Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN AUTISME

Mata Kuliah Keperawatan Anak II

Dosen Pengampu: I Wayan Romantika S.Kep.,Ns.,M.Kep

DI SUSSUN OLEH:

KELOMPOK 7

LISA SAFITRIN (S.0020.P.006)

ILMA YANTI (S.0020.P.003)

MUH.FADLIK S.0020.P.010)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHTAN KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat RahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Autisme” Makalah ini di sususun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Anak II,selain itu untuk mengetahui dan memahami
materi autisme dan memahami kasus anak autism.

Penulis mengucapkan terimah kasih pada pihak-pihak yang telah


membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak di harapkan dapat memberikan
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.

Kendari,oktober 2022

penulis
DAFTAR ISI
BAB I

Konsep Medis

A. Definisi
Autisme berasal dari bahasa yunani yakni “auto” yang berartit
berdiri sendiri. Arti kata ini di tunjukan pada seseorang penyandang
autisme yang seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Safari (2005:1),
memaparkan bahwa kenner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidak
mampuan berinteraksi dengana orang laian, gangguan yang berbahasa di
tunjukan dengan pemguasaan yang tertunda, ecocalia,mutisem,
pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain yang repetitip dan stereotif,
ingatan yang sangat kuat.

B. Etiologi
Seorang anak di sebut sebagai penyandang autistic spectrum
disorder, apabila ia memiliki sebagaian uraian dari gejala-gejala
Ebagai berikut:
1. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi yaitu suatu kecenderungan yang memiliki
hambatan dalam mengepresikan diri sulit bertanya, sering membeo
ucapan orang lain, atau bahkan bicara secara total dan berbagai bentuk
masalah gangguan komunikasi lainnya.
2. Gannguan perilaku yaitu adanya gangguan stereotip atau khas seperti
mengepakan tangan, melompat-lompat, berjalan jinjit, senang pada
benda yang berputar atau memutar-mutar benda, mengetuk-ngetukan
benda kepada benda lain. Obsesi pada bagian benda yang tidak wajar
dan berbagai bentuk masalah perilaku yang tidak wajar bagi anak
seusianya.
3. Gangguan interaksi
Gangguan interaksi yaitu keengenan seorang anak untuk berinteraksi
dengan anak-anak sebayanya bahkan sering kali merasa terganggu
dengan kehadiran orang lain di sekitarnya, tidak dapat bermain
bersama anak lainnya dan lebih senang hidup menyendiri (Dyah
puspita(2003:1).

C. Patofisiologi
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk
mengalirkan infuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima infuls
listrik dalam kurung dentrit. Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang
berwarnah kelabu (porteks). Akson di bungkus selaput bernama myelin,
terletak di bagian otak berwarnah putih. Sel saraf berhubungan satu sama
lain lewat sinaps. Sel saraf saat usia kandungan 3 sampai 7 bulan. Pada tri
mester ke 3, pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan
akson, dendrit dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar 2
tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak
berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson,dendrit,dan sinaps.
Proses ini di pengaruhi secara genetic. Melalui sejumlah zat kimia yang di
kenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan
akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari
lingkungan. Bagian otak yang di gunakan dalam belajar menunjukan
pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian tak yang di
gunakan menunjukan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit,dan
sinaps. Kelainan genetic,keracunan logam berat,dan nutrisi yang tidak ade
kuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses-proses
tersebeut. Sehingga akan menyebabkan abnormal pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi baru lahir, di ketahui pertumbuhan
abnormal pada penderita autis di picu oleh berlebihnya neotropin dan
neuropeptida otak merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab
untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diperensiasi,
pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf.brain growth factors ini
penting pertumbuhan otak.

D. Manifestasi Klinis
1. Gangguan dalam kominikasi verbal maupun nonverbal
Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau
sama skali tidak dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa
menghubungkanya dengan arti yang lazim. Berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkominikasi dalam
waktu yang singkat.
2. Gangguan dalam bidang interaksi social
Meliputi gangguan menolak atau menhindar untuk bertatap muka.
Tidak menoleh bila di panggil, sehingga sering di duga tuli. Merasa
tidak senang atau menolak di peluk. Bila menginginkan sesuatu,
menarik tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut
melakukan sesuatu untuknya.
3. Gangguan dalam bermain
Di antaranya sangat monoton dan aneh, misalnya menderetkan
sabun,menjadi satu dereten,yang panjang, memutar bola pada mobi
dan mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada
kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau
guling, terus di pegang kemanapun dia pergi.bila senang satu mainan
tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet,
baterai atau benda lainnya. Tidak spontan, replek dan tidak terimajinasi
dalam bermain.
4. Gangguan perilaku
Di lihat dari gejala sering di anggap sebagai anak yang senang
kerapian harus menempatkan brang tertentu pada tempatnya anak
dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru
pertama kali ia datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana
kemari dan berlari-lari tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu
(menggerakan tangannya seperti burung terbang) ia juga sering
menyakiti dirinya sendiri seperti memukul kepala di dinding. Dapat
menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam
bengong dengan tatap mata kosong.
5. Gangguan perasaan dan emosi
Dapat di lihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau
marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper
tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang di inginkanya,
bahkan bias menjadi agresif dan merusak. Tidak dapat berbagi
perasaan (empati) dengan anak lain.
6. Gangguan dalam persepsi sensori
Meliputi perasaan sensitive terhadap cahaya (penglihatan),
pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan
sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda
apa saja. Bila mendengar suara keras,menutup telinga. Menangis setiap
kali di cuci rambutnya.
7. Intelegengsi
Dengan uji psikologi konpesional termasuk dalam retardasi secara
nasional. Kecerdasan sering di ukur melalui perkembangan non verbal,
karena terdapat gangguan bahasa. Di dapatkan iq di bawah 70 dari
70% penderita, dan di bawah 50 dari 50 %. Namun sekitar 5%
mempunyai iq di atas 100. Anak autis sulit melakukan tugas yang
melibatkan pemikiran yang simbolis atau empati.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada autisme harus secara terpadu, meliputi
semua di siplin ilmu yang terkait: tenaga medis (psikiater,dokter anak,
neurology, ahli terapi, bicara/okupasi/fisik, pekerja social). Tujuan terapi
pada autis adalah untuk mengurangi masalah perilaku mengingatkan
kemampuan belajar dan perkembangannya terutama dalam penguasaan
bahasa. Dengan deteksi sedini mungkin dan di lakukan menejemen multi
di siplin yang sesuai yang tepat waktu, di harapkan dapat mencapai hasil
yang optimal dari perkembangan anak dengan autisme.

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, alamat,pengkajian, suku
bangsa,tanggal,jam masuk rs, no registrasi, dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis di kenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama skali tidak dapat bicara.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya
dapat berkomunikasi dalam waktu singkat, tidak senang atau
menolak di peluk. Saaat bermain bila di dekati akan menjauh.
b. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan (riwayat
kesehatan dahulu)
 Sering terpapar zat toksit, seperti timbal.
 Cedera otak
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apa ada anggota keluarga lain yang menderita
penyakit serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit
bawaan atau keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat
penyakit keturunan.
3. Status Perkembangan Anak
 Anak kurang merespon orang lain
 Anak sulit focus pada objek dan sulit mengenali bagian
tubuh.
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
 Anak sulit menggunakan ekspresi nonverbal
 Keterbatasan kognitif.
4. Pemeriksaan Fisik
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
 Terdapat ekolalia.
 Sulit focus pada objek semula bila anak berpaling ke objek
lain.
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda
tersebut.
 Peka terhadap bau.

5. Psikososial
 Menarik diri dan tidak responsive terhadap orang tua.
 Memiliki sikap menolak perubahan secara ektrim
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek.
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotif
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Antrum yang sering
 Peka terhadap suara yang lembut bukan pada suatu
pembicaraan
 Kemampuan bertutur kata menurun
 Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
6. Neurologi
 Respon yang tidak sesuai terhadap stimulus
 Repleks mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketitka lapar

B. Diagnosa
1. Hambatan komunikasi verbal b/d gangguan neuromuskuler d/d
sulit berbicara
2. Gangguan interaksi sosial b/d hambatan perkembangan
3. Ansietas b/d krisis situasional d/d merasa bingung, merasa
khawatir,gelisa
4. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi d/d menyakan
masalah yang di hadapi
5. Gangguan identitas diri b/d gangguan neurologis

C. Outcom

Gangguan komunikasi verbal L.13118


Ekspektasi meningkat
Kriteria hasil
menurun Cukup sedang Cukup meningkat
menurun meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
berbicara
Kemampuan 1 2 3 4 5
mendengar
Kesesuaian ekspresi 1 2 3 4 5
wajah/tubuh
Kontak mat 1 2 3 4 5
meningkat Cukup sedang Cukup menurun
meningkat menurun
Afasia 1 2 3 4 5
Disfasia 1 2 3 4 5
Apraksia 1 2 3 4 5
Disieksia 1 2 3 4 5
Disatria 1 2 3 4 5
Afonia 1 2 3 4 5
Disialia 1 2 3 4 5
Pelo 1 2 3 4 5
Gagap 1 2 3 4 5
memburuk Cukup Sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Respons perilaku 1 2 3 4 5
Pemahaman 1 2 3 4 5
komunikasi

