Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN FLU SINGAPURA

A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

Flu singapura Flu singapura merupakan infeksi akibat virus. Infeksi ini mudah
menular kepada orang sekitar. Apalagi, anak-anak usia balita. Sebab, sistem kekebalan
anak usia tersebut belum cukup matang. Dilihat dari jenis kelamin, anak laki-laki dan
perempuan berpeluang sama untuk terjangkit flu ini. Flu Singapura adalah penyakit
berjangkit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili
Picornaviridae (bahasa SpanyolPico:kecil), Genus Enterovirus (non Polio). Dalam dunia
kedokteran, Flu Singapura dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau
penyakit Kaki, Tangan, dan Mulut (KTM).Di dalam Genus Enterovirus terdiri dari virus
Coxsackie A, virus Coxsackie B, Echovirus dan Enterovirus.Penyebab KTM yang paling
sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering
memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai
meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai
penyakit hand-foot-mouth disease adalah penyakit anak-anak yang umum terjadi.
Gejalanya berupa luka pada mulut, demam, dan rash.biasanya disebabkan oleh
coxsackievirus A16. Akan tetapi tidak semua anak-anak yang terinfeksi virus ini
menunjukkan ketiga gejala Hand-Foot-Mouth disease ini. HFMD sering keliru dengan
penyakit Foot-and-Mouth disease (Hoof-and-Mouth disease) yang terjadi pada lembu,
domba, dan babi; padahal keduanya merupakan dua macam penyakit yang berbeda dan
tidak berhubungan, keduanya disebabkan oleh virus yang berbeda. Manusia tidak dapat
tertular penyakit yang diderita oleh binatang dan demikian juga sebaliknya.

2. ETIOLOGI

Penyebab Flu singapura adalah virus RNA famili Picornaviridae, Genus Enterovirus
terdiri dari virus Coxsackie A, virus Coxsackie B, Echovirus dan Enterovirus.Virus
Penyebab Flu singapura tersering namun ringan adalah Coxsackie A16, sedangkan
penyebab yang menimbulkan kasus berat atau berpotensi menimbulkan komplikasi
hingga kematian adalah Enterovirus 71.

3. PATOFISIOLOGI

Penyebaran virus terjadi melalui kontak dengan cairan oral atau nasal, materi fekal
maupun droplet aerosol (fekal-oral atau oral-oral rute). Virus implantasi ke mukosa bucal
oral (pipi bagian dalam) dan tengorokan dan bereplikasi di daerah tersebut kemudian
menyebar ke usus (ileum) dan bereplikasi di usus, dari usus virus invasi ke darah dan
kelenjar getah bening dalam 24 jam menuju organ target. Terjadi viremia dan menyebar
ke mukosa mulut, dan seluruh tubuh termasuk tangan dan kaki. Pada hari ke 7 setelah
terinfeksi virus, tubuh membentuk antibodi meningkat dan virus tereliminasi. virus
dikeluarkan melalui feses (Jayakar, E-jurnal: 2009; JabatanKesehatan Negeri Serawak:
2006). Enterovirus 71 merupakan virus yang menyerang neuropati. Batang otak
merupakan organ target untuk diinfeksi oleh virus ini. Tandanya sama dengan akut flaxid
paralisis walaupun tidak menyerang percabangan neuron motorik tetapi melalui
mekanisme neuropatological. Kemungkinan ada 2 rute yaitu virus masuk melalui central
nervus sistem (CNS) dan melalui perpindahan dari darah ke blood brain barier (BBB)
atau ditransmisikan dari CNS menuju ke syaraf perifer melalui axon. Edema paru dapat
terjadi pada anak-anak yang terserang enterovirus 71 terjadi brainstem ensephalitis,
dimana akan diaktifkan sitokin abnormal sebagai respon terhadap inflamasi. Sitokin yang
abnormal ini akan menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah seperti yang
terjadi pada akut inflamatori distress sindrom (ARDS) (Kow-Tong Cen, dkk, 2008).
4. MANIFESTASI KLINIS

Menurut CaliforniaHealth and Human Services Agensy dan Jayakar, E- journal:


(2009), tanda dari HFMD akan muncul dalam waktu jam, yaitu sebagai berikut:

1. Diawali dengan demam dengan suhu 38,3 0C dengan durasi 2-3 hari.
2. Exathem (erupsi pada kulit) dan enathem (erupsi pada mukosa oral).
3. Nyeri telan atau pharingitis.
4. Kehilangan nafsu makan.
5. Pilek dan gejala seperti flu.
6. Malaise.
7. Muncul bintik-bintik merah kecil didalam mulut dan pipi bagian dalam, gusi dan lidah. Bintik
merah disertai lepuhan atau luka/lesi.
8. Papulo vesikel tampak kemerahan dan tidak gatal pada kulit dapat terjadi di tangan, kaki dan
bokong kadang-kadang terjadi di lengan dan betis. Papulo vesikel yang tidak gatal ditangan
kanan dan kaki. Penyakit ini akan membaik dalam 7-10 hari.

Ciri-ciri lesi pada tangan dan kaki (Yirdiz Batirbaygil, 1988): 1; Bentuknya seperti
macula berukuran 3-10mm, yang mana akan berubah dengan cepat menjadi vesikula. 2;
Tanda ini lebih nampak pada falang distal di jari-jari dan ulna dan akan timbul nyeri. 3; Pada
kaki timbul pada pinggir kaki lateral. Menurut dr. Widodo Judarwanto (2009) Gejala dan tanda
bahaya sebagai berikut: 1; Hiperpireksiasuhu lebih dasri 39 0 C. 2; Demam tidak turun-turun
(prolong fever). 3; Tachicardia (jantung berdenyut cepat). 4; Tachipnea atau apnea. 5; Tidak
ingin makan, muntah atau diare sehingga kekurangan cairan atau dehidrasi. 6; Lethargi atau
lemah dan kesadaran menurun. 7; Nyeri pada leher, lengan dan kaki. 8; Kejang.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

A. Darah Lengkap, Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan peningkatan jumlah


Leukosit> u/l 2; Pemeriksaan PCR (polimerase chain reaction) ditemukan ada peningkatan 3;
Pemeriksaan feses, usapan rektal, cairan serebrospinal dan usapan ulcus di mulut atau
tenggorokkan, vesikel di kulit atau biopsi otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk deteksi virus,
deteksi RNA dan serodiagnosis (Travira air, 2009).

B. Pemeriksaan Radiologi MRI (Magnetic resonance Imaging): untuk mengetahui adanya


barinstem ensephalitis (Kow-Tong chen, dkk, 2008).

6. KOMPLIKASI

Dalam keadaan daya tahan tubuh yang sangat rendah atau immunocompromise
dapat terjadi komplikasi yang berbahaya dan mengancam jiwa. Namun hal ini sangat jarang
terjadi, diantaranya komplikasi yang dapat terajdi adalah: 1; Meningitis atau infeksi otak
(aseptik meningitis, meningitis serosa/non bakterial). 2; Encephalitis 3; Myocarditis, ganguan
jantung (Coxackie virus carditis) atau pericarditis 4; Paralisis akut flaxid (seperti penyakit
polio).

7. PENATALAKSANAAN

A. Farmakologi

1. Tidak ada pengobatan khusus dan spesifik. Belum ada vaksinasi yang tersedia.

2. Pengobatannya secara simptomatik.


3. Antiseptik diberikan di daerah mulut.

4. Pemberian obat demam dengan penghilang rasa sakit analgesik misalnya paracetamol.

5. Pemberian antibiotik untuk mencegah terhadap infeksi sekunder pada anak kecil, dehidrasi
merupakan masalah utama karena anak tidak dapat menyusui.

6. Pemberian anastesi topikal untuk mengurangi nyeri pada ulkus dan mengatasi athralgia (Batir
baygil, 1988).

7. Pada penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah atau neonatus dapat diberikan imuniglobulin
IV (IgIV) pada pasien dengan immunocompromis atau neonatus.

B. Supportif

1. Istirahat yang cukup.

2. Pemberian cairan yang cukup untuk rehidrasi dan meningkatkan nutrisi yang optimal.

3. Menurut Travira Air (2009) Bila ada muntah, diare, atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain
akan perlu dirawat. Pada bayi dan anak yang lebih mudah sebaiknya dirujuk ke rumah sakit.

C. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan
penyakit adalah dengan menghilangkan kekumuhan dan kepadatan lingkungan; kebersihan (Higienis
dan Sanitasi) lingkungan maupun perorangan. Cara yang paling gampang dilakukan adalah misalnya
membiasakan selalu cuci tangan, khususnya sehabis berdekatan dengan penderita, desinfeksi
peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi. Bila perlu anak tidak
bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak
perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang,
yang penting menjaga kebersihan perorangan. Di Rumah sakit, Universal Precaution harus
dilaksanakan. Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi). Bila anak tidak dirawat,
harus istirahat di rumah karena daya tahan tubuhnya menurun dan agar tidak menularkan ke anak
lainnya. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan pemerintah dalam hal ini, seperti meningkatkan
survailans epidemiologi (perlu definisi klinik). Memberikan penyuluhan tentang cara-cara penularan
dan pencegahan HFMD untuk memotong rantai penularan. Menyiapkan sarana kesehatan tentang
tatalaksana HFMD termasuk pelaksanaan. Memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda dan gejala
HFMD. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengobatan secara spesifik untuk penyakit ini.
Adapun hal hal yang dapat dilakukan antara lain: 1; Menghindari kontak dengan anak-anak yang
terinfeksi 2; Tidak membawa anak yang sakit ke tempat yang padat pengunjung 3; Tidak
menggunakan peralatan makan,pakaian,sepatu anak yang sakit. 4; Mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, buang air besar dan kontak dengan penderita 5; Bintik yang melepuh/vesikel
sebaiknya dibiarkan mengering alami, jangan dipecah karena mengandung virus. 6; Penderita tutup
mulut dan hidung saat batuk/bersin 7; Bersihkan lantai atau barang-barang yang terkontaminasi
kotoran anak dengan perklorin 0,5% karena virus berada dalam feses dan dapat hidup beberapa
lama.

12 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI 3.1 IDENTITAS KLIEN Nama : No. Reg :
Umur :..Tahun Tgl. MRS : (Jam..) Jenis Kelamin : L/P Diagnosis medis : Suku/Bangsa :. Tgl
Pengkajian: (Jam ) Agama Pekerjaan Pendidikan Alamat :. :. :. :. 2.9 RIWAYAT KEPERAWATAN
(NURSING HISTORY) 3; Keluhan utama : Singkat dan jelas, 2 atau 3 kata yang merupakan keluhan
yang membuat pasien meminta bantuan kesehatan. Jika pengkajian dilakukan setelah beberapa hari
pasien MRS maka keluhan utama diisi dengan keluhan yang dirasakan saat pengkajian. Misalnya:
keluhan utama pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan: sesak nafas, batuk. 3; Riwayat
Penyakit Sekarang Provokatif Qualitas Regio Skala Time ( analisis gejala keluhan utama yang
meliputi awitan, waktu, durasi, karakteristik, tingkat keparahan, lokasi, faktor pencetus, gejala yang
berhubungan dengan keluhan utama, dan faktor yang menurunkan keparahan). Merupakan
penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai di bawa ke pelayanan kesehatan.jika
pengkajian dilakukan beberapa hari setelah pasien rawat inap, maka riwayat penyakit sekarang ditulis
dari permulaan pasien merasakan keluhan sampai kita melakukan pengkajian. 12

13 Upaya yang telah dilakukan : Upaya pasien yang dilakukan untuk mengatasi masalah sebelum
dilakukan pengkajian. Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Pengobatan/ operasi yang pernah di
dapatkan berhubungan dengan kasus sekarang sebelum Rawat inap di pelayanan kesehatan. 3;
Riwayat Kesehatan Terdahulu Penyakit berat yang pernah diderita : akut, kronis atau fraktur ( semua
riwayat penyakit yang pernah di derita, operasi ). Obat-obat yang biasa dikonsumsi: obat dengan
resep atau dengan bebas atau herbal ( sebutkan jenis dan kegunaannya) Kebiasaan berobat:
pelayanan kesehatan dan non tenaga kesehatan. Alergi ( makanan, minuman, obat, udara, debu,
hewan) sebutkan : Kebiasaan merokok, minuman (penambah energy, suplemen
makanan/minuman,alkohol), makanan siap saji. 3; Riwayat Kesehatan Keluarga Penyakit yang
dialami satu anggota keluarga, bila merupakan penyakit keturunan, mengkaji 3 generasi ke atas.
Mencangkup setiap kelainan genetic keluarga ( HT, DM )/ penyakit dengan kecenderungan keluarga (
cancer), penyakit menular ( TBC,Hepatitis, HIV/AIDS ), gangguan psikiatrik ( skizofrenia ) dan
penyalah gunaan obat. Genogram : Genogram dituliskan dalam 3 generasi keatas. Ket :. 3; Riwayat
Kesehatan Lingkungan Khusus untuk penyakit infeksi/ penyakit yang disebabkan oleh kondisi
lingkungan. Identifikasi lingkungan rumah/ keluarga, pekerjaan atau hobi klien ( yang berhubungan
dengan penyakit klien ), fokuskan pada adanya paparan yang menyebabkan penyakit tersebut (debu,
asbestosis, silica atau zat racun lainnya) tanyakan keadaan lingkungan klien, lingkungan yang penuh
(crowded) resiko peningkatan infeksi pada saluran pernafasan seperti TBC, Virus dll. 13

14 3.2 PEMERIKSAAN FISIK 3; Tanda-tanda Vital, TB dan BB : S : C (SUHU. axial, rectal, oral) N :.
x/menit ( NADI. teratur, tidak teratur, kuat, lemah) TD :../..mmhg (lengan kiri, lengan kanan, berbaring,
duduk) RR :.x/menit (regular/ irregular) TB : cm BB :. Kg ( cara menghitung berat badan ideal : TB -
100 ( ± 10% dari hasil ). 3.3 PEMERIKSAAN PER SISTEM ; Sistem Pernapasan Anamnesa :
Karakteristik batuk (batuk produktif dan non produktif, serangan Hidung: Inspeksi: Nafas cuping
hidung, Secret / ingus, epistaksis, polip, warna mukosa, oedem pada mukosa, kebersihan, intak
septumnasi, deformitas,naso faringeal tube, pemberian O2: nasal, masker. Palpasi: nyeri tekan,
adakahfraktur tulang nasal. Mulut Inspeksi : mukosa bibir (sianosis), Alat bantu nafas ETT, oro
faringeal tube. Sinus paranasalis Inspeksi : pemeriksaan sinus paranasalis Palpasi : nyeri tekan Leher
Inspeksi : trakheostomi. Palpasi : Nyeri tekan, adanya massa, pembesaran kelenjar limfe, posisi
trachea. Faring : Inspeksi : kemerahan, oedem / tanda-tanda infeksi, pseudomembran Area dada: 14

15 Inspeksi: pola nafas, penggunaan otot Bantu pernafasan, rytme dan kedalaman inspirasi,
pergerakan dada simetris/tidak, waktu inspirasi ekspirasi (rasio inspirasi : ekspirasi/ normalnya 1:2),
perbedaan kesimetrisan intercosta kiri dan kanan, kesimetrisan supraklavikula, bentuk dada ( barrel
chest, pigeon chest, funnelchest, normal, dada cembung atau cekung), trauma dada, pembengkakan,
penyebaran warna kulit, cikatrik. Palpasi: nyeri tekan, kelainan pada dinding thorax, bengkak
(konsistensi, suhu, denyutan, dapat di gerakkan / tidak), kulit terasa panas, krepitasi, vocal fremitus
melemah / mengeras kanan dan kiri sama atau tidak. Perkusi : pada daerah anterior posterior
( resonansi diatas seluruh permukaan paru, pekak di intercoste V kanan, intercoste II-V kiri, tympani
di intercoste VI kanan). Auskultasi : suara nafas trakeal, bronkial, bronkovesikuler, vesikuler (sesuai
dengan lokasi),ronkhi, wheezing,stridor, pleural friction rub, crakcles. ; Sistem Pencernaan-Eliminasi
Alvi (KDM ganguan eliminasi sec teori...?) Anamnesa Nafsu makan, pola makan klien, porsi makan
dan jumlah minum per hari, alergi terhadap makan, keluhan mual muntah, nyeri tenggorokan, telan,
melakukan diet, disfagia, riwayat penggunaan pencahar. Jika ada keluhan nyeri perut dijelaskan
secara PQRST. Gangguan defekasi (diare, konstipasi/obstipasi), nyeri BAB, pola BAB, karakteristik
feses meliputi bentuk/konsistensi, bau, warna, darah, lendir dalam feses, flatus, hemorroid,
perubahan BB, Mulut Inspeksi : mukosa bibir, labio/palatoschiziz, gigi (jumlah, karies, plak,
kebersihan, gingitivis), Gusi (berdarah, lesi/bengkak, edema), mukosa mulut (stomatitis,
nodul/benjolan, kebersihan). Produksi saliva, pembesaran kelenjar parotis Palpasi : nyeri tekan pada
rongga mulut, massa Lidah Inspeksi : Posisi, warna dan bentuk, simetris, kebersihan, warna,
gerakan,tremor, lesi Palpasi : Nodul, oedema, nyeri tekan 15

16 Faring - Esofagus : Inspeksi : hiperemi, warna dan bentuk palatum. Tonsil (bentuk, warna dan
ukuran) Palpasi : pembesaran kelenjar Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran) Inspeksi: pembesaran
abnormal (asites, distensi abdomen), spider navy, tampak vena porta hepatika, bekas luka, luka
(colostomy, CAPD, hernia), umbilikus (kebersihan, menonjol,) Auskultasi Perkusi : peristaltik usus :
tymphani, hipertympani, batas batas hepar, nyeri Palpasi: Kuadran I: Hepar hepatomegali, nyeri
tekan, shifting dullness Kuadran II: Gaster nyeri tekan abdomen, distensi abdomen Lien splenomegali
Kuadran III: Massa (skibala, tumor), nyeri tekan Kuadran IV: Nyeri tekan pada titik Mc Burney ; Sistem
Muskuloskeletal & Integumen Anamnese : Adakah nyeri, kelemahan extremitas, Cara berjalan,
Bentuk tulang belakang (lordosis:keadaan tulang belakang condong ke arah depan, kiposis: keadaan
tulang condong ke arah belakang, skoliosis: keadaan tulang condong ke arah samping) Warna kulit
16

17 Hiperpigmentasi, hipopigmentasi (dikaji dengan pemeriksaan sensasi panas/nyeri), icterus, kering,


mengelupas, bersisik (di sela-sela jari kaki/tangan) Kekuatan otot : Keterangan: 0: Tidak ada
kontraksi 1: Kontaksi (gerakan minimal) 2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi 3:
Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi 4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu
menahan tahanan ringan 5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan
penuh Fraktur Look : Deformitas,Bengkak (Swelling), pemendekan (Shortening), luka terbuka
Feel :Nyeri, pulsasi (nadi bagian distal), Perfusi (normal : hangat, kering, merah), krepitasi tulang.
Move : kekakuan (Stiffness), Kontraktur sendi. Luka : Inspeksi : adanya tanda radang, warna
(merah/vaskularisasi baik, kuning/peradangan, hitam/nekrosis), karakteristik (kedalaman, luas, jenis
cairan yang kluar) Palpasi : warna cairan yang keluar (luka jahitan), suhu (panas,dingin) Lesi kulit : ;
Makula : kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata ; Eritema : kemerahan pada
kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah kapiler yang reversibel 17

18 ; Urtika : edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan ; Vesikel : gelembung
berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari ½ cm garis tengah dan memp.dasar. ; Pustul :
vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap dibagian bawah vesikel disebut vesikel hipopion ;
Bula : vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal istilah bula hemoragik, bula purulen, dan bula
hipopion Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel maupun sisa sel. Isi kista terdiri atas hasil
dindingnya yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel epitel lapisan tanduk dan rambut ;
Abses : merupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit terdapat di bagian kutis atau
subkuti. Batas antara ruangan yang berisi nanah dan jaringan sekitarnya tidak jelas. Abses biasanya
terbentuk dari infiltrat radang. ; Papul : penonjolan diatas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter
kurang dari ½ cm, berisikan zat padat ; Nodus :massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau
subkutan dapat menonjol jika ukurannya < 1 cm, disebut nodulus 3.4 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan (Wong, 2004) 1; Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum 2; Hipertermi berhubungan dengan viremia 3; Kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam 4; Perubahan kenyamanan (nyeri)
berhubungan dengan degradasi vesikel pada mukosa oral 5; Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis. 6;
Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus 7; Ansietas orang tua
berhubungan dengan hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orangtua tentang penyakit anak 18

19 8; Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan actual akibat
hospitalisasi, tindakan traumatik 9; Defisit pengetahuan orang tua dan keluarga tentang penyakit
HFMD (penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan dengan kurangnya informasi
3.5 Intervensi keperawatan 1; Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum Tujuan: jalan napas anak kembali efektif selama diberikan perawatan
dengan kriteria hasil: a; RR dalam batas normal (usia 3-4 tahun RR 20-30x/menit) b; Ronkhi
berkurang/tidak terdengar ronkhi c; Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi d; Produksi sputum
berkurang e; Batuk efektif Intervensi: 1; Jelaskan pada orangtua penyebab ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dan tindakan yang akan dilakukan seperti memberikan nebulazer, suction atau fisioterapi
nafas R/ jalan napas anak tidak efektif disebabkan oleh stasis atau penumpukan sekret di jalan napas
tersebut sehingga menghambat aliran udara yang masuk ke paru. Selain itu penjelasan dapat
menigkatkan pengetahuan orang tua sehingga kooperatif dalam tindakan yang akan dilakukan 2;
Anjurkan orang tua untuk memberi minum susu hangat atau air hangat R/ uap panas yang diperoleh
dari air hangat atau susu hangat dapat membantu mengencerkan secret 3; Lakukan kolaborasi
nebulizer dengan terapi mukolitik dan bronkodilator. R/ mukolitik membantu mengencerkan sekret
dan bronkodilator dapat melebarkan bronkus/jalan nafas. 4; Berikan clapping dan fibrasi pada daerah
paru yang terdapat sekret 19
20 R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru dan membawanya ke
saluran nafas yang lebih besar. 5; Lakukan penghisapan/suction R/ Merangsang batuk atau
pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu batuk efektif. 6; Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat antivirus atau agen mukolitik atau broncodilator R/ antivirus
membantu menghambat replikasi virus di jalan napas. 7; Observasi RR, suara nafas tambahan dan
karakteristik sputum. R/ menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan sehingga perlu dilakukan
tindakan. 2; Hipertermi berhubungan dengan viremia Tujuan: suhu tubuh anak normal setelah
diberikan dengan kriteria hasil : a; Pasien panasnya turun (36,5-37,5 o C) b; Kulit tidak tampak
kemerahan c; Akral hangat d; Nadi normal (70-110x/menit) Intervensi: 1; Jelaskan kepada orang tua
penyebab demam dan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi demam. R/ penyebab demam
adalah proses infeksi dimana ada reaksi perlawanan pertahanan tubuh terhadap virus yang masuk
sehingga memicu terjadinya peningkatan suhu tubuh selain itu pengetahuan yang cukup dapat
membantu orang tua lebih kooperatif dalam tindakan yang dilakukan. 2; Berikan kompres dengan
menggunakan air hangat R/ kompres air hangat membantu melebarkan pembuluh darah sehingga
meningkatkan pengeluaran panas melalui evaporasi 3; Anjurkan orangtua memberikan pakaian tipis
dan menyerap keringat. R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi. 4;
Anjurkan orang tua untuk menggunakan kipas angin atau meningkatkan suhu AC 20

