Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISTRES SPIRITUAL

OLEH

NAMA : SUORPI H. OTU


NIM : 133602718
KELAS :A
SEMESTER : IV (EMPAT)
PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2020

 Beranda
ASKEP Distres Spiritual

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISTRES SPIRITUAL

A PENGERTIAN
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti
dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan
yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
B DEFENISI
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang
meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial
(Varcarolis, 2000).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam
menemukan arti kehidupannya.

A PATOFISIOLOGI
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat
menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi.
Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-
kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu
rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi
ancaman yaitu stres.
1) Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari
hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya
adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada
sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah
perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk
halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
2) Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan menyebabkan
seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan munculnya
gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan
pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
3) Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan
timbulnya depresi.
4) Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi.
Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor
genetik, lingkungan dan neurobiologi.
5)Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus depresi
seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan
spritual.

Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
A. Hubungan dengan diri
1. Ungkapan kekurangan
a. Harapan
b. Arti dan tujuan hidup
c. Perdamaian/ketenangan
d. Penerimaan
e. Cinta
f. Memaafkan diri sendiri
g. Keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
4. Koping yang buruk
B. Hubungan dengan orang lain
1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4. Mengungkapkan pengasingan diri
C. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
2. Tidak tertarik dengan alam
3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5. Tiba-tiba berubah praktik agama
6. Ketidakmampuan untuk introspeksi
7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita

Penyebab :
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
 Pengkajian Fisik  Abuse
 Pengkajian Psikologis  Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan
(Otis-Green, 2002).
 Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien
(Spencer, 1998).

Pengkajian Spiritual
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool
(Pulschalski, 1999) :
 F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang
keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
 I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah
keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
 C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?)
Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam
kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
 A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
 Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual,
mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
 Perasaan ketika seseorang gagal
 Perasaan tidak stabil
 Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
 Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
 Perasaan hampa

Faktor Predisposisi :
 Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga
akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer
pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
 Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan, okupasi,
posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.

Faktor Presipitasi :
 Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup,
kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin
hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
 Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah
ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan
menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.

Penilaian Terhadap Stressor :


 Respon Kognitif
 Respon Afektif
 Respon Fisiologis
 Respon Sosial
 Respon Perilaku

Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif
thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan
pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk
dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan
dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap
stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.

PSIKOFARMAKA :

 Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual
tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima

Diagnosa :
 Distters Spritual

Intervensi :
 Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab distress
spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang
diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam
kehidupan.
 Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien
untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta dalam
kegiatan keagamaan.

RENCANA KEPERAWATAN DISTRES SPIRITUAL


Nama Klien :TN Y
Ruang :mawar

Perencanaan
Diagnosis
No.
Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi

1 2 3 4

Distres spritual TUM :


Klien mampu
menyatakan
mencapai
kenyamanan dari
pelaksanaan
praktik spiritual
sebelumnnya dan
merasa
kehidupannya
berarti/bermakna
TUK I :
Setelah dua kali 1. Ekspresi wajah 1. Bina
pertemuan Klien bersahabat, menunjukkan rasa dengan menggunakan
dapat membina senang ada kontak mata, mau komunikasi terapeutik
hubungan saling berjabat tangan, mau a. Sapa klien dengan ra
percaya. menyebutkan nama, mau verbal
menjawab salam, mau duduk b. Perkenalkan diri den
berdampingan dengan perawat, c. Tanyakan nama leng
mau mengutarakan masalah yang disukai klien
yang dihadapi. d. Jelaskan tujuan perte
e. Jujur dan menepati j
f. Tunjukkan sikap em
adanya
g. Beri perhatian kepad
kebutuhan dasar klien

TUK 2 : 2.1 Klien mampu 2.1.1 Gunakan komunikasi terapeu


Setelah satu kali a. Mengungkapkan harapan masa saling percaya dan menunju
pertemuan klien depan yang positif. 2.1.2 Menggunakan alat untukmem
dapat b. Mengungkapkan arti hidup spiritual well-being sebagai
mengatakan c. Mengungkapkan optimis 2.1.3 Mendorong individu untuk m
kepada perawat d. Mengungkapkan keyakinan memfokuskan pada kejadian
atau pemimpin dalam diri memberikan kekuatan dan d
1 2 3 4

spiritual tentang e. Mengungkapkan keyakinan2.1.4 Rawat klien dengan bermart


kondlik spiritual kepada orang lain menghargai pendapat dan ke
dan f. Menentukan tujuan hidup 2.1.5 Dorong partisipasi dalam hu
kegelisahannya. keluarga, teman dan orang l
2.1.6 Jaga privacy dan ketenangan
2.1.7 Dorong partisipasi dalam ke
keyakinan yang dianut.

TUK 3 : 1. Klien mampu 1. Berba


Setelah atau kali a. Mencintai diri sendiri dan tujuan dengan perawat
pertemuan kali orang lain dengan 2. Disku
dapat mengungkapkan penerimaan 3. Beri k
mendiskusikan terhadap dirinya sendiri mendiskusikan berbag
dengan perawat maupunorang lain dalam menjalankan ke
hal penting yang b. Berdoa menurut keyakinannya 4. Bersik
memberikan masing-masing pendengar yang baik te
makna dalam c. Melakukan ibadah individu
kehidupannya d. Berpartisipasi dalam upcara 5. Doron
dimasa yang keagamaan
lalu. e. Berpartisipasi dalam
pengobatan
f. Berinteraksi dengan tokoh
agama
g. Berhubungan dengan diri
sendiri orang lain yang
h. Berhubungan dengan orang
lain
i. Berinteraksi dengan orang lain
untuk berbagi perasaan dan
keyakinan

TUK 4 : 1. Klien mampu 1. Mend


Setelag tiga kali a. Melakukan ADL dalam daftar kegiatan
pertemuan klien b. Melaksanakan keyakinannya mengekpresikan pemik
dapat sesuai dengan perannya 2. Meny
mempertahankan c. Mengungkapkan perasaannya atau program TV spritu
pemikiran dan terkait dengan keyakinannya 3. Terbu
perasaannya d. Mengontrol aktifitas individu terhadap kese
tentang spiritual spiritualnya 4. Doron
e. Memilih pelayanan spiritual sumber spiritual sepert
yang diperlukan literatur atau buku yan
tersedianya tempat-tem
dalam menjalankan rit
1 2 3 4

5. Meny
pilih
6. Guna
membantu individu me
nilai
7. Mend
8. Menu
9. Fasili
berdoa, tradisi religius
10. Deng
komunikasi individu d
untuk berdoa atau ritua
11. Yakin
akan mendukung indiv
kulit
12. Terbu
sakit dan kematian
13. Bantu
mengungkapkan dan m

STRESS MANAGEMENT

Stress :
 Setiap hari dampak dari kehidupan.
 Stress bisa baik.
 Stress yang berlebihan dapat membahayakan

Positive Stess Results :


 Lebih konsentrasi lagi
 Increases performance
 Memberikan energi untuk termotivasi lagi

MEKANISME KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

Standar Asuhan Keperawatan Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif


A. Pengertian Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif
1. Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stresor, pemilihan
respon yang tidak adekuat dan atau ketidakmampuan dalam menggunakan sumber-sumber
yang tersedia (Nanda, 2005).
2. Kerusakan perilaku adaptif dan kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam
menghadapi tuntutan peran dalam kehidupan (Townsend, 1998)
3. Koping individu, tidak efektif terjadi bila seorang individu mengalami atua beresiko
mengalami ketidakmampuan menangai ansietas karena tidak mempunyai kemampuan
secara fisik, perilaku maupun kogntifi (Keliat, et, all, 2006).

