PENDAHULUAN
Autisme pada dasarnya adalah suatu kelainan biologis pada penyandangnya.Pada saat ini
autisme dikategorikan sebagai “biological disorder”, dalam arti bahwa autisme bukan merupakan
gangguan psikologis. Lebih spesifik dapat dikatakan bahwa autisme adalah suatu gangguan
perkembangan karena adanya kelainan pada sistem saraf penyandangnya (neurological or brain
based development disorder). Autisme dapat terjadi pada siapa pun, tanpa membedakan warna
kulit, status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang.Sampai saat ini, penyebab GSA belum
dapat ditetapkan.Negara-negara maju yang sanggup melakukan penelitian menyatakan bahwa
penyebab autisme adalah interaksi antara faktor genetik dan mungkin berbagai paparan negatif
yang didapat dari lingkungan. Kelainan ini menimbulkan gangguan, antara lain gangguan
komunikasi, interaksi sosial, serta keterbatasan aktivitas dan minat. Autisme pada saat ini sudah
dikategorikan sebagai suatu epidemik di beberapa negara. Penanganan yang sudah tersedia di
Indonesia antara lain terapi perilaku, terapi wicara, terapi komunikasi, terapi okupasi, terapi
sensori integrasi, dan pendidikan khusus. Beberapa dokter melakukan penatalaksanaan
penanganan biomedis dan diet khusus. Penanganan lain seperti integrasi auditori, oxygen
hiperbarik, pemberian suplemen tertentu, sampai terapi dengan lumba-lumba, juga sering
ditawarkan.
Autisme adalah kelainan yang serius dan kompleks, apabila tidak ditangani dengan tepat
dan cepat kelainan ini akan menetap dan dapat berakibat pada keterlambatan perkembangan.
Keterlambatan perkembangan pada kasus autisme biasanya ditemukan pada anak-anak dan
mempunyai dampak yang berlanjut sampai dewasa. Salah satu gangguan perkembangan yang
dialami adalah kesulitan dalam memahami apa yang mereka lihat, dengar, dan mereka rasakan.
Gangguan ini dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan antara lain dalam kemampuan
berkomunikasi, berbicara, bersosialisasi, perilaku, dan keterampilan motorik.
1
1.3 Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sehingga autisme dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang luar biasa asik
dengan dirinya sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthen dkk, 1998).
Pengertian ini menunjuk pada bagaimana anak-anak autis gagal bertindak dengan minat pada
orang lain, tetapi kehilangan beberapa penonjolan perilaku mereka. Ini, tidak membantu orang
lain untuk memahami seperti apa dunia mereka.
Secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki gangguaan perkembangan dalam
dunianya sendiri.
Anak autistik adalah adanya 6 gejala/gangguan, yaitu dalam bidang Interaksi social;
Komunikasi (bicara, bahasa, dan komunikasi); Perilaku, Emosi, dan Pola bermain; Gangguan
sensoris; dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Penampakan gejala dapat mulai tampak
sejak lahir atau saat masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun) (Power, 1983). Gangguan
autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36 bulan.
Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita,
yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi yang normal.
Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan yang
sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun mencakup bidang
komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya. Ditinjau dari segi pendidikan : anak autis adalah
3
anak yang mengalami gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai
dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara
khusus sejak dini. Gejala autisme mulai tampak sebelum anak berusia berusia tiga tahun.Bahkan
pada autisme infatil gejalanya sudah ada sejak lahir. Seseorang baru dapat dikatakan termasuk
kategori Autisme, bila ia memiliki hambatan perkembangan dalam tiga sapek yaitu kualitas
kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi
timbal balik, minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan tanpa tujuan. Gejala tersebut harus
sudah terlihat sebelum usia tiga tahun. Mengingat bahwa tiga aspek tersebut terwujud dalam
bentuk yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa autisme merupakan sekumpulan gejala
klinis yang dilatar belakangi oleh berbagai faktor yang sangat bervariasi, berkaitan satu sama lain
dan unik karena tidak sama untuk masing-masing kasus.
