Oleh:
NelyJauharotulLatifah
G991905046
Pembimbing:
Dr. dr. Moerbono Mochtar,Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
Kelamin
RSUD Dr Moewardi – Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Staff Pembimbing
NIM : G991905046
A. DEFINISI
Viral Exanthem adalah ruam kulit yang luas akibat infeksi virus , biasanya
ditandai dengan erupsi makula eritematosa dan lesi papular yang
menyeluruh.Viral Exanthem dapat disebabkan oleh beberapa virus, seperti
enterovirus, adenovirus, campak, rubella, mononukleosis, morbilivirus,dan human
herpes virus. Infeksi virus exanthem pada anak palingssering terjadi pada anak
adalah : Rubella, Morbili, Eritema infeksiosum dan Roseola Infantum.1-3
Roseola infantum adalah penyakit infeksi akibat Human Herpes
Virus (HHV)-6 atau 7.Roseola infantum juga dikenal dengan nama lain
eksantema subitum, sixth disease, pseudorubela, atau eksantema kritikum.
Penyakit ini merupakan penyakit yang sering dialami oleh anak-anak, terutama
anak dibawah usia 2 tahun. Manifestasi klinis ditandai dengan demam tinggi
hingga mencapai 37.9- 40° C yang menetap selama beberapa hari, anak tampak
iritabel,anoreksia, dan kadang disertai coryza disertai munculnya ruam merah
muda, makulopapular, dan diksret.1-5
B. EPIDEMIOLOGI
4
tertular. HHV-6 DNA juga telah ditemukan pada jaringan janin pada kasus aborsi
spontan. HHV-6 tidak ditransmisikan melalui ASI. Penularan pada pasien
transplantasi dapat terjadi melalui organ yang dicangkok8 Masa inkubasi untuk
infeksi HHV-6 adalah 5-15 hari, dengan rata-rata 10 hari. Viremia pada anak-anak
dengan imunokompeten terjadi selama 3-4 hari pada kasus Exantema Subitum ,
sedangkan viremia dari Reaktivasi HHV-6 pada pasien BMT alogenik terjadi
selama beberapa minggu.4,6
HHV-6 bereplikasi di kelenjar ludah, yang mana dapat menimbulkan
infeksi persisten Ini adalah tropis Virus untuk CD4+dan Limfosit T in vitro.8 dan
membentuk latensi pada darah tepimonosit / makrofag dan pada sel-sel progenitor
di sumsum tulang belakang.6genom HHV-6 dapat diintegrasikan ke dalam DNA
sel inang di ujung kromosom 1,3
HHV-6 dapat reaktivasi kembali dari masa latenpada individu dengan
imunokompremaise.5Efek sinergis pada HHV-6 dan CMV telah ditemukan pada
individu penerima tranplastasi organ ginjal.8 HIV dan HHV-6 juga tampak
sinergis. Pentingnya klinis dari temuan ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut. Tidak seperti pada pasien transplantasi,tampaknya tidak ada satu sindrom
klinis spesifik infeksi HHV-6 pada pasien yang terinfeksi HIV7,8
D. PATOFISIOLOGI
5
dipengaruhi oleh ekspresi sel T CD3, CD4, CD8, sitokin, interferon gama, faktor
nekrosis tumor alfa, dan interleukin-1, sehingga dalam 3 hingga 5 hari setelah
infeksi, sistem imun akan mengalami disfungsi karena efek sitopatik dari DNA
virus. Materi virus HHV dapat ditransmisikan ke sel T dengan bantuan sel dendrit.
Setelah infeksi primer, HHV-6 akan memasuki fase laten di dalam limfosit dan
monosit darah perifer, sehingga virus ini dapat mengalami reaktifasi di kemudian
hari.1-3,9,10
E. MANIFESTASI KLINIS
F. DIAGNOSIS
Diagnosis roseola ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Bentuk tipikal dari infeksi roseola adalah munculnya gejala demam selama 3-5
hari yang kemudian turun secara mendadak diikuti dengan keluarnya ruam.1,3
Anamnesis
Pasien dengan roseola umumnya mengeluhkan adanya:
Demam tinggi: umumnya mencapai 40C atau lebih dan berlangsung
selama 3-5 hari, kemudian turun secara mendadak
Ruam: umumnya tidak gatal, muncul dimulai dari leher dan batang tubuh
kemudian menyebar ke wajah dan ekstremitas. Ruam muncul setelah demam
6
turun dan menghilang tanpa meninggalkan bekas atau hiperpigmentasi.Gejala lain
yang dapat timbul:Rewel,mual,muntah,diare,batuk,anoreksia,limfadenopati,
umumnya servikal dan posaurikula dan kejang demam.1-4
7
G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Keterangan
Morbili Gejala dan tanda dari Roseola Infantum
dan Morbilihampir sama namun
berbeda pada beberapa aspek.
Keduanyadapat menyebabkan
manifestasi berupa munculnya ruam
makulopapuler eritem. Pembeda utama
dari Roseola adalah ruam pada morbili
bersifat konfluen, sedangkan pada
roseola bersifat diskret. Selain itu, pada
morbili,munculnya ruam dimulai dari
cephaocaudal, bersamaan dengan
demam sedangkan pada roseola dimulai
dari punggung lalu menyebar ke wajah
dan extremitas dan muncul setelah
demam turun.6,19Pada Morbili dapat
ditemukan koplik’s spot, sedangkan
pada Roseola dapat ditemukan
Nagayama spot.14
Rubella Pada kasus rubella ,munculnya ruam
bersamaan dengan demam dan demam
pada rubella cenderung tidak terlalu
tinggi. Munculnya ruam pada rubella
dimulai dari cephaocaudal, sedangkan
pada roseola dimulai dari punggung lalu
menyebar ke wajah dan extremitas dan
muncul setelah demam tinggi yang
mulai menurun. Pada rubella dapat
ditemukan adanya Forschheimer
spots,sedangkan pada roseola dapat
ditemukan Nagayama spot.14
H. TATALAKSANA
Belum ada penatalaksanaan spesifik untuk roseola sampai saat ini. Roseola
juga merupakan infeksi penyakit yang jinak dan bersifat self-limiting
disease, sehingga penanganan pasien roseola dilakukan dengan pemberian terapi
suportif.1-3, 9
Antipiretik seperti parasetamol dapat digunakan untuk menangani demam,
sedangkan ruam dapat hilang tanpa pengobatan. Penggunaan anti-konvulsan
secara rutin tidak direkomendasikan pada pasien kejang demam akibat roseola.
2,3,7
. Penggunaan obat anti-viral seperti asikolvir tidak memiliki efek yang
signifikan. Ganciclovir pada beberapa studi dapat digunakan untuk HHV-6B.
Foscarnet dapat digunakan utuk HHV-6B dan HHV-6A yang resisten terhadap
2-4
ganciclovir. Ganciclovir juga dinilai dapat digunakan sebagai profilaksis infeksi
HHV. Pada laporan kasus infeksi HHV dengan ensefalomyelitis, ganciclovir dan
foscarnet juga menunjukkan keberhasilan terapi.10-12Pada individu imunokompeten
dengan Infeksi HHV-6/7 primer, terapi antivirus tidak dianjurkan.
Penelitian lain menyebutkan pengobatan itu dengan agen anti-HHV, foscarnet,
ganciclovir, atau cidofovir, sendirian atau dalam kombinasi, dapat bermanfaat
bagi pasien imunokompremaise dengan manifestasi sistemik yang serius,tetapi
sampai saat ini tidak ada uji klinis acak yang memiliki telah dilakukan untuk
mengevaluasi terapi, dan karenanya belum ada rekomendasi pengoabatan secara
spesifik.Pada pasien penerima transplantasi sumsum tulang dan sel induk
hematopoietik yang menjalani terapi imunosupresif, profilaksis dengan
gansiklovir telah terbukti efektif dalam mencegah reaktivasi HHV-6.
Pasien dengan roseola umumnya tidak memerlukan perawatan, kecuali
mengalami gejala berat atau komplikasi seperti gangguan gastrointestinal,
resporatorik, dan gejala sistem saraf pusat. Pasien dengan kejang demam dan
komplikasi harus dikonsultasikan ke dokter spesialis anak. 2,4,6,7
I. PROGNOSIS
A. ANAMNESIS
1. Identitas
Nama : An.A
Usia : 3Tahun, 4 Bulan
Alamat : Nogosari, Boyolali
Pekerjaan : Belum Bekerja
Status : BelumMenikah
NoRM : 0148xxxx
Tanggal Pemeriksaan : 11 Maret 2020
2. KeluhanUtama
5. Riwayat PenyakitKeluarga
Riwayat keluhan serupa : (+), kakak pasien
Riwayatatopi :disangkal
Riwayatpenyakitgula : disangkal
Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
6. Riwayat Kebiasaan
Pasien mandi 2x sehari, mengganti baju setiap hari, pasien mandi
dengan menggunakan sabun mandi, lalu mengeringkan nadan dengan handuk
dan mengganti handuk 2 minggu sekali.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Diaskopi
E. DIAGNOSIS
Roseol Infantum
F. TERAPI
1. Non Medikamentosa
a) Edukasi mengenai penyebab penyakit, pengobatan dan efek samping
terapi, kekambuhan dan prognosis penyakit
b) Edukasi untuk menjaga kebersihan badan dua kali dalam sehari, bila tidak
demam
c) Edukasi untuk tidak menggaruk area yng terinfeksi sehingg tidak menjdi
infeksi sekunder
2. Medikamentosa
Cetirizine drops 10 mg, 1 x0.5 ml
Atopiclair lotion, oleskan 2x sehari
G. PROGNOSIS
Ad Vitam :dubia ad bonam
Ad Sanam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam :dubia ad bonam
21