Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili yang berarti kejang urat, berubah
bentuk, atau bungkuk.

Istilah lain dari penyakit ini adalah dengue, dyenga, abu rokap, dan demam tiga
hari. Istilah dengue pertama kali digunakan di Kuba pada tahun 1928 karena
kemiripan chikungunya dengan DBD.

EPIDEMIOLOGI

Chikungunya tersebar di daerah tropis dan subtropics yang berpenduduk padat


seperi Afrika, India, dan Asia Tenggara.

Lokasi penyebaran penyakit ini tidak berbeda jauh dengan DBD karena vector
utamanya sama yaitu nyamuk Aedes aegypti.

ETIOLOGI

Virus chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa dari famili
Togaviridae. Togaviridae adalah virus berbentuk sferis dengan ukuran diameter
sekitar 42 nm.

PENULARAN

Penularan chikungunya yang cepat hingga terjadinya KLB dipengaruhi oleh:

1. Perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi perkembangan populasi


nyamuk.
2. Mobilisasi penduduk dari dan ke daerah yang terinfeksi.
3. Perilaku masyarakat.
4. Sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan tempat berkembang biaknya
nyamuk.
Mekanisme penularan klasik terjadi apabila manusia yang sedang viremia, yaitu
biasanya terjadi 2 hari sebelum demam sampai 5 hari setelah demam, digigit
nyamuk Aedes sp. dalam waktu 8-10 hari. Virus dalam kelenjar air liur nyamuk
akan berkembang biak dan kemudian ditularkan ke manusia lain yang digigit oleh
nyamuk pada gigitan berikutnya. Dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu
3-7 hari untuk berkembang, sebelum akhirnya menimbulkan gejala klinis.

GEJALA, TANDA, DAN DIAGNOSIS

Masa inkubasi chikungunya adalah 2-12 hari dengan rata-rata 3-7 hari.

Gejala penyakit diawali dengan demam mendadak, kemudian diikuti munculnya


ruam kulit dan limfadenopati, arthralgia, myalgia, atau artritis yang merupakan
tanda dan gejala khas chikungunya. Penderita dapat mengeluhkan nyeri atau
ngilu saat berjalan kaki karena serangan pada sendi-sendi kaki.

Dibandingkan dengan DBD, gejala chikungunya muncul lebih dini. Perdarahan


jarang terjadi.

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk memastikan diagnosis, dengan bahan


darah vena 5 cc pada fase akut dan fase penyembuhan. Pada pemeriksaan
hematologi rutin dapat dijumpai kadar hemoglobin yang normal,
trombositopenia, leukopenia, atau leukositosis, relatif limfositosis pada hitung
jenis dan peningkatan LED. Pemeriksaan kimia klinis menunjukkan fungsi hati
yang bisa terganggu apabila terjadi hepatomegali yang ditandai dengan
SGOT/SGPT dan bilirubin direk atau total yang meningkat.

Pemeriksaan serologi yang lebih pasti dilakukan dengan rapid diagnostic test
(RDT), ELISA, hemaglutinase inhibisi (HI), dan immunofluorescent assay (IFA)
untuk mendeteksi antibody IgM dan IgG atau dengan polymerase chain reaction
(PCR) untuk memeriksa materi genetik virus.

PENGOBATAN

Karena belum ada vaksin dan obat untuk virus chikungunya, maka pengobatan
yang diberikan meliputi:
1. Pengobatan suportif
Istirahat tirah baring dilakukan untuk mempercepat penyembuhan bersama
dengan penambahan vitamin yang meningkatkan daya tahan tubuh.
Penderita sebaiknya diberi minuman yang cukup. Rehabilitasi dengan
fisioterapi untuk nyeris endi juga perlu dipertimbangkan.
2. Pengobatan analgetik
Obat antipiretik atau analgesic non-aspirin dan anti-inflamasi nonsteroid
(OAINS) diberikan untuk mengurangi demam dan rasa sakit pada
persendian serta mencegah kejang.
3. Infus
Infus diberikan apabila perlu, terutama bagi penderita yang malas minum.
Ini berguna untuk menjaga keseimbangan cairan.

Indikasi rawat tergantung dari berat atau ringannya penyakit. Meskipun


demam sudah reda, keluhan pada sendi mungkin bisa berlangsung lama.

PROGNOSIS
Suatu penelitian melaporkan bahwa dari 107 penderita, 88% sembuh
sempurna, 4 % mengalami kekakuan sendi, 3 % mengalami kekakuan sendi
yang menetap tetapi tidak merasa nyeri, serta 5 % mengeluhkan kekakuan
sendi yang menetap dan mengalami efusi persendian

KOMPLIKASI
Komplikasi sampai kematian jarang terjadi, meskipun kemungkinan
neuroinvasif dan perdarahan bisa saja terjadi. Pada anak-anak, komplikasi
yang mungkin terjadi (meskipun sangat jarang) adalah syok, miokarditis,
kolapsnya pembuluh darah atau ensefalopati.

PENCEGAHAN
1. Pencegahan gigitan nyamuk
Pemasangan kelambu, pemasangan obat nyamuk oles, bakar, atau
semprot. Memakaikan baju lengan panjang dan celana panjang kepada
anak yang tidur siang merupakan upaya perlindungan yang penting
karena tidur siang berhubungan dengan gigitan nyamuk Aedes.
2. Pemberantasan jentik
3 M plus, menebar ikan pemakan jentik di tempat penampungan air,
atau dengan pemberian larvasida berupa Temephos dan Insect growth
regulator (ISG). Temephos yang berbentu granul dosis 1 ppm atau 10
gram (+ 1 sendok makan) untuk 100 liter air yang diberikan setiap 3
bulan. ISG seperti methroprene dan phyriproxiphene yang bisa menjaga
jentik sampai 3-6 bulan.
3. Pemberantasan nyamuk
Penyemprotan (fogging) massal menggunakan insektisida cair dua kali
dengan selang waktu 1 minggu.

Anda mungkin juga menyukai