Anda di halaman 1dari 8

Anakta Journal

P-ISSN: XXXX-XXXX
E-ISSN: XXXX-XXXX

anaktajurnal@gmail.com

Analisis Permasalahan Anak Autis Di Kelompok B TK Ashabul Kahfi Kota Parepare

Sutiha1,Siti Raodah Sriwahyuni2, Novita Ashari3


Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Institut Agama Islam Negeri Parepare
sutiha@iainpare.ac.id
sitiraodahsriwahyuni@iainpare.ac.id
novitaashari@iainpare.ac.id

Abstrak
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mempunyai keterbatasan dalam
satu atau lebih pada beberapa kemampuan baik fisik seperti tunarungu dan tunanetra maupun
bersifat psikologis seperti gangguan pada tumbuh kembang normal dan abnormal. Autis
adalah suatu gangguan perkembangan yang menyangkut interaksi sosial,komunikasi,perilaku
pola bermain dan gangguan kognitif. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk menganalisis
permasalahan anak autis di kelompok B TK Ashabul Kahfi usia 5 tahun, yang berjumlah 30
peserta didik dan terdiri dari 11 peserta didik perempuan dan 19 peserta didik laki-laki yang
mana salah satu dari peserta didik tersebut terdapat satu siswi penyandang autis yang
berinisial AS. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitan ini menunjukkan subjek AS memiliki
masalah dalam gangguan interaksi sosial,komunikasi,perilaku dan kognitif.
Keyword: Analisis, Autis.
Pendahuluan dengan kebutuhan khusus yang
berkarakter abnormalterjadi
Anak Berkebutuhan Khusus keterlambatan tumbuh kembang yang
(ABK) adalah anak yang memerlukan biasanya terlihat pada masa balita
perlakuan istimewa dikarenakan adanya (Desinungrum, 2016)
permasalahan pada perkembangan dan ABK merupakan anak yang
kelainan yang dialami oleh anak.Anak memiliki abnormalitas/kelainan dari
berkebuthan Khusus berkaitan dengan kebanyakan anak normal pada umumnya
istilah disability, yang artinya memiliki baik dari segi fisik, mental dan keunikan
keterbatasanpada satu atau beberapa perilaku sosialnya. ABK pasti akan
kemampuan, baik kemampuan fisik, mengalami berbagai permasalahan yang
seperti tunarungu dan tunanetra, maupun berkaitan dengan kekhususannya. Oleh
gangguan psikologis seperti autisme dan karena itu semua permasalahan tersebut
Attention Deficit Hyperactivity Disorder perlu diselesaikan dengan cara adanya
(ADHD). Definisi lainnya berkaitan pemberian layanan pendidikan,
dengan sebutan pertumbuhan dan bimbingan dan juga latihan agar
perkembangan normal dan abnormal,anak permasalahan yang muncul pada Anak