Gangguan interaksi soasial L.13113


Ekspektasi meningkat
Kriteria hasil
menurun Cukup sedang Cukup meningkat
menurun meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
meminta bantuan
pada orang lain
Bantuan yang di 1 2 3 4 5
tawarkan oleh orang
lain
Dukungan emosi 1 2 3 4 5
yang di sediakan
oleh orang lain
Jaringan social yang 1 2 3 4 5
membantu

Ansietas L.09076
Ekspektasi meningkat
Kriteria hasil
Meningkat Cukup sedang Cukup menurun
meningkat menurun
Varbalisasi ancaman 1 2 3 4 5
pada orang lain
Verbalisasi umpatan 1 2 3 4 5
Perilaku menyerang 1 2 3 4 5
Perilaku melukai diri 1 2 3 4 5
sendiri/orang lain
Perilaku merusak 1 2 3 4 5
lingkungan sekitar
Perilaku 1 2 3 4 5
agresip/amuk
Suara keras 1 2 3 4 5
Bicara ketus 1 2 3 4 5

Deficit pengetahuan L.12111


Ekspektasi meningkat
Kriteria hasil
menurun Cukup sedang Cukup meningkat
menurun meningkat
Perilaku sesuai 1 2 3 4 5
anjuran
verbalisasi minat 1 2 3 4 5
dalam belajar
Kemampuan 1 2 3 4 5
menjelaskan
pengetahuan tentang
suatu topik
Kemampuana 1 2 3 4 5
menggambarkan
pengalaman
sebelumnya yang
sesuai dengan topik
Perilaku sesuai 1 2 3 4 5
dengan pengetahuan
Meningkat Cukup sedang Cukup menurun
meningkat menurun
Pertanyaan tentang 1 2 3 4 5
masalah yang di
hadapi
Persepsi yang keliru 1 2 3 4 5
terhadap masalah
memburuk Cukup sedang Cukup membaik
buruk membaik
perilaku 1 2 3 4 5

Gangguan identitas diri L.14126


Ekspektasi meningkat
Kriteria hasil
menurun Cukup sedang Cukup meningkat
menurun meningkat
Mengakui 1 2 3 4 5
kemampuan fisik
Mengakui 1 2 3 4 5
kemampuan mental
Mengakui 1 2 3 4 5
kemampuan
emosional
Mengenali 1 2 3 4 5
keterbatasan fisik
Mengenali 1 2 3 4 5
keterbatasan mental
Mengenali 1 2 3 4 5
keterbatasan emosi
D. Intervensi

Diagnosa Keperawatan Intervensi


Hambatan komunikasi verbal Promosi komuniaksi:
Deficit bicara
Observasi :
- Monitor kecepatan, tekanan,
kuantitas, voleme, dan diksi
bicara
- Monitor proses kognitif,
anatomis, dan psiologis yang
berkaitan dengan bicara
(miss,memori, pendengaran,
dan bahasa)
- Monitor prustasi, marah,
depresi, atau hal lain yang
mengganggu bicara
- Identifikasi perilaku
emosional dan fisik sebagai
bentuk komunikasi
Terapeutik:
- Gunakan metode komunikasi
alternative (miss,menulis,
mata berkedip, papan
komunikasi dengan gambar
dan huruf, isyarat tangan dan
computer)
- Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
- Gunakan juru bicara, jika
perlu
Edukasi :
- Anjurkan bicara perlahan
- Anjurkan pasien dan
keluarga proses kognitif,
anatomis, dan psiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan bicara
Kolaborasi :
- Rujuk ke ahli patologi bicara
atau terapis

Gangguan interaksi sosial Observasi:


- Identifikasi penyebab
kurangnya keterampilan
social
- Identifikasi pokus pelatihan
keterampilan social
Terapeutik :
- Motivasi untuk berlatih
keterampilan social
- Beri umpan balik positive
(miss:ujian atau
penghargaan) terhadap
kemampuan sosialisasi
- Libatkan keluarga selama
latihan keterampilan soaial,
jika perlu
Edukasi :
- Jelaskan tujuan melatih
keterampilan social
- Jelaskan respond an
konsekuensi keterampilan
social
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan akibat masalah
yang di alami
- Anjurkan mengevaluasi
pencapaian setiap interaksi
- Edukasi keluarga untuk
dukungan keterampilan
social
- Latih keterampilan social
secara bertahap

ansietas Terapi relaksasi


0bservasi :
- Identifikasi penurunan
tingkat
energy,ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu
kemampuan kognitip
- Identifikasi tehnik relaksasi
yang pernah efektif di
gunakan
- Identifikasi
kesediaan,kemampuan,dan
penggunaan tehnik
sebelumnya
- Monitor respon terhadap
terapi relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika perlu
- Berikan informasi tertulis
tentaang persiapan dan
prosedur tehnik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat dan
jenis relaksasi yang tersedia
- Jelaskan secara rincih
intervensi relaksasi yang di
pilih
- Anjurkan mengambil posisi
nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
Defisit pengetahuan Edukasi kesehatan:
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
- Identifikasi factor-faktor
yang dapat meningkatkan
dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan
sehat
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi:
- Jelaskan factor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
di gunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Gangguan identitas diri Tindakan
Observasi :
- Identifikasi masalah yang
sebenarnya dialami
kelompok
- Identifikasi kelompok
memiliki masalah yang sama
- Identifikasi hambatan
menghadiri sesi kelompok
(stigma,cemas,tidak Nyman)
- Identifikasi aturan norma
yang perlu di modifikasi
pada sesi selanjutnya, jika
perlu
Terapeutik :
- Siapkan lingkungan
terapeutik dan rileks
- Bentuk kelompok dengan
pengalaman dan masalah
yang sama
- Mulai sesi kelompok dengan
pengalaman dan masalah
yang sama
- Mulai sesi kelompok dengan
mengenalkan semua
anggotankelompok dan
terapis
- Mulai dengan percakapan
ringan, berbagi informasi
tentang diri masing-masing
dan alasan terlibat dalam
kelompok
- Buat aturan dan norma dalam
kelompok, terutama
kerahasiaan dalam kelompok
- Sepakati jumlah sesi yang di
perlukan dalam kelompok
- Bangun rasa tanggung jawab
dalam kelompok
- Diskusikan penyelesaian
dalam kelompok
- Berikan kesempatan individu
untuk berhenti sejenak saat
merasa di stress akibat topic
tertentu sampai mampu
berpartisipasi.
Edukasi :
- Anjurkan anggota kelompok
mendengarkan dan memberi
dukungana saat
mendiskusikan masalah dan
perasaaan
- Anjurkan bersikap jujur
dalam menceritakan perasaan
dan masalah
- anjurkan setiap anggota
kelompok mengemukakan
ketidakpuasan, keluhan,
kritik dalam kelompok
dengan cara santun
- anjurkan kelompok untuk
menuntaskan ketidak
puasan,keluhan dan kritik
- ajarkan relaksasi pada setiap
sesi,jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Estri., A & Sopandi, A. A. 2013. Upaya Mengurangi Tantrum Melalui


Bermain Bola Bagi Anak Autis Di Slb Fan Redha Padang. E-Jupekhu
(Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus), 2(2).
http://Ejournal.Unp.Ac.Id/Index.Ph p/Jupekhu. Hal 280-288

Musyafak, A. 2014. Deteksi Dini Dan Penanganan Pada Autistik. Artikel


Http://File.Upi.Edu/Direktori/Fip/J ur._Pend._Luar_Biasa/195505161
981011- Musyafak_Assyari/Pendidikan_Ana
k_Autis/Deteksi_Dini_Dan_Penang anan_Pada_Autistik.Pdf

Widiastuti, D. 2014. Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus Gangguan


Autisme Di Slb Negeri Semarang. Early Childhood Education Papers
(Belia),3(2).Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Ind ex.Php/Belia

Estri., A & Sopandi, A. A. 2013. Upaya Mengurangi Tantrum Melalui


Bermain Bola Bagi Anak Autis Di Slb Fan Redha Padang. E-Jupekhu
(Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus), 2(2).
http://Ejournal.Unp.Ac.Id/Index.Ph p/Jupekhu. Hal 280-288

Kurniawati, F.,& Madechan 2013. Pembelajaran Tari Lenggang Alit


Untuk Mengurangi Hambatan Motorik Kasar Anak Autis Di Sdn Banyu
Urip V Surabaya. Jurnal Pendidikan Khusus, 2(2).
Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Ind ex.Php

Anda mungkin juga menyukai