Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN ROSEOLA

Oleh :
dr. Josephine Darmawan
Share To Social Media:
  
Roseola infantum adalah penyakit infeksi akibat Human Herpes Virus (HHV)-6 atau 7 yang
umumnya ditandai dengan demam dan eksantema. Roseola infantum juga dikenal dengan nama
lain eksantema subitum, sixth disease, pseudorubela, atau eksantema kritikum. Penyakit ini
merupakan penyakit yang sering dialami oleh anak-anak, terutama anak dibawah usia 2 tahun.[1-
3]
Diagnosis roseola ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dimana ditemukan
demam tinggi selama 3 hingga 5 hari diikuti dengan munculnya ruam pada kulit setelah demam
turun. Pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan.[1-3]
Roseola infantum merupakan penyakit yang cenderung ringan dan dapat sembuh sendiri/self-
limiting disease, sehingga penanganannya dilakukan dengan pemberian terapi suportif dan
simtomatik.[1-4]

 
Sumber: E Burzagli, Wikimedia commons, 2008.
Epidemiologi roseola di Indonesia masih belum diketahui. Namun, secara global, diketahui
bahwa roseola lebih sering terjadi pada anak usia muda, di bawah 5 tahun.
Global

Infeksi roseola terjadi pada 12-30% anak pada usia di bawah 5 tahun. Sebanyak 90% kasus
roseola adalah anak dibawah 2 tahun, dengan prevalensi paling banyak pada usia 7 hingga 13
bulan. Roseola terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan dan paling sering pada musim semi
dan gugur.[2,3] Infeksi Human Herpes Virus-6 (HHV-6) sendiri terjadi pada 86% anak pada usia
di bawah 1 tahun.[2,4]
Mortalitas

Roseola merupakan infeksi virus, sehingga pasien yang terinfeksi dapat sembuh tanpa sekuele.
Morbiditas tersering adalah kejang demam, umumnya terjadi pada 6-10% kasus roseola.
Kematian akibat roseola sangat jarang terjadi. Mortalitas karena roseola hanya terjadi pada
pasien dengan imunokompromais. [2,3]

Prognosis roseola pada pasien imunokompeten adalah baik dan jarang ditemukan komplikasi
yang berat.
Komplikasi

Infeksi roseola jarang menyebabkan komplikasi, tetapi dapat menjadi kasus gawat darurat bila
terjadi. Komplikasi infeksi roseola antara lain adalah:

PATOFISIOLOGI ROSEOLA
Oleh :
dr. Josephine Darmawan
Share To Social Media:
  
Patofisiologi roseola masih belum diketahui dengan pasti. Pasien yang terinfeksi akan
mengalami viremia diikuti dengan keluarnya ruam. Ruam yang muncul diperkirakan sebagai
akibat dari reaksi kompleks antigen-antibodi. Infeksi roseola umumnya sporadik melalui saliva
atau transmisi vertikal. Masa inkubasi sekitar 5-15 hari dengan rata-rata sekitar 9 hari. [3,5]
Penyebab roseola yang paling sering adalah Human Herpes Virus-6 (HHV-6). Virus ini
merupakan virus DNA rantai ganda/double-stranded DNA. Virus ini memiliki struktur biologis
yang hampir sama dengan cytomegalovirus (CMV). Kedua varian HHV-6, memiliki struktur
yang berbeda. Setelah menginfeksi inangnya, virus HHV-6 akan bereplikasi secara in vitro di
dalam sel T dan sel lain seperti monosit, makrofag, astrosit, megakariosit, sel glia, dan
sel Natural Killer (NK) serta secara in vivo pada jaringan kelenjar saliva, sistem saraf pusat,
nodus limfa, dan ginjal.[3,5,6] Virus HHV-6 kemudian akan mengganggu sintesis DNA sel
inang dan sintesis DNA virus semakin meningkat. Proses ini dipengaruhi oleh ekspresi sel T
CD3, CD4, CD8, sitokin, interferon gama, faktor nekrosis tumor alfa, dan interleukin-1,
sehingga dalam 3 hingga 5 hari setelah infeksi, sistem imun akan mengalami disfungsi karena
efek sitopatik dari DNA virus. Materi virus HHV dapat ditransmisikan ke sel T dengan bantuan
sel dendrit. Setelah infeksi primer, HHV-6 akan memasuki fase laten di dalam limfosit dan
monosit darah perifer, sehingga virus ini dapat mengalami reaktifasi di kemudian hari.[1-3,5,6]

