Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN

KEPERAWATAN
AUTISME
NS. ASEP MULYANA, S.KEP., MM., M.KEP
Pengertian

 Autisme diambil dari kata Yunani “Autos” yg berarti diri sendiri, dan ”Isme” yg
berarti suatu aliran. Berarti suatu faham yang tertarik hanya pada dunianya
sendiri. Sidroma autisme juga disebut kelainan tumbuh kembang yang pertama
kali dideskripsikan oleh Leo Kanner, psikiater dari Universitas John Hopkins, AS.
 Penyakit ini adalah gangguan perilaku pada anak dimana anak asyik tenggelam
dalam dunianya sendiri. Gejala umumnya tampak sebelum usia 3 tahun.
 Autisme adalah gangguan perkemb yang kompleks yang disebabkan adanya
kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan
komunikasi, perilaku, kemampuan sosialisasi, sensoris, serta belajar.
Macam-macam Gangguan
Perkembangan Pada Anak Autis
 Gangguan Komunikasi
1) terlambat berbicara / sama sekali belum dapat berbicara,
2) sangat sulit utk memulai atau mempertahankan percakapan dgn orang lain,
3) komunikasi dgn gerakan/bahasa tubuh,
4) mengulang – ulang kata,
5) meracau dgn bahasanya sendiri,
6) tidak memahami pembicaraan orang lain.
Gangguan interaksi

1) Kurang responsif thd isyarat sosial,


2) Tidak mau menatap mata,
3) Apabila dipanggil tidak menengok,
4) Tidak mau bermain dgn teman sebaya, senang menyendiri,
5) Tidak mampu m’ekspresikan rasa senang/keinginannya secara spontan,
6) Tidak ada empati.
Gangguan perilaku

1) cuek terhadap lingkungan,


2) asyik dengan dunianya sendiri,
3) semaunya sendiri, tidak mau diatur,
4) perilaku tidak terarah (mondar-mandir, lari-lari, manjat-manjat, berputar-putar,
lompat-lompat, teriak-teriak),
5) agresif atau menyakiti dirinya sendiri,
6) tantrum (mengamuk) oleh sebab yang tak jelas,
7) melamun/bengong, terpakau pada benda berputar atau benda yang bergerak,
8) kelekatan terhadap benda tertentu,
9) perilaku yang ritualistik.
Gangguan emosi Gangguan persepsi sensoris
1) tertawa, menangis, marah-marah tanpa 1) menjilat-jilat benda,
sebab,
2) mencium-cium benda,
2) emosi tidak terkendali,3) rasa takut yg
3) menutup telinga bila mendengar suara
tidak wajar.
keras dgn nada tertentu,
4) tak suka memakai baju dgn bahan kasar,
5) sangat tahan thd sakit.
Penyebab Autisme

Penyebab utama belum diketahui dengan pasti. Autisme diduga disebabkan oleh
gangguan neurologi pada SSP;
1) Faktor genetik,
2) Gangguan pertumbuhan sel otak pada janin,
3) Gangguan pencernaan,
4) Keracunan logam berat,
5) Gangguan auto-imun.
Faktor Presdisposisi

Teori Psikodinamika
Anak yg autistik terfiksasi pada fase perkembangan simbiotik, anak tidak mencapai hub
simbiotik dgn ibu ataupun tidak membedakan diri dgn ibu, perkemb ego mengalami
penundaan, anak tidak berkomunikasi atau membentuk hub.

Teori Biologik: adanya gangguan pada otak


Karena otak pada bayi masih elastis maka hampir dapat dipastikan bhw kerusakan sentral
atau bilateral yg dapat mengakibatkan terjadinya autisme,

Teori Dinamika Keluarga


Pola interaksi dini dapat mempengaruhi timbulnya autisme pada bayi seperti misalnya
seorang ibu yg kabur & jauh shg sedikit kasih sayang dan emosional pada bayi.
Faktor Presipitasi

 Orang tua dengan anak autistik biasanya mempunyai intelegensi yang cukup
tinggi,
 kepribadiannya bercorak obsesif,
 tidak memiliki kehangatan,
 interaksi orang tua dengan anak yang menyimpang, serta
 adanya stres yang berat pada awal kehidupannya, sehingga anak kurang mendapat
stimulasi dalam proses tumbuh kembang.
Perilaku

 Anak dengan autisme biasanya kurang responsif terhadap orang lain, cenderung menarik
diri dari kontak sosial juga disertai dengan gangguan komunikasi verbal dan non verbal
yang berat (echolalia).
 Respon bizar terhadap lingkungan seperti: stereotipik, bergoyang-goyang, berputar-putar,
mutilasi diri Antara lain: menggigit-gigit jari, memukul-mukul badannya, mebentur-
benturkan kepala, tidak disertai halusinasi, waham serta inkoherensi.