11
P-ISSN: XXXX-XXXX
E-ISSN: XXXX-XXXX
Berkebutuhan Khusus dapat terselesaikan gangguan bahasa. Anak autis melakukan
dengan baik. Untuk itu sangat penting gerakan berulang, yang kemungkinan
bagi para pendidik atau orang tua untuk besar disebabkan oleh proses
memenuhi kebutuhan dan kemampuan perkembangan yang biasanya terlihat
anak agar bisa terus meningkat sesuai sebelum anak mencapai usia tiga tahun.
yang dibutuhkan(Abdullah, 2013) Secara umum, anak berkebutuhan khusus
ABKadalah anak yang memiliki menunjukkan perilaku memberontak dan
kekurangan baik itu kekurangan fisik realistik. Mayoritas anak autis berperilaku
maupun mental sejak lahir atau tumbuh tidak tepat (behavior). Berbagai macam
dan berkembang. Yang termasuk alat yang membantu anak autis dalam
golongan yang seringkali tereskalasi berkomunikasi dan mempertahankan
dalam meraup pendidikan adalah peserta perilaku mereka disebut sebagai alat bantu
didik penyandang tunadaksa (cacat fisik). visual. Alat bantu visual seperti gambar
Kebanyakan masyarakat masih sering sangat berguna untuk
berpandangan bahwa anak-anak yang berkomunikasi(Siyoto, 2015)
mengalami keterbatasan sedikit terpatok Autis berasal dari bahasa Yunani
pada anak-anak penyandang tunadaksa yaitu autos yang artinya adalah diri sendiri.
sehingga diduga sebagai sesuatu yang Autis bukanlah penyakit akan tetapi suatu
sudah biasa karena diagnosis lebih mudah hambatan/gangguan padatumbuh-kembang
dilihat dan diakukan anak berkebutuhan yang kompleks karenaterjadi kerusakan
khusus mudah untuk dilihat dan dilakukan pada otak, pada umumnya hal tersebut
diagnosis. Namun pada kenyataannya, dapat dideteksi sejak bayi atau balita.
anak-anak berkebutuhan khusus terutama Ketika seorang anak tidak dapat
dengan kesulitan yang sering kali membentuk ikatan sosial yang sehat atau
tersembunyi diantara anak-anak lainnya berkomunikasi dengan tepat, gejala autis
dan sangat sulit untuk dilakukan diagnosa. mulai terlihat. Autisme adalah penyakit
Suran dan Rizzo dalam mangunsong perkembangan yang dikenali dari kesulitan
mengartikan bahwa anak berkebutuhan dalam interaksi sosial, komunikasi,
khusus merupakan anak yang jika dilihat pemrosesan sensorik, perilaku, emosi, dan
secararelevan berselisihdengan berbagai permainan imajinatif (Mansur, 2016)
dimensi yang berpengaruh pada Anak-anak yang memiliki autisme
fungsikemanusiaannya. Mereka adalah berjuang dengan keterampilan
anak yang secara kognitif, fisik, perilaku komunikasi, perilaku, dan sosialisasi.
atau sosial memiliki hambatan dalam Autis adalah gangguan perkembangan
menggapai tujuan dan kemampuan secara yang kompleks, berbagai gangguan, dari
maksimal, melingkupipenyandang ringan sampai berat. Gejala autisme
tunarungu,tunanetra, memilikihambatan
biasanya muncul sebelum anak berusia
berbicara, cacat fisik, retardasi mental,
tiga tahun. Penderita autisme biasanya
gangguan sentimental. Anak yang
berbakat juga memiliki intelegensi tinggi, mengabaikan suara, pemandangan, dan
dapat digolongkan sebagai anak bahkan peristiwa yang secara langsung
gifted(luar biasa) karena mereka juga mempengaruhi mereka, dan mereka
memerlukan penanganan yang terlatih dan menolak atau tidak bereaksi terhadap
pendidik profesional (Zaitun, 2017) aktivitas sosial kontak termasuk kontak
Autisme merupakan salah satu mata, sentuhan, dan bermain dengan
anak berkebutuhan khusus yang kasusnya anak-anak lain. Anak autis sering
akan kita kaji dalam penelitian ini. menunjukkan kesulitan dalam interaksi
Seorang anak dengan autisme sosial, komunikasi (verbal dan
menunjukkan masalah pemahaman nonverbal), perilaku, suasana hati dan
kognitif, kesulitan perilaku sosial, dan

