Anda di halaman 1dari 12

ANAK TUNANETRA DAN ANAK

TUNARUNGU

Oleh Kelompok 8
1. OCI NONI PETRUS MOLLA
2. EUNIKE LAUATA
3. KORNELIA DEMETO

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NSTITUT AGAMA
KRISTEN NEGERI KUPANG
2023
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang unik dan memiliki ciri khas dalam Dirinya. Dari segala ciri yang dimiliki
oleh masing-masing manusia saat Dilahirkan manusia hanyalah bayi polos yang tidak mengetahui tentang
dunia Dan isinya, tentang bagaimana cara hidup serta bersosialisasi, maka dari itu Manusia membutuhkan
pendidikan yang akan sangat berguna bagi Perkembangan dirinya dalam hidup. Pendidikan adalah
rekonstruksi aneka pengalaman peristiwa yang dialami Individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih
terarah dan bermakna (Adang Suherman, 2000:1).
Anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan pendidikan dan diatur Didalam Undang-Undang Republik
Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 32 (ayat 1) : ”Pendidikan khusus
adalah Pendidikan untuk peserta didik yang mengalami kelainan atau hambatan Dalam proses belajar, tetapi
memiliki bakat yang istimewa
Munurut Haenudin (2013: 9) anak kebutuhan khusus dibedakan menjadi tunanetra
(kecacatan pada penglihatan), tunarungu (kecacatan pada pendengaran), tunagrahita
(kecacatan pada intelegensi), tunadaksa (kecacatan pada bada bagian tubuh (otot, sendi
dan tulang), tunalaras (kecacatan pada emosi dan sosial), serta tunaganda (gabungan).

Menurut Haenudin (2013: 53) tunarungu berasal dari kata “tuna” (kurang) dan
“rungu”(pendengaran), jadi orang tunarungu adalah orang yang tidak mampu maupun
kurang mampu dalam hal mendengar. Anak tuanrungu tidak jauh bebeda dengan anak
normal, jika dilihat dari segi fisik, tetapi jika diajak berkomunikasi baru diketahui jika mereka
mengalami ketunaanrungu.
Pe
ng
ert
ian
Tu
na
run
gu

Tuna rungu adalah suatu keadaaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat
Menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui Indera pendengarannya. Ketunarunguan seringkali
memiliki masalah Komunikasi. Ketidakmampuannya untuk berkomunikasi Berdampak luas , baik pada segi
keterampilan bahasa,Membaca, menulis, meupun penyesuaian sosial serta Prestasi akademiknya.
Menurut Mangungsong, batasan tersebut melihat Bahwa tampaknya kriteria yang ditekankan pada
medan Penglihatan (field of Vision) dan ketepatan penglihatan (visual acuity). Lebih jelasnya dapat dikaitkan
dengan Penggunaan Snellen Chart. Bila dalam Snellen Chart Menunjukkan penilaian 20/20, hal ini
menunjukkan bahwa Seseorang dapat melihat jelas simbol yang ada pada Snellen Chartpada jarak 20 kaki
demikian pula untuk ukuran mata Yang normal.
Sedangkan menurut Sutjihati dalam bukunya Psikologi Anak Luar Biasa mendefinisikan
tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (keduaduanya) tidak berfungsi sebagai
saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas.
Penyebab Tunarungu

Menurut Somad dan Hernawati (1995), penyebab ketunarunguan dapat terjadi sebelum lahir
(prental), ketika lahir (natal) dan sesudah lahir (post natal). Terdapat beberapa hal yang dianggap
sebagai penyebab ketunarunguan, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
karakteristik Tunarungu
Definisi dan kategorisasi dari ketulian tampak sebagai berikut :
 Kelompok 1 : Hilangnya pendengaran yang ringan (20-30 dB).
 Kelompok 2 : Hilangnya pendengaran marginal (30-40 dB).
 Kelompok 3 : Hilangnya pendengaran yang Sedang (40 – 60 dB).
 Kelompok 4 : Hilangnya pendengaran yang Berat (60 – 75dB).
 Kelompok 5 : Hilangnya pendengaran yang Parah (>75dB).
Penangan
Tunarungu
• Orang tua harus mempunyai pemikiran terbuka pada anaknya
• Melakukan pengawasan saat ia masih kecil
• Selalu memberikan anak perhatian, bimbingan dan juga
motivasi
• Beradaptasi dengan anak
• Tingkatkanlah kedekatan emosional Anda dengan anak
penderita tuna runggu
• Mengajari anak untuk terus mengeksplor keterampilannya
• Tanamkanlah kemandirian anak sejak ia masih kecil
pengertian Tunanetra
Tunanetra mengalami hambatan penglihatan dalam memperoleh informasi.
Tunanetra merupakan salah satu tipe anak berkebutuhan khusus (ABK), yang
mengacu pada hilangnya fungsi indera visual seseorang. Untuk melakukan
kegiatan kehidupan atau berkomunaksi dengan lingkungannya mereka
menggunakan indera non-visual yang masih berfungsi, seperti indera
pendengaran, perabaan, pembau, dan perasa (pengecapan).
Banyak batasan yang dikemukakan secara berbeda untuk menjelaskan istilah buta
atau tunanetra. Cartwright dan Cartwright (dalam Mangunsong. 2009)
mengemukakan berbagai batasan mengenai tuna netra ini dari berbagai sudut
pandang.
Batasan Personal
 atasan Sosiologis
 Batasan Legal/ Administratif
 Batasan yang digunakan untuk tujuan pendidikan Menurut Kauffman dan
Hallahan (2006).
Penyebab Tunaneta

Terdapat berbagai penyebab kerusakan pengelihatan yang


terjadi sejakwaktu prenatal atau sebelum anak lahir, selama
proses kelahiran ataupasca lahir.
 Kerusakan pengelihatan prenatal
 Kerusakan pengelihatan pasca lahir
Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan daya
penglihatannya, yaitu:
1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni
mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan
akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-
program pendidikan dan mampu melakukan
pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi
penglihatan.
2. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni
mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan,
hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu
mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca
tulisan yang bercetak tebal. 3. Tunanetra berat
(totally blind), yakni mereka yang sama sekali tidak
ddapa
Ciri-ciri atau karakteristik anak yang mengalami gangguanPenglihatan/
tunanetra:

1. Ciri fisik (perkembangan fisik): kurang melihat (kabur) untuk jarak dekat atau
jauh, tidak dapat melihat jari-jari tangannya yang berada 1 meter didepannya,
kesulitan mengambil benda kecil didekatnya, kerusakan nyata pada kedua bola
mata, sering meraba dan tersandung pada waktu berjalan, bagian bola mata yang
hitam berwarna kerul/ bersisik/ kering. Mata bergoyang terus, mengalami
peradangan hebat pada kedua bola mata, dalam menulis tidak dapat mengikuti
garis lurus, memiliki visus sentralis 6/60 atau lebih kecil dari itu, tidak dapat
membedakan cahaya. Tidak dapat menggunakan penglihatannya untuk kegiatan
pendidikan dan sosial.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai