Anda di halaman 1dari 8

Kesulitan download?

Kunjungi: https://warungbidan.blogspot.com/2020/11/makalah-dbd-dalam-kehamilan-persalinan.html

DBD DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS

A. Pengertian DBD
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang dapat menyerang pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. DBD adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat virus dengue. Orang ini bisa
menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit, yaitu jika mempunyai kekebalan
yang cukup terhadap virus dengue.  Jika orang digigit nyamuk aedes aegypti maka virus
akan masuk bersama darah yang dihisapnya. Didalam tubuh nyamuk itu, virus dengue
akan berkembang dan menyebar ke seluruh bagian nyamuk. Sebagian besar virus tersebut
berada pada kelenjar liur yang terdapat pada alat tusuk nyamuk. Sehingga waktu nyamuk
tersebut menggigit orang lain, maka bersamaan dengan air liur nyamuk masuk kedalam
darah, virus dengue dipindahkan kepada orang lain.
Gejala utama dari demam berdarah dengue adalah demam yang mendadak tinggi
(>39oC), terus menerus  selama 2-7 hari, kemudian turun dengan cepat dan biasanya
diikuti dengan nyeri kepala, menggigil, lemas, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan
tulang, ruam kulit (kulit kemerahan), anoreksia, mual, muntah.

B. Penyebab DBD
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk
Aedes Aegypti pada pembuluh darah. Penularan DBD umumya melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti. Meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang biasanya
hidup di kebun-kebun.
Ciri-ciri nyamuk tersebut adalah :
1. Penularan DBD umumya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Meskipun dapat
juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun.
Tubuhnya belang hitam putih.
2. Menggigit pada siang hari
3. Berkembangbiak pada air bersih dan jernih yang tidak mengalir

C. Penegakan Diagnosis
Demam dengue pada kehamilan menjadi perhatian penting dalam kesehatan. Hal
ini dikarenakan terajdi perubahan fisiologi selama kehamilan, sehingga infeksi dengue
dapat bermanifestasi lebih buruk pada wanita hamil. Wanita hamil dengan infeksi dengue
harus mendapatkan terapi yang adekuat disertai dengan pengawasan ketat dan monitor
berkala. Keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan cairan dengan terjadinya kelebihan
cairan serta tanda-tanda kebocoran plasma perlu diawasi secara ketat oleh dokter.
Gejala-gejala klinis infeksi dengue pada ibu hamil sama seperti pada dewasa
normal lainnya. Beberapa gejala klinis yang dapat dialami oleh ibu hamil adalah demam,
nyeri kepala, nyeri ulu hati dan muntah. Beberapa pasien dapat datang dengan demam
tinggi dan mendadak yang disertai nyeri retro orbita, atralgia, myalgia atau bercak-bercak
di kulit. Pasien juga dapat datang ke pelayanan kesehatan dengan tanda-tanda perdarahan
seperti petekie, epistaksis, perdarahan gusi, atau hematemesis. Namun, seringkali demam
dengue pada kehamilan sulit dibedakan dengan penyulit kehamilan lainnya, seperti
Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelet) dan kehamilan dengan
penyakit infeksi tropis lain.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan peningkatan suhu, manifestasi
perdarahan dan pemeriksaan torniquet positif. Tanda-tanda lain yang harus diketahui
dokter adalah tanda terjadinya dehidrasi pada pasien.
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan tanda hemokonsentrasi ditandai
dengan peningkatan hematokrit, trombositopenia atau leukopenia. Pada fasilitas yang
menunjang, pemeriksaan antibodi IgM dan IgG dengue dapat membantu penegakan
diagnosis.

D. Efek Infeksi Dengue pada Kehamilan


Pada sebuah laporan kasus serial di Sri Lanka yang melibatkan 26 pasien hamil
dengan infeksi dengue, didapatkan bahwa hanya ada 1 pasien trimester pertama yang
mengalami infeksi dengue (3,8%). Selebihnya, 2 pasien pada trimester kedua (7,7%), 20
pasien trimester ketiga (77%) dan 3 pasien post partum (11,5%).
Demam dengue pada kehamilan dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah. Sebuah studi retrospektif yang

1
melibatkan 53 subjek studi melaporkan bahwa infeksi dengue pada kehamilan dapat
mengakibatkan persalinan prematur (41%), perdarahan hebat saat persalinan (9,3%), dan
hematoma retroplasenta (1,9%). Luaran pada janin meliputi prematuritas (20%), kematian
janin intrauterin (3,8%), late miscarriage (3,8%), akut fetal distress (7,5%), transmisi
maternal-fetal (5,6%), dan kematian neonatus (1,9%). Namun, perlu diingat bahwa
jumlah subjek pada penelitian ini hanya sedikit.
Dalam beberapa kasus dapat terjadi syok. Pada bayi yang lahir tanpa kelainan dari
ibu yang menderita infeksi dengue selama kehamilan, dapat dijumpai serum antibodi IgG
serum yang progresif hingga 8-12 bulan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah membedakan infeksi dengue dengan
penyakit lain yang dapat muncul pada kehamilan, seperti Sindrom HELLP. Pada Sindrom
HELLP biasanya tidak ditemukan demam. Perdarahan dapat terjadi bila sudah terjadi
manifestasi DIC (disseminated intravascular coagulation). Selain itu, pada Sindrom
HELLP jarang ditemukan perubahan pada leukosit dan dapat terjadi penurunan
hematokrit. Selain itu, dapat pula terjadi peningkatan enzim hati disertai dengan
hemolisis. Baik pada Sindrom HELLP dan infeksi dengue dapat terjadi trombositopenia.
Salah satu permasalahan yang dapat terjadi pada kasus demam dengue dalam
kehamilan adalah kesulitan untuk mendiagnosis kebocoran plasma. Kegagalan observasi
kebocoran plasma dan tanda-tanda awal syok dapat mengakibatkan pemanjangan syok
dan menyebabkan perdarahan masif disertai kegagalan multi organ. Pada laporan kasus di
Thailand ditemukan bahwa wanita hamil biasanya menunjukkan hematokrit yang rendah.
Kadar hematokrit yang rendah dan peningkatan kadar hematokrit pada kehamilan dapat
disebabkan oleh kebocoran plasma atau perubahan fisiologi normal pada kehamilan.
Selain itu, pembesaran uterus juga menyulitkan untuk melakukan pemeriksaan kebocoran
plasma secara klinis (misalnya pada asites atau efusi pleura). Sehingga, pemeriksaan rutin
berupa USG abdomen untuk memeriksan cairan bebas di rongga abdominal dan foto
thoraks untuk memeriksa cairan bebas di rongga pleura dapat dipikirkan bila terdapat
kemungkinan kebocoran plasma.

E. Penatalaksanaan Demam Dengue pada Ibu Hamil


Penatalaksanaan demam dengue pada ibu hamil terbilang rumit, karena dokter
harus memikirkan keselamatan tidak hanya ibu tapi juga janin yang dikandungnya.
Demam dengue masih menjadi masalah utama di negara tropis seperti Indonesia. Data
WHO memperkirakan terjadi 50 hingga 100 juta infeksi dengue per tahun di seluruh

2
dunia. Selain itu juga, diperkirakan sebanyak 500.000 jiwa mengalami demam berdarah
dengue (DBD) dan 20.000 kematian akibat infeksi dengue. Data di Indonesia
menyebutkan bahwa terdapat sekitar 94.564 kasus infeksi dengue di Indonesia sejak
tahun 2001 hingga 2011 dengan kematian per tahunnya berkisar 472 hingga 1446 jiwa.
Penatalaksanaan demam dengue pada ibu hamil sebenarnya hampir sama dengan
penatalaksanaan pada orang dewasa umumnya. Pada kasus infeksi dengue tanpa penyulit,
penatalaksanaan biasanya dilakukan secara konservatif. Ibu hamil dengan infeksi dengue
sebaiknya dirawat inapkan di tempat terpisah dari ibu hamil lainnya. Penatalaksanaan
konservatif dilakukan pada pasien dengan melakukan tirah baring, pemberian diet lunak,
disertai dengan konsumsi air 1,5 hingga 2,5 liter dalam sehari. Bila pasien mengalami
mual muntah hebat, pemberian cairan oral harus dibatasi. Sisa kekurangan cairan dapat
diberikan secara intravena dengan dosis 100 cc/jam cairan salin normal.
Dokter juga dapat memberikan obat-obat simptomatis untuk mengurangi gejala
pasien. Paracetamol dapat diberikan guna mengatasi demam. Pemberian antibiotik tidak
diindikasikan secara rutin. Antibiotik hanya diberikan bila infeksi dengue terbukti disertai
dengan infeksi sekunder bakterial. Transfusi dan pemberian cairan agresif dilakukan
berdasarkan indikasi. Biasanya transfusi trombosit dilakukan bila jumlah trombosit
kurang dari 20.000/mm3 atau terdapat manifestasi perdarahan spontan. Pada perawatan
harus dilakukan pemantauan berkala pada ibu hamil untuk mengawasi tanda vitalnya.
Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit, serta
pemantauan tanda gawat janin berkala. Periode kritis umumnya pada 24-48 jam dari onset
gejala.
Pada panduan WHO tahun 2011 disebutkan bahwa ibu hamil termasuk pasien
dengue dengan risiko tinggi yang dapat menyebabkan kompleksitas penatalaksaanaan.
Pasien ibu hamil yang menderita demam dengue harus dirawat inap. Pada saat perawatan,
pasien harus mendapatkan terapi cairan. Pengambilan darah dilakukan untuk
mendapatkan data hematokrit awal pasien. Terapi cairan dilakukan dengan memberikan
cairan isotonis seperti salin normal atau ringer laktat dengan dosis 5-7 ml/kgBB/jam
diberikan selama 1-2 jam. Kemudian cairan diturunkan menjadi 3-5 ml/kgBB/jam selama
2-4 jam, dan akhirnya diturunkan menjadi 2-3 ml/kgBB/jam, sesuai dengan respons
pasien.
Selama pemberian terapi cairan, pasien harus dalam pemantauan ketat berkala.
Pemeriksaan hematokrit ulang dapat dilakukan untuk memantau respons terhadap terapi
cairan. Bila hematokrit tetap atau hanya sedikit meningkat, dosis cairan tetap

3
dipertahankan 2-3 ml/kgBB/jam. Bila terjadi peningkatan hematokrit yang cepat atau
terjadi perburukan tanda vital, dosis cairan dapat ditingkatkan menjadi 5-10 ml/kgBB/jam
selama 1-2 jam. Setelah pemberian cairan, harus dilakukan evaluasi ulang terhadap tanda-
tanda vital pasien. Pemberian cairan pada ibu hamil harus mendapat perhatian khusus dari
dokter. Pembesaran uterus yang terjadi selama kehamilan menyebabkan penurunan
toleransi akumulasi cairan yang dapat terjadi pada tubuh ibu hamil. Hal ini menyebabkan
dokter harus dapat memantau pemberian cairan secara ketat agar tidak terjadi komplikasi
dari kelebihan pemberian cairan.
Demam dengue bukanlah indikasi terminasi kehamilan. Sebisa mungkin, ibu
hamil dengan infeksi dengue ditatalaksana secara konservatif. Apabila terminasi
kehamilan tidak dapat dihindari, komplikasi perdarahan harus diantisipasi. Persalinan
harus dilakukan dengan meminimalisir trauma. Selain daripada itu, harus dipastikan
bahwa plasenta telah keluar lengkap dan tidak ada sisa plasenta tertinggal di rahim.
Apabila terjadi perdarahan yang signifikan, transfusi darah dengan whole blood atau fresh
packed red cells harus segera dilakukan. Oxytocin harus diberikan dengan dosis sesuai
pedoman obstetri untuk mencegah perdarahan post partum. Neonatus harus dipantau
secara ketat agar transmisi vertikal dapat didiagnosis sedini mungkin.
Dokter harus dapat mencurigai ibu hamil mengalami infeksi dengue dengan tanda
dan gejala klinis yang dikeluhkan pasien. Kecurigaan infeksi dengue harus semakin besar
bila terjadi peningkatan kasus dengue atau ibu baru pulang dari daerah endemik dengue.
Pemeriksaan penunjang dapat membantu menegakkan diagnosis. Ibu dengan infeksi
dengue harus dirawat inapkan untuk mendapatkan pengawasan ketat, terutama ibu hamil
pada fase demam.
Terapi cairan menjadi modalitas utama pada manajemen infeksi dengue pada ibu
hamil. Bila intake secara oral memungkinkan, maka pemberian cairan dapat dilakukan
secara oral. Pada infeksi dengue dengan tanda bahaya atau intake oral sulit karena ibu
mual muntah, maka dilakukan pemberian cairan intravena sesuai dengan pedoman
penatalaksanaan dengue oleh WHO. Pemantauan pada kecukupan cairan dan tanda-tanda
kebocoran plasma harus dilakukan secara ketat.
Infeksi dengue bukanlah indikasi terminasi kehamilan. Apabila terminasi tidak
dapat dihindari, makan risiko perdarahan harus sudah diantisipasi, dengan cara
menyiapkan darah yang diperlukan untuk transfusi dan pencegahan perdarahan post
partum. Neonatus yang lahir dari ibu dengan infeksi dengue harus dipantau secara ketat
agar transmisi vertikal dapat didiagnosis sedini mungkin.

4
F. Efek Demam Dengue pada Proses Persalinan
Ibu hamil yang terkena demam dengue berisiko mengalami komplikasi yang
mungkin terjadi dalam proses persalinan, seperti:
1. Preeklampsia
2. Persalinan prematur
3. Harus melahirkan dengan bedah Caesar.
4. Perdarahan yang mungkin memerlukan transfusi darah.
5. Perdarahan pasca persalinan.
G. Dampak Demam Dengue pada Bayi
Jika ibu hamil terkena demam dengue, beberapa kemungkinan yang dapat terjadi
pada bayinya adalah:
1. Lahir dengan berat badan rendah.
2. Lahir prematur.
3. Menderita demam dengue dalam dua minggu pertama kehidupannya. Hal ini bisa
terjadi jika ibu hamil terkena demam dengue saat sudah mendekati persalinan.
4. Meninggal dalam kandungan.

H. DBD Pada Ibu Nifas


Ketika ibu nifas terkena DBD, ibu pasti harus memgkonsumsi sejumah obat,
mungkin akan muncul pertanyaan apakah hal tersebut berpengaruh terhadap ASI ibu
tersebut. Pada dasarnya aman, alasannya tidak ada bukti ilmiah adanya penularan virus
dengue melalui ASI. Ibu dengan penyakit dengue dapat tetap menyusui. Apalagi ibu yang
sakit akan memiliki antibodi terhadap infeksi dengue, sehingga justru memberikan
perlindungan infeksi tsb pada bayi dengan menyusui.
Selain itu, untuk mengakali nafsu makan yang lagi nggak stabil, ibu menyusui
yang sedang DBD tidak ada pantangan makanan dan minuman. Supaya produksi ASI
tetap bisa memenuhi kebutuhan si kecil. Asupan makanan ibu, nggak hanya bergantung
sama infus saja.
Adapun, beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan ibu saat menyusui ketika
terkena demam berdarah:
1. Pastikan untuk selalu berkomunikasi dengan dokter. Informasikan bahwa ibu sedang
menyusui agar dokter dapat memberikan obat-obatan yang aman untuk menyusui.

5
2. Biasanya saat sakit, kita jadi malas makan atau minum. Demi nutrisi optimal,
sebaiknya tetap perhatikan asupan nutrisi kita.
3. Perhatikan juga kondisi ruangan rumah sakit. Perlu diingat, bayi rentan terhadap
infeksi (Makanya di berbagai rumah sakit pasti ada aturan balita dilarang masuk).
Selain itu, ibu yang sakit DBD perlu mendapatkan istirahat cukup. Jika memang
memungkinkan untuk memberikan ASIP, lebih baik berikan ASIP untuk bayi di
rumah. Pompa ASI secara rutin untuk mempertahankan produksi.
4. Tetap rutin mengosongkan payudara setiap harinya agar mempertahankan produksi
ASI, informasikan dokter kalau kita busui, jaga asupan nutrisi yang mencukupi,
istirahat cukup.
Merujuk pada poin 3 & 4, ini artinya bayi akan kecil kemungkinan menginap
bersama anda di rumah sakit. Secara terlalu berisiko terpapar virus atau bakter yang
“berkeliaran” di sekitar lingkungan RS. Jadi jangan lupa sediakan alat pumping dan
perlengkapan lainnya untuk memerah ASI, di kamar tempat ibu dirawat. Sebaiknya pilih
alat pumping yang elektrik. Kalau manual, sama saja akan menguras tenaga ibu nifas.
Jika terpaksa memberikan ASIP pada bayi yang ada di rumah, pastikan ASI berada di
wadah yang proper, saat pengiriman ke rumah untuk menjaga kesegarannya, atau bisa
juga menggunakan kurir khusus ASIP.

I. Cara Mengatasi Demam Dengue


Hingga saat ini, belum ada obat-obatan khusus yang dapat menyembuhkan
penyakit demam dengue. Pengobatan yang diberikan hanya bertujuan untuk meringankan
gejala dan mencegah komplikasi, seperti syok akibat perdarahan berat.
Demam dengue akan sembuh dengan sendirinya, berkat perlawanan dari sistem
kekebalan tubuh. Namun untuk membantu mempercepat pemulihan demam dengue, ada
beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti:
1. Banyak minum air putih untuk menghindari dehidrasi.
2. Memperbanyak istirahat.
3. Minum obat penurun panas, seperti paracetamol. Saat hamil, hindari mengonsumsi
ibuprofen atau aspirin untuk menurunkan demam, karena obat-obatan tersebut
berisiko menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi ibu hamil dan
4. Ibu hamil tidak boleh minum sembarang obat. Apapun jenis obatnya, sebaiknya
konsultasikan dulu ke dokter.

6
Apabila demam dengue tidak mengalami perbaikan dalam waktu 24 jam atau jika
muncul tanda-tanda DBD, segeralah periksakan ke dokter. Kondisi ini memerlukan
penanganan di rumah sakit, karena berisiko tinggi menimbulkan komplikasi yang
berbahaya pada ibu hamil.
Agar terhindar dari demam dengue saat hamil, lakukanlah hal-hal berikut ini:
1. Oleskan obat antinyamuk meski berada di dalam ruangan.
2. Gunakan pakaian berlengan panjang, kaos kaki, dan celana atau rok panjang yang
menutupi tubuh.
3. Bersihkan tempat penampungan air di rumah secara rutin, dan buang sampah-sampah
yang dapat menampung air dan jentik nyamuk.
4. Tutup tempat penampungan air di rumah.
5. Pasang kasa antinyamuk di pintu dan jendela rumah, agar nyamuk tidak masuk ke
dalam rumah.
6. Gunakan kelambu saat tidur.

Anda mungkin juga menyukai