Anda di halaman 1dari 23

Responsi Kasus

Viral Exantem (Roseola Infantum)

Oleh:
NelyJauharotulLatifah
G991905046

Pembimbing:
Dr. dr. Moerbono Mochtar,Sp.KK(K), FINSDV, FAADV

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
2020
LEMBAR PENGESAHAN RESPONSI

Kasus responsi yang berjudul: Viral Exanthem


(Roseola Infantum)
Nely Jauharotul Latifah, NIM G991905046 Periode:
9 Maret – 5 April 2020

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
Kelamin
RSUD Dr Moewardi – Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Surakarta, Maret 2020

Residen Pemeriksa Chief Residen

dr.Finna dr. Zilpa

Staff Pembimbing

Dr. dr. Moerbono Mochtar, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV


STATUS RESPONSI
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : Dr. dr. Moerbono Mochtar , Sp.KK(K),FINSDV,


FAADV
NamaMahasiswa : Nely Jauharotul Latifah

NIM : G991905046

Viral Exantem (Roseola Infantum)

A. DEFINISI

Viral Exanthem adalah ruam kulit yang luas akibat infeksi virus , biasanya
ditandai dengan erupsi makula eritematosa dan lesi papular yang
menyeluruh.Viral Exanthem dapat disebabkan oleh beberapa virus, seperti
enterovirus, adenovirus, campak, rubella, mononukleosis, morbilivirus,dan human
herpes virus. Infeksi virus exanthem pada anak palingssering terjadi pada anak
adalah : Rubella, Morbili, Eritema infeksiosum dan Roseola Infantum.1-3
Roseola infantum adalah penyakit infeksi akibat Human Herpes
Virus  (HHV)-6 atau 7.Roseola infantum juga dikenal dengan nama lain
eksantema subitum, sixth disease, pseudorubela, atau eksantema kritikum.
Penyakit ini merupakan penyakit yang sering dialami oleh anak-anak, terutama
anak dibawah usia 2 tahun. Manifestasi klinis ditandai dengan demam tinggi
hingga mencapai 37.9- 40° C yang menetap selama beberapa hari, anak tampak
iritabel,anoreksia, dan kadang disertai coryza disertai munculnya ruam merah
muda, makulopapular, dan diksret.1-5

B. EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi roseola di Indonesia masih belum diketahui. Namun, secara


global, diketahui bahwa roseola lebih sering terjadi pada anak usia muda, di
3
bawah 5 tahun.Infeksi roseola terjadi pada 12-30% anak pada usia di bawah 5
tahun. Sebanyak 90% kasus roseola adalah anak dibawah 2 tahun, dengan
prevalensi paling banyak pada usia 7 hingga 13 bulan. Roseola terjadi baik pada
laki-laki maupun perempuan dan paling sering pada musim semi dan
gugur.2,3Infeksi Human Herpes Virus-6 (HHV-6) sendiri terjadi pada 86% anak
pada usia di bawah 1 tahun.2,4Roseola merupakan infeksi virus, sehingga pasien
yang terinfeksi dapat sembuh tanpa sekuele. Morbiditas tersering adalah kejang
demam, umumnya terjadi pada 6-10% kasus roseola. Kematian akibat roseola
sangat jarang terjadi. Mortalitas karena roseola hanya terjadi pada pasien dengan
imunokompromais. 2,3

C. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Penyebab roseola adalah Roseolovirus dari subfamilia virus herpes


hominis beta, yang terdiri dari HHV-6A, HHV-6B, dan HHV-7.1,3 Penyebab lain
meliputi adenovirus, enterovirus, dan parainfluenza tipe 1.2 Patogen yang paling
sering menyebabkan roseola infantum adalah HHV-6B. HHV-6A dapat
menyebabkan roseola pada pasien dewasa dengan imunokompromais. HHV-7
dapat menyebabkan roseola infantum namun lebih jarang.2,3
HHV-6 merupakan virus DNA rantai ganda/double-stranded DNA. Virus
ini memiliki struktur biologis yang hampir sama dengan cytomegalovirus (CMV).
Subtipe virus HHV-6 memiliki struktur DNA yang sedikit berbeda satu sama lain,
namun patomekanisme dan gejala yang ditimbulkan hampir sama.1,3
HHV-6 adalah anggota dari subfamili β-Herpesviridae. Terdapat dua
varian berbeda yang dibedakanberdasarkan restriksi analisis enzim,yaitu HHV-6A
dan -6B.4Keduanaya dibedakan berdasarkan karakteristik imunologis, biologis,
dan genetik. HHV-6Bmerupakan penyebab utama Exantema Subitum.6,7
Reseptor seluler untuk HHV-6 adalah CD46.6 cara transmisi melalui
nasopharyngeal viral shedding dari individu yang sehat.202 Transmisi melalui
udara kemungkinan melalui air liur.5,7 HHV-6 telah diisolasi dari air liur pada
individu yang sehat.4,6 dan pelepasan virus bersifat intermiten, tidak terkait dengan
perubahan titer antibodi.DNA HHV-6 juga ditemukan di serviks wanita yang
terinfeksi, menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan infeksi perinatal,
meskipun anak-anak dari ibu dengan hasil swab positif infeksi HHV-6 tidak

