Chikungunya berasal dari bahasa Swahili yang berarti kejang urat, berubah
bentuk, atau bungkuk.
Istilah lain dari penyakit ini adalah dengue, dyenga, abu rokap, dan demam tiga
hari. Istilah dengue pertama kali digunakan di Kuba pada tahun 1928 karena
kemiripan chikungunya dengan DBD.
EPIDEMIOLOGI
Lokasi penyebaran penyakit ini tidak berbeda jauh dengan DBD karena vector
utamanya sama yaitu nyamuk Aedes aegypti.
ETIOLOGI
Virus chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa dari famili
Togaviridae. Togaviridae adalah virus berbentuk sferis dengan ukuran diameter
sekitar 42 nm.
PENULARAN
Masa inkubasi chikungunya adalah 2-12 hari dengan rata-rata 3-7 hari.
Pemeriksaan serologi yang lebih pasti dilakukan dengan rapid diagnostic test
(RDT), ELISA, hemaglutinase inhibisi (HI), dan immunofluorescent assay (IFA)
untuk mendeteksi antibody IgM dan IgG atau dengan polymerase chain reaction
(PCR) untuk memeriksa materi genetik virus.
PENGOBATAN
Karena belum ada vaksin dan obat untuk virus chikungunya, maka pengobatan
yang diberikan meliputi:
1. Pengobatan suportif
Istirahat tirah baring dilakukan untuk mempercepat penyembuhan bersama
dengan penambahan vitamin yang meningkatkan daya tahan tubuh.
Penderita sebaiknya diberi minuman yang cukup. Rehabilitasi dengan
fisioterapi untuk nyeris endi juga perlu dipertimbangkan.
2. Pengobatan analgetik
Obat antipiretik atau analgesic non-aspirin dan anti-inflamasi nonsteroid
(OAINS) diberikan untuk mengurangi demam dan rasa sakit pada
persendian serta mencegah kejang.
3. Infus
Infus diberikan apabila perlu, terutama bagi penderita yang malas minum.
Ini berguna untuk menjaga keseimbangan cairan.
PROGNOSIS
Suatu penelitian melaporkan bahwa dari 107 penderita, 88% sembuh
sempurna, 4 % mengalami kekakuan sendi, 3 % mengalami kekakuan sendi
yang menetap tetapi tidak merasa nyeri, serta 5 % mengeluhkan kekakuan
sendi yang menetap dan mengalami efusi persendian
KOMPLIKASI
Komplikasi sampai kematian jarang terjadi, meskipun kemungkinan
neuroinvasif dan perdarahan bisa saja terjadi. Pada anak-anak, komplikasi
yang mungkin terjadi (meskipun sangat jarang) adalah syok, miokarditis,
kolapsnya pembuluh darah atau ensefalopati.
PENCEGAHAN
1. Pencegahan gigitan nyamuk
Pemasangan kelambu, pemasangan obat nyamuk oles, bakar, atau
semprot. Memakaikan baju lengan panjang dan celana panjang kepada
anak yang tidur siang merupakan upaya perlindungan yang penting
karena tidur siang berhubungan dengan gigitan nyamuk Aedes.
2. Pemberantasan jentik
3 M plus, menebar ikan pemakan jentik di tempat penampungan air,
atau dengan pemberian larvasida berupa Temephos dan Insect growth
regulator (ISG). Temephos yang berbentu granul dosis 1 ppm atau 10
gram (+ 1 sendok makan) untuk 100 liter air yang diberikan setiap 3
bulan. ISG seperti methroprene dan phyriproxiphene yang bisa menjaga
jentik sampai 3-6 bulan.
3. Pemberantasan nyamuk
Penyemprotan (fogging) massal menggunakan insektisida cair dua kali
dengan selang waktu 1 minggu.