Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah
pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan
kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan
mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi
antaran petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan
kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja, melainkan
juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi sangat
penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses
penyembuhan (Muharamiatul, 2012).
Pelayanan kesehatan merupakan produk yang bersifat jasa. Saat ini, jasa
kesehatan sebagai pelayanan sosial telah berubah menjadi komoditi jasa yang di
perdagangkan . Di kota-kota besar, jasa kesehatan telah menjadi produk industri yang
hampir tidak berbeda dengan produk barang maupun jasa non kesehatan. Pada sektor
non kesehatan, mekanisme pasar dapat menjadi sempurna karena kedua belah pihak
yang bertransaksi ( produsen dan konsumen ) mempunyai pengetahuan yang relatif
sama terhadap produk dan jasa yang di tawarkan. posisi konsumen relative kuat
ketika membeli jasa non kesehatan karena objek yang di tawarkan telah di ketahui,
baik mutu maupun harganya. Sebagai contoh, bila kita ingin membeli kemeja dengan
tingkat kompetensi yang tinggi di antara produsen, kita dapat memilih barang dengan
merk tertentu dengan tingkat harga yang kita inginkan. Artinya, konsumen
mempunyai pengetahuan yang baik terhadap barang dan jasa yang akan mereka beli
atau butuhkan.Namun, kondisi di atas tidak dapat pada pasar jasa kesehatan. Kita
mengenal yang di sebut market failure. Pasien berada pada posisi lemah, tidak
mempunyai cukup informasi dan pengetahuan tentang jasa kesehatan itu
sendiri (Potter dan Perry, 2005).