B. Proses Keperawatan Koping Individu Tidak Efektif


Pengkajian :
1. Pengkajian Fisik
Berupa kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan otot dileher, bahu dan punggung,
peningkatan denyut nadi dan pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin,
postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan pada daerah lambung, suara yang
bernada tinggi, mual, muntah, diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, perubahan
frekwensi berkemih, gelisah, sulit untuk tertitur atau sering terbangun saat tidur dan dilatasi pupil.
2. Pengkajian Psikologis
Yang perlu dikaji meliputi adanya ansietas, depresi, marah, kecemasan, ketakutan, kehilangan
kontrol, harga diri rendah, perasaan tidak adekuat, kehilangan motivasi, ketidakmampuan
memenuhi peran yang diharpakan (mengalami ketegangan peran, konplik peran), mengungkapkan
kesulitan kehidupan, perilaku destruktif (merusak diri, penyalahgunaan zat), rasa khawatir kronis,
suka berbohong dan manipulasi (Potter & Perry, 2005).
3. Pengkajian Sosial Budaya
Difokuskan pada dukungan sosial dalam memahami pengalaman klien, persepsi budaya terhadap
nyeri, penderitaan dan sakit deskriminasi atau perlakuan yang berbeda, atau adanya rasisme
dimana terdapat perbedaan pencapaian individu dalam ras atau kelompok tertentu yang merasa
lebih tinggi (Stuart, 2007).
4. Pengkajian Spritual
Berhubungan dengan keyakinan dan pencarian makna hidup individu itu sendiri. Apakah
keyakinan individu itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Pengkajian spiritual ini
berdampak sekali kepada koping seseorang. Ini bisa dirasakan ketika seseorang mengalami
kegagalan, perasaan tidak stabil, ketidakmampuan mengontrol diri, dan merasakan perasaan
hampa.
C. Diagnosa Keperawata
D. Intervensi Keperawatan
Adapun rencana tindakan keperawatan ini dikembangkan sebagai intervensi generalis dan
spesialis dalam asuhan keperawatan jiwa.
1. Generalisasi :
Rencana asuhan keperawatan jiwa pada tahap generalis ditujukan kepada pasien dan keluarganya
sebagai berikut :
Rencana tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan Umum :
Pasien mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stressnya.
Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif
b. Pasien mempu mengatasi koping individu tidak efektif
c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif untuk
mengatasi masalahnya

Tindakan Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Berjabat tangan
3. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

b. Kaji status koping yang digunakan klien


1. Tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya dengan
peristiwa dan perubahannya
2. Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta dengan pengalaman perilaku yang
tidak menyenangkan
3. Dengarkan dengan cermat dan amati ekpsresi wajah, gerakan tubuh, kontrak mata,
posisi tubuh, intonasi, dan intensitas suara pasien.
4. Tentukan resiko adanya tindakan membahayakan diri sendiri dan berikan tindakan yang
dibutuhkan.
c. Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya
1. Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yang dimilikinya memang sulit untuk dihadapi.
2. Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih memberikan harapan dan
pandangan realistis.

d. Motivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri


1. Apa yang positif pada dirinya
2. Apa yang perlu ditingkatkan
3. Apa yang dipelajari tentang dirinya dan self reinforcement

e. Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif


1. Identifikasi masalah yang dirasakan
2. Identifikasi penyebab masalah
3. Gali cara klien menyelesaikan masalah masa lalu
4. Diskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah
5. Diskusikan keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
6. Bantu klien memilih cara penyelesaian masalah yang berhasil

f. Ajarkan alternatif koping yang konstruktif seperti :


1. Bicara terbuka dengan orang lain untuk kekuatan sosial
2. Kegiatan fisik untuk pemulihan kekuatan fisik
3. Melakukan cara berfikir yang konstruktif untuk kemampuan kognitif
4. Melakukan aktivitas konstruktif untuk kekuatan psikomotor

Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan Umum
Keluarga mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stres pada
anggota keluarganya.
b. Tujuan Khusus
1. Keluarga mampu mengenal koping individu tidak efektif pada anggota keluarganya.
2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping tidak efektif pada
anggota keluarganya.
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang masalah mengalami koping tidak
etektif
4. Keluarga mampu mempraktekan cara merawat anggota keluarga dengan masalah
koping individu tidak efektif
1. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping tidak efektif
Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan tentang pengertian koping tidak efektif
b. Diskusikan tentang tanda dan gejala koping tidak efektif
c. Diskusikan tentang penyebab koping tidak efektif
d. Diskusikan tentang cara merawat pasien dengan koping tidak efektif dengan cara :
1. Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif
2. Mengajarkan pasien mengembangkan koping yang sehat
a. Bicara dengan orang lain
b. Melakukan aktivitas yang konstruktif
c. Olah raga dan aktivitas fisik lainnya.
e. Dampingi keluarga menerapakan cara merawat pasien langsung
f. Diskusikan bagaiaman cara merujuk anggota keluarga jika sudah tidak dapat
ditangani dirumah.

