Anda di halaman 1dari 5

Eksantema Subitum Sinonim 1.Exanthem subitum 2.Exanthema subitum 3.Roseola infantum 4.Sixth Disease 5.

The rose rash of infants 6.Pseudorubella Definisi 1. Penyakit virus pada bayi dan anak kecil yang bersifat akut, biasanya terjadi secara sporadik dan dapat menimbulkan epidemi. 2. A common childhood febrile illness with rash, and is a major cause of febrile seizures without rash in infancy. Penyebab 1. Human herpesvirus 6 (HHV-6) 2. Human herpesvirus 7 (HHV-7) HHV-6 memiliki genus Roseolavirus, subfamili beta-herpesvirus. Ada dua jenis HHV-6, yaitu HHV-6A dan HHV-6B. HHV-6 berperan dalam patogenesis multiple sclerosis. HHV-7 ditemukan di saliva (air liur/ludah) orang dewasa sehat.

Epidemiologi 1.Masa inkubasi: 7-17 hari. 2.Hampir semua anak terkena HHV-6 dalam usia 6 bulan pertama. 3.Sebagian besar kasus eksantema subitum terjadi pada usia 6-18 bulan, rerata usia adalah 9 bulan. 4.Virus pada saliva orang dewasa dapat merupakan sumber infeksi. Manifestasi Klinis 1.Tiba-tiba muncul panas/demam tinggi (39,4-41,2C), selama 3-6 hari. 2.Saat demam anak menjadi rewel, bila demam sudah menurun anak menjadi normal. Demam menurun pada hari ke 3-4. 3.Setelah demam turun, timbul ruam kulit kemerahan (erupsi makula dan makulopapular) di seluruh tubuh. Dimulai dari dada, menyebar ke lengan dan leher, dan sedikit mengenai muka dan kaki. Ruam berwarna merah muda (rose-pink macules or maculopapules), tidak gatal (nonpruritic), berdiameter 1-3 mm, menghilang dalam 1-2 hari tanpa pigmentasi (perubahan warna kulit/tubuh) atau deskuamasi (pengelupasan lapisan kulit) dan jarang menetap selama 24 jam. 4.Terdapat limfadenopati servikal (pembengkakan kelenjar getah bening di leher), namun yang lebih khas adalah limfadenopati di oksipital posterior pada 3 hari pertama infeksi, disertai eksantema (Nagayana's spots) pada palatum molle dan uvula. 5.Ubun-ubun besar menonjol, namun segera sembuh

secara spontan. 6.Beberapa kasus disertai otitis media (radang telinga bagian tengah), infeksi saluran pernapasan atas, dan gastroenteritis (radang perut dan usus). 7.Satu dari tiga kasus disertai diare dan muntah (vomit). Pemeriksaan Penunjang 1.Pemeriksaan laboratorium * Dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin. Hasilnya: a. Leukositosis Selama 24-36 jam pertama demam, jumlah leukosit mencapai 16 ribu-20 ribu/mm3 disertai peningkatan neutrofil. b. Leukopenia 3000-5000/mm3, biasanya saat demam hari ketiga dan keempat. c. Neutropeni absolut dengan limfositosis relatif. * Bukti laboratorium hepatitis ditemukan pada beberapa pasien dewasa (adults). 2.Pemeriksaan serologis * Polymerase chain reaction (PCR). Antibodi IgM terhadap HHV-6 dapat terdeteksi 5-7 hari pertama setelah infeksi primer. Penatalaksanaan * Tidak ada terapi spesifik. Hanya dengan pengobatan simtomatis, penderita dapat sembuh sempurna. * Demam dapat diatasi dengan acetaminophen dan sponge baths. Komplikasi/Penyulit dan Sequelae 1.Kejang demam (paling sering terjadi) 2.Meningoensefalitis 3.Aseptic meningitis 4.Ensefalitis 5.Hemiplegia Diagnosis Banding (Differential Diagnosis) 1.Morbili 2.Rubela 3.Demam skarlet 4.Drug eruptions 5.Miliaria 6.Alergi obat (drug allergy) Prognosis Baik, dapat sembuh sempurna. Tahukah Anda? * Keunikan eksantema subitum adalah ruam dan perbaikan klinis yang terjadi hampir simultan (bersamaan). * Pengendalian demam (fever control) sebaiknya menjadi pertimbangan utama pada anak dengan riwayat kejang demam (febrile seizures).

