Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan darah tepi lengkap: Hb, Ht, jumlah dan hitung jenis leukosit, trombosit
apus darah tepi
analisis (pemeriksaan) urin rutin, khususnya mikroskopis
pemeriksaan foto dada (sesuai indikasi)
pemeriksaan pungsi lumbal jika menunjukkan tanda meningitis
Diagnosis banding
Beberapa penyebab demam hanya ditemukan di beberapa daerah endemis (misalnya malaria).
Tabel 21. Diagnosis banding untuk demam tanpa disertai tanda lokal
Tabel 22. Diagnosis banding demam yang disertai tanda lokal
Tabel 23. Diagnosis banding demam dengan ruam
Tabel 24. Diagnosis banding tambahan untuk demam yang berlangsung >7 hari
6.2.1. Demam dengue
Demam tinggi mendadak
Ditambah gejala penyerta 2 atau lebih:
o Nyeri kepala
o Nyeri retro orbita
o Nyeri otot dan tulang
o Ruam kulit
o Meski jarang dapat disertai manifestasi perdarahan
o Leukopenia
o Uji HI >1280 atau IgM/IgG positif
Tidak ditemukan tanda kebocoran plasma (hemokonsentrasi, efusi pleura, asites,
hipoproteinemia).
Sebagian besar anak dapat dirawat di rumah dengan memberikan nasihat perawatan pada
orang tua anak. Berikan anak banyak minum dengan air hangat atau larutan oralit untuk
mengganti cairan yang hilang akibat demam dan muntah. Berikan parasetamol untuk demam.
Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang perdarahan.
Anak harus dibawa ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang, tidak bisa minum, muntah
terus-menerus.
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama
2-7 hari
Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
o uji bendung positif
o petekie, ekimosis, purpura
o perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
o hematemesis dan atau melena
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi (
20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab,
capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
2. Laboratorium
Derajat Penyakit
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah ditemukan
trombositopenia dan hemokonsentrasi)
Derajat Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
I ialah uji bendung.
Derajat Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
II lain.
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
Derajat
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut,
III
kulit dingin dan lembap dan anak tampak gelisah.
Derajat Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
IV tidak terukur.
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu,
untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila tidak, beri koloid
dan segera rujuk.
Kelebihan cairan merupakan komplikasi penting dalam penanganan syok. Hal ini dapat
terjadi karena:
Tanda awal:
napas cepat
tarikan dinding dada ke dalam
efusi pleura yang luas
asites
edema peri-orbital atau jaringan lunak.
edema paru
sianosis
syok ireversibel.
Tatalaksana penanganan kelebihan cairan berbeda tergantung pada keadaan apakah klinis
masih menunjukkan syok atau tidak:
anak yang masih syok dan menunjukkan tanda kelebihan cairan yang berat sangat
sulit untuk ditangani dan berada pada risiko kematian yang tinggi. Rujuk segera.
Jika syok sudah pulih namun anak masih sukar bernapas atau bernapas cepat dan
mengalami efusi luas, berikan obat minum atau furosemid intravena 1 mg/kgBB/dosis
sekali atau dua kali sehari selama 24 jam dan terapi oksigen (lihat halaman 302).
Jika syok sudah pulih dan anak stabil, hentikan pemberian cairan intravena dan jaga
anak agar tetap istirahat di tempat tidur selama 2448 jam. Kelebihan cairan akan
diserap kembali dan hilang melalui diuresis.
Perlu diperhatikan:
Pemantauan
Untuk anak dengan syok: Petugas medik memeriksa tanda vital anak setiap jam
(terutama tekanan nadi) hingga pasien stabil, dan periksa nilai hematokrit setiap 6
jam. Dokter harus mengkaji ulang pasien sedikitnya 6 jam.
Untuk anak tanpa syok: Petugas medis memeriksa tanda vital anak (suhu badan,
denyut nadi dan tekanan darah) minimal empat kali sehari dan nilai hematokrit
minimal sekali sehari.
Catat dengan lengkap cairan masuk dan cairan keluar. Jika terdapat tanda berikut:
syok berulang, syok berkepanjangan, ensefalopati, perdarahan hebat, gagal hati akut,
gagal ginjal akut, edem paru dan gagal napas, segera rujuk.
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
Obati dengan kloramfenikol (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau
intravena) selama 10-14 hari, namun lihat halaman 78 untuk pengobatan bagi bayi
muda.
Jika tidak dapat diberikan kloramfenikol, dipakai amoksisilin 100 mg/kgBB/hari
peroral atau ampisilin intravena selama 10 hari, atau kotrimoksazol 48 mg/kgBB/hari
(dibagi 2 dosis) peroral selama 10 hari.
Bila klinis tidak ada perbaikan digunakan generasi ketiga sefalosporin seperti
seftriakson (80 mg/kg IM atau IV, sekali sehari, selama 5-7 hari) atau sefiksim oral
(20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari).
Perawatan penunjang
Pemantauan
Komplikasi
Komplikasi demam tifoid termasuk kejang, ensefalopati, perdarahan dan perforasi usus,
peritonitis, koma, diare, dehidrasi, syok septik, miokarditis, pneumonia, osteomielitis dan
anemia. Pada bayi muda, dapat pula terjadi syok dan hipotermia.
Tatalaksana
Obati anak secara rawat jalan dengan obat anti malaria lini pertama, seperti yang
direkomendasikan pada panduan nasional. Terapi yang direkomendasikan WHO saat ini
adalah kombinasi artemisinin sebagai obat lini pertama (lihat rejimen yang dapat digunakan
di halaman berikut). Klorokuin dan Sulfadoksin-pirimetamin tidak lagi menjadi obat anti
malaria lini pertama
maupun kedua karena tingginya angka resistensi terhadap obat ini di banyak negara untuk
Malaria falsiparum.
Berikan pengobatan selama 3 hari dengan memberikan rejimen yang dapat dipilih di bawah
ini :
Untuk Malaria falsiparum khusus untuk anak usia > 1 tahun tambahkan primakuin 0.75 mg-
basa/kgBB/dosis tunggal selama 1 hari. Untuk vivax, ovale dan malariae tambahkan
primakuin basa 0.25 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 14 hari.
Komplikasi
Pemberian zat besi pada malaria dengan anemia ringan tidak dianjurkan, kecuali bila
disebabkan oleh defisiensi besi. Jangan beri zat besi pada anak dengan gizi buruk pada fase
akut.
Tindak lanjut
Minta ibu untuk kunjungan ulang jika demam menetap setelah obat diminum berturut-turut
dalam 3 hari, atau lebih awal jika kondisi anak memburuk. Ibu juga harus kembali jika
demam timbul lagi.
Jika hal ini terjadi: periksa apakah anak memang minum obatnya dan ulangi apusan darah.
Jika obat tidak diminum, ulangi pengobatan. Jika obat telah diberikan namun hasil apusan
darah masih positif, berikan obat anti-malaria lini kedua. Lakukan penilaian ulang pada anak
untuk mengetahui dengan jelas kemungkinan lain penyebab demam (lihat bagian-bagian lain
dari bab
ini).
Jika demam timbul setelah pemberian obat anti malaria lini kedua (kina dan doksisiklin untuk
usia >8 tahun), minta ibu untuk kunjungan ulang untuk menilai kembali penyebab lain
demam.
Diagnosis
Anamnesis
Menjelaskan perubahan perilaku, penurunan kesadaran dan kondisi yang sangat lemah
(prostration).
Pemeriksaan
Demam
Letargis atau tidak sadar
Kejang umum
Asidosis (ditandai dengan timbulnya napas yang dalam dan berat)
Lemah yang sangat, sehingga anak tidak bisa lagi berjalan atau duduk tanpa bantuan
Ikterik
Distres pernapasan, edema paru
Syok
Kecenderungan untuk terjadi perdarahan
Sangat pucat.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada anak yang mengalami penurunan kesadaran dan/atau kejang, lakukan pemeriksaan
glukosa darah.
Selain itu, pada semua anak yang dicurigai malaria berat, lakukan pemeriksaan:
Bila dicurigai malaria serebral (misalnya pada anak yang mengalami koma tanpa sebab yang
jelas) dan bila tidak ada kontra-indikasi, lakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan
meningitis bakteri (lihat lampiran A 1.4). Jika meningitis bakteri tidak dapat disingkirkan,
beri pula pengobatan untuk hal ini (lihat bagian 6.5).
Jika hasil temuan klinis mencurigai malaria berat dan hasil asupan darah negatif, ulangi
apusan darah.
Tatalaksana
Tindakan gawat darurat harus dilakukan dalam waktu satu jam pertama:
Jika konfirmasi apusan darah untuk malaria membutuhkan waktu lebih dari satu jam, mulai
berikan pengobatan antimalaria sebelum diagnosis dapat dipastikan atau sementara gunakan
RDT.
Hindari menggunakan obat-obatan tambahan yang tidak berguna dan membahayakan seperti
kortikosteroid (dan obat anti radang lainnya), heparin, adrenalin, prostasiklin dan siklosporin.
Komplikasi
Anemia Berat
Anemia berat ditandai dengan kepucatan yang sangat pada telapak tangan, sering diikuti
dengan denyut nadi cepat, kesulitan bernapas, kebingungan atau gelisah. Tanda gagal jantung
seperti irama derap, pembesaran hati dan, terkadang, edema paru (napas cepat, fine basal
crackles dalam pemeriksaan auskultasi) bisa ditemukan.
Hipoglikemia
Hipoglikemia (gula darah: < 2.5 mmol/liter atau < 45 mg/dl) lebih sering terjadi pada pasien
umur < 3 tahun, yang mengalami kejang dan/atau hiperparasitemia, dan pasien koma.
Berikan 5 ml/kgBB glukosa 10% IV secara cepat. Periksa kembali glukosa darah
dalam waktu 30 menit dan ulangi pemberian glukosa (5 ml/kgBB) jika kadar glukosa
rendah (< 2.5 mmol/litre atau < 45 mg/dl).
Cegah agar hipoglikemia tidak sampai parah pada anak yang tidak sadar dengan memberikan
glukosa 10% intravena. Jangan melebihi kebutuhan cairan rumatan untuk berat badan anak
(lihat bagian 10.2). Jika anak menunjukkan tanda kelebihan cairan, batasi cairan parenteral;
ulangi pemberian glukosa 10% (5 ml/kgBB) dengan interval yang teratur.
Bila anak sudah sadar dan tidak ada muntah atau sesak, stop infus dan berikan
makanan/minuman per oral sesuai umur. Teruskan pengawasan kadar glukosa darah dan
obati sebagaimana mestinya.
Distres pernapasan ditandai dengan pernapasan yang cepat dan dalam (Kusmaull) kadang
disertai dengan tarikan dinding dada bagian bawah. Hal ini disebabkan oleh asidosis
metabolik (sering lactic acidosis) dan sering terjadi pada pasien malaria serebral atau anemia
berat. Atasi penyebab reversibel asidosis, terutama dehidrasi dan anemia.
Pemantauan
Anak dengan kondisi ini harus berada dalam observasi yang sangat ketat.
Pantau dan laporkan segera bila ada perubahan derajat kesadaran, kejang, atau
perubahan perilaku anak.
Pantau suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah setiap 6 jam, selama
setidaknya dalam 48 jam pertama.
Pantau kadar gula darah setiap 3 jam hingga anak sadar sepenuhnya.
Periksa tetesan infus secara rutin.
Catat semua cairan masuk (termasuk cairan intravena) dan cairan keluar.
Diagnosis
Selain itu, lihat apakah ada tanda di bawah ini yang menunjukkan adanya peningkatan
tekanan intrakranial:
Pupil anisokor
Spastisitas
Paralisis ekstremitas
Napas tidak teratur
Pemeriksaan Laboratorium
Jika mungkin, pastikan diagnosis dengan pungsi lumbal dan pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS). Jika CSS keruh dan reaksi Nonne dan Pandy positif, pertimbangkan
meningitis dan segera mulai berikan pengobatan sambil menunggu hasil laboratorium.