12
P-ISSN: XXXX-XXXX
E-ISSN: XXXX-XXXX
emosi, dan komponen sensorik-persepsi Faktor waktu juga menjadi jaminan bagi
(Rahayu, 2014) penyembuhan permasalahan autis, yang
artinya semakin cepat seorang anak
Karena cedera otak yang
terdekteksi sebagai penyandang autis,
menyebabkan masalah di bidang
semakin mudah mengatasinya, karena
perkembangan, termasuk pembentukan
keberhasilan terapi tergantungringan dan
interaksi dua arah, pengembangan
beratnya gejala yang ada, umur memulai
interaksi timbal balik, dan perkembangan
terapi dan dukungan orang tua (Asrizal,
perilaku, anak autis memiliki masalah
2016)
perkembangan yang sangat kompleks.
Gangguan spektrum autisme Autis ditandai dengan kesulitan
menyebabkan anak-anak memandang berinteraksi dengan orang lain, gangguan
tubuh mereka secara berbeda. Akibatnya, bahasa yang ditandai dengan penguasaan
tidak seperti anak lainnya, anak autis yang tertunda, kalimat terbalik, aktivitas
tidak bisa belajar buang air kecil. Anak bermain yang berulang dan stereotip,
autis cenderung sangat selektif dalam jalur memori yang kuat, dan kebutuhan
makan dan tidak mau buang air kecil obsesif untuk menjaga segala sesuatunya
atau besar di kamar mandi karena tetap teratur. Autisme diakui sebagai
ketidaksesuaian dalam proses sensorik penyakit perkembangan neurologis yang
ini. Anak autis tidak hanya pilih-pilih parah yang mengganggu kemampuan
tentang makanan yang mereka makan, anak untuk belajar, berkomunikasi, hadir
tetapi mereka juga tidak dapat mengatur di lingkungan mereka, membentuk
perilaku mereka saat makan, seperti hubungan dengan orang lain, dan
melompat-lompat atau memanjat meja menjaga diri mereka sendiri. Sistem
(Siyoto, 2015). limbik, yang merupakan pusat emosi,
menderita pada anak-anak autis,
Autis bukan hanya
menyebabkan kesulitan mengendalikan
tentanggangguan mental melainkan
emosi, sering marah, marah dan agresif,
gangguanpada perkembangan mental,
menangis tak terkendali, dan fobia objek
sehingga penyandang mengalami
tertentu. Anak-anak menikmati rutinitas
keterlambatan dalam kecakapan,
yang dilakukan tanpa berpikir, yang
pertumbuhan fisik dan psikisnya juga
dapat merugikan jika dibatasi
tidak mengikut padakecepatan dan waktu
(Inayatillah, 2017).
perkembangan pada umumnya. Pada
hakikatnya penyandang autis juga Autis bisa terjadi karena
membutuhkan pendidikan dan beberapa penyebab, mengalami asfiksia,
bimbingan sebagaimana anak-anak pada usia ibu pada saat melahirkan, usia ayah
umumnya,karena sebetulnya anak pada saat ibu melahirkan, proses
berkelainan juga mempunyai persalinan, ras ibu, penggunaan obat
kemampuan untuk dikembangkan, antidepresan, ibu hamil mengalami
potensi tersebut akan dapat paparan asap rokok,ibu mengalami stres
dikembangkan dengan semaksimal pada saat hamil, besaran kehamilan,
mungkin apabila mendapatkan pengaruh- sebelumnya mengalami pendarahan
pengaruh atau bimbingan. Penanganan maternal, jenis kelamin anak, hikayat
anak autis harus dilaksanakan terapi dini pemberian makanan pengantar ASI
dengan melibatkan orang yang terampil sebelumanak berumur 6 bulan dan
dari berbagai multidisiplin dan orang tua. sebelumnya ibu mengalami infeksi pada

13
P-ISSN: XXXX-XXXX
E-ISSN: XXXX-XXXX
saat hamil. Penyebab-penyebab tersebut abnormalitas/kelainan dari kebanyakan
dapatmenghalangi perkembangan otak anak normal pada umumnya baik dari segi
janin baik secara langsung maupun tidak fisik, mental dan keunikan perilaku
langsung yang kemudian akan berujung sosialnya. ABK pasti akan mengalami
pada autis. Anak penyandang autis bisa berbagai permasalahan yang berkaitan
saja mengalami hambatan perkembangan dengan kekhususannya. Oleh karena itu
semua permasalahan tersebut perlu
dalam berbagai aspek, yaitu kurang bisa
diselesaikan dengan cara adanya
berkomunikasi secara normal baik itu
pemberian layanan pendidikan, bimbingan
komunikasi secara verbal maupun non- dan juga latihan agar permasalahan yang
verbal (Dewi,dkk, 2016). muncul pada Anak Berkebutuhan Khusus
Pratiwi (2017) menyatakan ada dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu
sangat penting bagi para pendidik atau
beberapa permasalahan yang dialami oleh
orang tua untuk memenuhi kebutuhan dan
penyandang autis,seperti permasalahan
kemampuan anak agar bisa terus
dalam interaksi sosial.Interaksi sosial meningkat sesuai yang dibutuhkan.
merupakan suatu jalinan timbal balik yang Adapun menurutSiyoto,
dilakukan oleh individu dengan (2015)Autisme merupakan salah satu anak
kelompok,invidu dengan individu dan berkebutuhan khusus yang kasusnya akan
kelompok antar kelompok dalam kita kaji dalam penelitian ini. Seorang
kehidupan kemasyrakatan. Komunikasi anak dengan autisme menunjukkan
adalah merupakan suatu proses masalah pemahaman kognitif, kesulitan
penyampaian informasi yang dilakukan perilaku sosial, dan gangguan bahasa.
secara verbal dalam bentuk kata-kata atau Anak autis melakukan gerakan berulang,
tanggapan di antara dua orang atau lebih. yang kemungkinan besar disebabkan oleh
Perilaku adalah sikap atau tindakan yang proses perkembangan yang biasanya
terlihat sebelum anak mencapai usia tiga
dapat kita gambarkan ke dalam berbagai
tahun. Secara umum, anak berkebutuhan
jenisarah baik secara fisik maupun non khusus menunjukkan perilaku
fisik. Perilaku juga dapat diartikan sebagai memberontak dan realistik. Mayoritas
reaksi seseorang terhadap lingkungannya. anak autis berperilaku tidak tepat
Pola bermain adalah serangkaian kegiatan (behavior). Berbagai macam alat yang
yang dilakukan oleh anak-anak saat sedang membantu anak autis dalam
bermain.Kognitif dapat diartikan sebagai berkomunikasi dan mempertahankan
salah satu aspek perkembangan yang perilaku mereka disebut sebagai alat bantu
bersangkutan dengan proses berfikir atau visual. Alat bantu visual seperti gambar
kecakapan otak untuk mengembangkan sangat berguna untuk berkomunikasi.
kemampuan rasional anak. Aspek kognitif
pada anak lebih memacu pada bagaimana
anak mengingat dan METODE
mengidentifikasipelajaran yang telah
dibahas mulai dari yang sederhana sampai Jenispenelitian yang digunakan dalam
ke hal-hal yang kompleks sehingga penelitian ini adalah penelitian
memerlukan intensitas dalam berfikir. kualitatifdenganpendekatanstudikasus.Men
urutGunawan (2013) penelitiankualitatif
merupakan suatupendekatan dan pencarian
Kajian Pustaka untuk mendalami dan memahamisuatu
fenomena secara fundamental.
Menurut Abdullah, (2013)ABK MenurutFebrianto,dkk (2021)
merupakan anak yang memiliki metodekualitatifadalahsuatupenelitian

14
P-ISSN: XXXX-XXXX
E-ISSN: XXXX-XXXX
yang menghasilkanberupa data yang
mengandung pemaparan
pengalamanseseorang yang disampaikan HASILDAN PEMBAHASAN
baik dengan cara lisanmaupuntertulis yang Berdasarkan hasil wawancara yang
nantinyadigunakan untuk di amati. dilakukan diatas,peneliti menggunakan
Arikunto, (2017) metode kualitatif dengan jenis pendekatan
menjelaskanbahwastudikasusadalahpendek studi kasus. Dalam pengumpulan data
atanintens, detail dan penelitian yang dilaksanakan di RA
kedalamangejalatertentu. Ashabul Kahfi yang menganalisis
Pengertianstudikasusmenurut Basuki permasalahan Autis pada usia 5tahun.
adalahsuatubentukpenelitianatau Adapun salah
analissterhadapsuatumasalah yang satuanakberkebutuhankhusus yang akan
memilikisifattertentu, kami analisisdalampenelitianiniadalah
dapatdilakukanbaikdenganpendekatankuan autis. Anak Autis adalah anak yang
titatifmaupunkualitatif, mengalami gangguan kognitif sehingga
dengantujuanindividuataukelompok, anak silit untuk mengerti,gangguan
bahkanmasyarakatluas. Sementara Stake interaksi sosialnya dan juga gangguan
menambahkanbahwapendekatanstudikasus verbal. Pada umumnya anak autis
adalahdenganmemaksimalkanpemahaman berkelakuan memberontak dan melakukan
mengenaikasus yang dipelajari dan tindakan berulang yang kemungkinan
tidakuntukmenyamaratakan, besar hal tersebut akibat proses
kasustersebutdapatsalingbertautan,sederha perkembangannya yang tampak jelas pada
na dan waktuuntukbelajarbiaspendekatau saat anak mencapai umur sebelum 3 tahun.
lama, tergantung pada Dan kebanyakan anak autis menunjukkan
waktuuntukdapatfokus.Teknik perilaku yang kurang pantas.
pengumpulan data yang Adapun indikator permasalahan anak
digunakandalampenelitianiniadalahwawan autis yang dibahas adalah dalam aspek
cara,dokumentasi dan observasi. interaksi sosial, komunikasi, perilaku dan
Pendahuluan memuat latar belakang, pola bermain, dan kognitif. Interaksi sosial
tujuan, dan permasalahan, serta teori-teori adalahsuatu hubungan timbal balik yang
atau hasil-hasil Penelitian yang relevan dinamis, yang dilakukan oleh individu
yang mendukung isi artikel. Referensi dengan individu, individu dengan
(Pustaka atau penelitian relevan) kelompok, dan kelompok dengan
dicantumkan dalam bagian ini. Adapun kelompok dalam kehidupan sosial.
cara pengutipan sumber adalah dengan Komunikasi adalah adalah proses
menuliskan nama penulis atau author dan penyampaian informasi secara lisan dalam
tahun terbit sumber. Sebagai contoh: Guru bentuk kata-kata atau gagasan di antara
yang mempunyai kompetensi akan dapat dua orang atau lebih. Perilaku adalah sikap
melaksanakan tugasnya secara atau tindakan yang dapat kita refleksikan
professional (Naim, 2016). ke dalam berbagai macam aspek baik fisik
Penelitiandilaksanakan di TK maupun non fisik. Perilaku juga bisa
AshabulKahfi yang terletak di diartikan sebagi suatu reaksi terhadap
kecamatanBacukikikotaParepare. lingkungan. Pola bermain adalah
Observasiditujukan pada kelas B usia 5 serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
tahun,yangberjumlah 30 pesertadidik dan anak-anak saat sedang bermain.Kognitif
terdiri 11 pesertadidikperempuan dan 19 adalah salah satu aspek perkembangan
pesertadidiklaki-laki yang mana salah yang berkaitan dengan proses berfikir atau
satudaripesertadidiktersebutterdapatsatusis kemampuan otak untuk mengembangkan
wipenyandangautis yang berinisial AS. kemampuan rasional. Aspek kognitif anak
lebih mengacu pada bagaimana anak