4
tertular. HHV-6 DNA juga telah ditemukan pada jaringan janin pada kasus aborsi
spontan. HHV-6 tidak ditransmisikan melalui ASI. Penularan pada pasien
transplantasi dapat terjadi melalui organ yang dicangkok8 Masa inkubasi untuk
infeksi HHV-6 adalah 5-15 hari, dengan rata-rata 10 hari. Viremia pada anak-anak
dengan imunokompeten terjadi selama 3-4 hari pada kasus Exantema Subitum ,
sedangkan viremia dari Reaktivasi HHV-6 pada pasien BMT alogenik terjadi
selama beberapa minggu.4,6
HHV-6 bereplikasi di kelenjar ludah, yang mana dapat menimbulkan
infeksi persisten Ini adalah tropis Virus untuk CD4+dan Limfosit T in vitro.8 dan
membentuk latensi pada darah tepimonosit / makrofag dan pada sel-sel progenitor
di sumsum tulang belakang.6genom HHV-6 dapat diintegrasikan ke dalam DNA
sel inang di ujung kromosom 1,3
HHV-6 dapat reaktivasi kembali dari masa latenpada individu dengan
imunokompremaise.5Efek sinergis pada HHV-6 dan CMV telah ditemukan pada
individu penerima tranplastasi organ ginjal.8 HIV dan HHV-6 juga tampak
sinergis. Pentingnya klinis dari temuan ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut. Tidak seperti pada pasien transplantasi,tampaknya tidak ada satu sindrom
klinis spesifik infeksi HHV-6 pada pasien yang terinfeksi HIV7,8

D. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi roseola masih belum diketahui dengan pasti. Pasien yang


terinfeksi akan mengalami viremia diikuti dengan keluarnya ruam. Ruam yang
muncul diperkirakan sebagai akibat dari reaksi kompleks antigen-antibodi. Infeksi
roseola umumnya sporadik melalui saliva atau transmisi vertikal. Masa inkubasi
sekitar 5-15 hari dengan rata-rata sekitar 9 hari. 3,5
Penyebab roseola yang paling sering adalah Human Herpes Virus-
6 (HHV-6). Virus ini merupakan virus DNA rantai ganda/double-stranded DNA.
Virus ini memiliki struktur biologis yang hampir sama dengan cytomegalovirus
(CMV). Kedua varian HHV-6, memiliki struktur yang berbeda. Setelah
menginfeksi inangnya, virus HHV-6 akan bereplikasi secara in vitro di dalam sel
T dan sel lain seperti monosit, makrofag, astrosit, megakariosit, sel glia, dan
sel Natural Killer (NK) serta secara in vivo pada jaringan kelenjar saliva, sistem
saraf pusat, nodus limfa, dan ginjal. 5,10 Virus HHV-6 kemudian akan mengganggu
sintesis DNA sel inang dan sintesis DNA virus semakin meningkat. Proses ini

5
dipengaruhi oleh ekspresi sel T CD3, CD4, CD8, sitokin, interferon gama, faktor
nekrosis tumor alfa, dan interleukin-1, sehingga dalam 3 hingga 5 hari setelah
infeksi, sistem imun akan mengalami disfungsi karena efek sitopatik dari DNA
virus. Materi virus HHV dapat ditransmisikan ke sel T dengan bantuan sel dendrit.
Setelah infeksi primer, HHV-6 akan memasuki fase laten di dalam limfosit dan
monosit darah perifer, sehingga virus ini dapat mengalami reaktifasi di kemudian
hari.1-3,9,10

E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis dari Roseola Infantum ditandai dengan demam tinggi


hingga mencapai 37.9- 40° C yang menetap selama beberapa hari, anak tampak
iritabel,anoreksia, dan kadang disertai coryza disertai munculnya ruam merah
muda, makulopapular, dan diksret.1-5 Demam biasanya berlangsung selama 3-7
bahkan ada yang mencapai 9 hari. Setelah demam mereda, muncul ruam secara
tiba-tiba(Subitum) adalah bahasa latin tiba-tiba, berupa makula atau papul yang
berdiameter sekitar 2-5 mm,blanching, terutama muncul didaerah punggung dan
extremitas.8 dan tidak didapatkan vesikel maupun pustul. Kejang saat demam
mungkin di dapatkan pada sekitar 5-10% anak,saat periode demam tinggi.9-12
Selain itu, malaise, konjungtivitis palpebral, kelopak mata edematous,
makula atau ulkus uvulo-palatoglossal (kadang-kadang disebut bercak
Nagayama), gejala pernapasan atas dan bawah, muntah, diare, dan bulging
fontanella juga dapat ditemukan.14

F. DIAGNOSIS
Diagnosis roseola ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Bentuk tipikal dari infeksi roseola adalah munculnya gejala demam selama 3-5
hari yang kemudian turun secara mendadak diikuti dengan keluarnya ruam.1,3
Anamnesis
Pasien dengan roseola umumnya mengeluhkan adanya:
Demam tinggi: umumnya mencapai 40C atau lebih dan berlangsung
selama 3-5 hari, kemudian turun secara mendadak

Ruam: umumnya tidak gatal, muncul dimulai dari leher dan batang tubuh
kemudian menyebar ke wajah dan ekstremitas. Ruam muncul setelah demam
6
turun dan menghilang tanpa meninggalkan bekas atau hiperpigmentasi.Gejala lain
yang dapat timbul:Rewel,mual,muntah,diare,batuk,anoreksia,limfadenopati,
umumnya servikal dan posaurikula dan kejang demam.1-4

7
G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Keterangan
Morbili Gejala dan tanda dari Roseola Infantum
dan Morbilihampir sama namun
berbeda pada beberapa aspek.
Keduanyadapat menyebabkan
manifestasi berupa munculnya ruam
makulopapuler eritem. Pembeda utama
dari Roseola adalah ruam pada morbili
bersifat konfluen, sedangkan pada
roseola bersifat diskret. Selain itu, pada
morbili,munculnya ruam dimulai dari
cephaocaudal, bersamaan dengan
demam sedangkan pada roseola dimulai
dari punggung lalu menyebar ke wajah
dan extremitas dan muncul setelah
demam turun.6,19Pada Morbili dapat
ditemukan koplik’s spot, sedangkan
pada Roseola dapat ditemukan
Nagayama spot.14
Rubella Pada kasus rubella ,munculnya ruam
bersamaan dengan demam dan demam
pada rubella cenderung tidak terlalu
tinggi. Munculnya ruam pada rubella
dimulai dari cephaocaudal, sedangkan
pada roseola dimulai dari punggung lalu
menyebar ke wajah dan extremitas dan
muncul setelah demam tinggi yang
mulai menurun. Pada rubella dapat
ditemukan adanya Forschheimer
spots,sedangkan pada roseola dapat
ditemukan Nagayama spot.14
H. TATALAKSANA

Belum ada penatalaksanaan spesifik untuk roseola sampai saat ini. Roseola
juga merupakan infeksi penyakit yang jinak dan bersifat self-limiting
disease, sehingga penanganan pasien roseola dilakukan dengan pemberian terapi
suportif.1-3, 9
Antipiretik seperti parasetamol dapat digunakan untuk menangani demam,
sedangkan ruam dapat hilang tanpa pengobatan. Penggunaan anti-konvulsan
secara rutin tidak direkomendasikan pada pasien kejang demam akibat roseola.
2,3,7
. Penggunaan obat anti-viral seperti asikolvir tidak memiliki efek yang
signifikan. Ganciclovir pada beberapa studi dapat digunakan untuk HHV-6B.
Foscarnet dapat digunakan utuk HHV-6B dan HHV-6A yang resisten terhadap
2-4
ganciclovir. Ganciclovir juga dinilai dapat digunakan sebagai profilaksis infeksi
HHV. Pada laporan kasus infeksi HHV dengan ensefalomyelitis, ganciclovir dan
foscarnet juga menunjukkan keberhasilan terapi.10-12Pada individu imunokompeten
dengan Infeksi HHV-6/7 primer, terapi antivirus tidak dianjurkan.
Penelitian lain menyebutkan pengobatan itu dengan agen anti-HHV, foscarnet,
ganciclovir, atau cidofovir, sendirian atau dalam kombinasi, dapat bermanfaat
bagi pasien imunokompremaise dengan manifestasi sistemik yang serius,tetapi
sampai saat ini tidak ada uji klinis acak yang memiliki telah dilakukan untuk
mengevaluasi terapi, dan karenanya belum ada rekomendasi pengoabatan secara
spesifik.Pada pasien penerima transplantasi sumsum tulang dan sel induk
hematopoietik yang menjalani terapi imunosupresif, profilaksis dengan
gansiklovir telah terbukti efektif dalam mencegah reaktivasi HHV-6.
Pasien dengan roseola umumnya tidak memerlukan perawatan, kecuali
mengalami gejala berat atau komplikasi seperti gangguan gastrointestinal,
resporatorik, dan gejala sistem saraf pusat. Pasien dengan kejang demam dan
komplikasi harus dikonsultasikan ke dokter spesialis anak. 2,4,6,7