Pemeriksaan mikroskopik CSS pada sebagian besar meningitis menunjukkan peningkatan
jumlah sel darah putih (PMN) di atas 100/mm3. Selanjutnya dilakukan pengecatan Gram.
Tambahan informasi bisa diperoleh dari kadar glukosa CSS (rendah: < 1.5 mmol/liter),
protein CSS (tinggi: > 0.4 g/l), dan biakan CSS (bila memungkinkan). Jika terdapat tanda
peningkatan tekanan intrakranial, tunda tindakan pungsi lumbal tetapi tetap lakukan
pengobatan.
Antibiotik
Steroid
Tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan rutin deksametason pada
semua pasien dengan meningitis bakteri.
Perawatan Penunjang
Berikan dukungan nutrisi dan cairan sesuai dengan kebutuhan. Lihat tata laksana pemberian
cairan dan nutrisi.
Pemantauan
Pasien dengan kondisi ini harus berada dalam observasi yang sangat ketat.
Pantau dan laporkan segera bila ada perubahan derajat kesadaran, kejang, atau
perubahan perilaku anak.
Pantau suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah setiap 6 jam, selama
setidaknya dalam 48 jam pertama.
Periksa tetesan infus secara rutin.
Pada saat pulang, nilai masalah yang berhubungan dengan syaraf, terutama gangguan
pendengaran. Ukur dan catat ukuran kepala bayi. Jika terdapat kerusakan syaraf, rujuk anak
untuk fisioterapi, jika mungkin; dan berikan nasihat sederhana pada ibu untuk melakukan
latihan pasif. Tuli sensorineural sering terjadi setelah menderita meningitis. Lakukan
pemeriksaan telinga satu bulan setelah pasien pulang dari rumah sakit.
Komplikasi
Kejang
Hipoglikemia
Bila terjadi epidemi meningitis meningokokal, nasihati keluarga untuk kemungkinan adanya
kasus susulan pada anggota keluarga lainnya sehingga mereka dapat melaporkan dengan
segera bila hal tersebut ditemukan.
6.6. Sepsis
Pertimbangkan sepsis pada anak dengan demam akut yang nampak sakit berat.
Diagnosis
Terlihat jelas sakit berat dan kondisi serius tanpa penyebab yang jelas
Hipo- atau hiper-termia
Takikardia, takipneu
Gangguan sirkulasi
Leukositosis atau leukopeni.
Bila mungkin, lakukan biakan darah dan urin.
Tatalaksana
Perawatan penunjang
Komplikasi
Pemantauan
Pasien dengan kondisi ini harus berada dalam observasi yang sangat ketat.
Pantau dan laporkan segera bila ada perubahan derajat kesadaran, kejang, atau
perubahan perilaku anak.
Pantau suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah setiap 6 jam, selama
setidaknya dalam 48 jam pertama.
Periksa tetesan infus secara rutin.
6.7. Campak
Diagnosis
Perawatan penunjang
Kunjungan Ulang
Minta ibu untuk segera membawa anaknya kembali dalam waktu dua hari untuk melihat
apakah luka pada mulut dan sakit mata anak sembuh, atau apabila terdapat tanda bahaya.
Diagnosis
Pada anak dengan tanda campak (seperti di atas), salah satu dari gejala dan tanda di bawah ini
menunjukkan adanya campak dengan tanda bahaya.
Tatalaksana
Terapi Vitamin A: berikan vitamin A secara oral pada semua anak. Jika anak
menunjukkan gejala pada mata akibat kekurangan vitamin A atau dalam keadaan gizi
buruk, vitamin A diberikan 3 kali: hari 1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah dosis kedua.
Penurunan kesadaran dan kejang dapat merupakan gejala ensefalitis atau dehidrasi
berat. Lihat bab mengenai pengobatan kejang dan merawat anak yang tidak sadar.
Pneumonia: bagian 4.2.
Diare: obati dehidrasi, diare berdarah atau diare persisten; bagian 5.1.
Masalah pada mata.
o Konjungtivitis ringan tanpa adanya pus, tidak perlu diobati.
o Jika ada pus, bersihkan mata dengan kain bersih yang dibasahi dengan air
bersih. Setelah itu beri salep mata tetrasiklin 3 kali sehari selama 7 hari.
Jangan gunakan salep yang mengandung steroid.
o Jika tidak ada perbaikan, rujuk.
Otitis media: lihat bagian 6.9.
Luka pada mulut. Jika ada luka di mulut, mintalah ibu untuk membersihkan mulut
anak dengan air bersih yang diberi sedikit garam, minimal 4 kali sehari.
o Berikan gentian violet 0.25% pada luka di mulut setelah dibersihkan.
o Jika luka di mulut menyebabkan berkurangnya asupan makanan, anak
mungkin memerlukan makanan melalui NGT.
Gizi buruk: sesuai dengan tatalaksana gizi buruk
Perawatan penunjang
Komplikasi
Ikuti panduan yang diberikan pada bab lain dalam buku petunjuk ini untuk tatalaksana
komplikasi.
Pemantauan
Ukur suhu badan anak dua kali sehari dan periksa apakah timbul komplikasi.
Tindak lanjut
Penyembuhan campak akut sering terhambat selama beberapa minggu bahkan bulan,
terutama pada anak dengan kurang gizi. Atur anak untuk menerima dosis ketiga vitamin A
sebelum keluar dari rumah sakit, jika ini belum diberikan.
Tindakan pencegahan
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Urinalisis: proteinuria, leukosituria, (leukosit > 5/LPB), hematuria (eritrosit > 5/LPB).
Diagnosis pasti dengan ditemukannya bakteriuria bermakna pada biakan urin.
Pemeriksaan penunjang lain dilakukan untuk mencari faktor risiko.
Tatalaksana
Medikamentosa. Sebelum ada hasil biakan urin dan uji kepekaan, antibiotik
diberikan secara empirik selama 7-10 hari untuk eradikasi infeksi akut. Berikan
pengobatan rawat jalan, kecuali:
o Jika terjadi demam tinggi dan gangguan sistemik (seperti memuntahkan
semuanya atau tidak bisa minum atau menyusu), atau
o Terdapat tanda pielonefritis (nyeri pinggang atau bengkak), atau
o Pada bayi muda.
Berikan kotrimoksazol oral (24 mg/kgBB setiap 12 jam) selama 5 hari. Sebagai
alternatif dapat diberikan ampisilin, amoksisilin dan sefaleksin.
Jika respons klinis kurang baik atau kondisi anak memburuk, berikan gentamisin (7.5
mg/kg IV sekali sehari) ditambah ampisilin (50 mg/kg IV setiap 6 jam) atau
sefalosporin generasi ke-3 parenteral (lihat lampiran 2). Pertimbangkan komplikasi
seperti pielonefritis atau sepsis.
Perawatan penunjang
Selain pemberian antibiotik, pasien ISK perlu mendapat asupan cairan yang cukup,
perawatan higiene daerah perineum dan periuretra, pencegahan konstipasi. Bila pasien tidak
membaik atau ISK berulang, rujuk.
Tindak lanjut
Lakukan pemeriksaan semua episod ISK pada anak laki-laki umur >1 tahun dan pada semua
anak yang mempunyai lebih dari satu episod ISK untuk mencari penyebabnya. Hal ini
mungkin memerlukan rujukan ke rumah sakit yang lebih besar dengan fasilitas pencitraan
yang lebih memadai.
Diagnosis didasarkan pada riwayat nyeri pada telinga atau adanya nanah yang keluar dari
dalam telinga (selama periode < 2 minggu). Pada pemeriksaan, pastikan terjadi otitis media
akut dengan otoskopi. Warna membran timpani (MT) merah, meradang, dapat sampai
terdorong ke luar dan menebal, atau terjadi perforasi disertai nanah.
Tatalaksana
Tindak lanjut
Jika keadaan anak memburuk yaitu MT menonjol keluar karena tekanan pus,
mastoiditis akut, sebaiknya anak dirujuk ke spesialis THT.
Jika masih terdapat nyeri telinga atau nanah, lanjutkan pengobatan dengan antibiotik
yang sama sampai seluruhnya 10 hari dan teruskan membersihkan telinga anak.
