Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

MUMPS/ GONDONG/ PAROTITIS

A. Definisi
Mumps (Gondongan, Parotitis Epidemika) adalah suatu infeksi virus menular yang
menyebabkan pembengkakan unilateral (satu sisi) atau bilateral (kedua sisi) pada
kelenjar liur disertai nyeri. Mumps disebabkan oleh paramyxovirus. Virus ini
ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau
karena bersentuhan langsung dengan benda benda yang terkontaminasi oleh ludah
penderita. Yang terkena biasanya adalah kelenjar parotis, yaitu kelenjar ludah yang
terletak diantara telinga dan rahang.

B. Etiologi
Penyebab penyakit MUMPS ini adalah virus golongan paramyxovirus:
- Ordo : Mononegavirales
- Famili : Paramyxoviridae
- Genus : Rubulavirus
- Spesies : Mumps Virus
Mumps disebabkan oleh paramyxovirus. Virus ini ditularkan melalui percikan ludah
yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau karena bersentuhan langsung
dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita.

Yang terkena biasanya adalah kelenjar parotis, yaitu kelenjar ludah yang terletak
diantara telinga dan rahang. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis
(buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Masa
inkubasi adalah 12-24 hari.

Jika dibandingkan dengan campak atau cacar air, gondongan tidak terlalu menular.
Kebanyakan penyakit ini menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Jarang
ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun.
Jika seseorang pernah menderita gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan
seumur hidupnya.

C. Manifestasi Klinis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan,
bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical).
Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan,
yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-
18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya
masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :

1 Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu
badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan,
nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku
rahang (sulit membuka mulut).
2 Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar
mengalami pembengkakan.
3 Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur
mengempis.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula)
dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi
pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

D. Pathway (terlampir)

E. Komplikasi
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi
kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini
dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar
liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang
kurang dini :

1 Orkitis : peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang
terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen
sehingga terjadi kemandulan.
2 Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telur. Timbul nyeri perut
yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
3 Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa
sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita
mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total.
Satu diantara 400-6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung
mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau
kelumpuhan otot wajah.
4 Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama.
Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan
menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
5 Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air yang kental
dalam jumlah yang banyak.
6 Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.
7 Meningo-ensefalitis, penderita mula-mula menunjukkan gejala nyeri kepala
ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh
tinggi (hiperpireksia).
8 Epididimo-orkitis, penderita menunjukkan suhu badan yang tinggi, kadang-
kadang menggigil dan menderita nyeri tekan di daerah testis kanan atau kiri.

F. Pemeriksaan Penunjang
1 Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan
yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam
darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi
sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
2 Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2
minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.

3 Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan
adanya infeksi virus, yaitu:
1) Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan
serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4
kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.
2) Neutralization (NT) test
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan
fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi.
Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh
titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode
yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis
dan tidak mahal.
3) Complement – Fixation (CF) test
Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon
antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis
epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1
bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara
lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4
kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang
baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai
maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12
minggu.
4) Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan
dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau
darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang
diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum
hiperimun

G. Penatalaksanaan
Tidak ada perawatan spesifik yang dapat dilakukan untuk penyakit gondong atau
mumps ini. Antibiotik juga tidak berperan banyak karena penyakit ini diakibatkan
oleh infeksi virus. Perawatan dapat dilakukan dengan cara memberi Paracetamol atau
Acetaminophen pada anak yang menderita gejala demam ( tidak diberikan Aspirin,
karena ditakutkan dapat menyebabkan meningkatnya gejala Reyes Syndrome pada
anakanak). Selain itu penderita juga dianjurkan untuk istirahat yang cukup, minum air
putih yang banyak, makan makanan yang lunak, dan berkumur menggunakan obat
kumur. Makanan yang bersifat asam dan jus buah harus dihindari, karena jus buah
dapat menstimulasi kelenjar parotid untuk menghasilkan lebih banyak air liur yang
dapat menyebabkan bertambahnya rasa sakit. Bengkak pada kelenjar parotid hanya
akan berlangsung selama 2-3 hari, tetapi akan surut setelah itu dan suhu badan akan
yang tinggi juga akan turun.

H. Discharge Planning
1 Jaga kebersihan mulut dan gigi
2 Banyak istirahat untuk mengembalikan stamina
3 Kurangi aktivitas yang berlebihan
4 Jangan mengonsumsi alkohol
5 Perbanyak minum air putih
6 Makan makanan yang lunak dengan potongan kecil,
7 Berkumur menggunakan obat kumur.
8 Hindari makanan yang bersifat asam dan jus buah.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
untuk mencerna nutrien adekuat akibat penyakit kronis infeksi
2. Nyeri b.d Infeksi Virus
3. Ketidakefektifan thermoregulasi b.d proses penyakit

J. Asuhan Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


.

1 Ketidakseimbangan NOC NIC


Nutritional status : food and Nutrition Management
nutrisi kurang dari
- Kaji status nutrisi
fluid intake
kebutuhan tubuh b.d
Kriteria Hasil klien (BB dan TC)
ketidakmampuan untuk - BB sesuai dengan tinggi - Kolaborasi dengan
mencerna nutrien badan ahli gizi untuk
- Tidak terjadi penurunan
adekuat akibat penyakit menentukan jumlah
berat badan yang berarti
kronis infeksi kalori dan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda
yang dibutuhkan
mal nutrisi
klien
- Kaji adanya alergi
makanan
- Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
makanan
- Anjurkan klien
untuk meningkatkan
intake Fe, protein
dan vit. C
2 Nyeri b.d Infeksi Virus NOC NIC
- Pain Level, Pain management
Kriteria Hasil - Kaji keluhan nyeri
- Mampu mengontrol nyeri perhatikan lokasi,
(tahu penyebab nyeri, lamanya, dan
mampu menggunakan intensitas (skala 0-
teknik non farmakologi 10).
untuk mengurangi nyeri, - Monitor tanda-tanda
mencari bantuan) vital
- Mampu mengenali nyeri - Perhatikan petunjuk
(skala, intensitas, verbal dan non
frekuensi dan tanda verbal dari
nyeri) ketidaknyamanan.
- Menyatakan rasa nyaman - Bantu pasien
setelah nyeri berkurang menemukan posisi
nyaman
- Tingkatkan istirahat
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri
- Kolaborasi
pemberian analgetik
untuk mengurangi
nyeri
3 Ketidakefektifan NOC NIC
Hydration Temperature regulation
thermoregulasi b.d
- Monitor suhu
proses penyakit Kriteria Hasil minimal tiap 2
- Keseimbangan antara jam
produksi panas, panas - Monitor TTV
yang diterima, dan - Monitor warna
kehilangan panas dan suhu kulit
- Temperature : 36,5 – - Tingkatkan intake
37°C cairan dan nutrisi
- Tidak ada perubahan - Ajarkan teknik
kulit mencegah
keletihan akibat
panas
- Kolaborasi
pemberian
antipiretik
PATHWAY

Ganggu an komunikasi
Gangguan citra dan interaksi sosial
tubuh

Ketidakseimbangan
Pembengkakan pd kelenjar parotis nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
ketidakefektifan pola napas

Gangguan nafsu makan ketidakefektifan


thermoregulasi
Sesak nafas Meningitis
Suhu tubuh meningkat
Sal. nafas Saraf
infeksi jaringan sekitar
Edema pada parotitis
Intoleransi aktifitas
Ke jaringan sekitar Viremia
Nyeri Nyeri akut
Parotitis epidemika

Proliferasi di parotis

Masuk lewat hidung/mulut : droplet, infeksi, dll

Agen invasive : Mumps Virus


DAFTAR PUSTAKA

1 Capernito, Lynda juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
2 M. Wilkinson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
3 Mumps (Parotitis Epidemika). 2010. Kumpulan Referat dan Karya Tulis
Kedokteran..
4 Erwanto & Okki. 2010. Gondongan (Mumps).
5 Templer. JW, dkk. 2009. Parotitis/Mumps. Web MD Professional.

Anda mungkin juga menyukai