Terapi Spesialis
1. Terapi Individu
a. Cognitif Behavior Therapy : sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan dan
stres yang dihadapi individu tidak mengancam.
b. Gestals therapy : memfokuskan pada peningkatan kesadaran emosi dan perilaku
klien serta meningkatkan kesadaran diri klien untuk mencoba berinteraksi dengan orang
lain.
c. Anxiety reduction : upaya memperkecil pemahaman, rasa takut, firasat atau
kegelisahan yang berhubungan dengan sumber-sumber bahaya yang tidak terindentifikasi.
2. Terapi Keluarga
a. Family psychoeducation theraphy
b. Family system therapy
3. Terapi leompok : Group psycotherapy
4. Terapi komunitas : case management

MEKANISME KOPING

 Fokus pada masalah


 Negosiasi
 Konfrontasi
 Minat nasehat
 Fokus pada kognitif
 Banding dengan secara positif
 Abaikan yang negatif
 Subtitusi
 Fokus pada emosi
 Ego defence

1. Faktor Predisposisi
a. Biologik
 L.B. Genetik
 Kesehatan
 Terpapar Racun
b. Psikologik
 IQ
 Moral
 Koping
 Konsep Diri
 Kepribadian
 Pengalaman lalu
 Keterampilan verbal
c. SOS. BUD
 Umur
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Pendapatan
 L.B. Bud-Sos
 Agama
 Politik
 HAM, Status sosial

2. Faktor Prespitasi (Stressor)


a. Stresor : stimulus yang dipersepsi sebagia tantangan ancaman, tuntutan, perlu
energi  tensi dan stres.
b. Yang penting tentang stresor :
 Sifat : bio, psiko, sos-bud
 Sumber : internal (individu), eksternal (luar individu)
 Waktu : kapan, berapa lama, frekuensi
 Jumlah : berapa kali pada kurun waktu tertentu

3. Penilaian Primer terhadap Stresor


Evaluasi terhadap kemaknaan dari kejadian terhadap individu.
a. Kognitif
 Pemilihan koping
 Reaksi emosi, fisiologik, dan perilaku
 Penilaian kognitif = mediator individu dan lingkungan
 Individu dapat menilai : bahaya/potensial sesuai dengan :
 Pandangan/pengertian : sikap, terbuka berubah, peran serta dan kontrol
diri dan lingkungan.
 Sumber untuk toleransi

4. Penialian Sekunder
a. Kognitif
 Kemampuan koping
 Efektifitas koping
 Koping yang tersedia
b. Afektif
 Eskpresi emosi : sedih, gembira, takut, marah, menerima, tidak percaya,
antisipasi, surprise.
 Klasifikasi tergantung pada tipe, lama dan intensitas
 Mood : emosi yang berlangsung lama (suasana hati)
 Sikap (attitude) : jika lama
c. Fisiologik : berkaitan dengan homron
d. Perilaku :
Menurut capian 4 fase :
 Perilaku yang merubah situasi/lari dari streful
 Perilaku yang memerlukan kemamuan baru
 Perilaku intrapsikik untuk atasi suasana tidak menyenangkan
 Perilaku intrapsikik dengan penyesuaian internal
e. Sosial : significant others
 Evaluasi dukungan sosial
 Isolasi sosial : meningkatnya gangguan jiwa

Sistem Dukungan Sosial


Berkembang sejak lahir : ibu, ortu + kel inti, teman (sekolah, pekerjaan, masyarakat), perawat dan
tim kesehatan.

5 fungsi sistem dukungan emosional


a. Dukungan emosi (emotional support)
b. Membantu menyelesaikan masalah
c. Memberi umpan balik dan evaluasi
d. Hubungan sosial dan integrasi
e. Sumber informasi

4 penilaian sekunder terhadap sumber koping


Sumber Koping
a. Mechanic :
1. Model ekonomi
2. Tekanan koping
3. Kemampuan dan keterampilan
4. Dukungan sosial
5. Motivasi
b. Lazarus & Folkam
1. Kesehatan dan tenaga
2. Keyakinan positif
3. Sumber sosial dan materi
4. Keterampilan sosial
5. Keterampilan penyelesaian masalah :
a. Cari info
b. Indentifikasi maslah
c. Nilai alternatif
d. Laksanakan rencana
c. Antonousky
1. Kekuatan ego
2. Konsisten
3. Stabil
a. Budaya
b. Agama
c. Sistem Nilai
d. Keyakinan

ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI : BODY IMAGE

Pengertian Body Image adalah asumsi dari perilaku secara sadar dan tidak sara tentang keutuhan
dari tubuhnya, yang dipengaruhi persepsi sekarang dan yang lalu tentang perasaan bentuk tubuh,
ukuran, fungsi, penilaian (Stuart & Sundeen, 1991).

Faktor predisposisi menurut Stuart Laraia dibagi menjadi biologis, psikologis dan sosiokutural.
1. Faktor Biologis
Adanya kerusakan pada salah satu anggota tubuh.
2. Faktor Fsikologis
Teori Psikologis/Psikoanalitik
Sigmund Freud (1936) mengatakan struktur kepribadian ID (dorongan imazing dan impuls
primitif), Super Ego (hati nurani, norma budaya), Ego (mediator antara id dan super
ego  konflik emosional id dan super ego. Warning ego tentang bahaya  timbul gangguan
BODY IMAFGE.
3. Faktor Sosiokultural
Teori Perilaku
Kegagalan berperilaku  Frustasi  Konflik salah satu konfliknya adalah BODY IMAGE.

Faktor Presipitasi
Terdapat 2 faktor presifitasi pada gangguan penampilan peran, yaitu :
1. Trauma
Ada riwayat kekesaran atau trauma seperti fisik, sexual, dan psikologikal abuse dimasa……….
(Chu et al, 1999; Kluft, 1999).
2. Role Strain
Perasaan frustasi ketika seseorang tidak dapat memenuhi peranannya, yang bisa disebabkan oleh
keadaan sakit yang lama atau transisi perkembangan.
Dari 2 faktor diatas kemudian dikaji lagi tentang sifat, asal, waktu dan jumlah dari faktor
presipitasi yang muncul.
Apprasial Of Stressor

Dikaji penilaian klien terhadap masalah dari kognitif, afektif, fisiologi, perilakua dan sosial, dan
yang terpenting perawat …… selalu mengkaji dan melakukan valid….dengan melakukan
hubungan teurapeutik dengan klien.

Sumber Koping
 Penting dikaji oleh perawat tentang sumber koping ini merupakan kekuatan untuk klien.
Jika ditemukan ada sumber koping positif yang dimiliki klien sebaiknya perawat dengan klien
berusaha bersama-sama untuk meningkatkan self awareness (Bjorklund, 2000).
 Dikaji sumber koping dari kemampuan personal, dukungan sosial, aset materi dan
keyakinan positif terhadap stressor.

Diagnosa Keperawatan
 Gangguan body image
 Koping tidak efektif
 Berduka
Intervensi dan Implementasi

1. Identifikasi dan ekpresi  Dengarkan



Empat

2. Pecahan masalah  Alternatif …



Tidak berbahaya

3. Perilaku & hati  Identifikasi kembali



Penilai Klien terhadap body image

4. Evaluasi diri  Percaya diri



Kemampuan diri
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
MASALAH PSIKOSOSIAL
(REVISI)

I. INFORMASI UMUM
Inisial Klien :
Usia : (Tahun)
Jenis Kelamin : [ ] Perempuan [ ] Laki-laki
Suku :
Bahasa Dominan :
Status Perkawinan : [ ] Belum Menikah [ ] Menikah [ ] Janda/Duda
Alamat : Cimalaka

II. KELUHAN UTAMA


___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

III. PENAMPILAN UMUM


a. Fisik
Oksigenasi
Tanda-tanda Vital : TD : P : Vd : T :
Ritme :
Kedalaman :
Nutrisi
Berat badan :
Tinggi badan :
Pola makan : [ ] Satu kali sehari [ ] Dua kali sehari
[ ] Tiga kali sehari [ ] > 3 kali sehari
Alergi : [ ] Tidak ada [ ] Ada, __________
Eliminasi
Pola BAB/BAK : [ ] Baik [ ] Terganggu
Nyeri : [ ] Ada [ ] Tidak ada
Aktivitas dan Istirahat
Pelaksanaan ADL : [ ] Total [ ] Parsial [ ] Suportif
Pola Tidur : [ ] Baik [ ] Terganggu, __________
Kebiasaan sebelum tidur : [ ] Baca [ ] Mematikan lampu
[ ] Lain-lain ______________________
Proteksi
Status Imunisasi : [ ] Lengkap [ ] Tidak lengkap

Riwayat pengobatan fisik


________________________________________________________
________________________________________________________

Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Visum/dll


________________________________________________________
________________________________________________________

Diagnosa Keperawatan
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________

b. Penampilan
1. Cacat Fisik
[ ] Ada, jelaskan ______________________________________
[ ] Tidak ada, jelaskan _________________________________
2. Kontak Mata
[ ] Ada, jelaskan ______________________________________
[ ] Tidak ada, jelaskan _________________________________
3. Pakaian
[ ] Tidak rapi, jelaskan _________________________________
[ ] Penggunaan tidak sesuai _____________________________
4. Perawatan Diri
Jelaskan _____________________________________________
Diagnosa Keperawatan
_________________________________________________________
_________________________________________________________
________________________________________________________

