Disorder
A school project presented by Group 9
tun
gu
ra
tu
sa
tu
tu
ra
Tunanetra adalah anak yang indera
penglihatannya tidak berfungsi (blind or low
vision) sebagai saluran penerima informasi
dalam kegiatan sehari-hari seperti anak pada
umumnya.
Karakteristik (Desinigrum, 2016)
Perilaku
Penampilan Tanda-tanda gangguan mata
Keluhan
PENYEBAB DAMPAK
Keturunan.
Sebelum lahir (Prenatal), anak Memiliki keterbatasan penglihatan
kekurangan gizi, infeksi dan dan inteligensi berada dibawah
keracunan ketika berada dalam rata-rata.
kandungan. Kurang memiliki kemampuan untuk
Sejak lahir (Natal), proses lahir merasakan hubungan seseorang
yang lama hingga kehabisan cairan dengan orang lain, suatu objek,
dan kelahiran yang dibantu alat orientasi dan bergerak dalam suatu
mengenai syaraf. lingkungan.
Sesudah lahir (Postnatal), Terhambatnya perkembangan
dikarenakan sakit, salah obat dan sosial.
kecelakaan.
tun
gu
ra
tu
sa
tu
tu
ra
Tunarungu adalah anak yang kehilangan
seluruh atau sebagian daya pendengarannya
sehingga tidak atau kurang mampu
berkomunikasi secara verbal.
Karakteristik (Hallahan & Kauffman, 2006)
(Desiningum, 2016)
Bentuk Penanganan
Ada beberapa penyesuaian yang dapat mendorong keberhasilan mereka bila berada di
kelas pendidikan umum, diantaranya:
Meminimalkan kebisingan yang tidak perlu; karena apabila anak tunarungu belajar
menggunakan alat bantu dengar, suara-suara tertentu akan mengganggu konsentrasi
mereka, maka bisa diantisipasi dengan menggunakan bahan kedap suara pada kelas.
Lengkapi presentasi auditori dengan informasi visual dan aktivitas konkret.
Guru sebaiknya berkomunikasi melalui cara yang membuat siswa tunarungu dapat
mendengar dan mampu membaca gerak bibir.
Siswa lain bisa diajarkan bahasa isyarat; hal ini bertujuan agar siswa lain juga dapat
berkomunikasi dengan siswa tunarungu.
gu
tun
ra
tu
sa
tu
tu
ra
Tunadaksa adalah anak yang mengalami
kelainan atau cacat yang menetap pada alat
gerak (tulang, sendi, dan otot).
Karakteristik (Desiningrum, 2016)
(Desiningum, 2016)
Bentuk Penanganan
1. Pendidikan
Sasaran pendidikan pada tunadaksa bersifat dual purpose (ganda), yaitu berkaitan
dengan pemulihan fungsi fisik dan pengembangan dalam pendidikannya.
Tujuan utamanya adalah terbentuknya kemandirian dan keutuhan pribadi anak tunadaksa.
2. Rehabilitasi
Rehabilitasi bagi penyandang tunadaksa yang dimaksud adalah agar anak memiliki
kesanggupan untuk berbuat sesuatu yang berguna baik bagi dirinya maupun orang lain.
Kelainan pada fungsi anggota tubuh, baik yang tergolong pada tunadaksa ortopedi
maupun neurologis akan berpengaruh terhadap kemampuan fisik, mental, dan sosial
dalam meniti tugas perkembangannya.
tun
gu
ra
tu
sa
tu
tu
ra
Tunawicara adalah anak yang mengalami
kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)
bahasa maupun suaranya dari bicara normal
sehingga menimbulkan kesulitan dalam
berkomunikasi secara lisan dalam lingkungan.
Karakteristik (Purwanto, 2007)
(Mangunsong, 2009)
Bentuk Penanganan
Anak tunawicara tentu mengalami permasalahan pada kelancaran komunikasi, maka dari
itu yang pertama harus dilatih adalah kemampuan berbahasa anak tunawicara (Lisinus, &
Sembiring, 2020).
Selain itu, juga bisa dengan melatih artikulasi atau dengan melakukan terapi wicara.
Terapi wicara merupakan terapi yang digunakan untuk mengatasi masalah bicara,
khsusunya pada anak. Tujuannya untuk mengoptimalkan koordinasi mulut agar dapat
menghasilkan suara untuk membentuk kata-kata dan mengembangkan pemahaman
berbahasa dan upaya mengekspresikan bahasa.
Adapun beberapa cara untuk menghadapi anak tunawicara, yaitu menggunakan kalimat
yang singkat, berbicaralah dengan bahasa yang baik dan benar, serta bisa menggunakan
komunikasi non-verbal seperti gerakan tangan sebagai bantuan.
Daftar Pustaka
Adi, P. N. (2020). Pengembangan media audiovisual dalam menerapkan audiotory verbal therapy (avt)
pada anak tunarungu di sekolah inklusi paud situbondo. SPEED Journal: Journal of Special Education,
4(1), 37-42.
Desiningrum, D. R. (2017). Psikologi anak berkebutuhan khusus.
Hallahan, D. P. & Kauffman, J. M. (2006). Exceptional learners: Introduction to special education (10th
ed). USA: Pearson.
Lisinus, R., & Sembiring, P. (2020). Pembinaan anak berkebutuhan khusus (sebuah perspektif
bimbingan dan konseling). Yayasan Kita Menulis.
Maling, E., & Andajani, S. J. (2020). Permainan puzzle braille terhadap keterampulan mengenal bangun
datar pada anak tunanetra di sekolah luar biasa. Jurnal Pendidikan Khusus, 15(2).
Manik, N., Raharjo, S., & Andiana, O. (2020). Latihan meremas bola tenis spons untuk meningkatkan
kemampuan otot tangan (studi kasus anak tunadaksa cerebral palsy tipe spastic). Sport Science and
Health, 2(2), 162-167.
Mangunsong, F. (2009). Psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus, jilid kesatu. Depok:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).
Pratiwi, M. M. S. (2011). Psikologi anak berkebutuhan khusus.
Purwanto, H. (2007). Ortopedagogik umum.