 Pada bayi austistik tidak berespon pada penglihatan & suara orang lain, tidak ada senyum
sosial, tidak ada perasaan senang bila berada di dekat ibunya, tidak mau berusaha
menggapai seseorang secara fisik,

 serta tak ada reaksi terhadap orang lain. Perilaku ini sering disalah artikan “bayi yang
penurut” tak ada kegiatan berimajinasi, volume & nada suara abnormal, isi pembicaraan
sering terbalik, terjadi echolalia serta menggunakan bahasa sendiri.
Data Subyektif dan Obyektif
1. Kegagalan untuk membentuk hubungan antar pribadi, dicirikan oleh sifat tidak responsif pada
orang.
2. Kelainan pada komunikasi (verbal & non verbal), dicirikan oleh tidak adanya bahasa atau jika
dikembangkan sering adanya struktur gramatik yang tidak matang, penggunaan kata-kata yang
tak benar, echolalia / ketidakmampuan menggunakan batasan abstrak ekspresi non verbal yang
menyertai bisa menjadi tidak sesuai atau tak ada
3. Respon kacau terhadap lingkungan, dicirikan oleh perlawanan atau reaksi-reaksi perilaku ekstrim
terhadap peristiwa-peristiwa kecil,
4. Rasa tertarik yang ekstrim terhadap benda - benda yang bergerak (misal: kipas angin, kereta api),
minat khusus terhadap musik, bermain dengan air, kancing atau bagian dari tubuh
5. Tuntutan yang tidak beralasan terhadap keharusan untuk mengikuti kebiasaan sehari-hari dengan
rincian yang tepat (misal: menuntut keharusan untuk mengikuti rute yang sama apabila pergi
belanja).
6. Kesedihan yang terlihat terhadap perubahan pada aspek yang sepele dari lingkungan (misal: bila
vas bunga dipindahkan dari tempat biasanya),
7. Gerakan-gerakan tubuh stereotipik (misal: menjentikkan tangan atau memilin-milin tangan,
berputar-putar, gerakan tubuh yang kompleks).
Penatalaksanaan Autisme
Penatalaksanaan autisme bukan untuk menyembuhkan atau gangguan tidak dapat disembuhkan (not curable), namun bisa diterapi
(treatable). Maksudnya kelainan yang ada di otak diperbaiki, namun gejala yang ada pada penderita autism tak dapat dikurangi

 Terapi Perilaku
Dengan memodifikasi PL yang spesifik diharapkan dapat membuang perilaku yang bermasalah. Dalam peneltian dikatakan dengan
terapi yang intensif selama 1 – 2 th, anak yang masih muda ini dapat menghasilkan peningkatan IQ dan fungsi adaptasinya lebih
tinggi dibanding kelompok anak yang tidak memperoleh terapi yangg intensif. Agresivitas yang cukup banyak didapatkan pada anak
autisme memerlukan penanganan yang spesifik

 Psikoterapi.
Psikodinamika psikoterapi yang dilakukan pada anak yang lebih kecil, termasuk terapi bermain yang tidak terstruktur sudah tidak
sesuai lagi. Psikoterapi individual, baik dengan atau tanpa obat mungkin lebih sesuai pada mereka yang telah mempunyai fungsi
lebih baik. Saat usia mereka meningkat, mungkin timbul perasaan cemas/depresi karena mereka menyadari kelainan & kesukaran
dalam membina hubungan dengan orang.

 Terapi Obat
Pada sekelompok anak autisme dengan gejala seperyi temperantrum, agresivitas dan stereotip, pemberian obat – obat yang sesuai
dapat merupakan salah satu bagian dari program terapi komprehensif.
4. Terapi Wicara
> Semua penyandang autisme akan mengalami gg bicara dan berbahasa.
> O/ki terapi wicara adalah sebuah keharusan bagi mereka yg perlu diperhatikan dari terapis yg menangani terapi
wicara.
> T/u orang tuanya harus bisa membedakan bhw penderita autisme sangat berbeda dgn penderita gg bicara saja.

5. Terapi Okupasi
Terapi ini diberikan pada anak – anak yg mengalami gangguan perkemb motorik halus seperti jari – jari untuk
melatih menulis.

6. Terapi Khusus
Pendidikan khusus adalah pendidikan yg berstruktur bagi para penyandang autisme.Sistem satu guru adalah sangat
penting o/k sulit memusatkan perhatian dalam kelas yg besar.Dgn adanya perbaikan, maka secara bertahap
dimasukkan ke dalam kelompok kecil sebelum masuk sekolah yg normal.
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Keperawatan
 Kerusakan interaksi sosial
1. Berhubungan satu – persatu dengan anak.
2. Berikan anak benda-benda yang dikenal (misal: mainan kesukaan, selimut),
3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan & kebersediaan ketika pasien berusaha
untuk memenuhi kebutuhan
4. Lakukan dengan perlahan jangan memaksa melakukan interaksi, mulai dengan
penguatan yang positif pada kontak mata, perkenalkan secara perlahan-lahan
dengan sentuhan, senyuman, pelukan,
5. Beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk hubungan
dengan orang lain di lingkungan
 Kerusakan komunikasi verbal
1. Pertahankan konsistensi tugas staf,
2. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai komunikasi terbentuk,
3. Gunakan teknik validasi konsensual dan mencari klarifikasi untuk menguraikan
kode pola – pola komunikasi (contoh : “saya rasa yang anda maksudkan ..” atau
“ apakah anda bermaksud untuk mengatakan bahwa…)
4. Gunakan pendekatan “muka” (berhadapan, bertatapan) untuk menyampaikan
ekspresi non verbal, yang benar dengan menggunakan contoh,
 Gangguan identitas pribadi
1. Hubungan satu – satu dengan anak,
2. Membantu anak mengetahui hal – hal yg terpisah selama kegiatan perawatan diri
seperti berpakaian dan makan,
3. Tingkatkan kontak fisik scr bertahap menggunakan sentuhan utk menjelaskan
perbedaan pasien dgn perawat,
4. Tingkatkan upaya anak utk mempelajari bag–bag tubuh m’gunakan cermin,
lukisan, gambar dari anak.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai