Anda di halaman 1dari 12

MALALAH TENTANG HUKUM

MENDEL

OLEH

NAMA : SALMON LAKONA

: ALBINUS W SARE

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hukum pada dasarnya harus sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa yang bersangkutan.
Sampaisaat ini masih banyak peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia, khususnya peraturan perundang-undangan peninggalan
Pemerintahan Hindia Belanda.

Peraturan peninggalan Pemerintahan Hindia Belanda salah satunya adalah Hukum yang
mengatur tata cara penyelesaian sengketa keperdataan, yaitu Hukum Acara Perdata seperti,
Herzienne Indonesisch Reglement( HIR )–S. 1941 No. 44untuk Jawa –Madura,
Rechtsreglement Buitengeweten (RBg) –S. 1927 No. 277 untuk luar Jawa –Madura. Hukum
Acara Perdata ini sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat
dewasaini, sehingga tidak dapat menampung berbagai perkembangan hukum.

Perkembangan masyarakat yang sangat cepat dan pengaruh globalisasi, menuntut adanya
Hukum Acara Perdata yang dapat mengatasi persengketaan di bidang perdata dengan cara
yang efektif dan efisien sesuai dengan asas sederhana, mudah,danbiaya ringan.

Peraturan perundang-undangan Hukum Acara Perdata yang ada dan berlaku sampai saat
ini tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan, baik peraturan perundang-
undangan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda maupun peraturan perundang-undangan
produk Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu antara lain terdapat dalam:1.Het Herziene
Indonesisch Reglement (HIR); 2.Het Rechtsreglement voor de Buitengewesten(RBG);3.

Reglement op de Burgelijke Rechtsvordering voor Europeanen(RV);4.Buku IV Burgerlijk


Wetboek(BW) tentang Pembuktian dan Daluwarsa;5.Reglement op het houden der Registers
van den Burgerlijkestand voor Europeanen;6.Reglement Burgerlijke Stand Christen
Indonesisch;7.Reglement op het houden der Register van den Burgerlijkestand voor de
Chineezen;8.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Peradilan Ulangandi Jawa dan Madura;
29. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;10.Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2004dan terakhir Undang Undang Nomor 3 tahun 2009;11.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum sebagaimana telah diubah
dengan Undang Undang Nomor 8 Tahun 2004 dan terakhir Undang-Undang Nomor49 Tahun
2009;12.Undang-Undang Nomor 5Tahun 1986 tentang Peradilan Umum sebagaimana telah
diubah dengan Undang Undang Nomor 9Tahun 2004 dan terakhir Undang-Undang Nomor
51 Tahun 2009; dan13.Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Peradilan Umum
sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 5 Tahun 2004 dan terakhir
Undang-undang No. 48Tahun 2009 Peraturan perundang-undangan produk Pemerintah
Hindia Belanda masih bersifat dualistis atau mengandung dualisme hukum acara yang
berlaku untuk Pengadilan di Jawa dan Madura dan hukum acara yang berlaku untuk
pengadilan di luar Jawa dan Madura sebagaimana terdapat dalam Het Herziene Indonesisch
Reglement dan Rechtsreglement Buitengewesten yang masih berlaku sampai saat ini.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu disusun Undang-Undang tentang Hukum


Acara Perdata Nasional yang komprehensif, bersifat kodifikasi maupun unifikasi, sehingga
dapat menampung perkembangan dan kebutuhan hukum yang berkembang dalam masyarakat
dengan memperhatikan prinsip atau asas-asas hukum acara perdata yang berlaku

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan Hukum Acara Perdata yang dihadapi bangsa Indonesia tersebut


di identifikasi sebagai berikut:

1. Permasalahan apa saja yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat khususnya dalamHukum Acara Perdata serta bagaimana permasalahan
tersebut dapat diatasi?

2. Mengapa perlu Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hukum Acara Perdata


sebagai dasar pemecahan masalah tersebut?

3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis, dan
ekonomis pembentukan RUU tentang Hukum Acara Perdata?4.Sasaran, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturanapa yang akan diwujudkan dalam RUU
tentang Hukum Acara Perdata?

1.3. Tujuan

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan
penyusunan Naskah Akademik RUU tentang Hukum Acara Perdata dirumuskan sebagai
berikut:

1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa, bernegara,


dan bermasyarakat serta cara-cara mengatasi permasalahan tersebut

. 2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan


RUU sebagai dasar penyelesaian atau solusi permasalahan dalam kehidupan
berngasa, bernegara, dan bermasyarakat.

3 Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis, dan ekonomis


pembentukan RUU tentang Hukum Acara Perdata.
4. Merumuskan sasaran, ruang lingkup pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan
yang akan diwujudkan dalam RUU tentang Hukum Acara Perdata.Kegunaan
penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai acuan atau referensi penyusunan
pembahasan RUU tentang Hukum Acara Perdata dan juga Naskah Akademik ini
menjadi dokumen resmi yang menyatu dengan konsep RUU tentang Hukum Acara
Perdata yang akan dibahas bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Asas Hukum

Menurut terminologi bahasa, yang dimaksud dengan istilah asas ada dua pengertian. Arti
asas yang pertama adalah dasar, alas, fundamen. Sedangkan arti asas yang kedua adalah
suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir atau berpendapat dan
sebagainya.

Asas dapat berarti dasar, landasan, fundamen, prinsip, dan jiwa atau cita-cita. Asas adalah
suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum dengan tidak menyebutkan secara
khusus cara pelaksanaannya. Asas dapat juga disebut pengertian-pengertian dan nilai-nilai
yang menjadi titik tolak berpikir tentang sesuatu. Makna leksikal asas telah didefinisikan oleh
Henry Campbell Blacksebagai berikut:

3“Principle. A fundamental truth or doctrine, as of law; a comprehensive rule or doctrine


which furnishes a basis or original for other; a settled rule of action, procedure, or legal
determination. A truth or proposition so clear that it cannot be proved or contradicted unless
by a proposition which is still clearer. That which constitutes the essence of a body or its
constituent part. That which pertains to the theoretical part of a science.”Asas-asas hukum–
rechtsbeginselen–legal principles–principles of lawbukanlah peraturan hukum konkrit,
melainkan pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari “hukum
positif”yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam
peraturan perundang-undangan.

Asas hukum yang dimaksud adalah yang kita kenal dengan istilah Rechtsbeginselen dalam
bahasa Belanda, yang berarti asas umum hukum yang diakui oleh bangsa beradab dan
dilakukan oleh badan pengadilan internasional sebagai kaidah hukum.

Asas hukum (Rechts Beginsellen)merupakan salah satu bagian dari kaidah hukum. Asas
hukum bersifat umum dan abstrak, sehingga ia menjadi ruh dan spirit dari suatu perundang-
undangan. Pada umumnya asas hukum itu berubah mengikuti kaidah hukumnya, sedangkan
kaidah hukum akan berubah mengikuti perkembangan masyarakat, jadi terpengaruh waktu
dan tempat.
Pengertian dari asas hukum yang dikemukakan para ahli, diantaranya:

1) Bellefroid menyatakan bahwa asas hukum umum adalah norma dasar yang
dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari
aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum umum itu merupakan pengendapan
hukum positif dalam suatu masyarakat.7
2) Van Eikema Hommes menyatakan asas hukum adalah dasar-dasar atau petunjuk
arah dalam pembentukan hukum positif. Asas hukum tidak boleh dianggap sebagai
norma-norma hukum yang konkrit, tetapi dipandang sebagai dasar-dasar umum atau
petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu
berorientasi pada asas-asas hukum tersebut.8
3) Paul Scholtenberpendapat bahwa asas hukum adalah kecenderungan-kecenderungan
yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat
umum dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi
yang tidak boleh tidak harus ada.9
4) Sudikno Mertokusumo, mengemukakan asas hukum merupakan pikiran dasar yang
umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang dari peraturan konkrit, yang
terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif. Asas hukum
dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam
peraturan konkrit tersebut. Fungsi ilmu hukum adalah mencari asas hukum ini dalam
hukum positif.
5) Satjipto Rahardjo, berpendapat bahwa asas hukum adalah jantungnya peraturan
hukum, karena asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu
peraturan hukum, bahwa peraturan-peraturan hukum itu pada akhirnya dapat
dikembalikan kepada
Akhirnya kesimpulan dari teori sifat ini diketahui bahwa tidak ada korelasi sebab akibat
antara sifat dan keberhasilan manajer, sehingga mendorong Keith Davis yang disarikan oleh
Miftah Thoha (1995:33) untuk merumuskan empat sifat umum yang mempengaruhi terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu:

a) Kecerdasan, Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai


tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin. Namun demikian,
yang sangat menarik dari penelitian tersebut ialah pemimpin tidak bisa melampauiterlalu
banyak dari kecerdasan pengikutnya.
b)Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan
mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai perhatian yang luas terhadap akitivitas-
aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.

c) Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin seara realatif mempunyai
dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan
penghargaan yang intrinsik dibandingkan dari yang ekstrinsik.

d) Sikap sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui


harga diri dan kehormatan pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya. Dalam istilah
penelitian Universitas Ohio pemimpin itu mempunyai perhatian dan kalau mengikuti istilah
penemuan michigan pemimpin itu berorientasi pada karyawan bukanya beorientasi pada
produksi

B.Pendekatan Kekuasaan

Kekuasaan itu penting karena dengan kekuasaan, orang dapat memerintahkan kemauannya
dan mengontrol kepatuhan orang lain. Dengan kekuasaan, perubahan dapat diciptakan
sehingga pemimpin dapat mewujudkan visi dan obsesinya. Menurut Miriam Budiardjo
(1984), ada satu inti bahwa kekuasaan dianggap sebagai kemampuan pelaku untuk
mempengaruhi tingkah laku pelakulain sedemikian rupa sehingga tingkah laku pelaku
terakhir menjadi sesuai dengan keinginan pelaku yang mempunyai kekuasaan. Sedangkan
Sallie Westwood (2002) membagi kekuasaan dalam:
1. Kekuasaan Rasialis (Kekuasaan yang mengunggulkan ras-ras tertentu) 2. Kekuasaan
Kelas (Kekuasaan terjadi berdasarkan derajat sosial orang) 3. Kekuasaan Gender (Kekuasaan
yang di dominasi oleh kaum lelaki)
4. Kekuasaan Spasial (Kekuasaan yang mencakup daerah-daerah tertentu) 5. Kekuasaan
Visual (Kekuasaan dunia pencitraan dimana televisual

power menjadi sangat penting karena kekuasaan visual dapat mengalahkan kekuasaan
spasial, hal ini disebabkan karena televisual power tak mengenal batas wilayah sejak
ditemukannya internet).
Kekuasaan sesungguhnya netral. Namun, ia bisa dipakai untuk kebaikan dan kesejahteraan
atau sebaliknya disalahgunakan alias diselewengkan untuk kepentingan si penggenggam
kekuasaan. Menurut Wirawan, kekuasaan memiliki beberapa karakteristik. Pertama,
kekuasaan merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua, kekuasaan merupakan milik interaksi
sosial, bukan milik individu. Ketiga,pemegang kekuasaan yang egois cenderung
menyalahgunakannya. Kekuasaan bukan sejenis benda yang bisa diraba atau dicium, tetapi
hanya bisa dirasakan pengaruh dan dampaknya. Kalau tidak ditegaskan, kekuasaan bersifat
illegible, tidak kelihatan. Maka instansi tertentu membutuhkan seragam yang mencantumkan
tanda pangkat. Contohnya, polisi dan tentara. Bedapangkat beda pula kewenangannya.
Kekuasaan cenderung identik dengan social power, maka ia harus berada dalam suatu sistem
sosial. Harus ada komunitas sosial. Oleh karena itu, kekuasaan ada di mana-mana, di sekolah,
di rumah, di kantor, di pasar, di pemerintahan, dan sebagainya. Karena harus ada sistem
sosial,itu berarti melibatkan banyak orang. Kekuasaan itu bergulir.

Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa Allahmemberikan dan mencabut kekuasaan pada


mereka yang dikehendaki. Sedangkan dalam khazanah Jawa, tak selamanya orang dapat
menggenggam kekuasaan sepenuhnya. Ada rumus cakra manggilingan dimana kekuasaan
sangat dinamis seperti roda berputar, bisa menguat pada suatu saat (posisi di atas) dan
melemah (posisi dibawah) di saat yang lain. Kekuasaan terkait dengan derajat pengaruh, dan
itu ditentuan oleh banyak faktor yang terkait dengan dukungan dan kepatuhan. Makin tinggi
trust, makin tinggi derajat pengaruh sang pemimpin. Demikian pula sebaliknya. Sejarah
perebutan kekuasaan akrab diwarnai oleh praktik kudeta (coup d’etat) dengan segala
variannya. Ada kudetaberdarah dan ada kudeta damai. Namun, kudeta selalu mengandung
konsekuensi.
Yang menjadi soal biasanya adlaah pasca-kudeta di mana pemerintahan yang baru
dihadapkan pada persoalan yang tidak mudah. Ada yang berhasil menstabilkan dinamika
politik namun banyak juga yang gagal dan terjebak dalam lingkaran kudeta.

Kata kudeta berasal dari bahasa Perancis coup d’etat, yang berarti serangan atau pukulan
pada negara. Kudeta terjadi apabila ada sekelomppok kecil tentara yang kritis, menyusup,
mengambil alih, dan mengontrol pemerintahan. Kudeta merupakan tindakan ilegal. Menurut
Wirawan dari para ahli, sumber kekuasaan berupa:

1.Posisi
2.Sifat Personal
3.Keahlian

4.Peluang untuk mengontrol informasi Sedangkan ahli lain membaginya dalam lima hal,
yakni:

1.Legitimasi, Otoritas, Peraturan, Undang-undang

2.Kontrol atas sumber keuangan dan informasi

3.Keahlian: kritikalitas

4.Hubungan sosial: kontak pertemanan, kekuasaan dalam angka

5.Karakteristik personal, seperti kharismatis, menarik.

Sumber kekuasaan berbeda dengan basis kekuasaan. Yang dimaksud dengan basis kekuasaan
adalah sumber hubungan kekuasaan antara pihak yang mempengaruhi (agen) dan yang
mempengaruhi (target). Basis kekuasaan berupa:

1.Paksaan

2.Imbalan

3.Persuasi

4.Pengetahuan pendekatan sifat lebih mengarahkan bahwa pemimpin ada karena dilahirkan,
bukan dibentuk/dibuat sedangkan pada pendekatan kekuasaan yaitu pemimpin yang
mengutamakan kekuasaan karena dengan adanya kekuasaan maka disitulah terjadi
perubahan.
Asas hukum (Rechts Beginsellen)merupakan salah satu bagian dari kaidah hukum. Asas
hukum bersifat umum dan abstrak, sehingga ia menjadi ruh dan spirit dari suatu perundang-
undangan. Pada umumnya asas hukum itu berubah mengikuti kaidah hukumnya, sedangkan
kaidah hukum akan berubah mengikuti perkembangan masyarakat, jadi terpengaruh waktu
dan tempat.

Pengertian dari asas hukum yang dikemukakan para ahli, diantaranya:

1) Bellefroid menyatakan bahwa asas hukum umum adalah norma dasar yang dijabarkan dari
hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang
lebih umum. Asas hukum umum itu merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu
masyarakat.
2) Van Eikema Hommes menyatakan asas hukum adalah dasar-dasar atau petunjuk arah
dalam pembentukan hukum positif. Asas hukum tidak boleh dianggap sebagai norma-norma
hukum yang konkrit, tetapi dipandang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi
hukum yang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu berorientasi pada asas-asas hukum
tersebut.

