&
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
AUTIS DAN RETARDASI MENTAL
Disusun Oleh :
Nama : Fitria Gosal
NIM : 1814201266
Kelas :A3/5
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2020/2021
Askep No. 1:
LAPORAN PENDAHULUA
AUTISME PADA ANAK
A. Pengertian
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan
realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M,
1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal,
aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30
bulan. (Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam
pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif. (Sacharin,
R, M, 1996: 305)
Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, sadock
dan sadock 2000)
B. Epidemiologi
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit
sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik.
C. Etiologi
Penyebab Autisme diantaranya :
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama
pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak
menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan
struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori
serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang
abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara
lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu
berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik.
Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya
(berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan
menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif ,
marah berlebihan dan akurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan
tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
D. Cara Mengetahui Autisme Pada Anak
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
1. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
2. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
3. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah, diteka, saat
bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi normal.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
1. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang
tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu
dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi
potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan
percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan
berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus
namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai.
Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang
dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit,
keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek.
Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak
tercenggang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara
lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak
bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6. Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan
menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap
rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon
terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas
pada rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada emosional
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat
berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal,
bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk
berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan
mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.
F. PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang
tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for austik
children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis.
Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku,
terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT), terapi
keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua, keluarga
dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang terjadi
dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresif dapat diubah
dengan menagement perilaku. Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan
(operant konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif).
Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan
ketrampilan praktis.
Kesabaran diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat. Neuroleptik dapat
digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang mengarah pada
agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial. Antagonis opiat dapat
mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi kemampuan bicara
dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan latihan antar perorangan
terstruktur dapt digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat
diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin. Keadaan tidak dapat tidur dapat
memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti
konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit
bebas aditif atau pengawet. Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan
mendeteksi dini dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
G. Prognosis
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal, dapat
berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat, namun pada beberapa anak
penempatan lama pada institusi mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt
intelegensi lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku
aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua. kejang-kejang dan
kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga.
b. Riwayat keluarga yang terkena autisme.
c. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan.
Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
Cedera otak
d. Status perkembangan anak.
Anak kurang merespon orang lain.
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
Keterbatasan Kongnitif.
e. Pemeriksaan fisik
Tidak ada kontak mata pada anak.
Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh).
Terdapat Ekolalia.
Tidak ada ekspresi non verbal.
Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
Peka terhadap bau.
2. Diagnosa Keperawatan
Dx 1 : Gangguan Interaksi sosial b/d Defisiensi bicara, Hambatan
Perkembangan/maturasi d/d Ketidakmampuan untuk percaya pada orang lain, kurang
responsif atau tertarik pada orang lain.
Dx II : Gangguan komunikasi Verbal dan non verbal b/d hambatan psikologis (mis.
gangguan konsep diri, gangguan Emosi) d/d tidak mampu berbicara atau mendengar,
menunjukan respon tidak sesuai.
3. Intervensi Keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN
Pengertian
American Association on Mental Deficiency(AAMD)membuat definisi retardasi
mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi
intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan
dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam
definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai dengan adanya rendahnya ( impairment) keterampilan
( kecakapan, skill ) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh terhadap intelegensia
yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. ICG ( WHO, 1992 )
Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi
intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan
gejalanya timbul pada masa perkembangan.
Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa
perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari:
a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social
Etiologi
a. Penyebab Organik
a) Abrupsio plasenta
b) Diabetes maternal
c) Kelahiran premature
d) Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial
3). Faktor Pasca natal :
a) Cedera kepala
b) Infeksi
c) Gangguan degeneratif
Manisfestasi Klinik
a. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
b. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
d. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih
kecil dari ukuran normal )
e. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
f. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
g. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
h. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi
mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa
kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah
normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan
merawat diri, kerumah tanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas,
pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
Klasifikasi
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang
dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait.
Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami
kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang
dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait.
Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami
kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
Pencegahan
1.Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan-
sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal
yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40
tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
2.Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural,
kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi;
pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
3.Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar biasa.
Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif. Konseling kepada
orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain membantu
mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan Retardasi mental.
Penatalaksanaan
1.) Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak,
konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan
dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala
hyperkinetik, misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :
a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala hyperkinetik,
gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik).
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
a. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
b. Glutamic acid.
c. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
d. Pabenol.
e. Nootropil.
f. Amphetamin dsb.
Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
Pengkajian Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek keridakmampuan fisik d.d
tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia, respon
social lambat.
2. Gangguan interaksi social berhubungan dengan defisiensi bicara d.d merasa sulit
menerima atau mengkomunikasikan perasaan
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler d.d tidak
mampu melakukan kegiatan secara mandiri
Intervensi
Diagnosa Intervensi
1. Gangguan tumbuh kembang Intervensi : Perawatan perkembangan
berhubungan dengan efek Observasi :
keridakmampuan fisik d.d tidak - Identifikasi pencapaian tugas
mampu melakukan keterampilan perkembangan.
atau perilaku khas sesuai usia, - Identifikasi isyarat peerilaku
respon social lambat. dan fisiologis yang ditunjukkan
bayi
Terapeutik :
- Pertahankan sentuhan
seminimal mungkin.
- Minimalkan kebisingan
ruangan.
- Pertahankan lingkungan yang
mendukung perkembangan
optimal
- Motivasi anak berinteraksi
dengan anak lain.
- Fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri.
- Bernyanyi bersama anak lagu-
2. Gangguan interaksi social lagu yang disukai
berhubungan dengan defisiensi - Pertahankan kenyamanan anak
bicara d.d merasa sulit menerima
atau mengkomunikasikan Intervensi : Intervensi : Modifikasi
perilaku keterampilan social
perasaan
Observasi :
- Identifikasi penyebab kurangnya
keterampilan social
- Identifikasi focus pelatihan
keterampilan social.
Terapeutik :
- Motivasi untuk berlatih
keterampilan social
- Beri umpan balik positif (mis.
Pujian atau penghargaan)
terhadap kemampuan
sosialisasi.
- Libatkan keluarga selama
latihan keterampilan social, jika
perlu.
Edukasi :
- Jelaskan tujuan melatih
keterampilan social
- Jelaskan respons dan
konsekuensi keterampilan
social.
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan akibat masalah yang
dialami.
3. Defisit perawatan diri
- Anjurkan mengevaluasi
berhubungan dengan gangguan pencapaian setiap interaksi.
- Edukasi keluarga untuk
neuromuskuler d.d tidak mampu
dukungan keterampilan social.
melakukan kegiatan secara - Latih keterampilan social secara
bertahap.
mandiri
Intervensi : Dukungan perawatan diri
Observasi :
- Identifikasi kebiasaan aktivitas
perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat
bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan makan.
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang
terapuetik.
- Siapkan kepeerluan pribadi.
- Dampingi dalam melakukan
perawatan diri
- Fasilitasi kemandirian, bantu
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan
diri.
Edukasi :
- Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan