PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(Kemen PPPA) tahun 2018, penderita autisme lebih banyak laki-laki daripada
perempuan, dan autisme sendiri dapat terjadi pada sanak siapa saja. Kemen PPPA
memperkirakan prevalensi semakin tahun semakin meningkat. Dari data yang ada yang
merujuk Incidence dan Pravalence ASD (Autism Spectrum Disorder) memperkirakan 2
kasus baru per 1000 penduduk per tahunnya. Di Indonesia diperkirakan penderita
autisme mencapai 2,4 juta orang dengan pertambahan penderita autisme baru 500 orang
per tahunnya.1
Anak yang berkebutuhan khusus seperti penderita autisme selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya di Indonesia tetapi masih sangat kurangnya sekolah yang
dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus. Autisme merupakan gangguan
perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan
keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan juga interaksi
sosial. Autis berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Jadi, kata autis ini ditujukan
kepada orang yang mempunyai gejala hidup di dunianya sendiri.2 Menurut penelitian
Ratna, tanda yang ditunjukkan oleh anak autis akibat gangguan tersebut ialah anak autis
akan cenderung menyendiri, menghindari kontak dengan orang lain, dan lebih
menyibukkan diri dengan benda-benda mati atau mainan kesukaannya.3
Penderita autisme memiliki adanya gangguan mental maupun gangguan
kelemahan mental Penderita autisme mengalami masalah dalam interkasi sosialnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Isroatul, dalam perilaku sosial anak autis
memiliki perilaku yang cenderung berbeda dari anak normal, dimana anak autis
mengalami gangguan bahasa, komunikasi, dan interaksi sosial, karena anak autis
mengalami gangguan bahasa, sehingga secara otomatis menyebabkan anak mengalami
kesulitan dalam komunikasi dan juga interaksi sosial. 4 Interaksi sosial merupakan suatu
hubungan antara dua atau lebih individu manusia. Dalam interkasinya mengalami
1
Genetic, Indonesia. 1 Agustus 2019. Temuan Terbaru: Varian Genetik Umum untuk Risiko Autisme:
http://gakken-idn.id/articles/temuan-terbaru-varian-genetik-umum-untuk-risiko-autisme. Diaskes pada tanggal 1
Agustus 2019.
2
Tri Gunadi. 2011. Mereka Pun Bisa Sukses. Jakarta: Penebar Plus+, hlm. 84.
3
Ratna Wahyu Widuri, “Penanganan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autis,” Jurnal Pendidikan
Khusus 3, no. 3 (2013):2, diakses 12 Agustus 2018, http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-
pendidikan-khusus/article/view/3386/6045
1
perilaku individu yang satu mempengaruhi, memperbaiki, ataupun mengubah perilaku
individu lainnya, maupun sebaliknya.5 Untuk mengetahui tentang anak autisme, maka
dari itu penulis akan membahas lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rumusan masalah
dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari anak autisme?
2. Apa saja karakteristik dari anak autisme?
3. Apa saja perilaku anak autisme?
4. Apa saja faktor-faktor penyebab anak mengalami gangguan autisme?
5. Apa saja jenis-jenis terapi autisme sebagai upaya penanganan?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari anak autisme.
2. Untuk mengetahui perilaku anak autisme.
3. Untuk mengetahi faktor-faktor penyebab anak mengalami gangguan autisme.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi autisme sebagai upaya penanganan.
4
Isroatul Marya Ulfah dan Budiyanto, “Interaksi Sosial Peserta Didik Autis di Sekolah Inklusif,” Jurnal
Pendidikan Khusus 7, no. 4 (2015):2, diakses 12 Agustus 2018, http://id.portalgaruda.org/?
ref=author&mod=profile&id=522304.
5
W.A. Gerungan. 2014. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Rafika Aditama, hlm. 62
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sebagian besar anak autisme akan menunjukkan beberapa gejala yang meliputi
susahnya berkomunikasi dan beriteraksi, kurangnya respon terhadap orang lain ataupun
munculnya respon aneh dari berbagai aspek dilingkungan sekitarnya. Hal ini terlihat
pada saat 30 bulan pertama dari masa kelahirannya.12 Tingkah laku tersebut dapat
muncul setiap saat sesuai dengan kondisi anak autisme saat menerima stimulasi dari
lingkungannya.
Apabila dilihat dari segi tingkah lakunya anak autisme menitikberatkan
ketidakpeduliannya dengan lingkungan sekitarnya, reaksi dalam pergaulan sosialnya
tidak normal, tak percaya diri, sering melukai dirinya sendiri, bersikap agresif,
tanggapannya kurang bahkan berlebihan terhadap suatu stimulus eksternal, serta
menggerakan tubuhnya secara tidak wajar.
2. Perilaku Komunikasi
Perilaku komunikasi anak autisme non verbal yaitu mereka sering bisa menerima
dan merespon orang terdekatnya seperti orang tua dan guru mereka meminta dengan
perlakuan (deal) yang konsisten.
12
Setiati, Widiastusti. 2007. Pola Pendidikan Anak Autis. Yogyakarta: Datamedia ,hlm.2
13
Yatim Faisal, Autisme Suatu Gangguan Kejiwaan, Jakarta: Pustaka Populer, 2007, hlm. 10