15
P-ISSN: XXXX-XXXX
E-ISSN: XXXX-XXXX
mengenali dan mengingat materi yang pada anak-anak yang mengalamihambatan
telah dipelajari mulai dari hal yang yang beratdalampenguasaanberbahasa dan
sederhana sampai ke hal-hal yang rumit berbicara.
sehingga membutuhkan kedalaman dalam Indikatorketigapermasalahananakautisad
berfikir. alahperilaku dan polabermain. Subjek AS
Indikatorpertamapermasalahananakautis memilikiperilaku yang berlebihan dan
adalahinteraksisosial. Subjek AS hiperaktif. Pada saat jam istirahat AS
memilikimasalahinteraksisocialsepertisuka selaluberlari-larianpadahalteman-
menyendiri, Padasaatteman-teman AS temandisekitarnyasedangmakan. AS juga
bermainbersama, AS selalumelakukangerakan yang berulang-
lebihsukabermainsendirinamun AS ulangsepertisukaberputar-
tetapmemilikitemandekat yang putarketikasedangbahagia. AS juga
merupakantemansekelasnya. AS juga terlihattidaktertarikbermaindengantemanny
selalumenghindarikontakmatadengan a. AS hanyainginbermainsendiri dan
orang lain pada saat AS tidakmemainkanpermainansesuaidenganfu
berbicaradenganlawanbicara dan AS ngsinya. Misalnyasaat AS
seringmelihatkearahlain. bermainanayunan yang seharusnyakita
Kondisitersebutsesuaidenganpernyataan( duduk di ayunantersebutnamun AS
Banoet & Kiling-Bunga, 2016)), yang iniberdiridiatasayunansambilberayun-
menjelaskanbahwainteraksisocialpenyanda ayun.
ngautislebihsukamenyendiribahkancenderu
ngtidakadakontakmatadengan orang lain. KondisitersebutsesuaidenganpernyataanYu
Indikatorkeduapermasalahananakautisad wono (2012)yang
alahkarakteristikkomunikasi. Subjek AS menjelaskanbahwaanakautisberperilakuber
memilikihambatankomunikasisepertisulitb lebihan (hiperaktif) dan
ertatapanmata langsung ,kurangnyarespon sukaterhadapbenda yang
yang diberikan dan kesulitanberbicara. berputarataubenda yang bergerak. Pola
Pada saatdiajakberbicarasubjek AS kurang bermainnya tidakbermainsepertianak-anak
meresponapa yang dikatakan dan pada umumnya ,
ketikaberbicara yang disampaikan AS tidaksukabermaindengananaksebayanya,
tidakjelas. tidak kreatif , dan
Contohnyasepertimemanggiltemannya tidakbermainsesuaidenganfungsimainan.
“Arka” menjadi “Aka”, “Bunda” menjadi Indikatorkeempatpermasalahananakautis
“Unda” padahalanakseusianyasudah sangat adalahpermasalahkognitif. Subjek AS
jelasmenyebutkan apa yang AS belum bisa memilikimasalahdalamperkembangankogn
sebutkan. AS itif yang mana AS
tidakmemakaigerakantubuhnyasendiriuntu seringmengalamikebingunganapabiladiberi
kmenyampaikankeinginannya, sesuatuuntukmenyelesaikannyasepertiberm
tapidenganmengambiltangan orang lain ainpuzzleataumenyusunbalok dan pada
untuksesuatu yang diinginkanatau yang saat diberi AS diberimateripembelajaran
dimaksud. AS juga AS sulitmenerimainformasi yang
mengalamigangguankomunikasi nonverbal disampaikan oleh guru, AS juga
seperti AS berkomunikasidengan orang kurangmemilikiketertarikan pada suatu
lain tanpamenggunakan kata-kata objek yang menarik,
untukmengekspresikanperasaan yang Apabilatemannyabermainpermainan yang
dialamimelainkantindakan. seru dan menarik, AS tidak tertarik dan
Kondisitersebutsesuaidenganpernyataan hanyainginmelakukanaktivitasnyasendiri.
(Mansur, 2016), yang Kondisitersebutsesuaidenganpernyataan(Y
menjelaskanbahwaperkembangankomunik uliano et al., 2018)yang
asi pada setiapanakautisberbeda, terutama menjelaskanbahwaanak autis yang

16
P-ISSN: XXXX-XXXX
E-ISSN: XXXX-XXXX
tergolongdalamusiadinimengalamikesulita memiliki kesulitan dalam penyebutan
ndalammenerimamateripembelajaran yang kata hal ini dapat di lihat saat anak ini
disebabkankurangnyapemahamananakdala memanggil nama-nama temannya, dia
mmenerimainformasipembelajaran. tidak bisa mengucapkannya secara
Dalambidangkognitifanakautiskurangmem sempurna, anak ini juga kurang
ilikifantasiatauimajinasisehinggamemilikis merespon apa yang kita sampaikan, dia
ifatketidaktertarikan yang sebenarnya memahami apa yang kita
kompleksbaikkepadaorang,karakterkhayal sampaikan namun terkadang sulit untuk
an,binatang, ataupunperan orang dewasa. direalisasikan.

3. Indikator ketiga yaitu permasalahan


dalam perilaku dan pola bermainnya,
KESIMPULAN anak ini memiliki perilaku yang
Objek pada penelitian ini adalah seorang hiperaktif atau berlebihan dimana dia
anak penyandang autis yang bersekolah di sering berlari-lari kesana kemari serta
TK Ashabul Kahfi, dan adapun indikator- perilakunya yaitu melakukan gerakan-
indikator permasalahan yang di alami anak gerakan secara berulang saat dia
tersebut antara lain dalam hal interaksi merasa senang dan diam dengan tatapan
sosial, komunikasi, perilaku dan pola kosong saat ia sedang merasa sedih.
bermain, serta dalam hal kognitifnya. Sedangkan dalam pola bermainnya,
anak ini lebih suka bermain sendiri dan
1. Pada indikator pertama yaitu tidak memainkan permainan sesuai
permasalahan dalam hal interaksi sosial, dengan fungsinya.
anak ini lebih suka menyendiri. Di saat
semua temannya sedang asyik bermain 4. Indikator ke empat yaitu permasalahan
secara berkelompok kecenderungan dalam hal kognitif, anak ini memiliki
anak ini lebih memilih untuk bermain kesulitan dalam menyelesaikan
sendiri hal ini dikarenakan anak masalahnya sendiri contohnya ketika di
penyandang autis memiliki kesulitan beri permainan puzzle anak ini kesulitan
dalamberkomunikasi dan bersosialisasi dalam menyusun puzzle tersebut, anak
dengan orang lain sehingga dia seolah- ini juga memiliki kesulitan dalam
olah hidup di dalam dunianya sendiri. memahami apa yang di sampaikan
gurunya saat mengajar karena sulit
2. Indikator kedua yaitu permasalahan menerima apa yang kita sampaikan dan
dalam hal komunikasi, anak ini ketidaktertarikannya terhadap sesuatu.

SARAN/REKOMENDASI (OPSIONAL)
Penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan artikel ini masih banyak kesalahan
serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan artikel ini dengan menggunakan pedoman dari berbagai beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

17
P-ISSN: XXXX-XXXX
E-ISSN: XXXX-XXXX
DAFTAR PUSTAKA.
Abdullah, N. (2013). Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Magistra, 25(86), 1.
https://scholar.google.co.id/citations?view_op=view_citation&hl=en&user=c1ML1I4A
AAAJ&citation_for_view=c1ML1I4AAAAJ:u5HHmVD_uO8C
Asrizal. (2016). Penanganan Anak Autis dalam Interaksi Sosial. Jurnal PKS, 15(1), 1–8.
https://doi.org/https://doi.org/10.31105/jpks.v15i1.1340
Banoet, J., & Kiling-Bunga, B. N. (2016). Karakteristik prososial anak autis usia dini di
kupang. PG-PAUD Trunojoyo, 3(1), 1–75.
https://doi.org/https://doi.org/10.21107/pgpaudtrunojoyo.v3i1.3470
Desinungrum, D. R. (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Psikosain.
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1145856
Mansur. (2016). Hambatan Komunikasi Anak Autis. Al-Munzir, 9(1), 80–96.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31332/am.v9i1.779
Rahayu, S. M. (2014). Deteksi dan Intervensi Dini Pada Anak Autis. Jurnal Pendidikan
Anak, 3(1). https://doi.org/10.21831/jpa.v3i1.2900
Siyoto, S. (2015). Visual Schedule towards the Decline of Behavioral Problems in Feeding
Activities and Defecation in Children with Autism. Jurnal NERS, 10(2), 250.
https://doi.org/10.20473/jn.v10i22015.250-255
Yuliano, A., Efendi, D., & Jafri, Y. (2018). Efektivitas Pemberian Terapi Okupasi : Kognitif
(Mengingat Gambar) Terhadap Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Autisme Usia
Sekolah Di Slb Autisma Permata Bunda Kota Bukittinggi Tahun 2017. Prosiding
Seminar Kesehatan Perintis E, 1(1), 2622–2256.
https://jurnal.upertis.ac.id/index.php/PSKP/article/view/55
Zaitun. (2017). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Kreasi Edukasi Publishing and
Consulting. https://docplayer.info/74382532-Zaitun-pendidikan-anak-berkebutuhan-
khusus.html#download_tab_content

18

Anda mungkin juga menyukai