I. PROGNOSIS

Prognosis roseola pada pasien imunokompeten adalah baik dan jarang


ditemukan komplikasi yang berat.Infeksi roseola jarang menyebabkan komplikasi,
tetapi dapat menjadi kasus gawat darurat bila terjadi.7 infeksi primer HHV 6
maupun HHV 7 terdapat di seluruh dunia saat ini dan belum ada metode yang
tersedia untuk mencegah transmisi penularan virus.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mullins TB, Krishnamurthy K. Roseola Infantum. 2017. Florida: StatPearls


Publishing. Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448190/
2. Gorman CR, Vinson RP, Krusinski P, et al. Roseola Infantum. Medscape. 2017.
Diakses dari: https://emedicine.medscape.com/article/1133023-overview
3. Tremblay C, Brady MT, Edwards MS, et al. Roseola infantum (exanthema
subitum). UpToDate. Diakses dari: https://www.uptodate.com/contents/roseola-
infantum-exanthem-subitum
4. Leach CT: Human herpesvirus-6 and -7 infections in children: agents of roseola
and other syndromes, Curr Opin Pediatr 12: 269-274, 2015
5. Tumbelaka K dan Rahayu. Jurnal Sari Pediatri:Gambaran Exsantema Akut pada
Anak,3(4):105
6. De Bolle L, Naesens L, De Clercq E: Update on humanherpesvirus 6 biology,
clinical features, and therapy. ClinMicrobiol Rev 18:217, 2005
7. Leach CT, Sumaya CV, Brown NA: Human herpesvirus-6: Clinical implications
of a recently discovered,ubiquitous agent. J Pediatr 121:173, . Hidaka Y et al:
Exanthem subitum and human.
8. Fitzpatrick TB. 2014. Viral Exanthema. Fitzpatrick's Dermatology in General
Medicine.Editor Freedberg IM, edisi 6. New York: McGraw-Hill, pp.2356-2359
9.  Tremblay C, Hirsch MS, Thorner AR. Virology, pathogenesis, and epidemiology
of human herpesvirus 6 infection. UpToDate. 2016. Diakses dari:
https://www.uptodate.com/contents/virology-pathogenesis-and-epidemiology-of-
human-herpesvirus-6-infection
10. Agut H, Bonnafous P, Gautheret-Dejean A. Human Herpesviruses 6A, 6B, and 7.
Microbiol Spectr. 2016;4(3)
11. Caserta MT, Hall CB: A practitioner’s guide to human herpesvirus-6 (HHV-6)
and human herpesvirus-7 (HHV-7), AIDS Patient Care STDS 12:833-842, 2018.
12. Kleinschmidt-DeMasters BK, Gilden DH: The expanding spectrum of
herpesvirus infections of the nervous system, Brain Pathol 11:440-451, 2001. 6.
Galama JM: Human herpes viruses type 6 and 7; causative agents of, among
others, exanthema subitum [in Dutch], Ned Tijdschr Geneeskd 140:124-128,
2016 (abstract).
13. Stone RC, Micali GA, Schwartz RA. Roseola infatum and its causal human
herpesvirus. Int J Dermatol. 2014;53(4):3977-403
14. Denes E, Magy L, Pradeau K, et al. Successful treatment of human herpesvirus 6
encephalomyelitis in immunocompetent patient. Emerg Infect Dis.
2014;10(4):729-31
15. Rapaport D, Engelhard D, Tagger G, et al. Antiviral prophylaxis may prevent
human herpesvirus-6 reactivation in bone marrow transplant recipients. Transpl
Infect Dis. 2012;4(1):10-6
16. Ueki T, Hoshi K, Hiroshima Y, et al. Analysis of five cases of human
herpesvirus-6 myelitis among 121 cord blood transplantations. Int j Hematol.
2017;11
17. Isegawa Y, Mukai T, Nakano K, et al. Comparison of the complete DNA
sequences of human herpesvirus 6 variants A and B. J Virol 2009; 73:
8053–8063.
LAPORAN KASUS

