersebut berisi lahirnya Pancasila.Pidato tanpa persiapan tertulis itu
diterima secara aklamasi oleh segenap anggota BPUPKI.BPUPKI membentuk
panitia kecil untuk merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar(UUD)
yang berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut.
Panitia Sembilan terdiri dari dari:
1. Ir.Soekarno
2. Mohammad Hatta
3. Mr.AA Maramis
4. Abikoesno Tjokrosoejoso
5. Abdul Kahar Muzakir
6. Agus Salim
7. Achmad Soebardjo
8. Wahid Hasjim
9. Mohammad Yamin
Panitia Sembilan merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara
berdasarkan pidato yang diucapkan Ir.Soekarno pada 1 Juni 1945.Penetapan Hari
Lahir Pancasila dan Rezim Orde Baru.Presiden Soekarno menuntut diadakannya
acara peringatan hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1964.Hal ini karena beberapa
orang mulai menyelewengkan Pancasila. Saat itu tepat hari ulang tahun ke-19
Pancasila.Hari Lahir Pancasila diperingati untuk pertama kalinya dengan upacara
kenegaraan di Istana Merdeka.
Pancasila Sepanjang Masa menjadi slogan.Dikesempatan itu,Ir.Soekarno
menguraikan kembali rumusan Pancasila.Kemudian,peringatan Hari Lahir
Pancasila kemudian dilaksanakan setiap tahun,setiap tanggal 1 Juni.
Terakhir Ir.Soekarno memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 1966.Setelah
itu,rezim Orde Baru pada 17 September 1966 menetapkan 1 Oktober sebagai Hari
Kesaktian Pancasila.Hal tersebut untuk memperingati keberhasilan Sugarto
menggagalkan upaya kudeta 1965.Soeharto sempat memperingati Hari Lahir
Pancasila pada tahun 1967 dan 1968.
Namun, sebagai upaya penghapusan warisan Ir.Soekarno,melalui Kopkamtib
(Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) melarang peringatan
Hari Lahir Pancasila 1 Juni mulai tahun 1970.
Kemudian pada 1 Juni 3016, Presiden Joko Widodo menandatangani Keputusan
Presiden No. 24 Tahun 2016 di mana menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir
Pancasila.
Mulai tahun 2007,setiap 1 Juni ditetapkan sebagai hari libur nasional untuk
memperingati Hari Lahir Pancasila.

2.2 Sejarah Peradaban Bangsa Indonesia.


Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai
sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7
juta tahun yang lalu.
Secara geologi,wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan,selanjutnya disebut
Nusantara) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia,dan Lempeng Pasifik (lihat artikel Geologi
Indonesia).
Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es
setelah berakhirnya Zaman Es,sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah
pemukim pertama.Bukti pertama yang menunjukkan penghuni awal adalah fosil-
fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu.
Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis) di Liang Bua, Flores,
membuka kemungkinan masih bertahannya H.erectus hingga masa Zaman Es
terakhir.
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang
lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat,dan pada sekitar 60.000 sampai
70.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.
Mereka,yang berfenotipe kulit gelap dan rambut ikal rapat, menjadi nenek moyang
penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak
lonjong (Paleolitikum).
Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang
secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan
Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson).
Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik.
Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat,
mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk
setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara.Pendatang
ini membawa serta teknik-teknik pertanian,termasuk bercocok tanam padi di sawah
(bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu
dan besi,teknik tenun ikat,praktik-praktik megalitikum,serta pemujaan roh-roh
(animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme).
Pada abad pertama SM sudah terbentuk permukiman-permukiman serta kerajaan-
kerajaan kecil,dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India
akibat hubungan perniagaan.

Era Kerajaan-Kerajaan di Nusantara.


Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu
Jawa Dwipa di Pulau Jawa dan Sumatra atau Swarna Dwipa sekitar 200 SM.Bukti
fisik awal yang menyebutkan mengenai adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme
pada abad ke-5, yaitu Kerajaan Tarumanagara yang menguasai Jawa Barat dan
Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan.
Pada tahun 425 ajaran Buddhisme telah mencapai wilayah tersebut.
Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ratusan tahun dengan dua
imperium besar, yaitu Sriwijaya di Sumatera pada abad ke-7 hingga ke-14 dan
Majapahit di Jawa pada abad ke-13 sampai ke-16,ditambah dengan puluhan
kerajaan kecil yang acap kali menjadi vasal tetangganya yang lebih kuat atau
saling terhubung dalam semacam ikatan perkawinan dan perdagangan (seperti di
Maluku). Hal tersebut telah terjadi sebelum Eropa Barat mengalami masa
Renaisans pada abad ke-16.

Kerajaan Hindu-Buddha.
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak
Hindu-Buddha, yaitu Kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan
Sunda sampai abad ke-16.Pada abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha
Sriwijaya berkembang pesat di Sumatera. Penjelajah Tiongkok,I
Ching,mengunjungi ibu kota Sriwijaya,Palembang,sekitar tahun 670.Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung
Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa
Timur, Majapahit.
Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364,Gajah Mada berhasil memperoleh
kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta
hampir seluruh Semenanjung Melayu.
Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan
Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
2.3 Dasar Hukum Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Menjadi Mata Kuliah Wajib di
Seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia.

Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dipahami dengan


menelaah dasar-dasar pendidikan Pancasila sebagai bagian yang tidak terpisah
dalam konsep pendukung pencapaian dalam penyelenggaraan pendidikan Pancasila
di perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Dasar-dasar yang dimaksud yakni dasar filosofis, sosiologis, dan dasar
yuridis.Gerakan untuk merevitalisasi Pancasila saat ini semakin menunjukkan
gejala yang menggembirakan.Forum-forum ilmiah di berbagai tempat telah
diselenggarakan baik oleh masyarakat umum maupun kalangan akademisi.Tidak
terkecuali lembaga negara yaitu MPR mencanangkan empat pilar berbangsa yang
salah satunya adalah Pancasila.
Memang ada perdebatan tentang istilah pilar tersebut, karena selama ini dipahami
bahwa Pancasila adalah dasar negara, namun semangat untuk menumbuh
kembangkan lagi Pancasila perlu disambut dengan baik.
Undang undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi yang telah disahkan, secara eksplisit juga menyebutkan bahwa terkait
dengan kurikulum nasional setiap perguruan tinggi wajib menyelenggarakan mata
kuliah Pancasila, Kewarganegaraan, Agama dan Bahasa Indonesia.
Sehingga landasan Hukum pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini
meliputi ;
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
4. Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi
Mental.
5. Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun
2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Dalam hal ini Menteri Ristekdikti juga menyampaikan hal hal yang berkaitan
dengan mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tersebut sebagai
berikut:
1. Amanah dalam UUD 1945 pada Pasal 27 ayat (3), “Setiap warga negara berhak
dan wajib turut serta dalam upaya pembelaan negara” dan Pasal 30 ayat (1), “Tiap-
tiap warga berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara”. Sebagai warga negara harus selalu siaga dalam usaha membela bangsa
dan negara, menjaga pertahanan dan keamanan sehingga selalu terwujud
kedamaian dan kenyamanan di masyarakat.
2. Amanah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
diperlukan pendidikan yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menghasilkan intelektual,ilmuwan,dan profesional yang berbudaya
dan kreatif,toleran,demokratis,berkarakter tangguh,serta berani membela
kebenaran untuk kepentingan bangsa.Dalam pasal 35 ayat 2,kurikulum pendidikan
tinggi merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah Agama,Pancasila
Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia yang dilaksanakan melalui kegiatan
kurikuler,kokurikuler,dan ekstrakurikuler.
3. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
menimbang bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan
hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Dalam pasal 9,bela negara merupakan upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun
dalam negeri,dan bentuk pengabdian sesuai dengan profesinya.
Dalam mensukseskan pertahanan negara melalui bela negara, dukungan dosen dan
mahasiswa baik secara fisik maupun non fisik diarahkan untuk menghasilkan
lulusan berkualitas yang siap menghadapi tantangan globalisasi memiliki sikap
toleran, tanggap terhadap lingkungan, memahami wawasan kebangsaan dan
bertanggungjawab dalam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
4. Memperhatikan Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan
Nasional Revolusi Mental,dalam melaksanakan butir kelima,bahwa untuk
mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang berkarakter tangguh,cinta tanah air,
bela negara serta mampu meningkatkan jati diri bangsa,maka pendidikan Mata
Kuliah Wajib Umum (MKWU) diperkuat sebagai salah satu komponen pembentuk
budaya bangsa.
Untuk itu Menristekdikti juga menginstruksikan kepada seluruh perguruan tinggi
untuk mengintegrasikan dan menginternalisasikan muatan nilai Pancasila,moral
kebangsaan serta budaya nasional dalam proses pembelajaran setiap mata kuliah
dan kegiatan kemahasiswaan sebagai bagian dari bela negara.
Menindaklanjuti undang undang tersebut,Kementerian Ristekdikti juga
menawarkan berbagai hibah pembelajaran untuk keempat mata kuliah tersebut.
Pancasila adalah dasar filsafah negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945.Oleh karena itu setiap warga negara Indonesia harus
mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkan dalam segala bidang
kehidupan.Pancasila merupakan warisan luar biasa dari pendiri bangsa yang
mengacu kepada nilai-nilai luhur.Nilai nilai luhur yang menjadi panutan hidup
tersebut telah hilang otoritasnya, sehingga manusia menjadi bingung.Kebingungan
tersebut dapat menimbulkan krisis baik itu krisis moneter yang berdampak pada
bidang politik,sekaligus krisis moral pada sikap perilaku manusia.
Dalam upaya merespon kondisi tersebut, pemerintah perlu mengantisipasi agar
tidak menuju kearah keadaan yang lebih memprihatinkan.Salah satu solusi yang
dilakukan oleh pemerintah, dalam menjaga nilai-nilai panutan dalam berbangsa
dan bernegara secara lebih efektif yaitu melalui bidang pendidikan.Oleh karena
itu,tujuan pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini sasarannya adalah bagi
para mahasiswa-mahasiswi di perguruan tinggi di seluruh Indonesia
Adapun dasar-dasar pendidikan pancasila tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dasar Filosofis
Pada saat Republik Indonesia diproklamasikan pasca Perang Dunia kedua,dunia
dicekam oleh pertentangan ideologi kapitalisme dengan ideologi
komunisme.Kapitalisme berakar pada paham individualisme yang menjunjung
tinggi kebebasan dan hak-hak individu,sementara komunisme berakar pada faham
sosialisme atau kolektivisme yang lebih mengedepankan kepentingan masyarakat
di atas kepentingan individual.Kedua aliran ideologi ini melahirkan sistem
kenegaraan yang berbeda.Paham individualisme melahirkan negara negara
kapitalis yang mendewakan kebebasan (liberalisme) setiap warga, sehingga
menimbulkan perilaku dengan superioritas individu, kebebasan berkreasi dan
berproduksi untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Sementara paham kolektivisme melahirkan negara-negara komunis yang otoriter
dengan tujuan untuk melindungi kepentingan rakyat banyak dari eksploitasi
segelintir warga pemilik kapital.
Pertentangan ideologi ini telah menimbulkan ‘perang dingin’ yang dampaknya
terasa di seluruh dunia.Namun para pendiri negara Republik Indonesia mampu
melepaskan diri dari tarikan-tarikan dua kutub ideologi dunia tersebut, dengan
merumuskan pandangan dasar (philosophische grondslag) pada sebuah konsep
filosofis yang bernama Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila bahkan bisa berperan sebagai penjaga
keseimbangan (margin of appreciation) antara dua ideologi dunia yang
bertentangan, karena dalam ideologi Pancasila hak-hak individu dan masyarakat
diakui secara proporsional.
2. Dasar Sosiologis
Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa
yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau.
Secara sosiologis hal itu telah mempraktekkan Pancasila karena nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya merupakan kenyataan-kenyataan (materil, formal, dan
fungsional) yang ada dalam masyarakat Indonesia.
Kenyataan objektif ini menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengikat setiap
warga bangsa untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang berupa norma atau
hukum tertulis (peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dan traktat) maupun
yang tidak tertulis seperti adat istiadat, kesepakatan atau kesepahaman, dan
konvensi.
Kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana
agama, ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi
Pancasila bisa diterima sebagai ideologi pemersatu.
Data sejarah menunjukan bahwa setiap kali ada upaya perpecahan atau
pemberontakan oleh beberapa kelompok masyarakat, maka nilai-nilai Pancasilalah
yang dikedepankan sebagai solusi untuk menyatukannya kembali.Begitu kuat dan
‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai kekuatan pemersatu, maka kegagalan
upaya pemberontakan yang terakhir (G30S/PKI) pada 1 Oktober 1965 untuk
seterusnya hari tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Bangsa Indonesia yang plural secara sosiologis membutuhkan ideologi pemersatu
Pancasila.Oleh karena itu nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke
generasi untuk menjaga keutuhan masyarakat bangsa.Pelestarian nilai-nilai
Pancasila dilakukan khususnya lewat proses pendidikan formal, karena lewat
pendidikan berbagai butir nilai Pancasila tersebut dapat disemaikan dan
dikembangkan secara terencana dan terpadu.
3. Dasar Yuridis
Pancasila telah menjadi norma dasar negara dan dasar negara Republik Indonesia
yang berlaku adalah Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pembukaan UUD NKRI Tahun
1945) junctis Keputusan Presiden RI Nomor 150 Tahun 1959 mengenai Dekrit
Presiden RI/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Tentang Kembali Kepada
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Naskah Pembukaan UUD NKRI 1945 yang berlaku adalah Pembukaan UUD
NKRI Tahun 1945 yang disahkan dan ditetapkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945.
Sila -sila Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945
secara filosofis-sosiologis berkedudukan sebagai Norma Dasar Indonesia dan
dalam konteks politis-yuridis sebagai Dasar Negara Indonesia.
Konsekuensi dari Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945,
secara yuridis konstitusional mempunyai kekuatan hukum yang sah, kekuatan
hukum berlaku, dan kekuatan hukum mengikat.
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan tinggi.
Pasal 39 ayat (2) menyebutkan, bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan wajib memuat:
(a) Pendidikan Pancasila,
(b) Pendidikan Agama,
(c) Pendidikan Kewarganegaraan.
Didalam operasionalnya,ketiga mata kuliah wajib dari kurikulum tersebut,
dijadikan bagian dari kurikulum berlaku secara nasional.
Sebelum dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 1999,Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 30 tahun 1990 menetapkan status
pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan tinggi sebagai mata kuliah
wajib untuk setiap program studi dan bersifat nasional.
Silabus pendidikan pancasila semenjak tahun 1983 sampai tahun 1999,telah
banyak mengalami perubahan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang
berlaku dalam masyarakat, bangsa,dan negara yang berlangsung cepat,serta
kebutuhan untuk mengantisipasi tuntunan perkembangan ilmu pengetahuan yang
sangat pesat disertai dengan pola kehidupan mengglobal.
Perubahan dari silabus pancasila adalah dengan keluarnya keputusan Direktur
Jendral Pendidikan Tinggi, Nomor: 265/Dikti/Kep/2000 tentang penyempurnaan
kurikulum inti mata kuliah pengembangan kepribadian pendidikan Pancasila pada
perguruan tinggi Indonesia.Dalam kepurusan ini dinyatakan,bahwa mata kuliah
pendidikan Pancasila yang mencakup unsur filsafat pancasila,merupakan salah satu
komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok mata kuliah pengembangan
kepribadian (MKPK) pada susunan kurikulum inti perguruan tinggi di Indonesia.
Mata kuliah pendidikan Pancasila adalah mata kuliah wajib untuk diambil oleh
setiap mahasiswa pada perguruan tinggi untuk program diploma,politeknik dan
program sarjana.
Pendidikan Pancasila dirancang dengan maksud untuk memberikan pengertian
kepada mahasiswa tentang Pancasila sebagai filsafat atau tata nilai bangsa, dasar
negara, dan ideologi nasional dengan segala implikasinya.
Selanjutnya, berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 22/UU/2000
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi, dan penilaian hasil
belajar mahasiswa, telah ditetapkan bahwa pendidikan Agama, pendidikan
Pancasila, dan Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi.Oleh karena itu,untuk melaksanakan ketentuan di atas,maka Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi Depdiknas mengeluarkan Surat Keputusan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di perguruan tinggi.
Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan,maka, Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi mengeluarkan surat keputusan No. 43/Dikti/Kep./2006 tentang
kampus-kampus pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di
perguruan tinggi, SK ini adalah penyempurnaan dari SK yang lalu.
Tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi
Dengan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi,diharapkan
dapat tercipta wahana pembelajaran bagi para mahasiswa untuk secara akademik
mengkaji,menganalisis, dan memecahkan masalah-masalah pembangunan bangsa
dan negara dalam perspektif nilai-nilai dasar Pancasila sebagai ideologi dan dasar
negara Republik Indonesia.Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan
Nasional bertujuan untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional.
Sistem pendidikan nasional yang ada merupakan rangkaian konsep,program,tata
cara,dan usaha untuk mewujudkan tujuan nasional yang diamanatkan Undang -
Undang Dasar Tahun 1945,yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Jadi,tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi pun
merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Penjabaran secara spesifik sehubungan dengan tujuan penyelenggaraan Pendidikan
Pancasila di Perguruan Tinggi adalah untuk:
1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa
melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar
Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta
membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi
terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara
melalui sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NKRI
Tahun 1945.
4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai
ketuhanan,kemanusiaan,kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa,serta
penguatan masyarakat madani yang demokratis,berkeadilan,dan bermartabat
berlandaskan Pancasila,untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan
eksternal masyarakat bangsa Indonesia.
2.4 Pancasila Sebagai Dasar Negara

