OLEH
Beranda
ASKEP Distres Spiritual
A PENGERTIAN
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti
dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan
yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
B DEFENISI
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang
meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial
(Varcarolis, 2000).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam
menemukan arti kehidupannya.
A PATOFISIOLOGI
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat
menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi.
Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-
kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu
rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi
ancaman yaitu stres.
1) Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari
hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya
adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada
sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah
perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk
halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
2) Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan menyebabkan
seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan munculnya
gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan
pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
3) Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan
timbulnya depresi.
4) Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi.
Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor
genetik, lingkungan dan neurobiologi.
5)Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus depresi
seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan
spritual.
Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
A. Hubungan dengan diri
1. Ungkapan kekurangan
a. Harapan
b. Arti dan tujuan hidup
c. Perdamaian/ketenangan
d. Penerimaan
e. Cinta
f. Memaafkan diri sendiri
g. Keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
4. Koping yang buruk
B. Hubungan dengan orang lain
1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4. Mengungkapkan pengasingan diri
C. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan
musik, menulis)
2. Tidak tertarik dengan alam
3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5. Tiba-tiba berubah praktik agama
6. Ketidakmampuan untuk introspeksi
7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita
Penyebab :
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
Pengkajian Fisik Abuse
Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan
(Otis-Green, 2002).
Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien
(Spencer, 1998).
Pengkajian Spiritual
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool
(Pulschalski, 1999) :
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang
keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah
keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?)
Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam
kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual,
mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
Perasaan ketika seseorang gagal
Perasaan tidak stabil
Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
Perasaan hampa
Faktor Predisposisi :
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga
akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer
pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan, okupasi,
posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.
Faktor Presipitasi :
Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup,
kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin
hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah
ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan
menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif
thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan
pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk
dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan
dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap
stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.
PSIKOFARMAKA :
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual
tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima
Diagnosa :
Distters Spritual
Intervensi :
Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab distress
spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang
diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam
kehidupan.
Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien
untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta dalam
kegiatan keagamaan.
Perencanaan
Diagnosis
No.
Keperawatan Intervensi
Tujuan Kriteria Evaluasi
1 2 3 4
5. Meny
pilih
6. Guna
membantu individu me
nilai
7. Mend
8. Menu
9. Fasili
berdoa, tradisi religius
10. Deng
komunikasi individu d
untuk berdoa atau ritua
11. Yakin
akan mendukung indiv
kulit
12. Terbu
sakit dan kematian
13. Bantu
mengungkapkan dan m
STRESS MANAGEMENT
Stress :
Setiap hari dampak dari kehidupan.
Stress bisa baik.
Stress yang berlebihan dapat membahayakan
Tindakan Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Berjabat tangan
3. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
Terapi Spesialis
1. Terapi Individu
a. Cognitif Behavior Therapy : sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan dan
stres yang dihadapi individu tidak mengancam.
b. Gestals therapy : memfokuskan pada peningkatan kesadaran emosi dan perilaku
klien serta meningkatkan kesadaran diri klien untuk mencoba berinteraksi dengan orang
lain.
c. Anxiety reduction : upaya memperkecil pemahaman, rasa takut, firasat atau
kegelisahan yang berhubungan dengan sumber-sumber bahaya yang tidak terindentifikasi.
2. Terapi Keluarga
a. Family psychoeducation theraphy
b. Family system therapy
3. Terapi leompok : Group psycotherapy
4. Terapi komunitas : case management
MEKANISME KOPING
1. Faktor Predisposisi
a. Biologik
L.B. Genetik
Kesehatan
Terpapar Racun
b. Psikologik
IQ
Moral
Koping
Konsep Diri
Kepribadian
Pengalaman lalu
Keterampilan verbal
c. SOS. BUD
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
L.B. Bud-Sos
Agama
Politik
HAM, Status sosial
4. Penialian Sekunder
a. Kognitif
Kemampuan koping
Efektifitas koping
Koping yang tersedia
b. Afektif
Eskpresi emosi : sedih, gembira, takut, marah, menerima, tidak percaya,
antisipasi, surprise.
Klasifikasi tergantung pada tipe, lama dan intensitas
Mood : emosi yang berlangsung lama (suasana hati)
Sikap (attitude) : jika lama
c. Fisiologik : berkaitan dengan homron
d. Perilaku :
Menurut capian 4 fase :
Perilaku yang merubah situasi/lari dari streful
Perilaku yang memerlukan kemamuan baru
Perilaku intrapsikik untuk atasi suasana tidak menyenangkan
Perilaku intrapsikik dengan penyesuaian internal
e. Sosial : significant others
Evaluasi dukungan sosial
Isolasi sosial : meningkatnya gangguan jiwa
Pengertian Body Image adalah asumsi dari perilaku secara sadar dan tidak sara tentang keutuhan
dari tubuhnya, yang dipengaruhi persepsi sekarang dan yang lalu tentang perasaan bentuk tubuh,
ukuran, fungsi, penilaian (Stuart & Sundeen, 1991).
