Anda di halaman 1dari 22

AUTISME

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:


1. MUHAMAD RIFQI HABIBULLAH
2.L. FIBRIN ARIAWAN
3.DIANAH AFRA FAADHILLAH
4.FITRIA ZURLI
5.NABILA MEYSA AULIA
6.SABELA PUSPITA MAHARANI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA


BARAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YARSI
MATARAM 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIK KLINIK
ASUHA KEPERAWATAN PADA KLIEN PADA KASUS CA COLON DI
RUANG MULTAZAM RUMAH SAKIT ISLAM MATARAM

DIAJUKAN OLEH
M RIFQI HABIBULLAH
LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA :
TANGGAL:

MENYETUJUI:
Pembimbing lahan: Pembimbing pendidikan:

Devi Nusantari
BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Autis pertama kali diperkenalkan dalam suatu makalah pada tahun
1943 oleh seorang psikiatris Amerika yang bernama Leo Kanner. Ia
menemukan sebelas anak yang memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu tidak
mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan individu lain dan sangat
tak acuh terhadap lingkungan di luar dirinya, sehingga perilakunya tampak
seperti hidup dalam dunianya sendiri.
Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang
berhubungan dengan komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.
Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam
macam Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya anak Autis. Anak autis
juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu
keterampilan, maupun secara akademik.Permasalahan yang dilapangan
terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak autis tersebut.
Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak autis. Dalam
pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak
autis, penyebabnya dan lainnya.
Dengan adanya bantuan baik itu pendidikan secara umum.
Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri
dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan
dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh
karena itu makalah ini nantinya dapat membantu kita mengetahui anak
autis tersebut.

A. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah makalah ini, antara lain:
1. Apakah pengertian autis ?
2. Apa faktor penyebab?
3. Bagaimana gejala autis?
4. Bagaimana karakteristik autis ?
5. Apakah hambatan-hambatan anak autis ?
6. Bagaimana terapi penunjang bagi anak autis ?
7. Bagaimana pendekatan pembelajaran anak autis?
8. Bagaimana model pelayanan pendidikan anak autis?
9. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar ?
10. Bagaimana hambatan dan solusi belajar mengajar ?

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui
lebih dalam bagaimana anak luar biasa, terutama anak autis.
Yang mana ingin mengetahui:
1. Pengertian autis
2. Faktor penyebab
3. Gejala autis
4. Karakteristik autis
5. Hambatan-hambatan anak autis
6. Terapi penunjang bagi anak autis
7. Pendekatan pembelajaran anak autis
8. Model pelayanan pendidikan anak autis
9. Proses kegiatan belajar mengajar
10. Hambatan dan solusi belajar mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AUTIS
Kata autisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu ‘aut’ yang berarti ‘diri sendiri’ dan ‘ism’ yang secara tidak langsung
menyatakan ‘orientasi atau arah atau keadaan (state). Sehingga autisme
dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang luar biasa asik
dengan dirinya sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthen dkk, 1998).
Pengertian ini menunjuk pada bagaimana anak-anak autis gagal
bertindak dengan minat pada orang lain, tetapi kehilangan beberapa
penonjolan perilaku mereka. Ini, tidak membantu orang lain untuk
memahami seperti apa dunia mereka.
Secara etimologi : anak autis adalah anak yang memiliki
gangguaan perkembangan dalam dunianya sendiri.
Autis Menurut Para Ahli Yaitu:
1. Leo Kanner (Handojo,2003) autisme merupakan suatu jenis
gangguan perkembangan pada anak, mengalami
kesendirian, kecenderungan menyendiri.
2. Chaplin (2000) mengatakan : (1) cara berpikir yang
dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri (2)
menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan
sendiri (3) Keyakinan ekstrim dengan fikiran dan fantasi
sendiri.
3. American Psych: autisme adalah ganguan perkembangan
yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup
diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami
keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan
perilaku “Sumber dari Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi
Anak Austistik”. (American Psychiatic Association 2000)
Anak autistic adalah adanya 6 gejala/gangguan, yaitu dalam bidang
Interaksi social; Komunikasi (bicara, bahasa, dan komunikasi); Perilaku,
Emosi, dan Pola bermain; Gangguan sensoris; dan perkembangan
terlambat atau tidak norma. Penampakan gejala dapat mulai tampak sejak
lahir atau saat masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun) (Power,
1983). Gangguan autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia
36 bulan “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan
Jiwa” (PPDGJ III) Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai
seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya
tidak dapat membentuk hubungan social atau komunikasi yang normal.
Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur
sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta
perilakunya.
Ditinjau dari segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami
gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai
dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan
penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak dini.
Ditinjau dari segi medis : anak autis adalah anak yang mengalami
gangguan/kelainan otak yang menyebabkan gangguan perkembangan
komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak
ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis.
Ditinjau dari segi psikologi : anak autis adalah anak yang
mengalami gangguan perkembangan yang berat bisa ketahui sebelum
usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak
perlu adanya penanganan secara psikologis.
Ditinjau dari segi sosial anak autis adalah anak yang mengalami
gangguan perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa,
interaksi sosial, sehingga anak ini memerlukan bimbingan ketrampilan
sosial agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan
perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi
gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi
sosial, sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.

B. FAKTOR PENYEBAB
1. Faktor Genetik
2. Ganguan pada Sistem Syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis
memiliki kelainan pada hampir semua struktur otak. Tetapi
kelainan yang paling konsisten adalah pada otak kecil.
3. Ketidak seimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala
autistik berhubungan dengan makanan atau kekurangan
kimiawi di badan.
4. Kemungkinan Lain
Infeksi yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran dapat
merusak otak sepertivirus rubella yang terjadi selama
kehamilan dapat menyebabkan kerusakan otak.

C. GEJALA AUTIS
Gejala anak autis antara lain;
I. Interaksi sosial
 Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
 Lebih suka menyendiri
 Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar
untuk bertatapan
 Senang menarik-narik tangan orang lain untuk
melakukan apa yang inginkan
II. Komunikasi
 Perkembangan bahasa lambat
 Senang meniru atau membeo
 Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
 Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya
 Mengoceh tanpa arti berulang-ulang
 Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi

III. Pola Bermain


 Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
 Senang akan benda-benda yang berputar
 Tidak bermain sesuai fungsi mainan
 Tidak kreatif, tidak imajinatif
 Dapat sangat lekat dengan benda tertent.
IV. Gangguan Sensoris
 Bila mendengar suara keras langsung menutup
telinga
 Sering menggunakan indera pencium dan perasanya
 Dapat sangat sensitif terhadap sentuhan
 Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.
V. Perkembangan Terlambat
 Tidak sesuai seperti anak normal, keterampilan sosial,
komunikasi dan kognisi
 Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada
awalnya, kemudian menurun bahkan sirna
VI. Gejala Muncul
 Gejala di atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau
saat masih kecil
 Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala
tampak agak kurang
D. KARAKTERISTIK AUTIS
Anakautis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi

E. HAMBATAN-HAMBATAN ANAK AUTIS


Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh anak autis yaitu:
Anak autis memiliki hambatan kualitatif dalam interaksi sosial .
Anak autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk
menyenangi lingkungan yang rutin dan menolak perubahan lingkungan,
minat mereka terbatas artinya mereka apabila menyukai suatu perbuatan
maka akan terus menerus mengulang perbuatan itu. anak autistik juga
menyenangi keteraturan yang berlebihan.
Lorna Wing (1974) menuliskan dua kelompok besar yang menjadi
masalah pada anak autis yaitu:
a. Masalah dalam memahami lingkungan (Problem in
understanding the world)
 Respon terhadap suara yang tidak biasa (unusually
responses to sounds).
Anak autis seperti orang tuli karena mereka
cenderung mengabaikan suara yang sangat keras
dan tidak tergerak sekalipun ada yang menjatuhkan
benda di sampingnya. Anak autis dapat juga sangat
tertarik pada beberapa suara benda seperti suara bel,
tetapi ada anak autis yang sangat tergangu oleh
suara-suara tertentu, sehingga ia akan menutup
telinganya.
 Sulit dalam memahami pembicaraan (Dificulties in
understanding speech).
Anak autis tampak tidak menyadari bahwa
pembicaraan memiliki makna, 7 tidak dapat mengikuti
instruksi verbal, mendengar peringatan atau paham
apabila dirinya dimarahi (scolded). Menjelang usia
lima tahun banyak autis yang mengalami
keterbatasan dalam memahami pembicaraan.
 Kesulitan ketika bercakap-cakap (Difiltuties when
talking). Beberpa anak Autis tidak pernah berbicara,
beberapa anak autis belajar untuk mengatakan sedikit
kata-kata, biasanya mereka mengulang kata-kata
yang diucapkan orang lain, mereka memiliki kesulitan
dalam mempergunakan kata sambung, tidak dapat
menggunakan kata-kata secara fleksibel atau
mengungkapkan ide.
 Lemah dalam pengucapan dan kontrol suara (Poor
pronunciation and voice control).
Beberapa anak autis memiliki kesulitan dalam
membedakan suara tertentu yang mereka dengar.
Mereka kebingungan dengan kata-kata yanghampir
sama, memiliki kesulitan untuk mengucapkan kata-
kata yang sulit.Mereka biasanya memiliki kesulitan
dalam mengontrol kekerasan (loudness)suara.
 Masalah dalam memahami benda yang dilihat
(Problems in understanding things that are
seen).
Beberapa anak autis sangat sensitif terhadap
cahayayang sangat terang, seperti cahaya
lampu kamera (blitz), anak autismengenali
orang atau benda dengan gambaran mereka
yang umum tanpamelihat detil yang tampak.
 Masalah dalam pemahaman gerak isarat
(problem in understanding gesturs).
Anak autis memiliki masalah dalam
menggunakan bahasa komunikasi;seperti
gerakan isarat, gerakan tubuh, ekspresi wajah.
 Indra peraba, perasa dan pembau (The senses
of touch, taste and smell).
Anak-anak autis menjelajahi lingkungannya
melalui indera peraba, perasa dan pembau
mereka. Beberapa anak autis tidak sensitif
terhadap dingin dan sakit.
Gerakan tubuh yang tidak biasa (Unusually
bodily movement). Ada gerakangerakan yang
dilakukan anak autis yang tidak biasa
dilakukan oleh anakanak yang normal seperti
mengepak-ngepakan tangannya, meloncat-
loncat, dan menyeringai.
 Kekakuan dalam gerakan-gerakan terlatih
(clumsiness in skilled movements).
Beberapa anak autis, ketika berjalan nampak
anggun, mampu memanjat danseimbang
seperti kucing, namun yang lainnya lebih kaku
dan berjalan sepertimemiliki bebrapa kesulitan
dalam keseimbangan dan biasanya mereka
tidakmenikmati memanjat. Mereka sangat
kurang dalam koordinasi dalam berjalan dan
berlar atau sebaliknya.
b. Masalah gangguan perilaku dan emosi (Dificult behaviour
and emotional problems).
 Sikap menyendiri dan menarik diri (Aloofness and
withdrawal).
 Menentang perubahan (Resistance to change).
 Ketakutan khusus (Special fears).
 Prilaku yang memalukan secara sosial (Socially
embarrassing behaviour).
 Ketidakmampuan untuk bermain (Inability to play).

F. TERAPI PENUNJANG BAGI ANAK AUTIS


Sebelum/sembari mengikuti pendidikan formal (sekolah). Anak
autistik dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
anak antara lain:
1. Terapi Wicara
2. Terapi Okupasi
3. Terapi Bermain
4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy)
5. Terapi melalui makan (diet therapy
6. Auditory Integration Therapy
7. Biomedical treatment/therapy
8. Hydro Therapy
9. Terapi Musik

G. PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK AUTIS


1. Discrete Tial Training (DTT) :
Training ini didasarkan pada Teori Lovaas yang
mempergunakan pembelajaran perilaku. Dalam
pembelajarannya digunakan stimulus respon atau yang dikenal
dengan orperand conditioning. Dalam prakteknya guru
memberikan stimulus pada anak agar anak memberi respon.
Apabila perilaku anak itu baik, guru memberikan reinforcement
(penguatan). Sebaliknya perilaku anak yang buruk dihilangkan
melalui time out/ hukuman/kata “tidak”
2. Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative
Programfor Preschoolers and Parents) menggunakan stimulus
respon (sama dengan DTT) tetapi anak langsung berada dalam
lingkungan sosial (dengan teman-teman). Anak auitistik belajar
berperilaku melalui pengamatan perilaku orang lain.
3. Floor Time merupakan teknik pembelajaran melalui kegiatan
intervensi interaktif. Interaksi anak dalam hubungan dan pola
keluarga merupakan kondisi penting dalam menstimulasi
perkembangan dan pertumbuhan kemampuan anak dari segi
kumunikasi, sosial, dan perilaku anak.
4. TEACCH (Treatment and Education for Autistic Childrent and
Related Communication Handicaps) merupakan pembelajaran
bagi anak dengan memperhatikan seluruh aspek layanan untuk
pengembangan komunikasi anak. Pelayanan diprogramkan dari
segi diagnosa, terapi/treatment, konsultasi, kerjasama, dan
layanan lain yang dibutuhkan baik oleh anak maupun orangtua.

H. MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS


Pendidikan untuk anak autis usia sekolah bisa dilakukan di
berbagai penempatan. Berbagai model antara lain:
1. Kelas transisi
Kelas ini diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi
memerlukan layanan khusus termasuk anak autistik yang telah
diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas transisi sedapat
mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu
anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi
merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan
acuan kurikulum SD dengan dimodifikasi sesuai kebutuhan anak.
2. Program Pendidikan Inklusi
Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah
siap memberikan layanan bagi anak autistik. Untuk dapat membuka
program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara lain:
 Guru terkait telah siap menerima anak autistik
 Tersedia ruang khusus (resourse room) untuk
penanganan individual
 Tersedia guru pembimbing khusus dan guru
pendamping.
 Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2
(dua) anak autistik.
 Dan lain-lain yang dianggap perlu.
3. Program Pendidikan Terpadu
Program Pendidikan Terpadu dilaksanakan disekolah
reguler. Dalam kasus/waktu tertentu, anak-anak autistik dilayani di
kelas khusus untuk remedial
4. Sekolah Khusus Autis
Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autistik
terutama yang tidak memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di
sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat
berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka.
Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti
bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.
5. Program Sekolah di Rumah
Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak
mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena
keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi
mental atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya
dapat mengikuti program sekolah di rumah. Program dilaksanakan
di rumah dengan mendatangkan guru pembimbing atau terapis
atas kerjasama sekolah, orangtua dan masyarakat.
6. Panti (griya) Rehabilitasi Autis
Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah,
gangguannya sangat parah dapat mengikuti program di panti
(griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi lebih
terfokus pada pengembangan:
a. Pengenalan diri.
b. Sensori motor dan persepsi
c. Motorik kasar dan halus
d. Kemampuan berbahasa dan komunikasi
e. Bina diri, kemampuan sosial
f. Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan
potensinya.

I. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


1. Prinsip-prinsip pengajaran dan pendidikan
Pendidikan dan pengajaran anak autistik pada umumnya
dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Terstruktur
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik
diterapkan prinsip terstruktur, artinya dalam pendidikan atau
pemberian materi pengajaran dimulai dari bahan ajar/materi
yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah
kemampuan tersebut dikuasai, ditingkatkan lagi ke bahan
ajar yang setingkat diatasnya namun merupakan rangkaian
yang tidak terpisah dari materi sebelumnya.
Struktur pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik
meliputi :
 Struktur waktu
 Struktur ruang, dan
 Struktur kegiatan
b. Terpola
Kegiatan anak autistik biasanya terbentuk dari
rutinitas yang terpola dan terjadwal, baik di sekolah maupun
di rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur sampai
tidur kembali. Oleh karena itu dalam pendidikannya harus
dikondisikan atau dibiasakan dengan pola yang teratur.
c. Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi
arahan dari tujuan yang ingin dicapai dan memudahkan
dalam melakukan evaluasi.
d. Konsisten
Dalam pelaksanaan pendidikan dan terapi perilaku
bagi anak autistik, prinsip konsistensi mutlak diperlukan.
Artinya : apabila anak berperilaku positif memberi respon
positif terhadap susatu stimulan (rangsangan), maka guru
pembimbing harus cepat memberikan respon positif
(reward/penguatan), begitu pula apabila anak berperilaku
negatif (Reniforcement) Hal tersebut juga dilakukan dalam
ruang dan waktu lain yang berbeda (maintenance) secara
tetap dan tepat, dalam arti respon yang diberikan harus
sesuai dengan perilaku sebelumnya.
e. Kontinyu
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. Maka prinsip pendidikan dan pengajaran yang
berkesinambungan juga mutlak diperlukan bagi anak
autistik. Kontinyu disini meliputi kesinambungan antara
prinsip dasar pengajaran, program pendidikan dan
pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam pelaksanaan
pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus
ditindaklanjuti untuk kegiatan dirumah dan lingkungan sekitar
anak. Kesimpulannya, therapi perilaku dan pendidikan bagi
anak autistik harus dilaksanakan secara berkesinambungan,
simultan dan integral (menyeluruh dan terpadu).
2. Kurikulum
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi anak
autistik tentunya harus berdasarkan pada kurikulum pendidikan
yang berorientasi pada kemampuan dan ketidak mampuan anak
dengan memperhatikan deferensiasi masing-masing individu.
3. Pendekatan dan Metode
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik menggunakan
Pendekatan dan program individual. Sedangkan metode yang
digunakan adalah merupakan perpaduan dari metode yang ada,
dimana penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak
serta materi dari pengajaran yang diberikan kepada anak. Metode
dalam pengajaran anak autistik adalah metode yang memberikan
gambaran kongkrit tentang "sesuatu", sehingga anak dapat
menangkap pesan, informasi dan pengertian tentang "sesuatu"
tersebut.
4. Sarana Belajar Mengajar
Sarana belajar diperlukan, karena akan membantu
kelancaran proses pembelajaran dan membantu pembentukan
konsep pengertian secara kongkrit bagi anak autistik. Pola pikir
anak autistik pada umumnya adalah pola pikir kongkrit. sehingga
sarana belajar mengajarnyapun juga harus kongkrit. Beberapa
anak autistik dapat berabstraksi, namun pada awalnya mereka
dilatih dengan sarana belajar yang kongkrit
5. Evaluasi
Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan dan
pengajaran perlu dilakukan adanya evaluasi (penilaian). Dalam
pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik evaluasi dapat
dilakukan dengan cara:

a. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses ini dilakukan dengan cara seketika
pada saat proses kegiatan berlangsung dengan cara
meluruskan atau membetulkan perilaku menyimpang atau
pembelajaran yang sedang berlangsung seketika itu juga.
Hal ini dilakukan oleh pembimbing dengan cara memberi
reward atau demonstrasi secara visual dan kongkrit..
b. Evaluasi Bulan
Evaluasi ini bertujuan untuk memberikan laporan
perkembangan atau permasalahan yang ditemukan atau
dihadapi oleh pembimbing di sekolah. Evaluasi bulanan ini
dilakukan dengan cara mendiskusikan masalah dan
perkembangan anak antara guru dan orang tua anak autistik
guna mendapatkan pemecahan masalah (solusi dan
pemecahan masalah), antara lain dengan mencari penyebab
dan latar belakang munculnya masalah serta pemecahan
masalah macam apa yang tepat dan cocok untuk anak
autistik yang menjadi contoh kasus.
c. Evaluasi Catur Wulan
Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi program
yang dimaksud sebagai tolok ukur keberhasilan program
secara menyeluruh. Apabila tujuan program pendidikan dan
pengajaran telah tercapai dan dapat dikuasai anak, maka
kelanjutan program dan kesinambungan program
ditingkatkan dengan bertolak dari kemampuan akhir yang
dikuasai anak, sebaliknya apabila program belum dapat
terkuasai oleh anak maka diadakan pengulangan program
(remedial) atau meninjau ulang apa yang menyebabkan
ketidak berhasilan pencapaian program.

J. HAMBATAN PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN SOLUSINYA


1. MasalahPerilaku
Masalahperilaku yang seringmunculyaitu :stimulasidiri dan
stereotip.
Bila perilaku tersebut muncul yang dapat kita lakukan :
 MemberikanReinforcement.
 Tidakmemberiwaktuluangbagianakuntukasyikdengandirisend
iri
 Siapkan kegiatan yang menarik dan positif
 Menciptakan situasi yang kondusif bagi anak, tidak menyakiti
diri.
2. Masalah Emosi :
Masalah ini menyangkut kondisi emosi yang tidak stabil,
misalnya; menangis, berteriak, tertawa tanpa sebab yang jelas,
memberontak, mengamuk, destruktif, tantrum.Cara mengatasinya :
 Berusaha mencari dan menemukan penyebabnya
 Berusaha menenangkan anak dengan cara tetap bersikap
tenang.
 Setelah kondisi emosinya mulai membaik, kegiatan dapat
dilanjutka
3. Masalah Perhatian (Konsentrasi)
Perhatian anak dalam belajar kadang belum dapat bertahan
untuk waktu yang lama dan masih berpindah pada obyek/kegiatan
lain yang lebih menarik bagi anak. Untuk itu maka usaha yang
harus diupayakan oleh pembimbing adalah:
 Waktu untuk belajar bagi anak ditingkatkan secara bertahap.
 Kegiatan dibuat semenarik mungkin, dan bervariasi.
 Istirahat sebentar kemudian kegiatan dilanjutkan kembali,
dimaksudkan untuk mengurangi kejenuhan pada anak,
misal: menyanyi, bermain,
4. Masalah Kesehatan
Bila kondisi kesehatan siswa kurang baik, maka kegiatan
belajar mengajar tidak dapat berjalan secara efektif, namun
demikian kegiatan belajar tetap dapat dilaksanakan, hanya saja
dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi anak.
5. Orang Tua
Untuk memberikan wawasan pada orang tua, perlu dibentuk
Perkumpulan Orang Tua Siswa, sebagai sarana penyebaran
berbagi pengalaman sesama seperti informasi baru dari informasi
internet, buku-buku bahkan jika mungkin tatap muka dengan tokoh
yang berkaitan dalam pendidikan untuk anak autistik atau anak
dengan kebutuhan khusus.
6. Masalah Sarana Belajar
Dengan menyediakan materi-materi yang mungkin
diperlukan untuk kepentingan terapi anak-anaknya misalnya :
 Textbook berbahasa Inggris dan Indonesia,
 Buku-buku pelajaran
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Autisme dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang luar
biasa asik dengan dirinya sendiri (Reber, 1985 dalam Trevarthen dkk,
1998).
Adapun factor penyebabnya adalah gangguan gnetik, gangguan pada
sisitem saraf, ketidak seimbangan kimiawi, kemungkinan lain. Adapula
gejalanya diantaranya interaksi social, komunikasi, pola bermain,
gangguan sensoris, perkembangan terlambat, gejala muncul.
Anak autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk
menyenangi lingkungan yang rutin dan menolak perubahan lingkungan,
minat mereka terbatas artinya mereka apabila menyukai suatu perbuatan
maka akan terus menerus mengulang perbuatan itu. anak autistik juga
menyenangi keteraturan yang berlebihan.

B. SARAN
Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar
kita lebih peduli bagi anak-anak barkebutuhab khusus terutama bagi anak
autis. Sebagai manyarakat secara umum kita harus bisa menerima anak-
anak tersebut.
Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan
layanan pendidikan bagai anak-anak autis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html

Danuatmaja,B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah, Jakarta: Puspa Suara

Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan
layanan
http://sekolahautismeal-ihsan.com/artikel/sekilas-tentang-autisme.html

Pendidikan Khusus, Source (Sumber) : Dikdasmen Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai