Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGUE HAEMORHAGIC
FEVER
NS. ASEP MULYANA, S.KEP., MM., M.KEP
DEFINISI
• Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau bisa juga disebut DHB adalah
suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak,
remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan
sendi. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
di rongga tubuh.
TANDA DAN GEJALA
• Meningkatnya suhu tubuh
• Nyeri pada otot seluruh tubuh
• Nyeri Kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
• Suara serak
• Batuk
• Epistaksis
• Disuria
• Nafsu makan menurun
• Muntah
• Petekie
• Ekimosis
• Melena
KLASIFIKASI
• Derajat I
• Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
• Derajat II
• Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
• Derajat III
• Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan darah menurun,
(120/80  120/100  120/110  90/70  80/70  80/0  0/0 )
• Derajat IV
• Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung  140x/mnt) anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
PATOFISIOLOGI
• Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.
Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh
tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali).
• Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks
virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
• Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi,
dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga
nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen)
merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama
perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Virus Dangue

Meningkatnya sel point Depresi sumsum tulang Reaksi Aliran darah melambat
antigen dan antibody Organ tubuh tidak mendapat cukup darah
Stimulasi di hipotalamus Manifestasi perdarahan
Peningkatan permeabelitas Suplai O2 ke lambung menurun
Suhu tubuh meningkat Kehilangan cairan pembuluh darah
Merangsang nervus vagus
Risiko syok
Hipertermi hipovolemik
Risiko Perubahan Perfusi Sekresi HCL meningkat
Perdarahan jaringan perifer
Syok Mual muntah

Kematian Anoreksia
Ketidak seimbangan
cairan dari kebutuhan
Kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
• Trombosit menurun
• Hematokrit meningkat 20% atau lebih
• Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
• Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
• Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
• Hiponatremia( NA rendah )
b. Pemeriksaan Radiologi
• Pada foto trorax( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
dapatkan efusi pleura
TERAPI DAN PENGOBATAN
• Belum atau tanpa renjatan :
1. Grade I dan II
a. Oral ad libitum atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg
BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu
secukupnya.
• Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering
mungkin.
• Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan
kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
• 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
• 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
• 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
• 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
• Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari
• Dengan renjatan :
2. Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
• Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba
dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer
Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu
yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
• 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
• 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
• 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi
masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau
yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30
mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan
cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam
keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi
cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma
atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam.
Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
• Pengkajian : identitas pasien, identitas penanggung jawab.
• Keluhan utama : Panas selama ± 2 minggu terus menerus, nyeri dada,
batuk
• Riwayat penyakit sekarang : Kamis pagi panas, dibawa ke puskesmas
dapat paracetamol. Panas turun. Sabtu malam anak tiba-tiba muntah-
muntah air, makan tidak mau, minum masih mau. Minggu jam 03
pagi keluar darah dari hidung pada waktu bersin, keluhan pusing,
susah BAB, dibawa ke UGD.
• Riwayat kesehatan dahulu : Sebelumnya klien tidak penah dirawat
karena penyakit apapun.
• Riwayat kesehatan keluarga : Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada
keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita sakit DBD.
• Riwayat kesehatan lingkungan : Menurut ibu kondisi lingkungan
rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil, sekitar rumah
terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum
dipakai, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu
seminggu yang lalu ada tetangga gang yang menderita DHF, tetapi
sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah
disemprot.
• Riwayat kehamilan : Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan
berat badan lahir 2,4 kg, ibu tidak tahu mengapa kehamilannya hanya
7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak mendapat imunisasi
lengkap dan minum PASI s/d 2 tahun.
PENGKAJIAN PERSISTEM
• Sistem Gastrointestinal : Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok
makan, minum tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah
tidak terjadi. Terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif, bising usus 8x/mnt.
• Sistem Muskuloskeletal : Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas,
keempat ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.
• Sistem Genitourinary : BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh
ibu untuk diukur, BAB dari malam belum ada.
• Sistem Respirasi : Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung,
pd saat pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit.
Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.
• Sistem Cardiovaskuler : TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-
tanda cyanosis, cap. Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda
petikhie spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI
• Diagnosa keperawatan I : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
• Tujuan : Suhu tubuh normal
• Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37
• Nyeri otot hilang

• Intervensi :
• Beri komres air kran
• Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )
• Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
• Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau
lebih sering.
• Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
• Diagnosa keperawatan II : Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas dinding plasma.
• Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan
• Kriteria : Input dan output seimbang
• Vital sign dalam batas normal
• Tidak ada tanda presyok
• Akral hangat
• Capilarry refill < 3 detik

• Intervensi :
• Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
• Observasi capillary Refill
• Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
• Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
• Diagnosa Keperawatan III : Risiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan
kurangnya volume cairan tubuh.
• Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
• Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal

• Intervensi :
• Monitor keadaan umum pasien
• Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
• Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika
terjadi perdarahan
• Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
• Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo
• Diagnosa keperawatan IV : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan
nafsu makan yang menurun.
• Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
• Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
• Menunjukkan berat badan yang seimbang.

• Intervensi :
• Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
• Observasi dan catat masukan makanan pasien
• Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
• Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
• Berikan dan Bantu oral hygiene.
• Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
FINISH

Anda mungkin juga menyukai