Anda di halaman 1dari 24

Physical

Disorder
A school project presented by Group 9

Atika Rahmawati (6018210074)


Fatma Nurbaiti (6018210064)
Gabrielle Moses Aipassa (6018210076)
Ghina Aulia Salsabila (6018210062)
Suatu keadaan ketika individu
terganggu secara fisik oleh
penyakit maupun secara fungsional
Physical
sehingga menyebabkan masalah Disorder
dalam aktivitas sehari-hari.
nanet narun adak wi
a ac
n

tun
gu
ra
tu

sa
tu

tu

ra
Tunanetra adalah anak yang indera
penglihatannya tidak berfungsi (blind or low
vision) sebagai saluran penerima informasi
dalam kegiatan sehari-hari seperti anak pada
umumnya.
Karakteristik (Desinigrum, 2016)

Penglihatan samar-samar untuk jarak dekat atau jauh


Medan penglihatan yang terbatas.
Tidak mampu membedakan warna.
Adaptasi terhadap terang dan gelap terhambat.
Sangat peka atau sensitif terhadap cahaya atau ruang terang atau photophobic.

(Desinigrum, 2016) Proses Identifikasi


Melalui bantuan alat medis Screening

Perilaku
Penampilan Tanda-tanda gangguan mata
Keluhan
PENYEBAB DAMPAK

Keturunan.
Sebelum lahir (Prenatal), anak Memiliki keterbatasan penglihatan
kekurangan gizi, infeksi dan dan inteligensi berada dibawah
keracunan ketika berada dalam rata-rata.
kandungan. Kurang memiliki kemampuan untuk
Sejak lahir (Natal), proses lahir merasakan hubungan seseorang
yang lama hingga kehabisan cairan dengan orang lain, suatu objek,
dan kelahiran yang dibantu alat orientasi dan bergerak dalam suatu
mengenai syaraf. lingkungan.
Sesudah lahir (Postnatal), Terhambatnya perkembangan
dikarenakan sakit, salah obat dan sosial.
kecelakaan.

(Pratiwi, 2011) (Hallahan & Kauffman, 2006)


Bentuk Penanganan
Program pendidikan yang umum digunakan bagi siswa tunanetra dan low vision berkisar dari
bentuk kelas biasa sampai pada suatu institusi khusus.
Kelas biasa/regular, yaitu guru kelas dibantu oleh guru khusus (shadow) untuk
menyiapkan materi dan pengajaran bagi anak tunanetra
Program guru kunjung, yaitu anak tunanetra berada dalam kelas biasa, tetapi juga
mendapatkan latihan untuk pelajaran khusus seperti keterampilan mendengar atau
menggunakan optacon.
Program ruang sumber, yaitu anak tunanetra bersama teman sekelasnya menerima suatu
pelajaran, namun pada saat tertentu menerima program tertentu pula dalam suatu
ruangan khusus.
Hasil penelitian menunjukan aktivitas ini dapat
Penanganan Puzzle Braille terhadap keterampilan membantu melatih motorik halus dan taktil yang
mengenal bangun datar pada anak tunatrea di dapat merangsang terjadinya proses belajar pada
Sekolah Luar Biasa anak tunanetra. Sehingga anak tunanetra mampu
membedakan bangun datar.
(Maling & Andajani, 2020)
nanet narun adak wi
a ac
n

tun
gu
ra
tu

sa
tu

tu

ra
Tunarungu adalah anak yang kehilangan
seluruh atau sebagian daya pendengarannya
sehingga tidak atau kurang mampu
berkomunikasi secara verbal.
Karakteristik (Hallahan & Kauffman, 2006)

Keterlambatan dalam perkembangan bahasa.


Mahir dalam bahasa sandi.
Sering bersikap tak acuh.
Kadang bersifat agresif.
Perkembangan sosialnya terbelakang.
Bahasa lisan tidak berkembang dengan baik. Proses
(Desinigrum,
(Desiningrum,
2016)
2016) Identifikasi
Behavioural Observation Audiometry
Visual Response or Reinforcement Audiometry Behavioral Test
Play Audiometry
Oto-Acoustic Emission
Tymanometry Electrophysiological Test
Auditory Brainstem-evoked Response Audiometry
PENYEBAB DAMPAK

Kesulitan memunculkan emosi


dalam perilaku seperti perilaku
cemas, takut, marah atau depresi.
Adanya abnormalitas genetik, bisa
Self-esteem rendah karena
dominan atau resesif.
berkurangnya komunikasi dan
Infeksi seperti cytomegalovirus
kemampuan bahasa mereka,
(CMV), toxoplasma, dan syphilis.
sertatingkat kepercayaan diri
Lahir prematur.
mereka juga ikut terpengaruh.
Anak tunarungu akan belajar untuk
membangun keterampilan
komunikasi dalam bentuk lain.

(Desiningum, 2016)
Bentuk Penanganan
Ada beberapa penyesuaian yang dapat mendorong keberhasilan mereka bila berada di
kelas pendidikan umum, diantaranya:
Meminimalkan kebisingan yang tidak perlu; karena apabila anak tunarungu belajar
menggunakan alat bantu dengar, suara-suara tertentu akan mengganggu konsentrasi
mereka, maka bisa diantisipasi dengan menggunakan bahan kedap suara pada kelas.
Lengkapi presentasi auditori dengan informasi visual dan aktivitas konkret.
Guru sebaiknya berkomunikasi melalui cara yang membuat siswa tunarungu dapat
mendengar dan mampu membaca gerak bibir.
Siswa lain bisa diajarkan bahasa isyarat; hal ini bertujuan agar siswa lain juga dapat
berkomunikasi dengan siswa tunarungu.

Hasil penelitian menunjukan bahwa media audio


Pengembangan Media Audiovisual dalam
visual dapat diterapkan pada audio verbal therapy
menerapkan Audiotory Verbal Therapy (AVT) pada
(AVT) dan dapat meningkatkan kemampuan dengar
anak tunarungu di Sekolah Inklusi Paud Situbondo
siswa tunarungu.
(Adi, 2020)
nanet arun adak wi
a ac
n n

gu

tun
ra
tu

sa
tu

tu

ra
Tunadaksa adalah anak yang mengalami
kelainan atau cacat yang menetap pada alat
gerak (tulang, sendi, dan otot).
Karakteristik (Desiningrum, 2016)

Karakteristik Kepribadian: Anak yang cacat sejak lahir tidak pernah


memperoleh pengalaman yang demikian ini tidak menimbulkan frustrasi.
Karakteristik Emosi-Sosial: Kegiatan-kegiatan jasmani yang tidak dapat
dijangkau oleh anak tunadaksa dapat berakibat timbulnya problem emosional
dan perasaan serta dapat menimbulkan frustrasi yang berat.
Karakteristik Intelegensi: Kecenderungan adanya penurunan sedemikian rupa
kecerdasan individu bila kecacatannya meningkat. Dari beberapa hasil
penelitian ditemukan bahwa ternyata IQ anak tunadaksa rata-rata normal.
Karakteristik Fisik: Selain memiliki kecacatan tubuh, ada kecenderungan
mengalami gangguan-gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya
pendengaran, penglihatan, dan gangguan bicara.
Permasalahan yang muncul berkaitan dengan keadaan disekolah, yaitu
masalah kesulitan belajar, masalah sosialisasi, masalah kepribadian, serta
masalah ketrampilan dan pekerjaan.
PENYEBAB DAMPAK

Anak mengalami hambatan dalam


Terjadi kerusakan yang terletak di melakukan dan mengembangkan
jaringan otak, jaringan sumsum gerakan-gerakan.
tulang belakang, serta pada sistem Anak memiliki hambatan dalam
musculus-skeletal. interaksi pada lingkungannya.
Penyebab lainnya yang disebabkan Anak mengalami gangguan dalam
pada masa pre-natal, natal dan fungsi mobilitas, gangguan pada
post-natal. waktu merangkak, berguling,
berdiri dan berjalan pada usia dini.

(Desiningum, 2016)
Bentuk Penanganan
1. Pendidikan
Sasaran pendidikan pada tunadaksa bersifat dual purpose (ganda), yaitu berkaitan
dengan pemulihan fungsi fisik dan pengembangan dalam pendidikannya.
Tujuan utamanya adalah terbentuknya kemandirian dan keutuhan pribadi anak tunadaksa.
2. Rehabilitasi
Rehabilitasi bagi penyandang tunadaksa yang dimaksud adalah agar anak memiliki
kesanggupan untuk berbuat sesuatu yang berguna baik bagi dirinya maupun orang lain.
Kelainan pada fungsi anggota tubuh, baik yang tergolong pada tunadaksa ortopedi
maupun neurologis akan berpengaruh terhadap kemampuan fisik, mental, dan sosial
dalam meniti tugas perkembangannya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan


Latihan Meremas Bola Tenis Spons untuk
melakukan latihan meremas bola tenis spons dapat
meningkatkan Kemampuan Otong Tangan
meningkatkan kemampuan kekuatan otot tangan.