3) Paul Scholtenberpendapat bahwa asas hukum adalah kecenderungan-kecenderungan yang


disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat umum dengan
segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi yang tidak boleh tidak
harus ada.9

4) Sudikno Mertokusumo, mengemukakan asas hukum merupakan pikiran dasar yang umum
dan abstrak, atau merupakan latar belakang dari peraturan konkrit, yang terdapat dalam dan
dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan
putusan hakim yang merupakan hukum positif. Asas hukum dapat diketemukan dengan
mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit tersebut. Fungsi ilmu
hukum adalah mencari asas hukum ini dalam hukum positif.

5) Satjipto Rahardjo, berpendapat bahwa asas hukum adalah jantungnya peraturan hukum,
karena asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan
hukum, bahwa peraturan-peraturan hukum itu pada akhirnya dapat dikembalikan kepada
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan.

Setelah diberlakukannya Undang-Undang No.

1 Drt tahun 1951,dalam perjalanan sejarah Republik Indonesia telah mengalami serangkaian
perubahan, penambahandan amandemen yang kemudian dilengkapi dengan berbagai
Peraturan ( mulai dari UU sampai dengan Surat Edaran dan Peraturan Mahkamah Agung),
ternyata usaha pembentukan hukum acara perdata dalam beberapa peraturan perundang-
undangan nasional tersebut telah melahirkan keadaan hukum acara perdata yang tidak
terkodifikasi maupun unifikasilayaknya sebagai sebuahsistem hukum nasional.

2.Keberadaan Hukum Acara Perdatayang berlaku sekarang dinilai belum memenuhi


kebutuhan pencari keadilan dan belum memadai sebagai dasar hukum acara perdata, karena
dalam beberapa hal norma hukum acara perdata sudah tidak sesuai dengan dinamika
perkembangan hukum acara perdata.

3.Terhadap keadaan hukum acara perdata tersebut, dipandang perlu disusun langkah-langkah
pembentukan hukum acara perdata nasional guna membentuk sistem hukum acara perdata
dalam satu Undang Undang Hukum Acara Perdata (baru) yang dilakukan dengan cara
mereformulasi terhadap norma hukum acara perdata Indonesia (hukum acara perdata yang
berlaku sekarang baik norma hukum acara perdata yang ada dalam HIR, Rbg maupun norma
hukum acara perdata yang dimuat dalam beberapa peraturan perundang-undangan di luar
KUHPer) serta penambahan norma hukum acara perdata yang dipandang perlu sesuai dengan
kebutuhan hukum di Indonesia pada masa sekarang dan masa yang akan datang dengan
mempertimbangkanasas-asas dan sistem hukum acara perdatayangdisusun dan
diformulasikan dengan berorientasi pada berbagai pokok pemikiran.

B.Rekomendasi

1. Berdasarkan keadaan hukum acara perdata seperti sekarang ini, perlu kiranya untuk segera
disusun hukum acara perdata nasional Indonesia dalam bentuk kodifikasi (Hukum Acara
Perdatabaru) sebagai pengganti dari HIR, Rbg, dan peraturan perundang-undangan lainnya
dengan mempersiapkan penyusunan RUU Hukum Acara Perdatayang muatan materinya
mempertimbangkan hasil kajian yang dimuat dalam Naskah Akademik ini.

2. Perlu dipertimbangkan upaya harmonisasi dan sinkronisasi, baik terhadap Undang Undang
( UU yang tersebar di luar Hukum Acara Perdata) maupun terhadap aturan-aturan
hukum/perjanjian internasional terkait yang berlaku, namun demikian tetap menjaga sistem
hukum acara perdata nasional Indonesia sebagai hukum acara perdata yang terkodifikasi dan
unifikasi dalam Hukum Acara Perdata baru
Daftar Pustaka
http://adman.staf.upi.edu/files/2010/08/Teori-
Kepemimpinan.doc.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18798/4/Chapter
%20I.pdf http://perilakuorganisasi.com/teori-orang-besar.html

Anda mungkin juga menyukai