IV. KELUARGA
a. Genogram

b. Tipe keluarga
[ ] Nuclear family [ ] Diad family
[ ] Extended family [ ] Single parent family
c. Pengembailan Keputusan
[ ] Kepala orang tua [ ] Istri
[ ] Orang tua [ ] Bersama-sama
d. Hubungan Klien dengan Kepala Keluarga
[ ] Kepala keluarga [ ] Istri
[ ] Orang tua [ ] Anak
[ ] Lain-lain, sebutkan :
e. Kebiasaan yang dilakukan berasma keluarga
Jelaskan :
________________________________________________________
________________________________________________________

f. Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat


Jelaskan :
________________________________________________________
________________________________________________________

Diagnosa Keperawatan
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________

V. RIWAYAT SOSIAL
a. Pola Sosial
1. Teman/orang terdekat
_____________________________________________________
2. Peran serta dalam kelompok
_____________________________________________________
_____________________________________________________
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
_____________________________________________________
_____________________________________________________

b. Obat-obatan yang dikonsumsi


1. Adakah obat herbal/obat lain yang dikonsumsi diluar resep
_____________________________________________________
2. Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini
_____________________________________________________
3. Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya
_____________________________________________________
Diagnosa Keperawatan
________________________________________________________
________________________________________________________
VI. KULTURAL DAN SPIRITUAL
a. Agama yang dianut
1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaanya?
______________________________________________________________________________
_____________________________
2. Apakah klien mengalmi gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya
setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan?
______________________________________________________________________________
_____________________________
3. Adakah pengaruh spritual terhadap koping individu
______________________________________________________________________________
_____________________________

b. Budaya yang diikuti


Komunikasi
Non Verbal

Perilaku [] Perilaku [] Perilaku []

Kontak mata Mencegah kontak Penuh kasih


mata sayang

Merangkul Sentuhan Ekspresif

Hangat Orientasi pada Pemalu


orang lain

Sopan Pendiam Senyum dan


anggunkan

Nada
Perilaku [] Perilaku [] Perilaku []

Keras Animated Tenang

Muluk-muluk Keras pada pesan Ekpresif


penting

Berubah sesuai Lembut Hormat


emosi

Jarak Fisik
[ ] 2-3 jengkal tangan [ ] lebih dari 2-3 jengkal tangan
Jelaskan
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
_______________

Diagnosa keperawatan
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
_______________

PENGKAJIAN ANSIETAS

1. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


______________________________________________________________________________
_____________________________________________
2. Keluhan fisik
______________________________________________________________________________
_____________________________________________
3. Alam perasaan
[ ] ketakutan [ ] kuatir
[ ] putus asa [ ] gembira berlebihan
4. Mekanisme koping

Adaptif [] Adaptif []

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/cepat

Teknik relaksasi Bekerja berlebihan


Aktivitas konstruktif Menghindar

Olahraga Mencederai diri

Lain-lain : Lain-lain :

Diagnosa Keperawatan :
______________________________________________________________________________
_____________________________________________

PENGKAJIAN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

1. Kehilangan yang pernah dialami


______________________________________________________________________________
_____________________________________________
2. Respon terhadap kehilangan
[ ] mengingkari [ ] depresi
[ ] marah [ ] penerimaan
Tawar menawar
3. Mekanisme koping

Adaptif [] Adaptif []

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/cepat

Teknik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif Menghindar

Olahraga Mencederai diri

Lain-lain : Lain-lain :

Diagnosa Keperawatan :
______________________________________________________________________________
_____________________________________________

PENGKAJIAN GANGGUAN CITRA TUBUH

1. Keluhan Fisik
______________________________________________________________________________
_____________________________________________
2. Alam Perasaan
[ ] ketakutan [ ] kuatir
[ ] putus asa [ ] gembira berlebihan

3. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
______________________________________________________________________________
_______________________________________
b. Identitas
______________________________________________________________________________
_______________________________________
c. Peran
______________________________________________________________________________
_______________________________________
d. Ideal diri

Anda mungkin juga menyukai