21 R/ membantu pengeluaran panas secra konveksi 5; Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antivirus dan antipiretik (10-15mg/kgBB) 6; R/ antipiretik membantu menghambat pembentukan atau
produksi panas yang berlebihan sedangkan antivirus dapat menghambat reprilasi virus dalam tubuh
7; Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 37,5 o C, akral hangat, badan tidak panas R/ Hasil
Observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan dan membantu
menentukan terapi selanjutnya. 3; Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat demam Tujuan: Anak tidak mengalami kekurangan cairan setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil: a; Mukosa bibir lembab b; Mata tidak cowong c; Turgor kulit elastis
d; Produksi urine 1-2 cc/kg BB/jam e; Nadi x/mnt f; Fontanela anterior tidak cekung ( pada bayi
fonanela mayor masih belum menutup) Intervensi: 1; Jelaskan pada ibu tentang pentingnya masukan
oral yang adekuat bagi anak. R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan
akibat demam. 2; Jelaskan dan anjurkan ibu untuk tetap memberikan air atau susu. R/ASI penting
untuk mencegah kekurangan cairan,sebagai sumber nutrisi dan sebagai antibodi untuk mencegah
infeksi lanjut. 3; Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan untuk
dehidrasi. R/ Cairan IV mengganti cairan yang hilang karena muntah agar terjadi keseimbangan
cairan. Kebutuhan cairan dihitung denga menggunakan rumus holiday segar 10 kg I =100cc/kg BB,
10 kg II = 50 cc/kg/bb dan 21

22 sisanya 20cc/ kg BB. Jumlah ditotal merupakan kebutuhan cairan dalam 24 jam. 4; Observasi
intake dan output mukosa, turgor kulit, fontanela, nadi, mata tidak cowong. R/ untuk mengetahui
status hidrasi anak dan menentukan kebutuhan penambahan cairan dan kemungkinan terjadinya
syok. 4; Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan degradasi vesikel pada mukosa oral
Tujuan: Anak mengungkapkan nyeri pada mulut berkurang setelah diberikan perawatan dengan
kriteria hasil: Keluhan nyeri berkurang saat memmbuka mulut, saat mengunyah dan menelan
Intervensi 1; Jelaskan penyebab nyeri pada mukosa mulut dan tenggorokan anak dan tindakan yang
akan dilakukan untuk membantu mengurangi nyeri R/ adanya invasi virus ke mukosa oral, yang mana
akan membentuk vesikel atau lepuhan pada mulut, saat lepuhan ini pecah akan menyebabkan
stomatitis atau sariawan yang mengakibatkan adanya rasa nyeri 2; Anjurkan orang tua untuk
memberikan mainan yang disukai anak. R/ Distraksi dengan mengalihkan perhatian pasien dari rasa
sakit, misalnya dengan menonton tv, membaca buku kesukaannya 3; Anjurkan orang tua untuk
menjaga agar mukosa mulut anak tetap lembab dengan cara berkumur atau mengolesi air putih pada
mukosa bibir atau oral R/ Mukosa bibir yang lembab membantu menghambat terkupasnya mukosa
bibir 4; Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesic topikal dan antivirus per oral R/
Obat analgesic membantu mengahmbat transmisi nyeri sehingga nyeri yang dirasakan anak
berkurang. Selain itu antivirus yang diberikan peroeal membantu menghambat replikasi virus pada
mukosa oral 5; Observasi keluhan nyeri pasien. R/ Keluhan dapat membantu menentukan terapi
selanjutnya 5; Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan asupan sekunder akibat stomatitis Tujuan: Anak menunjukkan perbaikan nutrisi
setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: a; BB dalam batas normal: 22
23 Menurut Behrman: - Pada usia < 1 tahun rumus usia (bulan)+ 9 2 Pada usia > 1 tahun rumus usia
(tahun)x2+8 b; Hasil lab normal : Hb g/dl, Albumin g/dl. c; Pasien dapat menghabiskan porsi makan
yang telah disediakan Intervensi 1; Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet yang
dibutuhkan pada orang tua pasien. R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga
dan protein untuk proses penyembuhan. 2; Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika
mungkin kombinasikan dengan makanan yang disukai anak. R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun
sering akan menambah energi. Makanan yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera
makan. 3; Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik dan antijamur. R/ Mengurangi nyeri stomatitis
dan perkembangan stomatitis. 4; Observasi BB dengan alat ukur yang sama, jumlah makanan yang
dihabiskan serta keluhan pasien. R/ Peningkatan berat badan menandakan indikator keberhasilan
tindakan. 6; Kerusakan integritas kulit behubungan dengann proses penyakit akibat virus Tujuan anak
menunjukan penyembuhan jaringan progresif setelah dilakukan tindakan keperawatan denga kriteria
hasil: a; Pasien mengungkapkan tubuh tidak gatal b; Tidak ada lecet c; Eritema berkurang Intervensi:
1; Jelaskan kepada anak dan keluarga tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah. R/
Pengetahuan yang cukup membantu meningkatkan pengetahuan sehingga keluarga lebih kooperatif
saat dilakukan tindakan. 2; Anjurkan orang tua untuk menjaga kebersihan area kulit yang mengalami
erupsi, dan membersihkan area tersebut dengan sabun 23

24 R/ Kebersihan mambantu menjaga luka tetap bersih dan mencegah kontaminasi. 3; Kolaborasi
dengan dokter dalam memberikan obat secara topikal. R/ membantu mengurangi bakteri atau kuman
yang menginvasi. 4; Observasi keadaan kulit dan keluhan pasien. R/ Untuk mengetahui
perkembangan luka dan menentukan terapi selanjutnya. 7; Ansietas orang tua berhubungan dengan
hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orangtua tentang penyakit anak. Tujuan: Ansietas pada
orangtua berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: wajah orang tua
tampak rileks, orang tua dan anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan
dan perawatan, anak tidak menangis ketika didekati perawat. Intervensi: 1; Jelaskan kepada orangtua
tentang penyebab HFMD. R/ penyakit yang disebabkan oleh virus coxakie dan entero virus yang lain
dengan ujud kelainan yang khas yaitu enanthem (erupsi pada kulit) dan vesikel di mulut dan
eksanthem (erupsi pada mukosa oral) dan vesikel di tangan dan kaki. 2; Jelaskan kepada orang tua
mengenai kondisi anaknya R/ meningkatkan pengetahuan orang tua dan orang tua menjadi kooperatif
dalam tindakan yang dilakukan 3; Libatkan orang tua dalam proses perawatan anak R/ keterlibatan
dalam proses perawatan membantu orang tua memahami peerkembangan kesehatan anak 4;
Fasilitasi orang tua untuk bertemu dengan dokter yang merawat R/ membantu memberikan dukungan
kepada orang tua dan membantu mengurangi kecemasan orang tua 5; Observasi tingkat kecemasan
orangtua meliputi ekspresi dan tingkah laku orang tua. R/ Mengevaluasi keberhasilan dari tindakan
keperawatan yang dilakukan. 8; Ansietas pada anak berhubungan dengan perubahan dalam
lingkungan actual 24

25 akibat hospitalisasi, tindakan traumatik. Tujuan : Ansietas pada anak berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: a; Wajah anak tampak rileks b; Anak tidak menangis saat
didatangi petugas c; Anak menunjukkan perilaku yang kooperatif dalam proses pengobatan dan
perawatan Intervensi : 1; Bina hubungan saling percaya dengan anak. R/ meningkatkan rasa nyaman
pada anak. 2; Berikan dukungan kepada anak dengan mengajak anak kenalan R/ Dukungan dapat
menurunkan kecemasan. 3; Anjurkan orangtua untuk membawakan mainan kesukaan anak. R/
Membawakan mainan kesukaan anak membantu anak untuk mengalihkan ketakutan anak ke mainan.
4; Ciptakan lingkungan yang kondusif. a; Kenalkan dengan teman sekamar b; Orientasikan
lingkungan kamar c; Kenalkan dengan petugas R/ menurunkan ansietas anak dan anak tidak merasa
asing dengan lingkungan. 5; Libatkan orangtua dalam pelaksanaan tindakan keperawatan R/
keikutsertaan orangtua dalam memonitor anak, dapat mengurangi kecemasan anak berhubungan
tindakan keperawatan yang diberikan. 6; Observasi tingkat kecemasan anak. R/ mengevaluasi
keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan. 9; Defisit pengetahuan orang tua dan
keluarga tentang penyakit HFMD (penularan, penanganan awal dan pencegahan) berhubungan
dengan kurangnya informasi 25

26 Tujuan: Pasien atau keluarga mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyakit (penularan,
penanganan dan pencegahan) setelah dilakukan tindakan dengan kriteria hasil: a; Pasien atau
keluarga mampu menjelaskan cara penularan, penanganan awal dan pencegahan HFMD. b; Pasien
atau keluarga dapat melaksanakan tindakan penanganan dan pencegahan selanjutnya dengan
menyebut contoh konkritnya. Intervensi : 1; Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang
penyakitnya. R/mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan pasien tentang
penyakitnya. 2; Berikan penjelasan pada pasien /keluarga tentang penyakitnya (penularan dan
penanganan). R/ penularan HFMD dapat melalui kontak langsung dengan pasien yang menderita
HFMD maupun melalui kontak tidak lansung seperti penggunaan barang-barang pribadi seperti
pakaian, handuk, maunan, peralatan makan atau minum dll. 3; Anjurkan keluarga untuk menjaga
kebersihan lingkungan. R/ lingkungan rumah yang bersih membantu mencegah penularan virus. 4;
Observasi pemahaman tentang materi penulayang diberikan. R/ keluarga mampu menjelaskan
kembali materi yang diberikan, menunjukkan pemahaman tentang penyakit. 3.6 Evaluasi 1; Tidak
terjadi syok hipovolemik. 2; Informasi kesehatan terpenuhi. 3; Jalan nafas dalam konndisi optimal. 4;
Pasien tidak mengalami injuri. 5; Nyeri berkurang atau teradaptasi. 6; Tidak terjad infeksi luka. 7;
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi. 8; Intake nutrisi harian terpenuhi. 9; Tingkat
kecemasan berkurang. 26

27 27

28 BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 4.1 KASUS An. M.R sakit batuk-pilek dan demam
sejak 1 minggu terakhir (2 Juni 2014) dan sudah berobat ke Puskesmas dan diberikan obat
Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer. Sejak 2 hari yang lalu (7 Juni 2014) batuk
pileknya belum sembuh dan kadang-kadang masih demam dan mulai timbul vesikel di seluruh
permukaan mulut, bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki disertai dehidrasi. Nenek pasien
mengatakan cucunya rewel karena sakit leher, tidak nafsu makan, makan hanya 2-3 sendok, dan
diare. Pasien tampak lemah BB: 9 kg Suhu : 39ᵒC RR: 28x/mnt, Nadi : 106x/mnt 4.2 Pengkajian
IDENTITAS KLIEN Nama : An. M.R No. Reg : Umur : 13 bulantgl. MRS: 9 Juni 2014 (06.30 WIB)
Jenis Kelamin : L Diagnosis medis: Flu Singapura/ HFMD Suku/Bangsa : Indonesia Tgl Pengkajian:: 9
Juni WIB Agama : Islam Pekerjaan : - Pendidikan : - Alamat : jln. Mangga no RIWAYAT
KEPERAWATAN (NURSING HISTORY) Keluhan utama : Nyeri leher ; Riwayat Penyakit Sekarang
An. M.R demam selama semiggu terakhir. Sejak 2 hari yang lalu (7 Juni 2014) batuk pileknya belum
sembuh dan kadang-kadang masih demam dan 28

29 mulai timbul ulkus di seluruh permukaan mulut, bintik-bintik merah di telapak tangan dan kaki.
Nenek pasien mengatakan cucunya rewel karena sakit leher dan tidak nafsu makan, makan hanya 2-
3 sendok. Pasien tampak lemah BB: 9,5 kg Suhu : 39ᵒC RR: 28x/mnt, Nadi : 106x/mnt Upaya yang
telah dilakukan : Sudah dibawa berobat ke Puskesmas dan diberikan obat Parasetamol, GG dan
Demacolin dalam bentuk puyer sebelum dirujuk ke RS Terapi/operasi yang pernah dilakukan :
Sebelumnya pasien belum pernah melakukan operasi ; Riwayat Kesehatan Terdahulu Penyakit berat
yang pernah diderita : tidak pernah mengalami sakit sebelumnya, hanya hipertermi dan flu biasa
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat dengan resep Kebiasaan berobat : biasanya berobat ke
puskesmas Alergi ( makanan, minuman, obat, udara, debu, hewan) sebutkan : Tidak punya alergi
terhadap makanan maupun debu 29

30 ; Riwayat Kesehatan Keluarga Genogram An. M.R 13 = laki-laki = perempuan = pasien = tinggal
dalam satu rumah ; Riwayat Kesehatan Lingkungan Klien mengatakan lingkungan dirumah nya
sangat bersih Ventilasi sinar matahari cukup masuk ruangan, masing-masing kamar tidur ada jendela
dan diruang tamu juga ada jendela. Penataan rumah rapi dan bersih. Terdapat satu tempat sampah
yang tertutup di dapur dan di depan rumah. Sampah diambil oleh petugas pengambil sampah 2 hari
sekali.terdapat kamar mandi dengan bak air yang setiap hari air selalu diganti.keadaan lantai kamar
mandi tidak licin.keluarga mencuci alat makan dengan menggunakan bak kecil. 30

31 4.3 PEMERIKSAAN FISIK a; Tanda-tanda Vital, TB dan BB : S :39 C (axial) N : 106 x/menit RR :
28x/menitBB : 9Kg b; Pemeriksaan Per Sistem ; Sistem Pernapasan Anamnesa : Batuk pilek, demam
Hidung: Inspeksi: tidak ada polip, tidak ada sekret, dan tidak ada epistaksis Palpasi: nyeri tekan (-).
Mulut Inspeksi : mukosa bibir pucat Faring : Inspeksi :faringitis Area dada: Inspeksi: bentuk simetris
kanan dan kiri, simetris saat inspirasi dan ekspirasi Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada kelainan
dinding thorak Perkusi :pekak kanan dan kiri Auskultasi :vesikuler kanan dan kiri ; Sistem
Pencernaan-Eliminasi Alvi (KDM ganguan eliminasi sec teori...?) 31

32 Anamnesa Tidak nafsu makan, nyeri tenggorokan, dehidrasi Mulut: Inspeksi : stomatitis di seluruh
mukosa bibir Palpasi : nyeri Faring - Esofagus : Inspeksi : faringitis (+), tonsilitis (+) Palpasi :
pembesaran kelenjar (-) Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran) Inspeksi: pembesaran abnormal (-)
Auskultasi : bising usus 25x/mnt Perkusi : tymphani Palpasi: Kuadran I: Hepar hepatomegali(-), nyeri
tekan (-) Kuadran II: Gaster nyeri tekan abdomen (+), distensi abdomen(-) Lien splenomegali (-)
Kuadran III: Massaskibala (-) nyeri tekan(-) Kuadran IV: 32

33 Nyeri tekan pada titik Mc Burney(-) ; Sistem Muskuloskeletal & Integumen Anamnese : lemah, lesi
(+) Warna kulit Kulit lembab, turgor kulit <2 dtk, vesikula pada telapak tangan (+) Kekuatan otot : 4 4
Keterangan: 0: Tidak ada kontraksi 1: Kontaksi (gerakan minimal) 4 4 2: Gerakan aktif namun tidak
dapat melawan gravitasi 3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi 4: Gerakan aktif,dapat melawan
gravitasi serta mampu menahan tahanan ringan 5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta
mampu menahan tahanan penuh Luka : Inspeksi :vesikel pada tangan dan kaki (+), ruam pada
bokong (+) Palpasi : hipertermi 4.4 Data Penunjang 33

34 Pemeriksaan feses, usapan rektal, cairan serebrospinal dan usapan ulcus di mulut atau
tenggorokkan, vesikel di kulit 4.5 Analisa Data NS. DIAGNOSIS : (NANDA-I) Risiko infeksi Domain 11
: keamanan/perlidungan Kelas 1 : Infeksi Reta mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik
yang dapat mengganggu kesehatan. DEFINITION: DEFINING CHARACTERI STICS Penekanan
system imun Ketidak adekuatan imunitas dapatan Pertahanan primer yang tidak adekuat Pertahanan
lapis dua yang tidak memadai Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap pathogen Pengetahuan
yang kurang untuk menghindari pajanan pathogen Prosedur invasive Malnutrisi RELATED
FACTORS: Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen Malnutrisi Prosedur infasif
Pertahanan tubuh primer tidak adekuat Gangguan intregitas kulit 34

35 Perubahan ph sekresi Stasis cairan tubuh Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat Imunosupresi
Penurunan hemoglobin Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat Terpajan pada wabah
AS Subjective data entry Objective data entry Pasien mengeluh nyeri dan tidak bisa tidurttv : - TD :
130/90 mmhg - RR : 30X/ menit - N : 115X/Menit Skala nyeri : 8 Ekspresi wajah tampak kesakitan
DIAGNOSIS Client Diagnostic Statement: Ns. Diagnosis (Specify): Nyeri kronis (00133) Related to:
Agen pencedera 4.6 Intervensi Keperawatan NIC NOC Intervensi Aktifitas Outcomes Indikator
Meminimalkan transmisi agen yang infeksius Action : Keparahan tanda 1; batasi jumlahdan gejala
infeksi pengunjung 2; pastikan keperawatan luka yang tepat 3; cuci tangan sebelum da sesudah
merawat pasien Ruam (memar) (4) Vesikel berkulit (3) Demam (4) Nyeri (4) Gejala gastrointestinal (4)
35

36 kolaborasi : 4; kolaborasi dengan dokter utuk pemberian obat antivirus, analgesik dan antipiretik 5;
tingkatkan intake nutrisi secara tepat Kelesuan (4) Kehilangan selera makan (4) Education 6; Beri
itruksi kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat akan masuk atau meninggalkan ruangan
pasien Observation 7; Monitor TTV pasien 4.7 Implemetasi No No.Diagnosa Tanggal/Jam Tindakan
Paraf 36

37 /10.00 WIB /10.00 Pengkajian : mengkaji infeksi 1; Membatasi jumlah pengunjung Respn :
Pengunjung yang datang mengerti dan hanya beberapa yang masuk keruangan pasien 8; melakukan
keperawatan luka yang tepat Respon : Pasien mengatakan nyeri pada mulut, tangan, da kaki
berkurang setelah diberikan perawatan 9; mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien
Hasil : tangan bersih dan steril kolaborasi : 10; kolaborasi dengan dokter utuk pemberian obat
antivirus, analgesik dan antipiretik Hasil : Pasien mendapat terapi Mycostatin Drop 3x6 tetes sebelum
makan, obat Parasetamol, GG dan Demacolin dalam bentuk puyer 3x1 11; tingkatkan intake nutrisi
secara tepat Hasil : memberikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin
kombinasikan dengan makanan yang disukai anak Education 12; Memberikan intruksi kepada
pengunjung untuk mencuci tangan saat akan masuk atau meninggalkan ruangan pasien Respn :
Pengunjung mau 37

38 melakukan cuci tangan Observation 13; Memonitor TTV pasien pagi, siang, dan, malam Hasil : -
Suhu : 39ᵒC - TD : 130/90 mmhg - RR : 30X/ menit - N : 115X/Menit 4.8 Evaluasi MASALAH
TANGGAL CATATAN PERKEMBANGAN PARAF KEPERAWATAN / / JAM KOLABORATIF 1;
Megkai status ifeksi / WIB S: Nenek Pasien mengatakann cucuya sudah tidak rewel Nyeri leher
berkurang - Sudah mulai mau bermain O : Suhu : 37ᵒC - TD : 120/90 mmhg - RR : 26X/ menit - N :
100X/Menit Ruam kulit berkurang dan sudah tidak gatal Stomatitis pada mulut berkurang A : Masalah
teratasi sebagian P : lanjutkan itevesi 1,2,3 38

39 39

40 BAB V PENUTUP 5; Simpulan A; Penyakit Hand,Foot, and Mouth (HMFD) lebih di kenal dengan
Flu Singapura karena di Singapura-lah penyakit ini menimbulkan kematian yang paling banyak.
Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak karena daya tahan tubuh di usia tersebut masih
rendah. Penyakit ini belum memiliki antivirus atau obat antibiotiknya, oleh karena itu yang bisa
mengatasi virus ini hanyalah tubuh kita sendiri. 5; Saran Agar kita terbebas dari penyakit flu
Singapura harus mengikuti cara-cara berikut ini: 1; Menjaga kebersihan perorangan. Misalnya rajin
mencuci tangan dengan menggunakan sabun (terutama sebelum dan sesudah makan juga sesudah
buang air kecil/besar). 2; Berikan anak gizi yang cukup. 3; Pemberian ASI ekslusif hingga enam bulan
yang meneruskannya hingga usia dua tahun. 4; Meski vaksinasi flu Singapura belum ada, anak tetap
harus diberikan vaksinasi yang lengkap agar daya tahan anak tetap kuat.. Jika anak sudah terkena
penyakit flu Singapura ikuti langkah-langkah berikut ini : a. Ketika anak menderita flu singapura,
usahakan isolasi ia dari lingkungan rumah dan luar. Jika sudah sekolah, jangan sekolah dulu hingga
benarbenar sembuh (lesi-lesinya hilang) dan tidak bermain atau kontak fisik dengan teman juga
saudara kandungnya. b. Ajarkan anak untuk menutup mulutnya dengan masker, sapu tangan, atau
tisu ketika batuk atau bersin. Percikan cairan atau ludah yang keluar dari mulut nya bisa menulari
orang sekitar melalui makanan dan udara. c. Virus ini juga bisa menular melalui kotoran. Oleh karena
itu, ketika anak usai buang air besar atau ibu membersihkan popok bayinya (yang menderita flu
Singapura) segeralah mencuci tangan dedngan bersih agar tidak menyerbakan virus itu ke
sekitarnya. d. Pernyataan yang mengatakan penderita flu Singapura terkena angin dan mandi adalah
mitos. justru penderita harus mandi. Kalau tubuh penuh kuman padahal disana terdapat banyak luka
(lesi) di kulitnya, kuman itu malah akan membantu penyebaran infeksi lukanya semakin luas. Jadi
anak tidak demam tinggi, tidak bermasalah terkena angin dan mandi. DAFTAR PUSTAKA 40

Anda mungkin juga menyukai