Kunjungan ulang setelah 5 hari.
Bila masih tampak tanda infeksi, berikan antibiotik lini kedua: Eritromisin dan Sulfa,
atau Amoksiklav (dosis disesuaikan dengan komponen amoksisilinnya). Infeksi
mungkin karena kuman penghasil betalaktamase (misalnya H. influenzae) atau karena
terdapat penyakit sistemik, misalnya alergi, rinosinusitis, hipogamaglobulinemia.
Bila dengan antibiotik lini kedua juga gagal, dapat dirujuk untuk kemungkinan
tindakan miringotomi dengan atau tanpa pemasangan grommet.
OMA sembuh bila tidak ada lagi cairan di kavum timpani dan fungsi tuba Eustakius sudah
normal (cek dengan timpanometer). Kesembuhan yang tidak sempurna, dapat menyebabkan
berulangnya penyakit atau meninggalkan otitis media efusi kronis dengan ketulian ringan
sampai berat.
Diagnosis
Riwayat otorea lebih dari 2 bulan dengan perforasi membran timpani. OMSK harus
dibedakan yang tipe aman yang peradangannya terbatas pada mukosa telinga tengah
dengan yang tipe bahaya karena terbentuknya kolesteatoma yang akan tumbuh terus
dan mendestruksi jaringan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan komplikasi
misalnya paresis fasial, labirinitis, meningitis, abses otak.
Tipe bahaya ditandai dengan ditemukannya kolesteatoma keluar dari kavum timpani,
atau terdapat perforasi yang letaknya di postero-superior. Eradikasi kolesteatom
memerlukan tindakan operasi, lebih cepat lebih baik. OMSK menurut fasenya dibagi
menjadi fase tenang (bila kering) dan fase aktif (bila ada otorea).
Tatalaksana
Tindak lanjut
Pasien diperiksa kembali dalam waktu 5 hari.
Jika telinga masih bernanah: tanyakan kepada ibu apakah masih terus membersihkan
telinga anak dan dapat diberikan antibiotik oral. Bila 3 bulan tidak sembuh, idealnya
dilakukan terapi bedah. Pemilihan antibiotik oral dapat berdasarkan tanda klinis, bila
sekret kuning keemasan kuman penyebab biasanya Staphylococus aureus, diberikan
betalaktam, bila sekret hijau kebiruan diberikan anti Pseudomonas, bila sekret berbau
busuk diberikan anti anaerob.
Idealnya bila fase aktif bertahan lebih dari 3 bulan rujuk ke spesialis THT untuk
dilakukan mastoidektomi dan timpanoplasti, atau kemungkinan operasi eradikasi
kolesteatom dan timpanoplasti jika ditemukan kolesteatom.
Diagnosis
Tatalaksana
Obat yang dapat diberikan adalah antibiotik dan dekongestan serta mukolitik
ditambah dengan perasat Valsalva.
Antihistamin diberikan bila ada tanda rinitis alergi.
Miringotomi dan pemasangan grommet bila penyakit menetap lebih dari 2 bulan.
Karena evaluasi penyakit ini memerlukan keterampilan spesialistis, pasien sebaiknya
dirujuk ke THT sejak diagnosis pertama.
Diagnosis
Demam tinggi
Pembengkakan di mastoid.
Tatalaksana
Pemantauan
Anak harus diperiksa oleh perawat sedikitnya setiap 6 jam dan oleh dokter sedikitnya sekali
sehari. Jika respons anak terhadap pengobatan kurang baik, pertimbangkan kemungkinan
meningitis atau abses otak.
Didahului dengan faringitis akut sekitar 20 hari sebelumnya, yang merupakan periode laten
(asimtomatik), rata-rata onset sekitar 3 minggu sebelum timbul gejala.
Diagnosis berdasarkan Kriteria Jones (Revisi 1992). Ditegakkan bila ditemukan 2 kriteria
mayor, atau 1 kriteria mayor + 2 kriteria minor, ditambah dengan bukti infeksi streptokokus
Grup A tenggorok positif + peningkatan titer antibodi streptokokus.
Tatalaksana