Merupakan landasan kehidupan bernegara atau berbangsa yang mana setiap negara
memilki dasar negara sebagai dasar penyelengaraan negara tersebut.Fungsi dasar
negara yaitu dasar berdiri dan tegaknya suatu negara.dasar pergaulan antara rakyat
negara.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara mempunyai fungsi kedudukan sebagai
kaidah negara yang fundamental atau mendasar.Definisi fundamental yang
merujuk pada prinsip adalah pernyataan yang memiliki kebenaran umum atau
dasar realitas.Sehingga sifatnya tetap,kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapapun
itu.
Dalam buku Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara (2012) karya Ronto,
mengubah Pancasila berati membubarkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia(NKRI) yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai makna sebagai berikut:

 Sebagai dasar untuk menata negara yang merdeka dan berdaulat.


 Sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan aparatur negara yang bersih
dan berwibawa. Sehingga tercapai tujuan nasional yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 alinea 4.
 Sebagai dasar, arah dan petunjuka aktifitas kehidupan bangsa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia.Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa mengandung makna bahwa semua aktifitas kehidupan bangsa Indonesia
sehari-hari harus sesuai dengan Pancasila.Karena juga merupakan kritalisasi dari
nilai-nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri.
Nilai-nilai tersebut adalah:
 Nilai dan jiwa Ketuhanan-keagamaan

Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang


diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus
kepada pola pikiran,perasaan,keterkaitan maupun perilaku.
Namun akan berbeda jika nilai itu dikaitkan dengan agama,
karena nilai sangat erat kaitannya dengan perilaku dan sifat-sifat
manusia,sehingga sulit ditemukan batasannya itu,maka dari itu muncul
bermacam-macam pengertian di antaranya:

a. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal


yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.

b. Menurut Drs.KH.Muslim Nurdin dkk.Nilai adalah suatu perangkat


keyakinan ataupun parasaan yang diyakini sebagai suatu identitas
yang memberikan corak khusus kepada pola pikiran, perasaan dan
perilaku.

c. Nilai adalah suatu seperangkat keyakinan atau perasaan yang


diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang
khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun
perilaku.

d. Seperti yang disampaikan Noor Syalimi bahwa nilai adalah suatu


penetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut suatu jenis
apresiasi atau minat.Selain itu, menurut Scope juga
mendefinisikan tentang nilai bahwa nilai adalah sesuatu yang tidak
terbatas.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa nilai merupakan suatu konsep


yang mengandung tata aturan yang dinyatakan benar oleh masyarakat
karena mengandung sifat kemanusiaan yang pada gilirannya
merupakan perasaan umum,identitas umum yang oleh karenanya
menjadi syariat umum dan akan tercermin dalam tingkah laku manusia.
Menurut Harun Nasution (1974:9-10),Agama juga berasal dari
kata,yaitu Al-Din,religi (relegere, religare)dan Agama. Al-Din (Semit)
berarti undang-undang atau hukum.Kemudian dalam bahasa arab,kata ini
mengandung arti menguasai,menundukkan,patuh,utang,balasan,
kebiasaan.Sedangkan kata “ AGAMA” berasal dari bahasa sansekerta terdiri
dari: “A” = tidak,” GAM “ = pergi,sedangkan kata akhiran “A”=
merupakan sifat yang menguatkan yang kekal.Jadi istilah “ AGAM” atau
“AGAMA” berarti tidak pergi atau tidak berjalan,tetap ditempat atau
diwarisi turun-temurun alias kekal (kekal, eternal).Sehingga pada
umumnya kata A-GAM atau AGAMA mengandung arti pedoman hidup
yang kekal.

Selanjutnya Taib Thahir Abdul Mu’in mengemukakan agama


sebagai suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang
mempunyai akal untuk kehendak dan pilihannya sendiri mengikuti
peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia dan
akhirat.
Secara etimologi,nilai keagamaan berasal dari dua kata yakni nilai
dan keagamaan.Menurut Rokeach dan Bank mengatakan bahwasanya
nilai merupakan suatu tipe kepercayaan yang berada pada suatu
lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau
menghindari suatu tindakan,atau mengenai sesuatu yang dianggap pantas
atau tidak pantas.Sedangkan keagamaan merupakan suatu sikap atau
kesadaran yang muncul yang didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan
seseorang terhadap suatu agama.
Dari segi isi,agama terdiri dari seperangkat ajaran yang merupakan
perangkat nilai-nilai kehidupan yang harus dijadikan barometer
parapemeluknya dalam menentukan pilihan tindakan dalam
kehidupannya.Nilai-nilai ini secara populer disebut dengan nilai
agama.
Oleh karena itu,nilai-nilai agama merupakan seperangkat
standar kebenaran dan kebaikan.Nilai-nilai agama adalah nilai luhur
yang ditransfer dan diadopsi ke dalam diri. Oleh karena itu,seberapa banyak
dan seberapa jauh nilai-nilai agama bisa mempengaruhi dan
membentuk sikap serta perilaku seseorang sangat tergantung dari
seberapa dalam nilai-nilai agama tersebut merasuk/terinternalisasi di
dalam dirinya.Semakin dalam nilai-nilai agama terinternalisasi dalam
diri seseorang,kepribadian dan sikap religiusnya akan muncul dan
terbentuk.Jika sikap religious atau keagamaan sudah muncul dan terbentuk,
maka nilai- nilai agama akan menjadi pusat nilai dalam menyikapi
segala sesuatu dalam kehidupan.

 Nilai dan jiwa kemanusian


Nilai-nilai yang terkandung dalam hal ini adalah :
1. Semua rakyat Indonesia memiliki hak yang sama di mata hukum, agama,
masyarakat dan lainnya.
2. Tidak ada perbedaan antara ras satu dengan yang lainnya antar sesama
rakyat Indonesia.
3. Sikap tenggang rasa dan saling tolong menolong harus diutamakan.
4. Nilai kemanusiaan antar rakyat Indonesia harus dijunjung tinggi.
5. Saling menghargai pendapat masing-masing.

 Nilai dan jiwa persatuan

Beberapa nilai yang terkandung dalam hal ini yaitu :

1. Menggunakan bahasa persatuan Indonesia antar daerah.


2. Memperjuangkan nama harum bangsa Indonesia.
3. Cinta kepada tanah air Indonesia.
4. Mengutamakan persatuan dan kesatuan daripada kepentingan pribadi.
5. Berjiwa patriotisme dimanapun berada.

 Nilai dan jiwa kerakyatan-demokrasi

Nilai-nilai yang terkandung dalam hal ini adalah :

1. Pemimpin bangsa Indonesia haruslah bijaksana.


2. Kekeluargaan harus diutamakan.
3. Kedaulatan bangsa ada di tangan rakyat.
4. Kebijaksanaan dalam mengambil solusi.
5. Keputusan yang diambil harus berdasarkan musyawarah sampai mencapai
kesepakatan bersama.
6. Tidak memaksakan kehendak orang lain.

 Nilai dan jiwa keadilan sosial

Beberapa nilai yang terkandung dalam hal ini yaitu :


1. Perilaku yang adil harus diterapkan baik di bidang ekonomi, sosial dan
politik.
2. Hak dan kewajiban setiap orang harus dihormati.
3. Perwujudan keadilan sosial bagi bangsa Indonesia.
4. Tujuan rakyat Indonesia yang adil dan makmur.
5. Mendukung kemajuan dan pembangunan negara Indonesia.
2.5 Pancasila Sebagai Ideologi

Ideologi merupakan gabungan dari bahasa Yunani “ideos” dan “logos” yang


berarti tujuan,cita-cita,sudut pandang,pemikiran dan pengetahuan.Ideologi
merupakan seperangkat ide atau keyakinan yang menentukan cara pandang
seseorang untuk mencapai tujuan dengan berdasar kepada pengetahuan.
Dari penjelasan diatas,dapat kita ketahui bahwa “ideologi pancasila merupakan
kumpulan nilai dan norma yang menjadi landasan keyakinan dan cara berpikir
untuk mencapai tujuan dengan berdasar kepada lima sila dalam pancasila”.
Sehingga negara yang memiliki ideologi pancasila juga memiliki sebuah dasar
negara yang berdasarkan pancasila.Dasar negara menjadi sebuah tatanan untuk
mengatur penyelenggaraan negara serta menjadi pedoman hidup bernegara.

Makna ideologi Pancasila :

 Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi cita-cita yang hendak


dicapai menjadi pedoman hidup dalam penyelenggaraan bernegara.
 Pancasila disepakati bersama dan digunakan sebagai prinsip yang dipegang
teguh dan menjadi sarana pemersatu bangsa Indonesia.
Kedua makna di atas menunjukkan bahwa pancasila menjadi fundamental dalam
kehidupan bernegara di Indonesia.
Apabila sebuah wilayah di Indonesia memiliki kebijakan tanpa berlandaskan
pancasila maka secara otomatis aturan tersebut tidak berlaku.
Setelah memahami pengertian dari ideologi, kita perlu mengetahui bahwa
pancasila sebagai ideologi nasional bangsa Indonesia juga memiliki makna sebagai
berikut :
Nilai-nilai ideologi Pancasila

Pancasila memiliki lima sila yang memiliki nilai Ketuhanan,Kemanusiaan,


Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Nilai-nilai ini menjadi dasar untuk hidup
berbangsa dan bernegara.Nilai-nilai tersebut adalah nilai yang bersifat objektif dan
yang bersifat subjektif.
Nilai-nilai pancasila memiliki sifat objektif yang berarti :
1. Inti nilai Pancasila tetap ada sepanjang waktu di dalam kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia.
2. Pancasila di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah sumber dari
segala sumber hukum yang ada di Indonesia.
3. Rumusan Pancasila memiliki arti yang paling dalam yaitu menunjukkan adanya
sifat umum universal serta abstrak.
Nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia.
Nilai-nilai pancasila bersifat subjektif yang berarti keberadaan nilai pancasila
bergantung pada bangsa Indonesia sendiri.Hal tersebut dikarenakan :
1. Nilai-nilai Pancasila muncul dari bangsa Indonesia.
2. Terdapat nilai-nilai kerohanian yang terkandung di dalam pancasila.
3. Menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia.
4. Nilai-nilai Pancasila berasal dan tumbuh serta berkembang dari budaya bangsa
Indonesia.
Fungsi ideologi Pancasila

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila digunakan sebagai ideologi nasional


bangsa Indonesia.Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pancasila yang digunakan
sebagai ideologi negara memiliki peranan atau fungsi yaitu:
1. Sarana pemersatu bangsa Indonesia.
2. Membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan.
3. Memberikan motivasi untuk menjaga dan memajukan jati diri bangsa Indonesia.
4. Menunjukkan jalan serta mengawasi dalam upaya mewujudkan cita-cita yang
terkandung dalam pancasila.
5. Menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia untuk menjaga keutuhan negara.
6. Menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme.

Ideologi Pancasila haruslah tetap dilestarikan karena ideologi ini merupakan


ideologi yang mencerminkan kepribadian bangsa ini.
2.6 Pancasila Sebagai Filsafat

Filsafat Pancasila adalah penggunaan nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara dan


pandangan hidup bernegara.
Dalam prinsipnya, Pancasila sebagai filsafat merupakan perluasan manfaat dari
yang bermula sebagai dasar dan ideologi, merambah hingga produk filsafat
(falsafah).
Pancasila sebagai produk filsafat berarti digunakan sebagai pandangan hidup
dalam kegiatan praktis.Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan
sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap,tingkah laku dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara bagi
bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat juga berarti bahwa pancasila mengandung pandangan,
nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi
Pancasila.
Hal yang mendasari pernyataan ini adalah karena pada hakikatnya Pancasila
memiliki sistem nilai (value system) yang didapat dari penggalian dan
pengejawantahan nilai-nilai luhur mendasar dari kebudayaan bangsa Indonesia
sepanjang sejarah,berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga
secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia.
Hal inilah yang kemudian ditangkap sebagai hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh para tokoh pendiri bangsa (The Founding Father)
Indonesia (yang merupakan prinsip dasar filsafat) dan merumuskannya dalam
suatu sistem dasar negara yang diatasnya berdiri sebuah Negara
Republik Indonesia.
Dalam prinsipnya, Pancasila sebagai filsafat merupakan perluasan manfaat dari
yang bermula sebagai dasar dan ideologi, merambah hingga produk filsafat.
Pengertian Filsafat Pancasila menurut Ruslan Abdulgani,Pancasila adalah filsafat
negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa
Indonesia.
Pengertian Filsafat Pancasila Menurut Ir. Soekarno,Pancasila merupakan filsafat
asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi
budaya India ( hindu-budha ),Barat ( Kristen ) dan Arab ( Islam ).Beliau
berpendapat bahwa ( ketuhanan ) ialah asli berasal dari Indonesia ( keadilan
sosial ) terinpirasi dari konsep ratu adil.
Menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila ini memberikan pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila.
Secara ontologi, kajian pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila pancasila.Menurut Notonagoro,hakikat
dasar antologi pancasila adalah manusia,karena manusia ini yang merupakan
subjek hukum pokok sila-sila pancasila.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia memiliki susunan lima
sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan serta mempunyai sifat dasar
kesatuan yang mutlak,yang berupa sifat kodrat monodualis yaitu sebagai makhluk
individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial,serta kedudukannya sebagai
makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan sekaligus juga sebagai makhluk Tuhan.
Konsekuensi pancasila dijadikan dasar negara Indonesia adalah segala aspek dalam
penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai-nilai pancasila yang merupakan kodrat
manusia yang monodualis tersebut.
Secara ontologi, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila Pancasila.
Sedangkan menurut seorang ahli bernama Notonagoro,hakikat dasar antologi
Pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan subjek hukum
pokok sila-sila Pancasila.
Sedangkan jika secara epistemologis filsafat Pancasila diartikan sebagai upaya
untuk mencari kebenaran Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.Kajian
epistemologi filsafat pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat
pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.Hal ini dimungkinkan adanya karena
epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan
(ilmu tentang ilmu).Kajian epistemologi pancasila ini tidak bisa dipisahkan dengan
dasar antologinya. Oleh karena itu, dasar epistemologis pancasila sangat berkaitan
dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.Sebagai suatu paham
epistemologi, pancasila mendasarkan pandangannya bahwa imu pengetahuan pada
hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas
kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu
tingkatan pengetahuan dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu pancasila secara epistemologis harus menjadi dasar moralitas
bangsa dalam membangun perkembangan sains dan teknologi pada saat ini.
Kajian Aksiologi filsafat pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai
praksis atau manfaat suatu pengetahuan mengenai pancasila.Hal ini disebabkan
karena sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar
aksiologi, nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Aksiologi pancasila ini mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat
nilai pancasila.Secara aksiologi,bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai
pancasila. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang mengakui,
menghargai, menerima pancasila sebagai sesuatu yang
bernilai.Pengakuan,penerimaan dan penghargaan pancasila sebagai sesuatu yang
bernilai itu akan tampak menggejala dalam dalam sikap,tingkah laku dan perbuatan
bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mengandung
makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan,kenegaraan dan kemasyarakatan
harus didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan,kemanusiaan, persatuan,kerakyatan
dan yang terakhir keadilan.
Pemikiran filsafat kenegaraan ini bertolak dari pandangan bahwa negara
merupakan suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan,di
mana merupakan masyarakat hukum.

Sumber pengertian Filsafat Pancasila menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah


filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh
bangsa Indonesia. Mengapa pancasila dikatakan sebagai filsafat, hal itu karena
pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh
para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat.
2.7 Pancasila Sebagai Sistem Etika

Etika Pancasila merupakan etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada
nilai-nilai Pancasila.Nilai itu adalah dalam hal Ketuhanan,nilai kemanusiaan,nilai
persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan.
Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam
kehidupan manusia.
Etika merupakan  hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara,karena dengan memiliki etika maka kita mampu
menjalankan kehidupan bernegara dengan baik sebagai masyarakat yang
mempunyai  perilaku yang baik,kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain.Dalam artian ini,etika sama
maknanya dengan moral.
Nilai-nilai Pancasila,meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam
realita sosial,keagamaan,maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia,namun
sebenarnya juga nilai-nilai yang bersifat universal dapat diterima oleh siapa pun
dan kapan pun.Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar
dalam kehidupan manusia.
Etika juga merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran
dan pandangan-pandangan moral.Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu,atau bagaimana
kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai
ajaran moral (Suseno, 1987). 
Etika dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus.
Etika umum adalah etika yang berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak secara etis,bagaimana manusia mengambil
keputusan etis,teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi
pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau
buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu
pengetahuan,yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987).
Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus.Bagaimana mengambil keputusan dan bertindak dalam
bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan,yang didasari oleh cara,
teori dan prinsip-prinsip moral dasar.Penerapannya dapat berupa bagaimana
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus
yang dilakukan,yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.
Selain itu penerapannya juga dapat berupa bagaimana menilai prilaku diri dan
orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh
kondisi yang memungkinkan.
Etika khusus dibagi menjadi dua bagian :
a. Etika Individu
Etika individu ini adalah etika yang berkaitan dengan kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri, misalnya:
1) Memelihara kesehatan dan kesucian lahiriah dan batiniah.
2) Memelihara kerapian diri, kamar, tempat tingggal, dan lainnya.
3) Berlaku tenang
4) Meningkatkan ilmu pengetahuan.
5) Membina kedisiplinan ,dan lainnya.
b. Etika Sosial
Etika sosial adalah etika yang membahas tentang kewajiban,sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota masyarakat pada umumnya.Dalam hal ini
menyangkut hubungan manusia dengan manusia,baik secara individu maupun
dalam kelembagaan (organisasi, profesi, keluarga, negara, dan lainnya).Etika sosial
yang hanya berlaku bagi kelompok profesi tertentu disebut kode etika atau kode
etik.
Etika umum menjelaskan tentang kajian bagaimana manusia bertindak secra etis,
sedangkan etika khusus mengkaji tentang penerapan-penerapan prinsip-prinsip
moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.Dalam etika umum,teori-teori
etika dan prinsip-prinsip moral dasar menjadi pegangan bagi manusia dalam
bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.
Etika khusus menjelaskan prinsip-prinsip moral dasar tersebut diterapkan dalam
wujud bagaimana untuk mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan,yang didasari oleh cara,teori dan
prinsip-prinsip moral dasar,serta prinsip-prinsip moral dasar tersebut digunakan
untuk bagaimana menilai perilaku diri sendiri maupun perilaku orang lain dalam
berbagai kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatar belakangi oleh kondisi yang
memungkinkan manusia untuk bertindak etis.
Di dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,kemanusiaan,persatuan,
kerakyatan dan keadilan.Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia
Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.Pentingnya pancasila sebagai sistem
etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi rambu normatif untuk mengatur perilaku
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.Dengan
demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara,seperti korupsi
(penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.
2.8 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Kenapa Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa Perlu Kita
Pertahankan?
Pancasila sebagai dasar negara berarti menjadi pedoman dalam mengatur
kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan negara dalam berbagai bidang.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat
Indonesia.Kedududukan Pancasila sebagai dasar negara di dalamnya mengandung
makna sebagai ideologi nasional, cita-cita, dan tujuan negara.
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa perlu kita
pertahankan.Karena jika tidak,maka bangsa Indonesia akan mudah terpecah belah
dan tidak memiliki tujuan dalam bernegara dan berbangsa.
Dalam buku Pendidikan Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan (2019) karya
Gianto, Pancasila adalah sebuah karya bersama bangsa Indonesia.
Pancasila tidak hanya milik satu golongan atau satu partai tertentu, tetapi
sebagaimana yang dikatakan Presiden Sukarno dalam pidatonya di pertemuan
Gerakan Pembela Pancasila di Istana Negara pada 17 Juni 1954.
"... Pancasila adalah dasar negara dan harus kita pertahankan sebagai dasar negara
jika tidak mau mengalami bahaya besar terpecahnya negara ini... jangan ada
sesuatu partai berkata Pancasila asasku. PNI ini tetaplah pada asas Marhaenisme,
olah karena itulah PNI mempertahankan Pancasila, tetapi jangan berkata PNI
berdasar pada Pancasila. Sebab jikalau dikatakan Pancasila adalah ideologi partai,
maka lalu partai-partai lain tidak mau...".
Sebelum Pancasila disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki Indonesia
telah menjadi pandangan hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai tersebut diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri
negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat negara Indonesia.
Pancasila itu sendiri bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal yang sudah hidup di
tengah-tengah masyarakat sejak dulu.Pola-pola yang sudah ada di tengah-tengah
masyarakat yang berbeda-beda memancarkan falsafah Pancasila.
2.9 Hubungan Pancasila dan Agama dalam Menjaga
Keberagaman dan Toleransi Serta Peradaban.