Faktor predisposisi menurut Stuart Laraia dibagi menjadi biologis, psikologis dan sosiokutural.
1. Faktor Biologis
Adanya kerusakan pada salah satu anggota tubuh.
2. Faktor Fsikologis
Teori Psikologis/Psikoanalitik
Sigmund Freud (1936) mengatakan struktur kepribadian ID (dorongan imazing dan impuls
primitif), Super Ego (hati nurani, norma budaya), Ego (mediator antara id dan super
ego konflik emosional id dan super ego. Warning ego tentang bahaya timbul gangguan
BODY IMAFGE.
3. Faktor Sosiokultural
Teori Perilaku
Kegagalan berperilaku Frustasi Konflik salah satu konfliknya adalah BODY IMAGE.
Faktor Presipitasi
Terdapat 2 faktor presifitasi pada gangguan penampilan peran, yaitu :
1. Trauma
Ada riwayat kekesaran atau trauma seperti fisik, sexual, dan psikologikal abuse dimasa……….
(Chu et al, 1999; Kluft, 1999).
2. Role Strain
Perasaan frustasi ketika seseorang tidak dapat memenuhi peranannya, yang bisa disebabkan oleh
keadaan sakit yang lama atau transisi perkembangan.
Dari 2 faktor diatas kemudian dikaji lagi tentang sifat, asal, waktu dan jumlah dari faktor
presipitasi yang muncul.
Apprasial Of Stressor
Dikaji penilaian klien terhadap masalah dari kognitif, afektif, fisiologi, perilakua dan sosial, dan
yang terpenting perawat …… selalu mengkaji dan melakukan valid….dengan melakukan
hubungan teurapeutik dengan klien.
Sumber Koping
Penting dikaji oleh perawat tentang sumber koping ini merupakan kekuatan untuk klien.
Jika ditemukan ada sumber koping positif yang dimiliki klien sebaiknya perawat dengan klien
berusaha bersama-sama untuk meningkatkan self awareness (Bjorklund, 2000).
Dikaji sumber koping dari kemampuan personal, dukungan sosial, aset materi dan
keyakinan positif terhadap stressor.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan body image
Koping tidak efektif
Berduka
Intervensi dan Implementasi
I. INFORMASI UMUM
Inisial Klien :
Usia : (Tahun)
Jenis Kelamin : [ ] Perempuan [ ] Laki-laki
Suku :
Bahasa Dominan :
Status Perkawinan : [ ] Belum Menikah [ ] Menikah [ ] Janda/Duda
Alamat : Cimalaka
Diagnosa Keperawatan
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
b. Penampilan
1. Cacat Fisik
[ ] Ada, jelaskan ______________________________________
[ ] Tidak ada, jelaskan _________________________________
2. Kontak Mata
[ ] Ada, jelaskan ______________________________________
[ ] Tidak ada, jelaskan _________________________________
3. Pakaian
[ ] Tidak rapi, jelaskan _________________________________
[ ] Penggunaan tidak sesuai _____________________________
4. Perawatan Diri
Jelaskan _____________________________________________
Diagnosa Keperawatan
_________________________________________________________
_________________________________________________________
________________________________________________________
IV. KELUARGA
a. Genogram
b. Tipe keluarga
[ ] Nuclear family [ ] Diad family
[ ] Extended family [ ] Single parent family
c. Pengembailan Keputusan
[ ] Kepala orang tua [ ] Istri
[ ] Orang tua [ ] Bersama-sama
d. Hubungan Klien dengan Kepala Keluarga
[ ] Kepala keluarga [ ] Istri
[ ] Orang tua [ ] Anak
[ ] Lain-lain, sebutkan :
e. Kebiasaan yang dilakukan berasma keluarga
Jelaskan :
________________________________________________________
________________________________________________________
Diagnosa Keperawatan
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
V. RIWAYAT SOSIAL
a. Pola Sosial
1. Teman/orang terdekat
_____________________________________________________
2. Peran serta dalam kelompok
_____________________________________________________
_____________________________________________________
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
_____________________________________________________
_____________________________________________________
Nada
Perilaku [] Perilaku [] Perilaku []
Jarak Fisik
[ ] 2-3 jengkal tangan [ ] lebih dari 2-3 jengkal tangan
Jelaskan
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
_______________
Diagnosa keperawatan
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
_______________
PENGKAJIAN ANSIETAS
Lain-lain : Lain-lain :
Diagnosa Keperawatan :
______________________________________________________________________________
_____________________________________________
Lain-lain : Lain-lain :
Diagnosa Keperawatan :
______________________________________________________________________________
_____________________________________________
1. Keluhan Fisik
______________________________________________________________________________
_____________________________________________
2. Alam Perasaan
[ ] ketakutan [ ] kuatir
[ ] putus asa [ ] gembira berlebihan
3. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
______________________________________________________________________________
_______________________________________
b. Identitas
______________________________________________________________________________
_______________________________________
c. Peran
______________________________________________________________________________
_______________________________________
d. Ideal diri