Anda di halaman 1dari 8

Anak 5 Tahun Mengalami Mumps

Tutor: dr. Inggrid Osya Far Far, MARS

Raudah 102016006

Andreas Felix Leonardo 102019067

Apricylia Gloria Elizabeth Lumanauw 102019081

Hertiawan Wijaya 102019095

Melinda Agustin 102019100

Diyah Muliani Fatimah 102019108

Ida Ayu Kade Gienanda Putri 102019151

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 RT.5/RW.2, Duri Kepa, Kebon Jeruk,

Jakarta Barat
Abstrak

Mumps atau pembengkakan kelenjar parotis atau juga biasa disebut dengan gondongan adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Paramyxovirus dan biasa terjadi pada anak-anak yang dapat menular dari percikan ludah
atau lendir yang keluar dari mulut maupun hidung. Mumps biasanya dimulai dengan beberapa hari demam,
kemudian sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan maupun nyeri saat makan makanan
asam, serta diikuti oleh pembengkakan kelenjar parotis. Siapapun dapat beresiko terkena penyakit gondongan ini,
baik yang sudah divaksinasipun. Adapun mereka yang beresiko besar untuk tertular penyakit ini adalah mereka
yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka
yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh. Dalam kasus kematian karena penyakit ini jarang dilaporkan. Mumps
adalah penyakit yang dapat sembuh atau hilang sendiri dalam kurun waktu 1-2 minggu. Pada mumps dapat dicegah
dengan cara memperbanyak istirahat atau tidur yang cukup, memperbanyak minum air putih, mengkompres
menggunakan air hangat pada daerah yang nyeri, mengkonsumsi makanan yang lunak supaya tidak banyak
mengunyah. Mumps juga terdapat beberapa diagnosis banding seperti purulensi parotitis, limfadenitis tuberculosis
(TB), lupus eritematosus sistemik (SLE).

Kata kunci: Mumps, Pembengkakan, Kelenjar Parotis, Diagnosis Banding, Sembuh

Abstract

Mumps or parotid gland swelling or also commonly referred to as mumps is an infectious disease caused by
Paramyxovirus and commonly occurs in children which can be transmitted from saliva or mucus splashes that
come out of the mouth or nose. Mumps usually starts with a few days of fever, then headache, muscle aches,
fatigue, and loss of appetite or pain when eating acidic foods, followed by swelling of the parotid glands. Anyone
can be at risk for this disease, even if it has been vaccinated. Those who are at great risk for contracting this
disease are those who use or consume certain drugs to suppress thyroid gland hormones and those who lack iodine
in the body. In cases of death from this disease are rarely reported. Mumps is a disease that can heal or go away
on its own in 1-2 weeks. Mumps can be prevented by getting plenty of rest or sleep, drinking lots of water,
compressing using warm water on the painful area, consuming soft foods so that you don't chew a lot. Mumps also
has several differential diagnoses such as purulent parotitis, tuberculous lymphadenitis (TB), systemic lupus
erythematosus (SLE).

Key words: Mumps, Swelling, Parotid Gland, Differential Diagnosis, Cured

Pendahuluan

Gondongan atau mumps adalah penyakit virus yang menular dan pernah menjadi penyakit masa kanak-kanak yang
sangat umum pada umur 5-9 tahun. Gondongan juga adalah penyakit menular yang menyebar melalui percikan
ludah, maupun lendir yang keluar dari mulut dan hidung, dekat dengan orang yang mengalami gondongan. Dengan
diterapkannya vaksinasi yang meluas, kejadian gondongan di masyarakat telah menurun secara substansial. Infeksi
gondongan biasanya muncul dengan gejala prodroma sakit kepala, demam beberapa hari, kelelahan, anoreksia,
malaise, nyeri saat makan makanan asam. Penyakit ini lebih sering sembuh sendiri dengan individu mengalami
pemulihan penuh dengan waktu 1-2 minggu. Gondongan disebabkan oleh virus Rubula dan anggota keluarga
paramyxoviridae yang menyebabkan pembengkakan pada leher atau pipi bagian bawah. Gondongan
mempengaruhi orang secara global dan merupakan satu-satunya penyebab epidemik parotitis. Mayoritas kasus
gondongan terlihat pada akhir musim dingin dan awal musim semi.1,3
Gambar 1. Mumps Atau Gondongan.2

Pembahasan

Anamnesis

Pada skenario 11 diketahui bahwa pasien tersebut berusia 5 tahun datang ke dokter dengan keluhan terjadi bengkak
pada leher. Pasien juga mengalami demam tiga hari lalu yang frekuensi demamnya hilang timbul. Dikatakan anak
tersebut juga tidak pernah mengalami trauma sebelumnya dan lehernya sudah bengkak satu hari yang lalu sebelum
ke dokter. Pasien juga tidak mengalami nyeri dibagian telinganya. Pasien mengalami lemah, pusing dan tidak
napsu makan. Pasien juga mengatakan bahwa saat ia makan makanan asam, maka akan merasa nyeri. Dikatakan
juga bahwa pasien tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap dan pasien tidak pernah berkontak dengan orang
sekitar yang mengalami kejadian serupa.

Pemeriksaan Fisik

Pada scenario 11 saat pemeriksaan fisik dikatakan bahwa kesadaran pasien termasuk dalam compos mentis dengan
keadaan umum yaitu pasien sakit ringan. Pada saat dilakukannya pengecekkan tanda-tanda vital didapatkan suhu
37,8 ⁰C, frekuensi pernafasan sebanyak 22x per menit dan denyut nadi yang di dapat sebanyak 90x per menit. Pada
saat pemeriksaan bagian kepala dan leher didapatkan kelenjar parotis dextra yang tampak membesar, sedangkan
kelenjar parotis sinistra yang tampak tidak membesar. Saat disentuh parotis dextranya terasa hangat dan tidak
terdapat nyeri saat di tekan. Pada pemeriksaan bagian toraks didapatkan pergerakan dada simetris serta tidak
terdapat retraksi sela iga. Pada saat di auskultasi terdengar suara nafas yang vesikuler. Pada auskultasi ini juga
tidak terdengar suara ronki maupun wheezing. Pada pemeriksaan bagian abdomen didapatkan dada yang tampak
datar, supel dan tidak terdapat organimegali saat di palpasi. Pada pemeriksaan bagian genitalia eksterna didapatkan
testis tidak terjadi penumpukan cairan atau edema. Pada pemeriksaan terakhir dibagian ekstremitas didapatkan
akral yang hangat dan CRT (Cardiac Resynchronization Therapy) selama 2 detik.

Pemeriksaan Penunjang
Pada skenario 11 di pemeriksaan penunjang akan diambil pemeriksaan darah rutin yaitu eritrosit, leukosit,
trombosit. Pada pemeriksaan ini didapatkan data seperti berikut.

• Hemoglobin = 12 g/dl
• Hematocrit = 37 %
• Leukosit = 7.000 /ul
• Trombosit = 280.000 /ul
• Eritrosit = 5,5 juta/ul
• MCV = 90 fL
• MCH = 30 pg
• MCHC = 35 g/dl

Serta pada saat hitung jenis pada pemeriksaan penunjang didapatkan data sebagai berikut.

• Basofil = 1 %
• Eosinophil = 2 %
• Batang = 2 %
• Segmen = 30 %
• Limfosit = 60 %
• Monosit = 5 %

Working Diagnosis (WD)

Pada data-data yang didapat diatas menurut dokter untuk diagnosis kerja dikatakan bahwa anak laki-laki umur 5
tahun tersebut terkena infeksi gondongan atau mumps.

Different Diagnosis (DD)

1. Purulensi Parotitis
Pada purulensi parotitis ini yang biasa diderita kebanyakan pada neonatus, orang tua atau orang yang
lemah terhadap penyakit sistemik. Kelenjar yang sering terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi ini
menyebabkan pembentukan abses dan juga sering terlibat dengan kelenjar submandibular. Infeksi ini biasa
disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Pada pemeriksaan lanjut biasanya ditemukan nanah yang keluar
dari dasar mulut, nanah tersebut dapat diinsisi atau didrainase sebanyak 30-40 ml nanah murni dikeluarkan
yang dapat dilakukan untuk kultur. Pada purulensi parotis ditemukan leukositosis sebanyak 18.000 /ul
dengan neutrophil 80 %.4
2. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Pada SLE ini termasuk limfadenopati autoimun yang prevalensi keterlibatan 13-45 %. Pada umumnya
pasien SLE mengalami penurunan system imun karena disfungsi dari system imun intrinsic itu sendiri
atau karena pengobatan imunnosupresif lainnya. SLE untuk anak-anak adalah penyakit autoimun yang
sulit dideteksi karena keterlibatan multisystem. Pada pemeriksaan lanjut untuk mengyakinin SLE adalah
biasanya terjadi pembentukan autoantibody sebesar 95 % lebih, autoantibody itu adalah antinukleat
antibody (ANA). Pada ANA yang positif harus dilakukan observasi untuk lebih menyakinkan. Jika ANA
negative adalah kemungkinan besar bukan SLE.6
3. Limfadenitis Tuberculosis (TB)
Pada limfadenitis TB adalah salah satu penyakit infeksi bakteri sistemik yang biasanya dikarenakan infeksi
granulomatosa kronik yang umumnya disebabkan oleh Mycobacterium TB. Pada pemeriksaan lanjut bisa
didapatkan LED (Laju Endap Darah) meningkat 20 mm/jam. Untuk terapi penyakit ini bisa digunakan
obat anti-tuberculer yang disarankan oleh WHO (World Health Organization).5

Etiologi

Gondongan adalah RNA paramyxovirus untai tunggal. Hanya ada satu serotipe virus gondongan yang
diketahui. Nukleoprotein, fosfoprotein, dan polimerase bersama-sama dengan RNA genom mereplikasi virus yang
membentuk ribonukleokapsid. Lapisan ganda lipid yang diturunkan dari inang mengelilingi ribonukleokapsid. Di
dalam lapisan ganda lipid ini terdapat neuraminidase virus dan protein fusi yang memungkinkan pengikatan sel
dan masuknya virus.7 Kompleks fusi ini adalah target utama antibodi penawar virus. Virus itu sendiri adalah virus
stabil yang tidak dapat digabungkan. Hal ini membuat pergeseran antigenik tidak mungkin
terjadi. Ketidakmampuan dalam pergeseran genetik ini memungkinkan vaksinasi untuk memberikan kekebalan
jangka panjang pada individu. Pada virus gondongan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet.8

Faktor risiko penyakit gondongan termasuk imunodefisiensi, perjalanan internasional dan kurangnya vaksinasi.
Pada gondongan ini menyebar melalui kontak langsung, percikan ludah maupun cairan dari hidung. Virus
gondongan ini dapat ditemukan dalam urin pada hari ke pertama sampai ke empat belas setelah terjadi pembesaran
kelenjar parotis.1

Epidemiologi

Gondongan merupakan endemik di seluruh dunia dengan wabah epidemik yang terjadi kira-kira setiap lima tahun
di wilayah yang tidak divaksinasi. Virus gondongan sangat menular dan menular melalui kontak langsung dengan
tetesan pernapasan, air liur, dan perlengkapan rumah tangga. Hingga sepertiga orang yang terinfeksi tidak
menunjukkan gejala, tetapi menular. Pengenalan vaksin gondong pada tahun 1967 menghasilkan pengurangan
99,8% kasus yang terdokumentasi di Amerika Serikat pada tahun 2001. Beberapa faktor perancu menyebabkan
wabah baru-baru ini di Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat selama awal tahun 2000-an. Kombinasi dari
penurunan kekebalan vaksin dari waktu ke waktu, epidemi global yang terus berlanjut pada populasi yang tidak
divaksinasi, dan tidak adanya virus tipe liar untuk meningkatkan respon imun pada individu yang
divaksinasi. Faktor-faktor ini ditambah dengan individu yang tinggal dalam jarak dekat seperti asrama perguruan
tinggi memungkinkan penyebaran virus pernapasan seperti gondongan untuk menyebabkan wabah.3

Gondongan ini juga merupakan infeksi pada anak. Penyakit ini mencapai insiden tertinggi pada anak berusia 5-9
tahun, 80% ditemukan pada anak yang berumur dibawah 15 tahun. Pada anak berusia kurang dari 5 tahun, gondong
umumnya dapat menyebabkan infeksi saluran napas atas tanpa pembesaran parotis. Pada pembesaran kelenjar
parotis setelah 9 hari terkena infeksi. Didaerah dengan empat musim, parotitis endemik terutama terjadi pada
musim dingin dan musim semi. Namun penyakit ini tetap dapat ditemukan sepanjang tahun. Mortalitas karena
gondongan endemik sangat jarang dan lebih sering terjadi pada anak diatas 19 tahun. Mortalitas sebagian besar
dikarenakan komplikasi ensefalitis.9

Patofisiologi

Manusia adalah satu-satunya inang alami untuk gondongan virus. Virus ini memiliki masa inkubasi variabel 7
hingga 21 hari. Individu paling menular 1 hingga 2 hari sebelum timbulnya gejala. Replikasi primer terjadi pada
epitel mukosa saluran napas bagian atas. Infeksi sel mononuklear di kelenjar getah bening regional meningkatkan
viremia yang menyebabkan peradangan sistemik pada kelenjar ludah, testis, ovarium, pankreas, kelenjar susu, dan
sistem saraf pusat (SSP).10

Manifestasi Klinik
Prodrome virus gondongan meliputi gejala nonspesifik seperti demam 37,8oC-39,4oC, malaise, sakit kepala,
mialgia, dan anoreksia yang segera diikuti oleh parotitis pada hari-hari berikutnya. Parotitis gondongan adalah
manifestasi paling umum dari virus yang terjadi lebih dari 70% infeksi. Pembengkakan parotis biasanya bilateral,
tetapi pembengkakan unilateral dapat terjadi. Pembengkakan parotis muncul sebagai peradangan yang
menyakitkan di area antara daun telinga dan sudut mandibula. Mukosa duktus Stensen sering kali berwarna merah
dan bengkak seiring dengan keterlibatan kelenjar submaxillaris dan submandibularis. Peradangan kelenjar paling
sering muncul dengan maksimal pada hari pertama sampai ke tiga tetapi kemudian mereda dalam satu
minggu. Sialadenitis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada parotitis. Pembengkakan akan terasa nyeri
baik spontan maupun pada perabaan, terlebih-lebih jika penderita makan atau minum sesuatu yang asam, ini
merupakan gejala khas untuk penyakit gondongan endemik.9

Tatalaksana

Gondongan biasanya merupakan penyakit jinak yang sembuh sendiri. Perawatan adalah perawatan suportif untuk
setiap gejala yang muncul. Obat analgesik dan kompres dingin atau hangat untuk pembengkakan parotis akan
bermanfaat. Obati pembengkakan dan nyeri testis dengan pengangkatan dan kompresi dingin jika terjadi
pembengkakan pada testis. Tidak ada manfaat yang terbukti untuk penggunaan glukokortikoid dan drainase bedah
parotitis dan orkitis gondongan. Pertimbangkan suntikan lumbal terapeutik untuk meredakan sakit kepala yang
berhubungan dengan meningitis aseptik akibat infeksi virus gondongan. Gondongan imun-globulin (Ig) tidak
efektif dalam mencegah gondongan dan tidak direkomendasikan untuk pengobatan maupun profilaksis pasca
pajanan pada pasien.3

Komplikasi

Komplikasi yang paling sering pada anak-anak dari penyakit gondongan ini adalah ensefalitis. Manifestasi klinis
10% yang lebih sering terjadi pada anak laki-laki (3-5x) dari pada perempuan. Ensefalitis dapat terjadi sebelum
dan sesudah ataupun tanpa ada pembengkakan kelenjar parotis. Pada awal akan menunjukkan gejala nyeri kepala
ringan, kemudian muntah, gelisah, suhu tubuh naik (hipertermia), gangguan kesadaran dan kejang.3

Berikutnya adalah ketulian yang terjadi karena neuritis pada saraf pendengaran penderita. Biasanya terjadi
unilateral dan jarang terjadi pada bilateral walaupun valensi mengalaminya 1:15.000 penderita. Ini juga merupakan
penyebab utama tuli saraf unilateral yang kehilangan pendengaran bisa sampai permanen.3

Selanjutnya adalah pankreatitis dengan gejala sering nyeri abdomen dari ringan sampai berat. Gejala ini biasanya
diikuti dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, dan lesu merupakan gejala tanda pankreatitis
akibat gondongan. Gejala akan membaik dalam tiga sampai tujuh hari dan dapat sembuh sempurna.3

Komplikasi-komplikasi akibat gondongan ini masih banyak lagi seperti sindrom Guillain barre, tiroiditis, mastitis,
polyneuritis, orkitis, pneumonia, dan arthritis.3

Pencegahan

Praktik yang umum adalah memberikan vaksin gondongan sebagai bagian dari campak-gondok-rubella (MMR),
umumnya dikenal sebagai vaksin MMR. Vaksin ini diberikan dalam 2 dosis dengan anak-anak paling sering
menerima dosis pertama sekitar usia 1 tahun dan dosis kedua biasanya diberikan antara usia 4 sampai 6 tahun.
Kekebalan pasca vaksinasi sekitar 80% setelah dosis pertama dan 90% setelah dosis kedua.11

Pada tahun 2018, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan agar individu yang
divaksinasi sebelumnya dengan 2 dosis vaksin gondongan, sekarang harus menerima dosis ketiga (misalnya,
mahasiswa). Pencegahan dengan vaksinasi adalah tindakan pengendalian yang paling praktis dan efektif. Vaksin
gondongan adalah virus hidup yang dilemahkan. Ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil dan wanita harus
menunggu 4 minggu setelah vaksinasi MMR jika ingin hamil. Individu yang menderita reaksi alergi yang
mengancam nyawa terhadap komponen vaksin atau mereka yang mengalami imunosupresi yang signifikan
bukanlah kandidat untuk vaksinasi. Ini termasuk pasien dengan AIDS, leukemia, limfoma, keganasan umum, dan
mereka yang menerima pengobatan dengan kemoterapi, radiasi, atau terapi kortikosteroid. Vaksinasi tetangga
yang sehat dengan mereka yang mengalami imunosupresi parah.11

Jangan memvaksinasi pasien AIDS atau HIV yang memiliki tanda-tanda imunosupresi, tetapi vaksinasi pasien
HIV yang tidak memiliki bukti laboratorium adanya imunosupresi. Pisahkan pasien yang terinfeksi gondongan
dan lakukan tindakan pencegahan droplet. CDC merekomendasikan isolasi selama 5 hari setelah timbulnya
pembengkakan parotis.11

Prognosis

Prognosis untuk pasien gondongan sangat baik, untuk ensefalitis dapat pemulihan yang baik dan ketulian juga
jarang terjadi. Kecuali pada keadaan tertentu seperti saat kehamilan dapat terjadi keguguran.

Simpulan

Pembesaran kelenjar parotis unilateral pada anak laki-laki umur 5 tahun didapatkan diagnosis banding dengan
purulensi parotitis, lupus eritematosus sistemik (SLE), limfadenitis tuberculosis (TB) dan banyak lainnya. Pada
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat ditetapkan diagnosisnya bahwa anak tersebut menderita
mumps atau gondongan. Mumps ini juga terdapat banyak komplikasi dari yang ringan sampai yang berat maupun
mengancam nyawa penderita.
DAFTAR PUSTAKA

1 . Mumps | Transmission | CDC [Internet]. Cdc.gov. 2020 [cited 14 November 2020].

2 . Details - Public Health Image Library (PHIL) [Internet]. Phil.cdc.gov. 2020 [cited 14 November 2020].

3 . Hviid A, Rubin S, Mühlemann K. Mumps. Lanset. 2008; 371 (9616): 932-44.

4 . Hamid R, Shera H, Khurshid S, Bhat A, Baba A, Akhter A. Suppurative parotitis and submandibular
sialadenitis. Journal of Clinical Neonatology. 2014;3(1):39.

5 . Hegde S, Rithesh KB, Baroudi K, Umar D. Tuberculous lymphadenitis: early diagnosis and intervention. J Int
Oral Health. 2014;6(6):96-8.

6 . Levy D, Kamphuis S. Systemic Lupus Erythematosus in Children and Adolescents. Pediatric Clinics of North
America. 2012;59(2):345-364.

7 . Hanna-Wakim R, Yasukawa LL, Sung P, Arvin AM, Gans HA. Immune responses to mumps vaccine in adults
who were vaccinated in childhood. J Infect Dis. 2008;197(12):1669-75.

8 . Watson JC, Hadler SC, Dykewicz CA, Reef S, Phillips L. Measles, mumps, and rubella--vaccine use and
strategies for elimination of measles, rubella, and congenital rubella syndrome and control of mumps:
recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Recomm
Rep. 1998;47(RR-8):1-57.

9 . Harrison T, Kasper D, Harrison T. Harrison's principles of internal medicine. New York, N.Y.: McGraw-Hill
Medical Publishing Division; 2005.

10 . Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Exposure to mumps during air travel--United States, April
2006. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2006;55(14):401-2.

11 . Cardemil CV, Dahl RM, James L, Wannemuehler K, Gary HE, Shah M, Marin M, Riley J, Feikin DR, Patel
M, Quinlisk P. Effectiveness of a Third Dose of MMR Vaccine for Mumps Outbreak Control. N Engl J
Med. 2017;377(10):947-956.

Anda mungkin juga menyukai