Titik temu antara Pancasila dan Agama bertumpu pada ajaran tentang cinta kasih.
Pancasila pada hakikatnya merupakan kristalisasi dari nilai-nilai agama yang
diyakini dan dijunjung tinggi oleh setiap orang beradab.
Pancasila, dapat menjadi orientasi,kerangka acuan untuk membangun budaya
kasih.
Dalam pelaksanaannya,cita-cita tersebut masih terkendala oleh beberapa hal,
antara lain belum semua mampu secara konsekuen memandang sesama warga
bangsa adalah saudara yang memiliki martabat dan hak-hak yang sama.
Ketidakmampuan sementara orang untuk berlaku adil, jujur, dan tulus dalam
mengusahakan kesejahteraan umum.
Semua Agama Mengajarkan Kebaikan dan Keharmonisan
Pada dasarnya semua agama yang ada bertujuan untuk menjaga harkat dan
martabat manusia dan bukan untuk konflik. Karena itu agama harus dikembalikan
ke substansi dan esensi yang sesungguhnya.
Semua pihak harus waspada dan berhati-hati, jangan karena mabuk agama atau
karena keterbatasan pengetahuan,atau kurang paham sehingga kerap melahirkan
fanatik yang berlebihan dan hanya menganggap agamanya yang paling benar dan
agama lain menjadi musuh dan penganut agama lain harus dihindari.Karena
fanatisme ini seringkali menggunakan cara kekerasan dan hal itu mengingkari
substansi ajaran agama.
Agama Kristen misalnya,umatnya mampu mengajarlan kasih kepada sesama,
demikian juga Islam yang identik dengan salam dan damai atau Rahmatan Lil
Alamin. Hindu dengan darma mengajarkan kebajikan bagi semua.
Agama bicara tentang hubungan umat yang dekat dengan Tuhan. Esensi yang tidak
kalah penting adalah menempatkan diri dalam lingkungan menyangkut hubungan
sesama.
Agama pasti mengajarkan jangan menipu,jangan bohong dan lainnya,semua sama
yang mengajarkan kebaikan,kebajikan dan hidup harmonis,sehingga bila di bumi
terjadi radikalisme itu terjadi karena ada kebodohan dan kemiskinan bukan
kebencian agama lain.
Agama pada intinya adalah mengajarkan ajaran yang menciptakan keharmonisan
yang seharusnya kita hidupkan, di dalamnya ada pendidikan yang mengajarkan
tidak ada perbedaan, karena sebenarnya kalau kita semua terdidik maka tidak ada
diskriminasi, kita terdiskriminasi karena kita tidak tahu.
Seluruh umat beragama harus memerangi banyak hal antara lain kebodohan,
keterbelakangan, dan kemiskinan.Kalau semua sejahtera semua pintar semua sehat,
pasti tidak akan ada yang mau ikut bom bunuh diri.
Bila ingin membuat Indonesia sejahtera yakni dengan berkontribusi positif bagi
Indonesia,artinya bila seluruh warga Indonesia bekerja maka kedamaian dan surga
akan hadir di bumi.Surga akan hadir tanpa perlu menuggu kita mati dengan cara
bom bunuh diri, itu yang harus diperjuangkan setiap agama, bukannya kita
mengharap surga hadir setelah kita mati.Surga harus hadir saat ini,musuh bangsa
Indonesia saat ini bukan etnis atau agama lain, tapi musuh kita adalah kebodohan,
kemiskinan ini yang harus kita lawan.
Untuk mewujudkan pluralisme, kebangsaan, dan kebhinekaan maka seluruh anak
bangsa harus banyak bergaul dan bekerja, dan kemudian kita berjuang
mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin.
Agama adalah cinta,tiada agama bagi mereka yang tidak memiliki cinta kasih,
cinta adalah asal. Jika tidak bisa beragama dengan cinta tetapi hanya dengan
kebencian,lebih baik meninggalkan agama.
Semua Agama membawa ajaran cinta, cinta Allah dan cinta sesama manusia serta
bahkan cinta terhadap makhluk-makhluk-Nya yang terkecil sekalipun.Tidak ada
manusia yang sama, apabila seseorang menjauhkan diri dari orang lain karena
perbedaan, kelak ia akan kehilangan semua sahabatnya dan kesepian dengan itu
hidupnya akan menjadi pahit dan kecemasannya akan berlipat ganda.
Sumber dari akal setelah percaya kepada Tuhan adalah menunjukkan kasih sayang
terhadap manusia.Tidak ada manusia yang bisa mengklaim kebenaran dirinya
sesuai kehendak Tuhan (mutlak).Manusia hanya terus berusaha mendekatkan
kepada kebenaran hakiki.Intinya kesempurnaan (kebenaran) masih terbuka luas
seiring perkembangan akal manusia sesuai zamannya.
Lebih baik kita menghabiskan waktu untuk berusaha memasukkan diri kita ke
surga daripada berusaha membuktikan bahwa orang lain akan masuk
neraka.Bersihkan hati kita agar selalu memperlakukan manusia dengan kasih
sayang, cinta dan kelembutan hati.Jangan kita jadikan diri kita laksana binatang
buas lalu menjadikan manusia sebagai mangsa.
Mereka itu sesungguhnya hanya satu di antara dua :
Saudaramu dalam iman yang se agama atau saudaramu sesama manusia ciptaan
dan makhluk Tuhan yang sangat sempurna.
Islam Memperkuat Pancasila Dalam Keberagaman dan Toleransi.
Harmonisasi agama sejatinya ada dalam konstitusi yang berlaku di Indonesia.
Dalam sejarah kelahiran Pancasila sangat kental nilai-nilai Islam amat erat
merasuk dalam rumusan Pancasila.
Ideologi negara ini tidak terlepas dari nilai-nilai ketuhanan.
Pancasila merupakan bentuk kompromi dari para pendiri bangsa.
Mereka hendak meletakkan berbagai ideologi yang berkembang untuk bisa
berdampingan dan tidak berhadapan.
Di dalam Pancasila, ada sosialisme, liberalisme atau humanisme, dan
agama.Agama merupakan faktor paling awal yang memengaruhi manusia daripada
akal. Atas dasar itu, agama lewat sila Ketuhanan Yang Maha Esa diletakkan
sebagai sila pertama.
Umat Islam ketika itu bisa mengakomodasi sila tersebut setelah berkorban dengan
menghapus tujuh kata dari Piagam Jakarta, “… dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”Pengorbanan itu demi mengakomodasi
aspirasi dari Indonesia timur yang didengarkan meski mereka
minoritas.Penghapusan tujuh kata itu tak membuat nilai-nilai Islam menjauhi lima
sila dari Pancasila.
Islam hadir bukan sebatas di sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa.”Islam
mengajarkan demokrasi juga keadilan sosial. Islam juga mengajarkan tentang
kemanusiaan.
Persatuan Indonesia itu kita diajarkan nilai-nilai ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah
wathaniyah.Nlai-nilai ajaran Islam sejatinya sangat melekat dalam poin-poin
Pancasila.Tidak hanya itu,sejarah panjang yang mengiringi perjalanan lahir dan
terciptanya Pancasila sebagai perekat bangsa.
Kehadiran Pancasila merupakan sebuah kesepakatan bersama.Kesepakatan tersebut
berasal dari sejumlah elemen masyarakat yang beragama,yang memeluk
kepercayaan dan percaya kepada nilai-nilai ketuhanan.