* Pengertian sequelae: 1. Disease atau kondisi yang mengikuti dari disease yang lebih awal. 2. Ketidaknormalan apapun yang mengikuti atau hasil dari penyakit, luka, atau terapi (any abnormality following or resulting from a disease or injury or treatment).

Referensi DeAraujo T et al: Human herpesviruses 6 and 7. Dermatol Clin 2002;20:301. Jackson MA, Sommerauer JF: Human herpesviruses 6 and 7. Pediatr Infect Dis J 2002;21:566. Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, et. al. (Ed.). Harrison's Manual of Medicine. 16th Edition. McGraw Hill. USA. 2005;527. Poorwo Soedarmo, SS., dkk. (Ed.). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta. 2008;128-132.

Exanthema subitum Exanthema subitum sering disebut roseola infantum dan juga sixth disease atau penyakit ke enam, penyebabnya adalah human herpes virus 6 ( HHV- 6) yang baru ditemukan di tahun 1988 oleh Yamanishi dkk. Selain HHV-6 exanthema subitum juga disebabkan human herpes virus 7 ( HHV-7). Exanthema subitum lebih ringan tidak seberat campak, namun perlu diketahui karena seringnya kejadian infeksi pada bayi dan sebagian ada komplikasi serius. Sebenarnya semua bayi lahir sudah mempunyai anti HHV-6 bawaan dari ibunya, namun hanya bertahan sampai umur 4 bulan sehingga setelah umur 4 bulan bayi rawan terinfeksi sehingga hampir semua bayi umur 6 bulan sudah pernah terinfeksi HHV 6. Transmisi infeksi HHV-6 dan HHV-7 belum jelas, diduga infeksi virus pada bayi karena penyebaran horizontal dari orang tua, dokter, perawat . Gejala Klinik:

Infeksi exanthema subitum dari HHV-6 dan HHV-7 sangat mirip campak, yaitu panas timbul mendadak, dapat mencapai 39.4 C sampai 41,2 C. Keluar ruam merah di kulit, berlangsung selama 36 hari, anak rewel gelisah. Dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe di kepala belakang, timbul bercak merah pada langit langit mulut dan daerah ovula yang disebut Nakayamas spot , dapat pula