Ditinjau dari segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan
otak yang menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan
kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis. Ditinjau dari
segi psikologi : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang berat bisa
ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu
adanya penanganan secara psikologis.
Ditinjau dari segi sosial anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan
berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini memerlukan
bimbingan ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Jadi Anak
Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive
(inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi
sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.
1. Faktor Genetik
Faktor keturunan dari keluarga
4
5. Makanan
Dimana faktor makanan mengandung pestisida, seperti tomat ceri, kentang, timun
dll.
6. Melahirkan yang belum pada waktunya/ premature
2. Lingkungan
Faktor lain penyebab autisme pada anak adalah lingkungan. Ibu hamil yang tinggal di
lingkungan kurang baik dan penuh tekanan, tentunya berisiko pada janin yang
dikandungnya.Selain itu lingkungan yang tidak bersih juga dapat mempengaruhi
perkembangan janin dalam kandungan.
3. Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh faktor genetik.Penyakit
genetic yang sering dihubungkan dengan autisme adalah Tuberous Sclerosis (17-58%) dan
syndrome fragile X (20-30%).Disebut Fragile-X karena secara sito genetik penyakit ini
ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) yang tampak seperti patahan di ujung akhir lengan
panjang kromosom X 4. Sindrom fragile X merupakan penyakit yang diwariskan secara X-
linked (X terangkai) yaitu melalui kromosom X. Pola penurunannya tidak umum, yaitu tidak
seperti penyakit dengan pewarisan X-linked lainnya karena tidak bisa digolongkan sebagai
dominan atau resesi, laki-laki dan perempuan dapat menjadi penderita maupun pembawa sifat
(carrier).
5
4. Usia
Makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak menderita
autisme. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010 menemukan, perempuan usia 40 tahun
memiliki risiko 50 persen memiliki anak autisme dibandingkan dengan perempuan berusia 20-
29 tahun. “Memang belum diketahui dengan pasti hubungan usia orangtua dengan autisme.
Namun, hal ini diduga karena terjadinya faktor mutasi gen,” kata Alycia Halladay, Direktur
Riset Studi Lingkungan Autismem Speaks.
5. Pestisida
Paparan pestisida yang tinggi juga dihubungkan dengan terjadinya autisme. Beberapa
riset menemukan, pestisida akan mengganggu fungsi gen di sistem saraf pusat. Menurut Dr
Alice Mao, profesor psikiatri, zat kimia dalam pestisida berdampak pada mereka yang punya
bakat autisme.
6. Obat-obatan
7. Perkembangan otak
Area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan cerebellum yang bertanggung
jawab pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood, berkaitan dengan
autisme.Ketidakseimbangan neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin, di otak juga
dihubungkan dengan autisme.
Menurut Delay & Deinaker (1952), Marholin & Philips (1976),gejala-gejala autisme
yaitu :
1. Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, muka pucat,
dan mata sayu dan selalu memandang kebawah.
2. Selalu diam sepanjang waktu.
3. Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton,
kemudian dengan suara aneh ia akan mengucapkan atau akan menceriterakan dirinya dengan
beberapa kata, kemudian diam menyendiri lagi.
4. Tidak pernah bertanya, tidak menunjukan rasa takut, tidak punya keingginan yang macam-
macam, serta tidak menyenangi sekelilingnya.
5. Tidak tampak ceria.
6. Tidak perduli terhadap lingkungannya, kecuali dengan benda yang ia suka, misalnya
boneka.
6
Sedangkan karakterisik yang tampak pada anak autisme dalam buku Bimbingan Anak
Berkebutuhan Khusus (Hidayat, dkk) yaitu :
1. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara , tetapi kemudian sirna.
2. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain, kadang-kadang anak berperilaku
menyakiti dirinya sendiri.
3. Anak tidak mempunyai empati dan tidak tahu apa reaksi orang lain atas perbuatannya.
4. Pemahaman anak sangat kurang, sehingga apa yang ia baca sukar dipahami. Misalnya
dalam bercerita kembali dan soal berhitung yang menggunakan kalimat.
5. Kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat, seperti perkalian, kalender, dan
lagu-lagu.
6. Dalam belajar mereka lebih mudah memahami lewat gambar-gambar (visual learners)
7. Anak belum dapat bersosialisasi dengan teman sekelasnya, seperti sukar bekerja sama
dalam kelompok sebayanya, bermain peran dan sebagainya.
8. Kesulitan mengekspresikan perasaanya, seperti : suka marah, mudah frustasi bila tidak
dimengerti dan dapat menimbulkan tantrum (ekspresi emosi dalam bentuk fisik atau marah
yang tidak terkendali).
9. Memperlihatkan prilaku stimulasi diri sendiri seperti bergoyang-goyang, mengepakan
tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat tv.
1. Kurangnya pemahaman
2. Komunikasi yng sangat susah
3. Perkembangan yang telat
4. Tidak peduli dengan lingkungannya
5. Sangat sensitif
6. Tidak menyukai suara keras
7. Tidak mau tersenyum bila diajak tersenyum
8. Suka melambai tangan, berjalan berjingkat, goyang- goyang tubuh dan badannya
sangat kaku
9. Tertarik dengan warna cerah
1. Interaksi social
7
2. Komunikasi
Perkembangan bahasa lambat
Senang meniru atau membeo
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang
Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
3. Pola Bermain
Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
Senang akan benda-benda yang berputar
Tidak bermain sesuai fungsi mainan
Tidak kreatif, tidak imajinatif
Dapat sangat lekat dengan benda tertentu
4. Gangguan Sensoris
Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
Sering menggunakan indera pencium dan perasanya
Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan
Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
Perkembangan Terlambat
Tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial, komunikasi dan kognisi
Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian
menurun bahkan sirna
5. Gangguan emosi
Gangguan emosi anak autis sering tidak setabil, sering teriak- terik,
menghancurkan barang yang ada didepannya, menangis,melempar barang-
barang.tertawa dan tantrum.
1. Kelompok Menyendiri
a. Lebih bisa bertahan dengan kontak fisik, dan agak mampu bermain dengan kelompok
teman bergaul dan sebaya, tetapi jarang sekali mencari teman sendiri.
b. Mempunyai perbendaharaan kata yang lebih banyak meskipun masih agak terlambat
bisa berbicara dibandingkan dengan anak sebaya.
c. Kadang-kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang-kadang pula
dibumbui kata yang kurang dimengerti.
d. Kelompok pasif ini masih bisa diajari dan dilatih dibandingkan dengan anak autisme
yang menyendiri dan yang aktif tetapi menurut kemauannya sendiri.
Anak autis seperti orang tuli karena mereka cenderung mengabaikan suara yang sangat
keras dan tidak tergerak sekalipun ada yang menjatuhkan benda di sampingnya. Anak autis dapat
9
juga sangat tertarik pada beberapa suara benda seperti suara bel, tetapi ada anak autis yang
sangat tergangu oleh suara-suara tertentu, sehingga ia akan menutup telinganya.
Anak autis tampak tidak menyadari bahwa pembicaraan memiliki makna, tidak dapat
mengikuti instruksi verbal, mendengar peringatan atau paham apabila dirinya dimarahi.
Menjelang usia lima tahun banyak autis yang mengalami keterbatasan dalam memahami
pembicaraan.
Autis tidak pernah berbicara, beberapa anak autis belajar untuk mengatakan sedikit kata-
kata, biasanya mereka mengulang kata-kata yang diucapkan orang lain, mereka memiliki
kesulitan dalam mempergunakan kata sambung, tidak dapat menggunakan kata-kata secara
fleksibel atau mengungkapkan ide.
Beberapa anak autis memiliki kesulitan dalam membedakan suara tertentu yang mereka
dengar. Mereka kebingungan dengan kata-kata yanghampir sama, memiliki kesulitan untuk
mengucapkan kata-kata yang sulit.Mereka biasanya memiliki kesulitan dalam mengontrol
kekerasan suara.
Beberapa anak autis sangat sensitif terhadap cahayayang sangat terang, seperti cahaya
lampu kamera, anak autismengenali orang atau benda dengan gambaran mereka yang umum
tanpamelihat detil yang tampak.
Ada gerakan-gerakan yang dilakukan anak autis yang tidak biasa dilakukan oleh anak-
anak yang normal seperti mengepak-ngepakan tangannya, meloncat-loncat, dan menyeringai.
Beberapa anak autis, ketika berjalan nampak anggun, mampu memanjat dan seimbang seperti
kucing, namun yang lainnya lebih kaku dan berjalan seperti memiliki bebrapa kesulitan dalam
10
keseimbangan dan biasanya mereka tidak menikmati memanjat.Mereka sangat kurang dalam
koordinasi dalam berjalan dan berlari atau sebaliknya.
Anak autis dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.Ada
pun. Macam-macam terapi autis diantaranya:
2. Terapi musik
Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran gelombang yang akan
berpengaruh terhadap permukaan membran otak. Secara tak langsung, itu akan turut
memperbaiki kondisi fisiologis. Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus
merangsang kemampuan berbicara.
3. Terapi balur
Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya
zat merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi kadar merkuri
dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan cuka aren campur bawang yang
dilulurkan lewat kulit.Tujuannya melakukan detoksifikasi gas merkuri.
4. Terapi perilaku.
Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan bersosialisasi dengan
lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak melakukan berbagai kegiatan seperti
mengambil benda yang ada di sekitarnya.
5. Terapi lumba-lumba
Medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja
saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab lumba-lumba mempunyai gelomba sonar
(gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk
memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien
sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri.Selain itu, gelombang suara
dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter dan merangsang sistem saraf.
6. Terapi okupasi
11
Teknik ini merupakan terapi autis yang penting dalam membantu melatih otot pada
penderita autis sehingga secara berangsur- angsur bisa kembali normal.
7. Terapi visual
Terapi ini dilakukan dengan memberikan gambar- gambar yang sangat bermanfaat
terutama jika sianak tidak bisa bicara.
Di Amerika Serikat, banyak bentuk-bentuk pendidikan yang tersedia, antara lain (Siegel,
1996) :
a. Individual therapy, antara lain melalui penanganan ditempat terapi atau dirumah (home based
therapy dan kemudian homeschooling).
b. Designated Autismetic Classses. Salah satu bentuk transisi dari penanganan individual
dibentuk kelas klasikal, dimana sekelompok anak yang semuanya autisme, belajar bersama-sama
mengikuti jenis instruksi yang khas.Anak-anak ini berada dalam kelompok yang kecil (1-3 anak)
dan biasanya merupakan anak-anak yang masih kecil yang belum mampu imitasi dengan baik.
c. Ability Grouped Classes. Anak-anak yang sudah dapat melakukan imitasi, sudah tidak terlalu
memerlukan penanganan one-on-one untuk meningkatkan kepatuhan, sudah ada respons
terhadap pujian, dan ada minat terhadap alat permaian, memerlukan jenis lingkungan yang
menyediakan teman sebaya yang secara sosial lebih baik meski juga memiliki masalah
perkembangan bahasa.
BAB III
PENUTUP
12
3.1 Kesimpulan
Autisme merupakan kelainan yang serius dan kompleks, apabila tidak ditangani dengan
tepat dan cepat kelainan ini akan menetap dan dapat berakibat pada keterlambatan
perkembangan. Meskipun demikian, tidak berarti anak autisme tidak mempunyai potensi yang
bisa dikembangkan.Meskipun prosentasinya kecil, diperkirakan kurang dari 20% dari populasi
anak yang mengalami autisme.Mereka memiliki potensi rata-rata bahkan ada yang di atas rata-
rata.Tidak jarang diantara mereka ada yang bisa berhasil mencapai prestasi akademik tertinggi
seperti anak pada umumnya yang tidak autisme.
13