Pancasila itu lahir atas dasar kesepakatan, kesepakatan ini berasal bukan hanya dari
kaum nasionalis, tapi juga para ulama dan kiai-kiai yang punya ilmu sangat
tinggi.Tidak ada sedikit pun unsur yang bisa dibentur-benturkan antara agama dan
Pancasila.Di dalam sila sila Pancasila tidak ada satu poin pun sila silanya yang
bertentangan dengan agama mana pun di Indonesia.
Dalam Islam,misalnya, poin-poin Pancasila mulai dari sila pertama hingga kelima
merupakan bagian dari ajaran-ajaran Islam.Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, hingga keadilan sosial itu adalah ajaran Islam.
Jadi,Pancasila itu sangat Islam sekali dan apabila seseorang menjalankan
Pancasila,sejatinya ia tengah menjalankan bagian-bagian dari ajaran Islam.
Harmonisasi agama sejatinya ada dalam konstitusi yang berlaku di Indonesia.
Norma konstitusi,menempatkan Allah dalam satu kepercayaan yang utuh.Hal itu
kemudian dijadikan sila pertama Pancasila, yakni “Ketuhanan Yang Maha
Esa”.“Maka, agama itu posisinya sangat penting dan menjadi yang pertama dalam
konstitusi.Konstitusi yang berlaku di Indonesia pun menjamin kebabasan warga
negara untuk beragama maupun beribadah sesuai dengan kepercayaannya masing-
masing.
Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 31 disebutkan, tujuan pendidikan
nasional yang dijalankan Indonesia adalah untuk meningkatkan keimanan,
ketakwaan, serta terwujudnya akhlak mulia bagi segenap warga negara yang
terdidik.Jika ditelisik dari sisi mana pun, tidak ada alasan yang dapat membenarkan
argumen bahwa agama dapat membunuh Pancasila.
Justru sebaliknya,nilai-nilai agama justru menguatkan Pancasila.
Islam adalah sebuah agama,sementara itu Pancasila adalah merupakan filsafat
hidup dalam berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu,dalam negara Pancasila,Islam bisa hidup dan berkembang,bahkan
sangat diperlukan.
Demikian pula, konsep Pancasila akan menjadi semakin jelas ketika
masyarakatnya menjalankan agamanya masing-masing.Mendasarkan pada konsep
Pancasila,negara berkepentingan menjadikan rakyatnya beragama.Itulah sebabnya
sekalipun negara ini bukan berdasarkan agama,tetapi menghendaki agar rakyatnya
menjalankan agamanya masing-masing.
Kualitas kebangsaan ini akan diukur diantaranya dari seberapa tinggi kualitas
keberagamaannya.
Sebagai bangsa yang menyatakan diri menganut Pancasila, maka seharusnya selalu
berusaha menjalankan agama sebaik-baiknya.Atas dasar pandangan tersebut maka
antara Pancasila dan Islam tidak perlu dihadap-hadapkan, dan apalagi diposisikan
sebagai dua hal yang kontras atau antagonistik.
Justru yang seharusnya dibangun adalah Pancasila memerlukan Islam,dan
demikian pula agama-agama lainnya seperti Hindu,Buddha,Kristen,Katholik dan
lainnya.Berbagai jenis agama tersebut itu, dengan menganut falsafah Pancasila
dalam berbangsa dan bernegara, maka memiliki keleluasaan untuk tumbuh dan
berkembang.Berbagai jenis agama diakui dan dipersialahkan kepada umatnya
menjalankan ajarannya masing-masing sebaik-baiknya.
Ketika negara memberikan peluang kepada semua agama untuk hidup dan
berkembang maka sebenarnya juga tidak berseberangan dengan keyakinan Islam.
Agama yang diturunkan di jazirah Arab dan atau yang dibawa oleh Nabi
Muhammad menyatakan tidak ada paksaan di dalam beragama.Maka artinya,
seseorang menjadi penganut Yahudi,Nasrani,Buddha,Hindu dan atau lainnya
adalah dipersilahkan oleh Islam.
Dalam Al Qur'an disebutkan secara jelas dengan kalimat bahwa 'la ikraha fiddien"
dan juga 'lakum diinukum waliyadien'.
Namun demikian,Islam memang merupakan agama dakwah.Umatnya
diperintahkan untuk menyeru atau mengajak kepada Islam.Akan tetapi,ajakan itu
tidak boleh dilakukan dengan cara memaksa.Seruan,berdakwah,atau
ajakan,hendaknya dilakukan dengan cara terbaik,bil hikmah,atau dengan cara
lembut dan bijak.
Keyakinan tentang sebuah kebaikan atau kebenaran,maka harus disampaikan
dengan cara yang terbaik,benar dan bijak pula.Bahkan dalam berdakwah atau
menyeru kepada orang lain,selain agar disampaikan dengan cara lembut,bijak atau
arif itu,maka juga dianjurkan supaya dijalankan melalui contoh atau uswah
hasanah.
Islam dipandang sebagai jalan menuju kebaikan, kemuliaan, keselamatan, dan
kebahagiaan.Mengajak ke jalan yang demikian itu seharusnya dilakukan dengan
pendekatan ketauladanan atau melalui contoh.
Seseorang yang menyeru kepada kebaikan,sementara dirinya sendiri tidak
menjalankannya, maka juga mendapatkan teguran keras.
Selain tidak ada paksaan dalam beragama, Islam mengenalkan konsep yang disebut
dengan hidayah, atau petunjuk.Hidayah itu hanya datang dari Tuhan.
Sesama manusia,bahkan seorang nabi sekalipun,hanya berperan sebagai pembawa
atau pemberi peringatan.Bahwa seseorang menjadi muslim atau menolaknya,
sebenarnya bukan menjadi urusan atau wewenang sesama manusia.
Tugas seorang muslim atau bahkan mubaligh hanyalah sekedar menyampaikan
atau memberi peringatan belaka.
Pemahaman yang demikian itu,dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
menganut falsafah Pancasila,adalah amat tepat.Pancasila memberikan peluang
seluas-luasnya kepada rakyatnya menentukan keyakinannya masing-
masing.Semuanya dihormati dan dihargai serta diberi peluang untuk menjalankan
keyakinan atau agamanya itu.Namun hal yang sama sekali tidak diperbolehkan
adalah memaksa dan apalagi satu sama lain saling merendahkan dan bermusuhan.
Beberapa waktu lalu Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi mengungkapkan
unsur unsur radikalisme.Menurutnya,ada empat unsur, mulai sikap intoleran
hingga suka mengkafirkan orang lain.
Jadi ada empat unsur radikalisme yaitu,pertama,intoleran dengan orang lain yang
berbeda, mengingkari fakta sosiologis kebinekaan.Kedua,adanya konsep takfiri
yang mengkafir-kafirkan atau menyalahkan pihak lain di luar
kelompoknya.Ketiga,memaksakan kehendak dengan berbagai dalil,termasuk dalil
agama yang disalahtafsirkan dan keempat,cara-cara kekerasan atau verbalistik.
Di katakan Menteri Agama bahwa radikalisme diartikan sebuah pandangan yang
mendambakan perubahan secara total dan revolusioner dengan menjungkirbalikkan
nilai-nilai yang ada secara drastis melalui aksi-aksi teror dan kekerasan.
Menteri agama yang berasal dari Militer ini menyampaikan bahwa terdapat tiga hal
yang dapat menjadi kriteria hal tersebut.
Pertama,mereka merasa paling benar dan intoleran,tidak bisa menerima orang lain
yang berbeda identitas dan pendapat.Padahal Allah SWT menegaskan bahwa
ciptaannya dibuat dalam kondisi keberagamaan.
Kalau dalam agama Islam,dalam Alquran Surah Al-Hujurat ayat 13 Allah
berfirman :
“Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal," kata Nya.
Fachrul mengatakan keberagaman atau kebinekaan dan pandangan adalah suatu
keniscayaan.Fachrul menyebut kebenaran yang hakiki hanya berada di tangan
Tuhan.
Kedua,mereka memaksakan kehendaknya dengan berbagai cara,menghalalkan cara
apa pun,bahkan memanipulasi agama untuk mencapai keinginan duniawinya.
Mereka yang radikal ini tak segan-segan menjustifikasi perilaku kriminalnya,
melukai, atau membunuh orang misalnya dengan penafsiran sekehendaknya
dengan ayat suci," ucap Fachrul.Menurutnya,hadirnya agama menjadikan manusia
akan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan menjaga kehidupan yang aman dan
damai. Bukan justru sebaliknya.
Ketiga,mereka yang radikal juga menggunakan cara-cara kekerasan, baik verbal
maupun tindakan, dalam mewujudkan apa yang diinginkannya.Mereka tak segan
melakukan ujaran kebencian atau menyampaikan berita bohong.Sebagian dari
mereka juga melakukan tindakan-tindakan kekerasan fisik,mempersekusi
kelompok lain,atau meledakkan diri di kerumunan orang banyak,kata Jenderal
Fachrul Razi.
Toleransi Beragama Dalam Pandangan Kristen
Sebagai manusia yang hidup di tengah-tengah dunia yang pluralistik / penuh
dengan keberagaman ini, orang Kristen mau tidak mau harus berjumpa,
berinteraksi, berurusan, berkaitan dengan orang-orang yang tidak seiman baik
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maupun bermasyarakat.
Di negara Indonesia misalnya,mau tidak mau,suka tidak suka,orang Kristen hidup
berdampingan dengan orang-orang dari berbagai agama dan kepercayaan.Dalam
kondisi semacam ini adalah penting bagi orang Kristen untuk memikirkan
bagaimana relasinya dengan orang-orang berkepercayan lain.Jika tidak maka
semua itu berpotensi untuk mengakibatkan banyak gesekan,bentrokan,kekacauan,
bahkan kerusakan yang akan mengganggu ketentraman dan kedamaian hidup
bersama.
 Pada saat Yesus hidup di dunia ini,dunia sementara dikuasai oleh imperium
Romawi.Itu jelas suatu negara yang tidak bersifat teokrasi.Dan karena itu Yesus
pun tidak melakukan Civil Law sebagaimana yang diperintahkan hukum Taurat.
Misalnya : Yesus tidak menghukum ahli Taurat yang mengajarkan ajaran sesat,
Yesus tidak menghukum mati orang-orang kafir yang Ia temui, Ia juga tidak
memerintahkan hukuman mati bagi perempuan yang kedapatan berzinah (Yohanes
8:5), padahal jelas Taurat memerintahkan itu (Imamat 20:10).
Kalau Ia melakukan semua itu jelas Ia menyalahi hukum Romawi saat itu yang
tidak bersifat teokrasi.Karena itu juga adalah salah jika hidup dalam negara yang
bersifat demokrasi tapi menerapkan hukum non toleransi beragama seperti negara
teokrasi Israel.
Dalam Ulangan 10:18-19 tertulis (17) “Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala
allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak
memandang bulu ataupun menerima suap; (18) yang membela hak anak yatim dan
janda dan menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan
kepadanya makanan dan pakaian. (19) Sebab itu haruslah kamu menunjukkan
kasihmu kepada orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah
Mesir.”
Terdapat kisah orang Samaria yang murah hati (Luk 10:29-37) dimana seorang
Samaria yang menolong orang yang dirampok para penjahat yang sangat besar
kemungkinan adalah orang Yahudi, seorang yang adalah musuh bangsanya
maupun agamanya.
Maka di sini jelas Tuhan Yesus mengajarkan bahwa di dalam hal menolong atau
berbuat baik kepada orang lain, perbedaan agama / kepercayaan tidak boleh
menjadi halangan.
Karena itu,selama masih ada kesempatan,marilah berbuat baik kepada semua
orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan seiman.
Dalam Galatia 6:10 mengatakan bahwa haruslah berbuat baik kepada semua orang
dan adanya kata-kata “terutama kepada kawan-kawan seiman” menunjukkan
bahwa kata-kata “semua orang” itu termasuk di dalamnya adalah orang-orang yang
tidak seiman.
Jadi,orang yang tidak seiman pun layak untuk mendapatkan perbuatan baik kita
sekalipun mereka bukanlah yang terutama.
Orang Kristen harus berpegang teguh pada iman eksklusifnya sekaligus hidup
bertoleransi dengan orang beragama lain.Lalu bagaimana kedua hal itu bisa
berjalan bersamaan dan tidak saling meniadakan ?
Di sinilah umat Kristiani harus kembali melihat bagaimana memahami toleransi
yang sesungguhnya, yang Alkitabiah.
Dasar-dasar Alkitabiah yang sudah dipaparkan pada bagian I menunjukkan bahwa
toleransi yang ditunjukkan pada orang lain / agama lain adalah suatu sikap
penghormatan dan penerimaan yang tulus terhadap iman / keyakinan orang lain
tetapi itu tidak berarti mengakui apa yang mereka katakan tentang kebenaran
apabila klaim itu bertentangan dengan klaim kebenaran Kristen.
Dalam Matius 5:45 tertulis “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak
Bapamu yang di sorga,yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang
yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak
benar.”
Dalam ayat ini jelas bahwa Tuhan menerbitkan matahari bagi orang jahat.
Tapi apakah itu berarti Tuhan menyetujui kejahatannya?
Jelas tidak!
Orang jahatnya dikasihi tapi kejahatannya tidak disetujui atau bahkan kejahatannya
dibenci.Ia menurunkan hujan bagi orang tidak benar.Tapi apakah itu berarti Tuhan
menyetujui ketidakbenarannya? Jelas tidak!
Orang yang tidak benar itu dikasihi dengan pemberian hujan kepadanya tapi
ketidakbenarannya sama sekali tidak disetujui oleh Tuhan.
Jadi terlihat bahwa Tuhan bertoleransi kepada orangnya tapi tidak kepada
pandangan,pikiran dan perbuatannya.Umat Kristiani diajarkan untuk saling
menghargai, mengasihi sesama dan berbuat baik pada mereka serta menolong
mereka ketika dalam kesusahan, tapi menyetujui apa yang mereka pahami,
menerima apa yang mereka katakan sebagai kebenaran,apalagi menyesuaikan
ajaran agama Kristen dengan ajaran agama mereka sama sekali tidak dapat
dilakukan.
Kalau melakukan hal itu,itu bukanlah lagi toleransi namanya melainkan kompromi.
Alkitab menjadi sumber dasar bagi kehidupan umat Kristiani yang bertoleransi
dengan orang-orang beragama lain.
Dengan demikian,seorang Kristen haruslah orang yang bisa hidup bertoleransi dan
rukun dengan kelompok-kelompok lain yang berbeda keyakinan atau agama
dengannya bahkan harus berbuat baik kepada mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan falsafah dan dasar negara Republik Indonesia sebagai
pedoman bagi segala kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegarabagi
seluruh rakyat Indonesia.Pancasila terdiri atas lima sila yang mengandungnilai-
nilai di dalamnya.Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya
menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat
indonesia,nilai-nilai Pancasila merupakan cakupan dari nilai,norma,dan moral yang
harusnya mampu diamalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia,sebab apabila
Bangsa Indonesia mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut maka degradasi moral
dan kebiadaban masyarakat dapat diminimalisir,secara tidak langsung juga akan
mengurangi kriminalitas di Indonesia,meningkatkan keamanan dan kesejahteraan
bangsa Indonesia.

3.2 Saran
Diharapkan agar semua masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila tidak hanya sekedar mengetahui saja namun melaksanakannya
dalam kehidupan.Dan penerapan pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini
agar kelak nilai Pancasila akan melekat dalam karakter dan kepribadian tiap
individu dalam bermasyarakat agar senantiasa tercipta bangsa Indonesia yang
damai.
DAFTAR PUSTAKA
https://mahasiswa.yai.ac.id/v5/data_mhs/tugas/1913290002/09Tugas%20Makalah
%20PKN%20.pdf
https://www.simulasikredit.com/apa-itu-fundamental-ekonomi/
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/4630/3/BAB%20II.pdf
https://saintif.com/nilai-nilai-pancasila/
https://brainly.co.id/tugas/8010037#:~:text=Nilai%20pancasila%20bersifat
%20objektif%20memiliki,kehidupan%20sehari%2Dhari%20bangsa
%20Indonesia.&text=Rumusan%20Pancasila%20memiliki%20arti%20yang,sifat
%20umum%20unversal%20serta%20abstrak.
https://saintif.com/ideologi-pancasila/#
https://binus.ac.id/character-building/2020/10/pancasila-sebagai-ideologi-negara/
http://perdanaregian.blogspot.com/2015/08/etika-umum-dan-etika-khusus.html

Anda mungkin juga menyukai