Viral Exantem (Roseola Infantum)

A. ANAMNESIS
1. Identitas
Nama : An.A
Usia : 3Tahun, 4 Bulan
Alamat : Nogosari, Boyolali
Pekerjaan : Belum Bekerja
Status : BelumMenikah
NoRM : 0148xxxx
Tanggal Pemeriksaan : 11 Maret 2020

2. KeluhanUtama

Bercak kemerahan di seluruh tubuh

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien merupakan konsulan TS anak dengan prolonged fever ec TB


dd ISK dan cerebral palsy, dikonsulkan kebagian kulit dengan keluhan
munculnya bercak kemerahan diseluruh tubuh. Bercak terkadang disertai
dengan rasa gatal. Bercak pertamakali timbul didaerah kaki kemudian
menyebar ke seluruh tubuh.
14 hari SMRS,Pasien demam. Demam didapatkan terus-menerus dan
tidak membaik dengan pemberian obat penurun panas.
9 hari SMRS,pasien dibawa ke RS kasih Ibu karena demam dan batuk
yang tak kunjung membaik. Selama di rumah sakit Kasih Ibu, pasien telah
mendapatkan terapi paracetamol. Namun karena keluha yang tidak kunjung
membaik dan keterbatsan fasilitas, pasien akhirny dirujuk ke RSDM.
1 hari sebelum dikonsulkan, menurut Ibu pasien , pasien mengeluh
demam dan muncul bercak kemerahan dari daerah punggung, kaki lalu
menyebar ke seluruh tubuh. Oleh TS Pediatri, akhirnya pasien dikonsulkan ke
bagian kulit.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa :(+), 1 tahun lalu
Riwayat atopi :(+)
Riwayat penyakit lain : epilepsi, cerebral palsy
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit gula : disangkal
Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal

5. Riwayat PenyakitKeluarga
Riwayat keluhan serupa : (+), kakak pasien
Riwayatatopi :disangkal
Riwayatpenyakitgula : disangkal
Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal

6. Riwayat Kebiasaan
Pasien mandi 2x sehari, mengganti baju setiap hari, pasien mandi
dengan menggunakan sabun mandi, lalu mengeringkan nadan dengan handuk
dan mengganti handuk 2 minggu sekali.

7. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien berobat dengan menggunakan BPJS kelas III, Ayah pasien
bekerja sebagai kuli bangunan dan ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga

8. Riwayat Kebiasaan dan Asupan Gizi


Merokok :Disangkal
Minum alkohol :Disangkal
Olahraga : Jarang
Gizi : Pasien makan 3x sehari dengan porsi cukup,nasi,
lauk pauk dan sayur.
B. PEMERIKSAANFISIK
1. StatusGeneralis
KeadaanUmum : Sakit sedang, compos mentis (GCSE4V5M6)
VitalSign :RR : 34x/menit
HR:114x/menit t :37oC
StatusGizi : BB: 18 kg
TB: 98 cm BMI: 14.8 (berat badan kurang)

Regio generalisata : Lihat status


dermatovenerologis
2. StatusDermatovenerologis
 Pada regio generalisata tampak makula papular eritem multipel diskrit
dan sebagian hiperpigmentasi
C. DIAGNOSISBANDING
1) Roseola Infantum
2) Rubella
3) Morbili

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan Diaskopi

Pemeriksaan Diaskopi : blanch

E. DIAGNOSIS

Roseol Infantum

F. TERAPI

1. Non Medikamentosa
a) Edukasi mengenai penyebab penyakit, pengobatan dan efek samping
terapi, kekambuhan dan prognosis penyakit
b) Edukasi untuk menjaga kebersihan badan dua kali dalam sehari, bila tidak
demam
c) Edukasi untuk tidak menggaruk area yng terinfeksi sehingg tidak menjdi
infeksi sekunder
2. Medikamentosa
Cetirizine drops 10 mg, 1 x0.5 ml
Atopiclair lotion, oleskan 2x sehari

G. PROGNOSIS
Ad Vitam :dubia ad bonam
Ad Sanam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam :dubia ad bonam
21

Anda mungkin juga menyukai