ditemukan ubun ubun besar yang menonjol. Merah merah / ruam juga terjadi pada tubuh, menyebar ke leher wajah, tangan dan kaki , bentuk ruam mirip campak berwarna merah muda dengan diameter 1-3 mm. Diagnosis Pada penelitian prospektif 93 % dari infeksi baru adalah simptomatik artinya timbul gejala spesifik, sebagian kecil kasus tidak timbul gejala spesifik dimana justru yang menonjol adalah demam akut disertai manifestasi saluran cerna berupa muntah dan diare. Seperti pada infeksi virus yang lain, diagnosis pasti exanthema subitum sulit. Pemeriksaan laboratorium standar tak banyak membantu diagnosis, perlu pemeriksaan laboratorium virologi yang canggih . Faktor lain yang menyulitkan adalah sering masih dijumpainya maternal antibody HHV 6 yaitu antibody bawaan dari ibu. Pemeriksaan dengan deteksi DNA dari HHV 6 dalam darah atau air liur tidak dapat membedakan apakan terjadi infeksi baru atau infeksi yang sudah lampau. Diagnosis definitif bila ditemukan adanya replikasi virus serta pengingkatan titer antibody lebih dari 4 x lipat pada serum penyembuhan dibanding serum stadium akut. Secara umum dokter mendiagnosis penyakit demam dengan ruam merah berdasar klinis antara lain riwayat penyakit, umur, vaksinasi, tipe dan riwayat gejala awal, bentuk ruamnya. Ada juga penjelasan dari sini: Roseola infantum. Nama cantik seperti bunga mawar ini adalah penyakit infeksi pada bayi yang gejalanya antara lain timbul bercak-bercak kemerahan di kulit seperti bunga mawar (sehingga disebut roseola). Infeksi ini kebanyakan diderita bayi umur 6 bulan sampai 2 tahun (infant). Namun, angka kejadian paling tinggi ditemukan pada bayi umur 6-12 bulan. Penyakit ini dikenal juga dengan nama exanthem subitum. Ulah virus. Virus herpes tipe 6 (HHV-6) dan 7 (HHV-7) adalah biang keladi penyakit ini. Lebih dari 75% roseola infantum di Indonesia disebabkan virus herpes tipe 6 (HHV-6). Penularan penyakit ini biasanya akibat terkena percikan ludah penderita. Misalnya, tertular dari bayi lainnya ketika Anda membawa bayi periksa kesehatan rutin atau imunisasi di dokter. Bayi yang mungkin menularkan penyakit ini belum tentu menunjukkan gejala. Sebaliknya, bayi yang tertular akan menunjukkan gejala-gejala berikut. Demam antara 3940C selama 3 hari. Bila ada riwayat kejang dalam keluarga, demam dapat disertai kejang. Bayi seringkali terlihat lemah tidak bertenaga, rewel, dan cepat mengantuk. Ruam kemerahan muncul setelah demam turun. Ruam bisa muncul di seluruh tubuh, atau hanya pada bagian tertentu seperti sekitar wajah, leher dan dada. Bila bercak tersebut ditekan, akan terlihat bekas seperti halo (berbentuk bulat berwarna putih seperti awan). Ruam ini tidak berubah menjadi bernanah atau timbul cairan, dan tidak gatal. Mata bayi biasanya berair dan terlihat kemerahan, bibir pecah-pecah. Umumnya, bercak akan berubah warna menjadi hitam kecokelatan, hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu. Lainnya: diare, batuk, pilek dan radang tenggorokan. Komplikasi. Selain kejang, komplikasi lain yang mungkin timbul meski sangat jarang terjadi adalah pembengkakan kelenjar limfa di leher dan radang selaput otak (meningitis). Selain itu,

dapat pula terjadi komplikasi yang berat seperti radang paru (pneumonia), yang dapat berakibat fatal. Bedanya dengan campak. Ruam pada roseola infant timbul setelah demam anak turun, sementara pada campak muncul pada saat demam sedang tinggi. Atasi dengan: Turunkan demamnya. Beri obat penurun demam yang aman untuk anak, seperti asetominofen dan ibuprofen, baik dalam bentuk obat tetes atau sirup. Jangan gunakan aspirin, sebab bila bereaksi dengan virus dapat memicu timbulnya sindroma Reye (menyebabkan pembengkakan hati dan otak). Kompres si kecil. Gunakan handuk atau lap bersih yang dibasahi air hangat. Tidak disarankan mengompres dengan es batu, air dingin, atau alkohol. Juga, jangan memandikan si kecil dengan air dingin. Beri banyak cairan, untuk mencegah dehidrasi akibat demam tinggi dan berkeringat. Cairan yang diberikan bisa berupa ASI, air putih, larutan gula garam, cairan elektrolit (oralit) atau kaldu. Bawa ke dokter atau rumah sakit, bila si kecil kejang, kesadarannya menurun, sesak napas, atau tidak mau makan dan minum. Masa inkubasi penyakit ini rata-rata 515 hari, dan umumnya akan sembuh dalam waktu sekitar 1 minggu. Roseola infantum sering disebut sebagai penyakit ke-6 atau sixth disease. Sebab, gejalanya yang berupa bercak kemerahan pada kulit, mirip dengan lima jenis penyakit lainnya. Urutan lima jenis penyakit yang memiliki gejala serupa itu adalah campak (penyakit 1), penyakit Dukes (penyakit 2), campak Jerman (penyakit 3), penyakit Scarlet (penyakit 4), dan eritrema infeksiosum (penyakit 5). Dari kelima jenis penyakit tersebut, roseola infantum kerap salah didiagnosa dan dianggap penyakit campak Jerman.

Anda mungkin juga menyukai