Disusun oleh :
Ais Hamidah Purnama Sari
Non Reguler/ Semester VI/2016
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi
bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di dunia. (Judarwanto, 2008)
1.4 Manfaat
Penulisan Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis
pribadi, dan para pembaca makalah ini, khusus nya bagi para
mahasiswa/i yang akan melakukan penelitian mengenai Autisme.
BAB II
PEMBAHASAN
Autisme
ini
digunakan
didalam
bidang
psikiatri
untuk
kualitatif
dalam
interaksi
sosial,
yang
berbagi
kesenangan,
ketertarikan
atau
dalam
timbal
balik
sosial
atau
emosional.
(2) Kerusakan
kualitatif
dalam
komunikasi
yang
bahasa
yang
berulang-ulang
dan
divariasikan,
dengan
permainan
tetap,
ketertarikan
dan
aktivitas,
yang
mengakibatkan
gangguan
berbagai
rangsang
sensoris
helper-inducer
lymphocytes.
Keadaan
ini
menyebabkan
yang
tidak
terdeteksi
sampai
penyandangnya
dewasa.
A.
pastikan
Anda
mengonsultasikannya
pada
kemampuan
dan
aktivitasnya
bisa
diamati
serta
akan
menanyakan
riwayat
kesehatan
pemeriksaan
ini
belum
tentu
bisa
tersebut
sudah
selesai,
anak
Anda
dirasakan
para
orang
tua
saat
pertama
mungkin
penanganannya
Indonesia
lewat
(MPATI),
serta International
tentang
autisme
Masyarakat
Yayasan
Center
for
Peduli
Autisma
Special
serta
Autis
Indonesia,
Care
Education (ICSCE).
B. Langkah Diagnosis Autisme Pada Orang Dewasa
in
Tapi
saat
penyandang
sebenarnya
dewasa
serta
langkah
dapat
keluarga
diagnosis
membantu
untuk
para
memahami
atau
psikolog
agar
dapat
menjalani
tiap
penyandang.
Penanganan
autisme
juga
penanganan
autisme
(sering
disebut
kemampuan
berkomunikasi,
kemampuan
jenis
bantuan
terapi
Khusus
untuk
Jenis
bantuan
ini
bertujuan
membantu
berinteraksi
sehingga
mereka
lebih
mudah
(Applied
Behaviour
Analysis) membagi
menjadi
tugas-tugas
sederhana
yang
sederhana
yang
lama-kelamaan
di
perkembangan
Indonesia
sang
anak
ini
dapat
dengan
membantu
meningkatkan
yang
meragukan
mengkhawatirkan
kegunaan
intensitasnya
kemampuan
dan
yang
pembelajaran
terstruktur
menggunakan
komunikasi visual.
D. Pengajaran dan Pelatihan Untuk Orang Tua
mendukung
dan
membantu
meningkatkan
serta
penanganannya
sangat
dianjurkan
Yayasan
serta International
Center
Autisma
for
Special
Indonesia,
Care
in
Education (ICSCE).
Membantu anak untuk berkomunikasi dapat
mengurangi kecemasan dan memperbaiki perilakunya
karena komunikasi adalah hambatan khusus bagi
anak-anak dengan autisme. Kiat-kiat mungkin bisa
berguna:
1) Gunakan kata-kata yang sederhana.
2) Selalu menyebut nama anak saat mengajaknya bicara.
3) Manfaatkan bahasa tubuh untuk memperjelas maksud
Anda.
Ada
beberapa
penanganan
yang
biasanya
secara
psikologis
dapat
atau
Cognitive
Behavioural
Therapy (CBT).
Terapi
psikologis
umumnya
dilakukan
harus
menyesuaikan
metode
terapi
Misalnya,
informasi
dalam
bentuk
semua
kesulitan
anak
dengan
bicara.
autisme
Terapi
ini
bicara
sehingga
anak
mampu
untuk
meningkatkan
kemampuan
komunikasi.
3. Picture
Exchange
Communication
System
(PECS)
Ahli
terapi
PECS
akan
menggunakan
untuk
berkomunikasi
bagi
sebagian
dewasa.
mengajarkan
Lalu
ahli
kemampuan
yang
terapi
lebih
akan
sulit,
adalah
metode
komunikasi
ini
dirancang
untuk
membantu
simbol
biasanya
digunakan
bersamaan
gerakan
bahasa
isyarat
Makaton
bisa
digunakan
sesuai
kebutuhan
mungkin
bersangkutan
diberikan
untuk
dokter
spesialis
mengendalikan
yang
gejala-gejala
dapat
diatasi
dengan
jenis
obat
yang
dapat
diatasi
dengan
obat
seperti methylphenidate.
4. Epilepsi yang dapat diatasi dengan jenis obat yang
disebut antikonvulsan.
5. Perilaku yang agresif dan yang membahayakan, seperti
mengamuk atau menyakiti diri sendiri. Jika parah atau
penanganan
secara
psikologis
tidak
berpengaruh,
berpotensi
untuk
mengatasi
autisme,
tapi
adalah beberapa
metode pengobatan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Autisme adalah gangguan perkembagan yang mencakup
bidang komunnikasi, interaksi, dan perilaku. Gejalanya mulai
tampak pada anak sebelum mencapai usia tiga tahun dan adapula
yang baru diketahui saat dewasa. Gangguan autistik ditandai dengan
tiga gejala utama yaitu gangguan interakasi sosial, gangguan
komunikasi, dan perilaku yang stereotipik. Yang disebabkan oleh 6
faktor yaitu : faktor genetis atau keturunan, faktor kandungan atau
pranatal, faktor kelahiran, faktor lingkungan, faktor obat, dan faktor
makanan.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan penulis adalah
hendaknya Saat mengandung para ibu harus lebih menjaga
kesehatan dengan berada dilingkungan yang bersih agar tidak
mudah terkena virus dan tidak mudah alergi. Selain itu juga para ibu
juga harus menjaga pola makannya dengan memakan makan yang
sehat dan bergizi. Selain itu Ibu mengandung juga harus memenuhi
Asupan Asam Folat yang penting bagi janin.