DIAGNOSIS ROSEOLA
Oleh :

dr. Josephine Darmawan


Share To Social Media:

  

Diagnosis roseola ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bentuk tipikal dari
infeksi roseola adalah munculnya gejala demam selama 3-5 hari yang kemudian turun secara
mendadak diikuti dengan keluarnya ruam.[1-3]
Anamnesis

Pasien dengan roseola umumnya mengeluhkan adanya:


 Demam tinggi: umumnya mencapai 40oC atau lebih dan berlangsung selama 3-5 hari,
kemudian turun secara mendadak
 Ruam: umumnya tidak gatal, muncul dimulai dari leher dan batang tubuh kemudian menyebar ke
wajah dan ekstremitas. Ruam muncul setelah demam turun dan menghilang tanpa meninggalkan
bekas atau hiperpigmentasi.
 Gejala lain yang dapat timbul:
 Rewel
 Mual
 Muntah
 Diare
 Batuk
 Anoreksia
 Limfadenopati, umumnya servikal dan posaurikula
 Kejang demam [1-4]
 Belum ada penatalaksanaan spesifik untuk roseola sampai saat ini. Roseola juga
merupakan penyakit self-limiting, sehingga penanganan pasien roseola dilakukan dengan
pemberian terapi suportif.[1-3, 9]
 Antipiretik seperti parasetamol dapat digunakan untuk menangani demam, sedangkan
ruam dapat hilang tanpa pengobatan. Penggunaan anti-konvulsan secara rutin tidak
direkomendasikan pada pasien kejang demam akibat roseola. [2,3,7] Penggunaan obat
anti-viral seperti asikolvir tidak memiliki efek yang signifikan. Ganciclovir pada
beberapa studi dapat digunakan untuk HHV-6B. Foscarnet dapat digunakan utuk HHV-
6B dan HHV-6A yang resisten terhadap ganciclovir. [2-4] Ganciclovir juga dinilai dapat
digunakan sebagai profilaksis infeksi HHV. Pada laporan kasus infeksi HHV dengan
ensefalomyelitis, ganciclovir dan foscarnet juga menunjukkan keberhasilan terapi.[10-12]
 Pasien dengan roseola umumnya tidak memerlukan perawatan, kecuali mengalami gejala
berat atau komplikasi seperti gangguan gastrointestinal, resporatorik, dan gejala sistem
saraf pusat. Pasien dengan kejang demam dan komplikasi harus dikonsultasikan ke dokter
spesialis anak. [2,4,6,7]

Edukasi dan promosi kesehatan roseola dilakukan dengan menjelaskan mengenai penyakit ini.
Roseola merupakan infeksi virus yang ditransmisikan melalui sekresi zat tubuh melalui kontak
langsung ataupun udara, sehingga sering kali sulit untuk dilakukan pencegahan. Beberapa infeksi
roseola dapat menular melalui feces. Secara umum, hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah roseola adalah:
 Mencuci tangan
 Menjaga kebersihan
 Menghindari kontak dengan penderita roseola [1-3]
Tidak terdapat risiko khusus yang disebabkan oleh infeksi roseola pada ibu hamil, namun
pencegahan secara umum tetap harus dilakukan dan harus dibedakan dengan infeksi Rubella.
[2,3]

Anda mungkin juga menyukai