(Manik dkk, 2020)


nanet arun adak wi
a ac
n n

tun
gu
ra
tu

sa
tu

tu

ra
Tunawicara adalah anak yang mengalami
kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)
bahasa maupun suaranya dari bicara normal
sehingga menimbulkan kesulitan dalam
berkomunikasi secara lisan dalam lingkungan.
Karakteristik (Purwanto, 2007)

Karakteristik bahasa dan bicara pada umumnya anak tunawicara memiliki


kelambatan dalam perkembangan bahasa bila dibandingkan dengan
perkembangan bicara anakanak normal.
Kemampuan intelegensi tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya pada
skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ performanya.
Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak mengandalkan
komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tunawicara mengalami kesulitan
dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara terkesan agak
eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.
Sedangkan yang merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anaktunawicara adalah
berbicara keras dan tidak jelas, suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh
teman bicaranya, suka melakukan gerakan tubuh, dan cenderung pendiam.
PENYEBAB DAMPAK

Adanya kerusakan sistem syaraf Anak akan mengalami kesulitan


pusat yang menghambat komunikasi dalam berinteraksi
kemampuan kognitif sehingga dengan orang lain.
memiliki keterbatasan bahasa yang Sulit mengutarakan apa yang
spesifik. diinginkannya.
Adanya gangguan pada fungsi Perkembangan pskis terganggu
sensoris atau fisik. karena merasa berbeda atau
Terdapat pengaruh dari lingkungan minder.
seperti penelantaran, penganiaya- Mengalami gangguan dalam
an, masalah perilaku dan emosi perkembangan intelektual,
serta tidak memadai dalam kepribadian, dan kematangan
mempelajari bahasa di rumah. sosial.

(Mangunsong, 2009)
Bentuk Penanganan
Anak tunawicara tentu mengalami permasalahan pada kelancaran komunikasi, maka dari
itu yang pertama harus dilatih adalah kemampuan berbahasa anak tunawicara (Lisinus, &
Sembiring, 2020).
Selain itu, juga bisa dengan melatih artikulasi atau dengan melakukan terapi wicara.
Terapi wicara merupakan terapi yang digunakan untuk mengatasi masalah bicara,
khsusunya pada anak. Tujuannya untuk mengoptimalkan koordinasi mulut agar dapat
menghasilkan suara untuk membentuk kata-kata dan mengembangkan pemahaman
berbahasa dan upaya mengekspresikan bahasa.
Adapun beberapa cara untuk menghadapi anak tunawicara, yaitu menggunakan kalimat
yang singkat, berbicaralah dengan bahasa yang baik dan benar, serta bisa menggunakan
komunikasi non-verbal seperti gerakan tangan sebagai bantuan.
Daftar Pustaka
Adi, P. N. (2020). Pengembangan media audiovisual dalam menerapkan audiotory verbal therapy (avt)
pada anak tunarungu di sekolah inklusi paud situbondo. SPEED Journal: Journal of Special Education,
4(1), 37-42.
Desiningrum, D. R. (2017). Psikologi anak berkebutuhan khusus.
Hallahan, D. P. & Kauffman, J. M. (2006). Exceptional learners: Introduction to special education (10th
ed). USA: Pearson.
Lisinus, R., & Sembiring, P. (2020). Pembinaan anak berkebutuhan khusus (sebuah perspektif
bimbingan dan konseling). Yayasan Kita Menulis.
Maling, E., & Andajani, S. J. (2020). Permainan puzzle braille terhadap keterampulan mengenal bangun
datar pada anak tunanetra di sekolah luar biasa. Jurnal Pendidikan Khusus, 15(2).
Manik, N., Raharjo, S., & Andiana, O. (2020). Latihan meremas bola tenis spons untuk meningkatkan
kemampuan otot tangan (studi kasus anak tunadaksa cerebral palsy tipe spastic). Sport Science and
Health, 2(2), 162-167.
Mangunsong, F. (2009). Psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus, jilid kesatu. Depok:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).
Pratiwi, M. M. S. (2011). Psikologi anak berkebutuhan khusus.
Purwanto, H. (2007). Ortopedagogik umum.

Anda mungkin juga menyukai